1. Hambatan pendengaran
Pada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran berkaitan dengan keterlambatan bicara. Jika si
anak mengalami kesulitan pendengaran, maka dia akan mengalami hambatan pula dalam
memahami, meniru dan menggunakan bahasa. Salah satu penyebab gangguan pendengaran anak
adalah karena adanya infeksi telinga.
2. Hambatan perkembangan pada otak yang menguasai kemampuan oral-motor
Ada kasus keterlambatan bicara yang disebabkan adanya masalah pada area oral-motor di otak
sehingga kondisi ini menyebabkan terjadinya ketidakefisienan hubungan di daerah otak yang
bertanggung jawab menghasilkan bicara. Akibatnya, si anak mengalami kesulitan menggunakan
bibir, lidah bahkan rahangnya untuk menghasilkan bunyi kata tertentu.
3. Masalah keturunan
Masalah keturunan sejauh ini belum banyak diteliti korelasinya dengan etiologi dari hambatan
pendengaran. Namun, sejumlah fakta menunjukkan pula bahwa pada beberapa kasus di mana
seorang anak anak mengalami keterlambatan bicara, ditemukan adanya kasus serupa pada
generasi sebelumnya atau pada keluarganya. Dengan demikian kesimpulan sementara hanya
menunjukkan adanya kemungkinan masalah keturunan sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi.
4. Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan orang tua
Masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua tanpa disadari memiliki peran yang penting
dalam membuat anak mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa yang tinggi. Banyak
orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan si anak lah yang juga
membuat anak tidak punya banyak perbendaharaan kata-kata, kurang dipacu untuk berpikir
logis, analisa atau membuat kesimpulan dari kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekali pun.
Sering orang tua malas mengajak anaknya bicara panjang lebar dan hanya bicara satu dua patah
kata saja yang isinya instruksi atau jawaban sangat singkat. Selain itu, anak yang tidak pernah
diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri sejak dini (lebih banyak menjadi pendengar pasif)
karena orang tua terlalu memaksakan dan "memasukkan" segala instruksi, pandangan mereka
sendiri atau keinginan mereka sendiri tanpa memberi kesempatan pada anaknya untuk memberi
umpan balik, juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara, menggunakan kalimat
dan berbahasa.
5. Faktor Televisi
Anak batita yang banyak nonton TV cenderung akan menjadi pendengar pasif, hanya menerima
tanpa harus mencerna dan memproses informasi yang masuk. Belum lagi suguhan yang
ditayangkan berisi adegan-adegan yang seringkali tidak dimengerti oleh anak dan bahkan
sebenarnya traumatis (karena menyaksikan adegan perkelahian, kekerasan, seksual, atau pun
acara yang tidak disangka memberi kesan yang mendalam karena egosentrisme yang kuat pada
anak dan karena kemampuan kognitif yang masih belum berkembang). Akibatnya, dalam jangka
waktu tertentu yang mana seharusnya otak mendapat banyak stimulasi dari lingkungan/orang tua
untuk kemudian memberikan feedback kembali, namun karena yang lebih banyak memberikan
stimulasi adalah televisi (yang tidak membutuhkan respon apa-apa dari penontonnya), maka selsel otak yang mengurusi masalah bahasa dan bicara akan terhambat perkembangannya.
Etiologi -
Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah
prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep,
toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di
samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu
muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang
sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak
yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses
konsentrasi. Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu
pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik
otak, khususnya sisi sebelah kanan
Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk
membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah
anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat
hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak
hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya
hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
Tidak bisa diam dan selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan, merupakan salah satu
manifestasi dari gangguan pada anak austitik, dimana ditemukan hiperkinesis. Penyebabnya
diduga berhubungan dengan peningkatan fungsi serotonin dan dopamin dalam otak dan
gangguan pada lobus frontalis dan ganglia basalis yang berperan dalam representasi dalam
Action plans, motoric plans, dan working memory sehingga terjadi gangguan pengaturan
motorik"
Faktor genetik diidentifikasi sebagai faktor terkuat terjadinya autisme pada anak. Apabila
seseorang memiliki riwayat keluarga autisme, maka peluang untuk mempunyai keturunan
autisme lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki riwayat autisme.
