Anda di halaman 1dari 15

Tiga Tipe dalam Keluarga

KELUARGA adalah tempat mencurahkan kasih sayang baik kepada orangtua ataupun
sebaliknya. Keluarga yang bahagia adalah keluarga yang harmonis mempunyai komunikasi
yang baik antaranggota di dalamnya, saling mengerti kebutuhan dan keinginan satu sama
lain. menciptakan keluarga harmonis itu mudah jika di antara komponen keluarga itu
mempunyai keterbukaan yang sehat, saling mendukung dalam hal kebaikan, dan berani
mengaku salah jika memang bersalah.
Ada tiga tipe keluarga yang umum di masyarakat. Tipe yang pertama adalah keluarga yang
otoriter yaitu keputusan mutlak hanya ada pada satu tangan. Biasanya keluarga yang
otoriter itu karena sikap orangtua yang terlalu tegas, selalu memaksakan kehendak. Anak
diberi aturan-aturan hingga kadang merasa dikekang.
Orangtua seperti ini hanya akan mengatakan "ya" pada keinginan anak jika keinginan itu
benar dimata orangtua. Keluarga yang seperti ini akan memberikan dampak psikologis
yang buruk bagi anak karena ketidaknyamanannya di rumah. Karena anak merasa
dikekang, tidak mempunyai kebebasan untuk berekspresi.
Seringkali di dalam hati anak ingin berontak yang di tunjukkan dengan perlakuan yang tidak
mengenakkan di hati orang tuanya. Padahal, didalam diri anak mungkin dia berkata."Bukan
seperti itu yang aku maksud Ma, Pa. Aku hanya ingin menunjukkan keinginan ku. Papa
harus tahu itu."
Sikap keluarga seperti ini bisa mematikan kreativitas karena untuk berekspresi saja tidak
mendapat dukungan.
Begitu juga dengan tipe keluarga yang kedua yaitu keluarga bebas. Mungkin karena orang
tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tidak ada waktu di rumah untuk
memerhatikan anaknya. Terlebih jika tanggung jawab anak hanya di limpahkan kepada
pembantu. Keluarga yang seperti ini biasanya juga tidak peduli dengan apa yang terjadi
dengan anaknya, sehingga anak merasa kurang mendapat kasih sayang dari orang tua.
Dampak psikologis dari keluarga seperti ini adalah anak mempunyai sikap keras kepala dan
mau menang sendiri.
Tipe yang ketiga adalah keluarga yang demokratis, tidak terlalu otoriter ataupun terlalu
bebas. Keluarga yang seperti ini adalah keluarga yang di dambakan anak-anak . Yaitu
kebebasan yang tidak mengekang kreativitasnya.
Komponen dalam keluarga ini semuanya memiliki sikap terbuka. Anak bisa
mengungkapkan pendapatnya dan orang tua juga bisa menerimanya. Keinginan masingmasing bisa di ungkapkan dan diterima tanpa emosi, sehingga tidak menumbuhkan beban
psikologis bagi anak dan tidak membuat rasa kecewa di hati orang tua.

KONSEP KELUARGA (TIPE KELUARGA,


TUGAS KELUARGA, FUNGSI KELUARGA)

07DEC2010 No Comments
HEROdes.SolutionPosted in Uncategorized

A. Konsep Keluarga
1.

1. Pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu
atap dalam keadaan saling tergantung.(Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu
untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta mengodentifikasi
diri mereka sebagai bagian dari keluarga.(Friedman, 1998).
1.

2. Tipe/Bentuk Keluarga

Dalam masyarakat ditemukan tipe/bentuk keluarga:


1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.

Keluarga Inti (Nuclear Family) : keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
Keluarga Besar (Extended Family) : keluarga inti ditambah sanak
saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi,
dsb.
Keluarga Berantai (Serial Family) : keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
Keluarga Duda/Janda (Single Family) : keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
Keluarga Berkomposisi (Composite) : keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
Keluarga Kabitas (Cahabitation) : dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang


berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran ayng terdapat
dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1.

Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman, kepala rumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya dan anggota
masyarakat.

2.

Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga,
pengasuh, pendidik dan pelindung bagi anak-anaknya, anggota kelompok
social dan anggota masyarakat serta berperan sebagai pencari nafkah
tambahan bagi keluarga.

3.

Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan


tingkat perkembangan baik fisik, mental dan spiritual.

4.

4. Fungsi Keluarga

Fungsi dari keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota individu keluarga dan
masyarakat yang lebih luas, fungsi keluarga adalah:
1.

a. Fungsi Afektif

Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan keluarga.


