Anda di halaman 1dari 36

ELEMINASI ALVI

0leh
IIS SUGIARTY, SST

Sistem Tubuh Yang Berperan dalam


Eleminasi Alvi
Sistem tubuh yang berperan adalah sistem
gastrointestinal bawah : usus halus & usus besar.
Usus halus terdiri : duodenum, jejunum, ileum,
panjang 6 m, diameter 2,5 cm, serta berfungsi
sebagai tempat absorbsi elektrolit Na, Cl, K, Mg,
HCO3, & kalsium.
Usus besar dimulai dari rektum, kolon, hingga
anus dengan panjang 1,5 m, diameter 6 cm.
Batas antara usus besar dan ujung usus halus
adalah katup ileocaecal, fungsinya mencegah zat
yang masuk ke usus besar sebelum waktunya &
mencegah produk buangan untuk kembali ke usus
halus.

Produk buangan yg memasuki usus besar


adalah cairan. Anus menyerap cairan
sekitar 800-1000 ml/hari. Penyerapan ini
yang menyebabkan feses mempunyai
bentuk & berwujud setengah padat.
Jika penyerapan tidak baik, maka produk
buangan cepat melalui usus besar, feses
lunak & berair.
Jika feses terlalu lama dalam usus besar,
maka terlalu banyak air yang diserap shg
feses menjadi keras & kering.
Feses yg sdh siap utk dibuang ditampung
dalam kolon sigmoid.

Makanan yang diterima o/ usus


dari lambung dalam bentuk
setengah
padat
(chyme)
;
berupa air, nutrien, elektrolit
akan diabsorpsi.
Proses dari perjalanan makanan
membutuhkan waktu 12 jam

Proses defekasi (buang air besar) adalah


proses pengosongan usus.
Feses terdiri atas sisa makanan seperti
selulose yang tidak direncanakan & zat
makanan lain yang seluruhnya tidak
dipakai oleh tubuh, berbagai macam
organisme, sekresi kelenjar usus, pigmen
empedu, & cairan tubuh.
Feses yg normal terdiri atas masa padat &
berwarna coklat karena disebabkan oleh
mobilitas sebagai hasil reduksi pigmen
empedu & usus kecil.

Proses Defekasi Normal


Dalam kondisi normal rektum tidak berisi
feses.
Apabila ada feses/gas bergerak kedalam
rektum, dindingnya akan berdistensi.
Saat
rektum
berdistensi,saraf
sensoris
distimulasi membawa impuls sehingga terjadi
relaksasi sfingter interna.
Impuls
bergerak
keotak,
menciptakan
kesadaran individu perlu melakukan defekasi
Diikuti oleh relaksasi sfingter ani eksterna
secara volunter (sadar)
Apabila waktu defekasi tidak tepat, konstriksi
otot levator ani membuat anus tertutup dan
defekasi tertunda.

Masalah Eleminasi Alvi:


1. Konstipasi kolonik

keadaan individu yang beresiko mengalami statis


usus besar sehingga menimbulkan eleminasi yang
jarang / keras
( keluarnya tinja terlalu kering & keras ).

Tanda klinis :
- adanya feses yang keras
- defekasi < 3 kali seminggu
- menurunnya bising usus
- adanya keluhan pada rektum
- nyeri saat mengejan & defekasi
- adanya perasaan masih ada sisa feses

Kemungkinan Penyebab :
- Defek persyarafan, kelemahan pelvis, imobilitas
karena cedera serebrospinalis, CVA,dll
- Pola defekasi tidak teratur
- Nyeri saat defekasi karena hemoroid
- Menurunnya peristaltik
- Penggunaan obat seperti penggunaan antasida,
laksansia, anestesi
- Usia lanjut.

2. Konstipasi yang dirasakan.


keadaan individu dalam menentukan sendiri
penggunaan laksantif, enema, supositoria untuk
memastikan defekasi setiap harinya.
Tanda klinis : adanya penggunaan laksansia
setiap hari sbg enema atau supositoria secara
berlebihan, adanya dugaan pengeluaran
feses pada waktu yang sama setiap hari.
Kemungkinan penyebab :persepsi salah
akibat depresi, keyakinan budaya.

3.

Inkontinensia Usus

4.

Kembung

hilangnya kemampuan otot utk


mengontrol
pengeluarkan feses & gas melalui
sfingter akibat kerusakan sfingter (pengeluaran
feses tanpa
disadari).
Tanda klinis : pengeluaran feses yang tidak
dikehendaki.
Kemungkinan Penyebab : gangguan sfingter
rektal akibat cedera anus. Distensi rektum
berlebihan, kurangnya kontrol sfingter akibat
cedera medula spinalis, CVA,dll.
Kerusakan kognitif.

keadaan penuh udara dalam perut karena


pengumpulan gas secara berlebihan dalam
lambung atau usus.

4.