Pemeriksaan penunjang
1.Childhood Autism Rating Scale (CARS)
2.Checklis for Autism in Toddlers (CHAT)
3.The Autism Screening Questionare
4.The Screening Test for Autism in Two-Years Old
Definisi
Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pervasif (gangguan yang luas) yang ditandai
dengan munculnya gejala sebelum tiga tahun dan memiliki ciri kelainan pada 3 bidang yaitu:
1. Interaksi sosial
2. Komunikasi
3. Perilaku yang terbatas dan berulang
Terapi medikamentosa
Saat ini pemakaian obat diarahkan untuk memperbaiki respon anak sehingga diberikan obat-obat
psikotropika jenis baru seperti obat-obat:
antidepressan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor ) yang bisa memberikan
keseimbangan antara neurotransmitter serotonin dan dopamine (diberikan dalam dosis yang
paling minimal)
-
Fenfluramine (pondimin) menurunkan kadar serotonin darah efektif pada beberapa anak
autistik. (kaplan jilid 2 hal 738)
Naltrexone Merupakan obat antagonis opiat yang diharapkan dapat menghambat opioid
endogen sehingga mengurangi gejala autisme seperti mengurangi cedera pada diri sendiri dan
mengurangi hiperaktifitas (Lensing dkk,1995).
Terapi psikologis
Umumnya intervensi difokuskan pada meningkatkan kemampuan bahasa dan komunikasi, selfhelp dan perilaku sosial dan mengurangi perilaku yang tidak dikehendaki seperti melukai diri
sendiri ( self mutilation ), temper tantrum dengan penekanan pada peningkatan fungsi individu
dan bukan menyembuhkan dalam arti mengembalikan penyandang autis ke posisi normal.
Rutter ( dalam Wenar, 1994 ) membuat pendekatan yang komprehensif dalam intervensi autisme
yang memiliki tujuan :
mengurangi perilaku maladaptive seperti temper tantrum dan melukai diri sendiri
Prognosis
Prognosis dubia, jika ditangani dengan baik prognosis bisa bonam, namun jika tidak
ditatalaksana prognosis malam.
fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
berinteraksi dengan lingkungannya.
Perkembangan Perilaku, Emosional, dan Kemampuan Bersosialisasi Menurut ERICK
ERICKSON perkembangan psychososial atau perkembangan jiwa manusia yang
dipengaruhi oleh masyarakat dibagi menjadi 4 tahap:
a. Masa Bayi (0-1 tahun) - Trust >< Mistrust
Periode ini dianggap sebagai stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan
dasar. Tahap ini merupakan tahap pengembangan rasa percaya diri. Fokus terletak
pada panca indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan.
Pada usia 3 minggu bayi mencontoh-contoh pergerakan wajah dari pengasuh dewasanya.
Bayi membuka mulut dan menjulurkan lidahnya ke luar sebagai respon orang dewasa yang
melakukan hal yang sama. Pada bulan ketiga dan keempat kehidupannya, perilaku tersebut
mudah untuk ditimbulkan. Perilaku meniru dianggap sebagai prekursor dari kehidupan
emosional pada seorang bayi. Respon tersenyum terjadi dalam dua fase: fase pertama
adalah senyum endogen yang terjadi spontan dalam dua bulan pertama dan tidak
berhubungan dengan stimulasi eksternal; fase kedua adalah senyum eksogen yang
terstimulasi dari luar, biasanya oleh ibu pada minggu ke-16. Perilaku bayi terus-menerus
berkembang sebagai akibat dari respon sosial pengasuhnya terhadap perilakunya sendiri.
Pada tahun pertama, mood bayi sangat bervariasi dan berhubungan erat dengan keadaan
internal, seperti rasa lapar.
Pada masa ini bayi mengembangkan suatu perasaan kepercayaan dasar dimana keinginan
mereka akan dipuaskan secara sering atau perasaan bahwa mereka akan kehilangna
sebagian besar yang mereka inginkan.
Selama enam bulan kedua, cara sosial yang dominan berpindah dari mendapatkan ke
mengambil, dimanifestasikan secara oral dengan menggigit. Perpisahan yang lama dengan
ibu pada waktu itu dapat menyebabkan depresi, hospitalisme, depresi anaklitik, atau tonus
depresi yang menjadi bagian dari struktur karakter dewasa seseorang.
b. Masa Belajar Berjalan (2-3 tahun) - Otonomi/Mandiri >< Malu/Ragu-ragu
Stadium ini merupakan stadium otonomi melawan rasa malu dan keraguan diri. Tantangan
mereka pada masa ini adalah untuk menjadi terpisah dan individual. Mereka belajar untuk
berjalan, makan sendiri, mengontrol sfingter anal, dan untuk berbicara.
Dalam tahun kedua, afek rasa senang dan tidak senang menjadi terdiferensiasi lebih lanjut.
Ditemukan eksplorasi yang menggembirakan, rasa senang yang dinyatakan, rasa dalam
menemukan dan mengembangkan perilaku baru, menggoda dan mengejutkan atau
mengolok-olok orang tuanya, mempunyai kemampuan menunjukkan rasa cinta yang
terorganisir (seperti berlari, merangkul, tersenyum, mencium orang tuanya dalam waktu
yang sama), serta menunjukkan protes.
Rasa senang terhadap keluarga, ketakutan pada orang asing, dan kecemasan yang
berhubungan dengan kemarahan dan kehilangan pengasuh yang dicintai dapat bertambah
pada masa ini.
c. Periode Prasekolah (3-5 tahun) - Inisiatif >< Rasa Bersalah
Stadium ini merupakan stadium inisiatif lawan bersalah. Pada usia 3 tahun anak akan
belajar menjadi instruktif, mereka meraih dengan hasrat dan keingintahuan sehingga anak
akan banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Pada usia ini mereka
mengalami pengembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi. Ekspresi
minat bergairah terhadap orang tua dengan jenis kelamin yang berlawanan akan terlihat.
Dalam stadium ini pula anak akan mengalami kekecewaan dan sering kali mencoba untuk
berebutan tempat bagi dirinya sendiri untuk kasih sayang orang tuanya.
d. Tahun-tahun Pertengahan (usia 6-11 tahun) - Industri/Rajin >< Inferioriti
Anak usia ini sudah mengerjakan tugas-tugas sekolah - termotivasi untuk belajar. Namun
masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian. Pada masa
ini pula interaksi dengan teman sebaya mempunyai kepentingan yang sangat besar.
Hubungan yang khusus terdapat dengan orang tua yang berjenis kelamin sama, dengan
siapa anak beridentifikasi dan siapa yang sekarang merupakan model peran. Anak menjadi
yakin akan kemampuannya untuk menggunakan barang-barang dewasa selama periode
latensi, dimana mereka menunggu, mempelajari, dan mempraktikkan untuk menjadi
pemberi nafkah.
Perkembangan Anak
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini
pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada masa balita ini kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial, emosional dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini.
Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya).
Stimulasi dalam tumbuh kembang anak
Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang
datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat
berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi
juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai
macam stimulasi seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara), auditif
(pendengaran), taktil (sentuhan) dll dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhankebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Pada tahap perkembangan
awal anak berada pada tahap sensori motorik. Pemberian stimulasi visual pada ranjang bayi
akan meningkatkan perhatian anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan
tertawa-tawa dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya. Tetapi bila rangsangan itu terlalu
banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu perhatian anak akan berkurang dan anak akan
menangis.
Pada tahun-tahun pertama anak belajar mendengarkan. Stimulus verbal pada
periode tahun pertama sangat penting untuk perkembangan bahasa anak. Kualitas dan
kuantitas vokal seorang anak dapat bertambah dengan stimulasi verbal dan anak akan
belajar menirukan kata-kata yang didengarnya. Tetapi bila simulasi auditif terlalu banyak
(lingkungan ribut) anak akan mengalami kesukaran dalam membedakan berbagai macam
suara.
ukuran, bentuk, warna dll.), dan aspek sosial (khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi antara ibu dan anak, keluarga, dan masyarakat).
Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang adalah makanan yang penting untuk
perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan makan untuk pertumbuhan badan. Bermain
bagi anak tidak sekedar mengisi waktu luang saja, tetapi melalui bermain anak belajar
mengendalikan dan mengkoordinasikan otot-ototnya, melibatkan persaan, emosi, dan
pikirannya. Sehingga dengan bermain anak mendapat berbagai pengalaman hidup, selain
itu bila dikakukan bersama orang tuanya hubungan orang tua dan anak menjadi semakin
akrab dan orang tua juga akan segera mengetahui kalau terdapat gangguan perkembangan
anak secara dini. Buku bacaan anak juga penting karena akan menambah kemampuan
berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan terhadap lingkungannya.
Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot tubuh diperlukan
stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau olah raga. Anak perlu
diperkenalkan dengan olah raga sedini mungkin, misalnya melempar/menangkap bola,
melompat, main tali, naik sepeda dll).
Di bawah ini ada beberapa contoh alat permainan balita dan perkembangan yang distimuli:
1. Pertumbuhan fisik/motorik kasar: Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik atau
didorong
2. Motorik halus: Gunting, pensil, bola, balok, lilin.
3. Kecerdasan/kognitif: Buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego, boneka, pensil warna,
radio.