Kebahagiaan keluarga diukur dengan kekuatan cinta keluarga. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak kegembiraan dan kebahagiaan seluruh
anggota keluarga, tiap anggota keluarga mempertahankan hubungan yang baik.
1.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu


yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan
sosial. Proses sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar
tentang norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi
dalam keluarga.
1.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah


sumber daya manusia.
1.

d. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota


keluarga seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.
1.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu


mencegah terjadi gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang
sakit. Kesanggupan keluarga untuk melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat
dilihat dari kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakan, memberikan perawatan, memelihara lingkungan dan
menggunakan fasilitas kesehatan.
B. Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan dari sistem keluarga yang
terjadi dari waktu ke waktu meliputi perubahn interaksi dan hubungan di antara
keluarga dari waktu ke waktu. Perkembangan ini terbagi dalam beberapa
tahapan, setiap tahapan memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tahapan tersebut dapat dilalui denagn sukses.
Menurut Duvall (1977) siklus kehidupan keluarga terdiri dari 8 tahapan yang
mempunyai tugas dan resiko tertentu pada setiap tahapan perkembangannya.
Adapun 8 tahapan perkembangan tersebut adalah:
1.

Tahap 1 keluarga pemula: dimulai saat individu membentuk keluarga


melalui perkawinan.

Tugas perkembangan:
1.

Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru.

2.

Membina hubungan dengan teman lain, keluarga lain.

3.

Membina keluarga berencana.

Masalah kesehatan: masalah seksual, peran perkawinan, kehamilan yang

kurang direncanakan.
1.

Tahap 2 keluarga dengan kelahiran anak pertama: dimulai sejak anak


pertama lahir sampai berusia 30 bulan.

Tugas perkembangan:
1.

Perubahan peran menjadi orang tua.

2.

Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga.

3.

Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya.

Masalah kesehatan: pendidikan meternitas, perawatan bayi yang baik,

pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini,


imunisasi, tumbuh kembang dan lain-lain.
1.

Tahap 3 keluarga dengan anak pra sekolah: dimulai anak pertama berusia
2,5 tahun sampai dengan 5 tahun.

Tugas perkambangan:
1.

Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.

2.

Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan.

3.

Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus dipenuhi.

4.

Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar


keluarga.

5.

Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak.

6.

Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

7.

Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

Masalah kesehatan:
1.

a. Masalah kesehatan fisik: penyakit menular pada


anak.

b. Masalah kesehatan psikososial: hubungan


perkawinan, perceraian.
3.
c. Persaingan antara kakak adik.
4.
d. Pengasuhan anak.
2.

5.

Tahap 4 keluarga dengan anak usia sekolah: dimulia saat anak pertama
berusia 6 tahun samapi 13 tahun.

Tugas perkembangan:
1.

Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.

2.

Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.

3.

Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.

4.

Meningkatkan komunikasi terbuka.

5.

Tahap 5 keluarga dengan anak remaja: dimulai saat anak pertama berusia
13 tahun sampai 19-20 tahun.

Tugas perkembangan:
1.

Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,


meningkatkan otonominya.

2.

Mempererat hubungan yang intim dalam keluarga.

3.

Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dn orang tua.

4.

Perubahan sistem peran dan peraturan tumbuh kembang keluarga.

Masalah kesehatan: penyalahgunaan obat-obatan dan penyakit jantung.


1.

Tahap 6 keluarga dengan anak dewasa: dimulai saat anak pertama


meninggalkan rumah sampai anak terakhir, lamanya tergantung dengan
jumlah anak atau banyaknya anak belum menikah dan tinggal dalam rumah:

Tugas perkembangan:
1.

Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2.

Mempertahankan keintiman pasangan.

3.

Membantu orang tua yang sedang sakit dan memasuki masa tua

4.

Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

5.

Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

Masalah kesehatan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

a. Masa komunikasi dewasa muda dengan orang tua


tidak lancar.
b. Transisi peran suami istri.
c. Memberi perawatan.
d. Kondisi kesehatan kronis
e. Masalah menopause
f. Efek dari obat-obatan, merokok, diet dan lain-lain.
Tahap 7 keluarga dengan usia pertengahan: dimulai saat anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiunan atau salah satu pasangan
meninggal.

Tugas perkembangan:
1.
2.
3.

Mempertahankan kesehatan.
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.
Meningkatkan keakraban pasangan.

Masalah kesehatan:

a. Promosi kesehatan.
b. Masalah hubungan dengan perkawinan.
c. Komunikasi dan hubungan dengan anak cucu dan
lain-lain.
4.
d. Masalah hubungan dengan perawatan.
1.
2.
3.