Hemorroid

keadaan terjadinya pelebaran vena di


daerah anus sbg akibat peningkatan
tekanan didaerah anus yang dapat
disebabkan krn konstipasi, peregangan
saat defekasi.
5.

Fecal Impaction
masa feses keras dilipatan rektum yg
diakibatkan oleh retensi & akumulasi
materi feses yang berkepanjangan.
Penyebabnya : asupan kurang,
aktivitas
kurang, diet rendah serat,
kelemahan
tonus otot.

6.

Diare

merupakan keadaan individu yg


beresiko
mengalami feses dlm bentuk
cair. Sering
disertai kejang usus, rasa
mual dan
muntah.

Tanda klinis : adanya pengeluaran feses


cair, frekuensi > 3 kali sehari, nyeri / kram
abdomen, bising usus meningkat.
Penyebabnya:
malabsorpsi,
inflamasi,
proses infeksi, peningkatan peristaltik
karena peningkatan metabolisme, efek
tindakan
pembedahan
usus,
stress
psikologis.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES


DEFEKASI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Usia
Diet
Asupan Cairan
Aktivitas
Pengobatan
Gaya Hidup
Penyakit
Nyeri
Kerusakan Sensorik & Motorik

Usia
Setiap tahap perkembangan memiliki kemampuan
mengontrol defekasi yang berbeda. Bayi belum
memiliki kemampuan mengontrol BAB scr penuh.
Pada orang dewasa sudah memiliki kemampuan
mengontrol secara penuh. Pada lansia mengalami
penurunan.
Diet
Makanan yg memiliki kadar kandungan serat tinggi
dapat membantu proses percepatan dan jumlah
yang dikonsumsi pun dapat mempengaruhi.
Asupan Cairan
Pemasukan yang kurang dalam tubuh membuat
defekasi menjadi keras krn proses absorbsi kurang
shg dpt mempengaruhi kesulitan proses defekasi.

Aktivitas
Melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan
diafragma menyebabkan gerakan peristaltik pada
daerah kolon dpt bertambah baik shg membantu
kelancaran proses defekasi.
Pengobatan
Seperti penggunaan laksantif & antasida yang
terlalu sering.
Gaya Hidup
Seseorang yang memiliki gaya hidup sehat /
kebiasaan melakukan BAB ditempat bersih/toilet,
maka ketika org tsb BAB ditempat terbuka/kotor
ia akan mengalami kesulitan dlm proses defekasi.

Penyakit
Penyakit yang berhubungan dengan sistem
pencernaan, contoh : gastroenteritis/diare
penyakit infeksi lainnya.
Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi keinginan
/ kemampuan untuk BAB, contoh : nyeri pada
kasus hemoroid & episiotomi.
Kerusakan Sensoris & Motorik
Menimbulkan proses penurunan stimulasi
sensoris dalam defekasi. Hal tsb diakibatkan
oleh kerusakan saraf pada tulang belakang /
kerusakan saraf lainnya.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


MASALAH ELEMINASI ALVI
A. Pengkajian Keperawatan.
1. Pola defekasi & keluhan selama
defekasi.
- frekuensi BAB pada bayi sebanyak
4-6x/hr.
- org dewasa adalah 2-3x/hr dgn jlh
rata2 jlh pembuangan perhari adalah
150 gr.

2. Keadaan feses meliputi :


No
1

Keadaan
Warna

Normal

Abnormal

Bayi:kuning

Putih,hitam/tar,
Merah

Dewasa:cokelat

Pucat berlemak

Penyebab
Kurangnya kadar
empedu,
perdarahan sal
cerna bgn
atas,prdarahan
sal cerna bgn
bawah.
Malabsorbsi
lemak

Bau

Khas feses &


dipengaruhi o/
makanan

Amis & perubahan


bau

Darah & infeksi.

Konsistensi

Lunak & berbentuk

Cair

Diare & absorbsi


kurang

Bentuk

Sesuai diameter
rektum

Kecil, bentuknya
seperti pencil

Obstruksi &
peristaltik yg
cepat.

Konstituen

Makanan yg tdk
dicerna, bakteri yg
mati, lemak,
pigmen empedu,
mukosa usus, air

Darah,pus,benda
asing, mukus,atau
cacing

Internal bleeding,
infeksi, tertelan
benda, iritasi,
inflamasi

3. Faktor yang mempengaruhi eleminasi alvi


:
perilaku / kebiasaan defekasi, diet,
makanan yang biasa dimakan, makanan
yg dihindari, pola makan yg teratur / tdk,
cairan ( jumlah & jenis minuman / hari),
aktivitas (kegiatan sehari-hari), kegiatan
yang spesifik, penggunaan obat, stres,
pembedahan / penyakit menetap, dsb.