4.
5. Menolong diri sendiri: Gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki
6. Tingkah laku social:Alat permainan yang dapat dipakai bersama, misalnya congklak, kotak
pasir, bola, tali.
Perkembangan Perilaku Normal
Motorik
Umur
Motor Behavior
Adaptive
1 bulan
4 bulan
eye
ada
tapi
terbatas.
Kepala tak merebah lagi, letak Tracking eye movement baik,
simetris, tangan terbuka.
7 bulan
movement
Duduk
dengan
sokongan
dari
lain.
tangan, Bermain dengan 2 kubus,
bulan
1 tahun
yang
satu
disentuhkan
kubus
botol.
6/12 Berjalan tanpa jatuh. Duduk sendiri Mengeluarkan kancing dari
bulan
2 tahun
Berlari.
Menyusun tumpukan dari 6 kubus.
3 tahun
4 tahun
Meniru
lingkaran.
Membuat
jembatan
gambar silang.
Membuat pintu
Berjinjit.
garis
dengan
5 tahun
coretan
gerbang
kubus.
Menggambar orang.
Dapat menghitung 10 sen.
Perkembangan Sosial
Umur
0-1 bulan
Tindakan
Menangis & Diam, dipengaruhi oleh
stimuli eksternal
Dapat melihat wajah orang.
2-4 bulan
5-6 bulan
8-12 bulan
makan.
Minta perhatian ortu dengan membuat
aktif
dengan
memalingkan
muka.
Membedakan suara.
Bertindak ramah pada orang yang
dikenal, dan malu pada orang yang
1-2 tahun
Penyempurnaan
belum dikenal.
sosial Anak mencari mengharapkan ada teman
aktif
2-4 tahun
Masa membangkang
5-6 tahun
Masa adaptasi
> 6 tahun
pekerjaan.
Masa berpikir dan emosi Anak mulai
malas
bekerja
(harus
Masa mandiri
Perkembangan Bahasa
USIA DAN
PENGUASAAN
PENGUASAAN
STADIUM
PEMAHAMAN
EKSPRESI
PERKEMBANGA
N
0-6 bulan
- Memiliki
vokalisasi selain
tiba-tiba.
menangis
- Memiliki tangisan
sakit.
dengan senyuman.
- Membuat
vokalisasi untuk
namanya sendiri.
menunjukkan
kesenangan.
- Bermain dengan
membuat suarasuara.
- Berceloteh
(mengulangi urutan
suara).
7-11 bulan
Masuk
stadium
bahasa
-
terhadap namanya
secara disadari).
sendiri dengan
vokalisasi.
Berespon
Meniru
melodi ungkapan.
Mengguanakan
logat sendiri
Mendengarkan pembicaraan
(bahasa sendiri)
Memiliki
gerak isyarat
(menggelengkan
kepala untuk tidak).
-
Memilki
seruan (oh-oh)
Bermain
permainan kata
(menepuk kue,
sembunyisembunyian)
12-18 bulan
Menggunakan kata
tunggal (rata-rata
pertama adalah 11
bulan, anak
sering.
menggunakan
Mendapatkan pengertian
minggunya.
-
Berbicara
dengan mainan, diri
Dapat mengidentifikasi
sampai 20 kata).
lain, dengan
mengguanakan pola
Kira-kira 25%
ungkapan adalah
dapat dimengerti.
12-24 bulan
dilewatkan.
Menggunakan
dua kata
(Mama gendong,
ke sini)
Meniru suara
lingkungan dalam
permen)
bermain (moo,
Menyebut dirinya
sendiri dengan
nama, mulai
menggunakan kata
ganti.
Mulai
menggunakan
ungkapan telegrafik
tiga kata (semua
bola pergi, saya
pergi sekarang)
dimengerti.
-
Menggunakan
bahasa untuk
24-36 bulan
Stadium
Pembentukan
Tata-
Bahasa
-
meminta.
Menggunakan
dengan kata-kata
berfungsi secara
yang besar).
akan, sebuah).
Biasanya
sifat.
memberikan
maksud sebelum
bertindak.
tidur).
Bercakap-cakap
Perbendaharaan
kata bertambah
(sampai 270 kata
pada usia 2 tahun,
895 kata pada usia
3 tahun) termasuk
ucapan populer
(slang).
P, b, m
diartikulasikan
secara benar.
Berbicara mungkin
menunjukkan
gangguan irama