5.

Tahap 8 keluarga dengan usia lanjut: dimulai salah satu meninggal atau
pension sampai dengan dua-duanya meninggal.

C. Konsep Keperawatan Keluarga


1.

1. Pengertian

Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan


masyarakat yang ditujukan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang

dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai


sarana(Salviction G. Bailon dan Araciles Maglaya), 1978).
1.

2. Keluarga sebagai Unit Pelayanan

Beberapa hal berikut ini adalah alasan mengapa harus menjadi fokus sentral dari
perawatan:
1.

Dalam sebuah unit keluarga disfungsi apa saja akan mempengaruhi satu
atau lebih anggota keluarga.

2.

Ada hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan


anggotanya.

3.

Melalui perawatan kesehatan keluarga akan meningkat derajat kesehatan


secara menyeluruh.

4.

Upaya menemukan kasus dalam keluarga dan faktor resiko pada anggota
keluarga yang lain.

5.

Pemahaman terhadap individu dan fungsinya dipandang dalam konteks


keluarga mereka.

6.

Keluarga merupakan sistem pendukung vital bagi individu.

7.

3. Peran Perawat

Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah:


1.

a. Pendidik

Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat


melakukan program Asuhan Keperawatan Keluarga secara mandiri dan
bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan.
1.

b. Koordinator

Koordinasi diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari


berbagai disiplin agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
1.

c. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik, maupun
di rumah sakit bertanggung jawab memberikan perawatan langsung.
1.

d. Pengawas Kesehatan

Perawat harus melakukan kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi


tentang kesehatan keluarga.
1.

e. Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah


kesehatan.
1.

f. Kolaborasi

Perawat harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
1.

g. Fasilitator

Peran disini adalah membantu keluarga di dalm menghadapi kendala untuk


meningkatkan derajat kesehatannya.
1.

h. Modifikasi Lingkungan

Perawat dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun


lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.
1.

4. Proses Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis


untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan keluarga, merencanakan
asuhan keperawatan, melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah disusun dan mengevaluasi asuhan yang telah diberikan terhadap
keluarga.
Tahap-tahap dalam proses keperawatan:

1.

a. Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk


mengukur keadaan klien atau keluarga dengan memakai norma-norma
kesehatan maupun sosial yang merupakan sistem terintegrasi dan kesanggupan
keluarga untuk mengatasinya.
1.

b. Diagnosa Keperawatan

Dalam menetapkan diagnosa keperawatan keluarga ditetapkan berdasarkan


faktor resiko dan faktor potensial terjadinya penyakit atau masalah kesehatan
keluarga serta mempertimbangkan kemampuan dalam mengatasi masalah
kesehatannya.
1.

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan didasarkan pada rencana asuhan yang telah disusun. Halhal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah
sumber daya (keuangan), tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang
berlaku, respon dan penerimaan keluarga serta sarana yang dimiliki keluarga.
1.

d. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Apabila dalam
penilaian tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Hal ini dapat
terjadi karena beberapa faktor yaitu tujuan tidak realistis, tindakan keperawatan
yang tidak tepat dan faktor yang tidak dapat diatasi.
D. Hipertensi
1.

Pengertian

Hypertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan sistolik dan


diastolic serta merupakan suatu factor terjadinya kompilikasi penyakitt
kardiovaskuler ( Soekarsohardi,1999 : 151 ).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic diatas


standar dihubungkan dengan usia ( Gede Yasmin,1993 : 191 ).
Dari definisidefinisi diatas dapat disimpulkan bahwa : Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolic diatas normal
sesuai umur dan merupakan salah satu factor resiko terjadinya kompilkasi
penyakit kardiovaskuler.
1.

Etiologi

Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua kategori :


1.

Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang jelas.

Berbagai faktor yang turut berperan sebagai penyebab hipertensi seperti


berrtambahnya usia , factor psikologis , dan keturunan. Sekitar 90 %
hipertensi tidak diketahui penyebabnya .
1.

2.

Hipertensi sekunder telah diketahui penyebabnya seperti stenosis


arteri renalis, penyakit parekim ginjal, Koartasio aorta. Hiperaldosteron,
pheochromositoma dan pemakaian oral kontrasepsi. Adapun factor
pencetus hipertensi seperti, keturunan, jenis kelamin, umur, kegemukan,
lingkungan, pekerjaan, merokok, alkohol dan social ekonomi (Susi
Purwati , 2000 : 25 )
Patofisiologi.

Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk memompakan darah


keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung pada factor cardiac output dan
tekanan peririfer. Pada keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan tubuh yang meningkat diperlukan peningkatan cardiac
output dan tekanan perifer menurun .
Konsumsi sodium (garam) yang berlebihan akan mengakibatkan meningkatnya
volume cairan dan pre load sehingga meningkatkan cardiac aouput . Dalam
sistim Renin - Angiotensien aldosteron pada patogenesis hipertensi, ,
glandula supra renal juga menjadi factor penyebab oleh karena faktor
hormon

Sistim Renin mengubah angiotensin menjadi angiotensin I kemudian


angitensin I menjad angiotensin II oleh Angitensi Convertion Ensym (ACE)
Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan nervus pereifer
yang mengaktifkan sistim simpatik dan menyebabkan retensi vaskuler
perifer meningkat . Disamping itu angiotensin II mempunyai efek langsung
terhadap vaskuler smoot untuk vasokonstruksi renalis. Hal tersebut
merangsang adrenal untuk mengeluarkan aldosteron yang akan
meningkatkan extra Fluid volume melalui retensi air dan natrium. Hal ini
semua akan meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan cardiac
output. (Jurnlistik international cardiovaskuler,1999 ).
1.

Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi seperti , penyakit jntung


koroner, gagal jantung ,gagal ginjal ,kerusakan mata, dan kerusakan pembuluh
darah otak ( Sri Rahayu, 2000 : 22,23 dan patologi penyakit jantung RSUD.dr
Soetomo,1997).
1.

Perawatan

Perawatan pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :


1.

Pengaturan diit

2.

Berolah raga secara teratur

3.

Obat-obatan penurun takanan darah antara lain :

1)

Diuretik : Hidrochlortiasid,Furosemid dll.

2)

Betabloker

3)

Alfabloker : Prazosin dll.

4)

Penghambat ACE : Kaptopril dll.

5)

Antagonis Kalsium : Diltiasem dll.(farmakologi FKUI,1995)

roparnolol, dll.

1.

Nutrisi

Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada beberapa


factor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat
hipertensi,aktifitas dan ada tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi
pada penderita hipertensi ,diperlukan pengetahuan tentang jumlah kandungan
natrium dalam bahan makanan. Makan biasa ( untuk orang sehat rata-rata
mengandung 2800 6000 mg per hari ). Sebagian besar natrium berasal dari
garam dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan tekanan
darah serta cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4
(empat) macam diit untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
tekanan darah yaitu :
1.

Diet rendah garam

Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan mengkonsumsi.


Makanan tanpa garam.Garam dapur mempunyai kandungan 40% Natrium.
Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking
powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), Pengawet makanan atau natrium
bensoat biasanya terdapat dalam saos, kecap, selai, jelli, makanan yang terbuat
dari mentega. Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet
pantang garam memperhatikan hal sebagai berikut :
1) Jangan menggunakan garam dapur.
2) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarie, mentega, keju, trasi, petis,
biscuit, ikan asin, sardensis, sosis dan lain-lain.
3) Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan
tambahan atau penyedap rasa seperti saos.
4) Hindari penggunaan beking soda atau obat-obatan yang mengandung
sodium.

5) Batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, sprite


1.

Diet rendah kolesterol / lemak.

Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida, dan
pospolipid. Sekitar 25 50 % kolesterol berasal dari makanan dapat diarsorbsi
oleh tubuh sisanya akan dibuang lewat faeces. Beberapa makanan yang
mengandung kolestero tinggi yaitu daging, jeroan, keju keras, susu, kuning telur,
ginjal, kepiting, hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah
menurunkan kadar kolestero serta menurunkan berat badan bila gemuk. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam mengatur nutrisi pada hypertensi adalah :
1)

Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan mentega.

2)

Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.

3)

Gunakan susu full cream.

4)

Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per minggu.

5)

Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacang lainnya.

6) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti sirup,


dodol.
7)
1.

Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah buahan.


Diet kalori bila kelebihan berat badan.

Hypertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang. Meski demikian
orang yang kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena hypertensi. Salah
satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan diet rendah kalori, agar
berat badannya menurun hingga normal. Dalam pengaturan nutrisi perlu
diperhatikan hal berikut :
1)
Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi atau 500
kalori untuk penurunan 0,5 kg berat badab per minggu.

2)

Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.

3)

Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.

Contoh menu untuk penderita hypertensi :


1 piring nasi ( 100 gram ), 1 potong daging ( 50 gram ), 1 mangkok sup ( 130 gram
), 1 potong tempe ( 50 gram ), 1 potong pepaya ( 100 gram ), ( Sri Rahayu, 2000 ).
1.

Dampak masalah.
1.

1)

Terhadap individu.

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.

Anda mungkin juga menyukai