B. Diagnosa Keperawatan.
1. Konstipasi b/d :
Defek persyarafan, kelemahan pelvis,
immobilitas
akibat
cedera
medula
spinalis, dan CVA.
Penurunan respon berdefekasi.
Nyeri akibat hemoroid.
Efek samping tindakan pengobatan:
antasida, anestesi.
Menurunnya peristaltik akibat stres.
Penurunan Laju Metabolisme

B. Diagnosa Keperawatan.
2. Diare b/d :
Malabsorpsi / inflamasi akibat penyakit
infeksi, gastritis, ulkus, dll.
Peningkatan peristaltik akibat peningkatan
metabolisme.
Proses infeksi.
Efek samping tindakan pengobatan
Stres psikologis.

3. Inkontinensia usus b/d :


Gangguan sfingter rektal akibat
cedera
rektum
atau
tindakan
pembedahan.
Kurangnya kontrol pada sfingter
akibat cedera medula spinalis, CVA,
dll.
Distensi rektum akibat konstipasi
kronis.
Ketidakmampuan
mengenal
/
merespon proses defekasi akibat
depresi atau kerusakan kognitif.

C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
Memahami
arti
eleminasi
scr
normal.
Mempertahankan asupan makanan
dan minuman cukup.
Membantu latihan secara teratur.
Mempertahankan
kebiasaan
defekasi secara teratur.
Mencegah gangguan integritas kulit.

Rencana Tindakan
1. Kaji perubahan faktor yang
mempengaruhi eleminasi alvi.
a. Konstipasi scr umum.

dapat

Membiasakan pasien untuk BAB scr teratur.


Meningkatkan asupan cairan.
Diet yang seimbang & makanan yang
banyak mengandung serat.
Melakukan latihan fisik : latihan otot perut
Mengatur posisi yang baik untuk BAB
Anjurkan untuk tidak memaksakan diri
dalam BAB.
Berikan obat laksantif Dulcolax
Lakukan enema (huknah).

Anjurkan pasien untuk minum air hangat / jus


buah (minuman yang merangsang peristaltik)
sebelum waktu defekasi.
Bantu pasien ke toilet.
Jaga privasi pasien selama defekasi.
Instruksikan pasien untuk duduk di toilet,
gunakan tangan untuk menekan perut terus
kebawah dan jangan mengedan untuk
merangsang pengeluaran feses.
Jangan dimarahi ketika pasien tidak mampu
defekasi.
Anjurkan makan secara teratur dengan
asupan cairan dan serat yang adekuat.
Pertahankan latihan secara teratur jika fisik
pasien mampu.

b. Konstipasi akibat nyeri :

Diet tinggi serat.


Berikan pelumas disekitar anus untuk
mengurangi nyeri.
Kompres dingin disekitar anus untuk
mengurangi rasa gatal.
Rendam duduk / mandi di bak dengan air
hangat selama 15 menit jika nyeri hebat.
Berikan pelunak feses.
Cegah duduk lama apabila hemoroid
( berdiri tiap 1 jam 10-15 menit ).

c.

Konstipasi kolonik akibat perubahan gaya


hidup :
Berikan stimulus untuk BAB ; minum jus.
Bantu pasien menggunakan pispot jika
memungkinkan.
Gunakan kamar mandi daripada pispot
jika memungkinkan.
Ajarkan latihan fisik dengan cara
memberikan ambulasi, latihan rentang
gerak, dll.
Tingkatkan diet tinggi serat seperti buah
& sayuran.

d. Inkontinensia usus :

Pada waktu tertentu tiap 2/3 jam


letakkan pispot dibawah TT pasien.
Berikan latihan BAB dan anjurkan pasien
untuk selalu berusaha latihan.
Jika inkontinensia hebat, diperlukan
pakaian dalam yang tahan lembab,
supaya pasien & sprei tidak begitu kotor.
Pakai laken yang dapat dibuang dan
menyenangkan untuk dipakai.
Untuk mengurangi rasa malu pasien,
perlu didukung semangat pengertian
perawatan khusus.

D. TINDAKAN KEPERAWATAN.
1. Menyiapkan
feses
untuk
bhn
pemeriksaan.
2. Menolong BAB menggunakan pispot.
3. Memberikan huknah rendah.
4. Memberikan huknah tinggi.
5. Memberikan spuit gliserin (enema
force).
6. Mengeluarkan
feses
dengan
jari
(evakuasi feses).

Atur posisi ps & pakai Handscone

Masukkan jari telunjuk yang diberi pelumas / jely


dalam anus, dan keluarkan masa feses yang
keras dalam rektum

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi
dilakukan
untuk
menilai
adanya
kemampuan pasien dalam :
1. Memahami cara eleminasi yang normal.
2. Mempertahankan
asupan
makanan
dan
minuman yang adekuat.
3. Melakukan latihan secara teratur.
4. Mempertahankan
defekasi
secara
normal
ditunjukkan dengan kemampuan pasien dalam
mengontrol BAB tanpa bantuan obat / enema,
BAB tanpa mengejan.
5. Mempertahankan rasa nyaman : kenyamanan
saat BAB, tidak terjadi bleeding dan inflamasi.
6. Mempertahankan integritas kulit perianal.

SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai