PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian politik.
2. Mengetahui sistem, fungsi, dan peranan politi di Indonesia
3. Mengetahui perkembangan politik di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
adalah
segala
sesuatu
tentang
proses
perumusan
dan
Sosialisasi Politik merupakan suatu cara untuk memperkenalkan nilainilai politik, sikap-sikap dan etika politik yang berlaku atau yang dianut oleh
suatu negara.
Pembentukan sikap-sikap politik atau untuk membentuk suatu sikap
dan keyakinan politik dibutuhkan waktu yang panjang melalui proses yang
berlangsung tanpa henti. Menurut Gabriel Almound, dalam Sosialisasi Politik,
terdapat dua hal yang penting, yaitu : Sosialisasi Politik berjalan terus menerus
selama hidup seseorang.
Sikap-sikap dan nilai-nilai yang didapatkan dan terbentuk pada masa
kanak-kanak akan selalu disesuaikan atau akan diperkuat sementara ia
mengalami berbagai pengalaman sosial. Pendidikan sekolah, pengalaman
keluarga dan pengaruh pergaulan berperan dalam memperkuat keyakinan
tetapi dapat pula mengubahnya secara drastis.
Sosialisasi Politik dapat berwujud transmisi dan pengajaran. Artinya
dalam sosialisasi itu terjadi interaksi antara suatu sikap dan keyakinan politik
yang dimiliki oleh generasi tua terhadap generasi muda yang cenderung masih
flesibel menerima pengaruh ajaran. Transmisi dan pengajaran tersebut dapat
berwujud : interaksi langsung yaitu berupa pengajaran formal ataupun
doktrinasi suatu suatu ideologi.
Contoh: pengajaran mata kuliah Pancasila di perguruan tinggi.
Interaksi tak langsung, yang sangat erat pengaruhnya pada masa kanak-kanak,
di mana berkembang sifat penurut atau sikap pembangkangan terhadap orang
tua, guru atau teman yang mempengaruhi sikapnya di masa dewasa terhadap
yang ada, apakah berlapis-lapis secara vertical dan apakah pelapisan tersebut
terbuka atau tertutup.
Soerjono Soekanto (1981::133), menyatakan social stratification
adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat atau system berlapis-lapis dalam masyarakat. Stratifikasi sosial
merupakan konsep sosiologi, dalam artian kita tidak akan menemukan
masyararakat seperti kue lapis; tetapi pelapisan adalah suatu konsep untuk
menyatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan secara vertical menjadi kelas
atas, kelas menengah dan kelas bawah berdasarkan criteria tertentu.
Pendapat di atas merupakan suatu penggambaran bahwa stratifikasi
sosial sebagai gejala yang universal, artinya dalam setiap masyarakat
bagaimanapun juga keberadaanya pasti akan di dapatkan pelapisan social
tersebut. Apa yang dikemukakan Aristoteles. Karl Marx adalah salah satu
bukti adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat yang sederhana sekalipun.
Kriteria jenis kekayaan dan juga profesi pekerjaan merupakan criteria yang
sederhana, sekaligus menyatakan bahwa dalam masyarakat kita tidak akan
menemukan masyarakat tanpa kelas.
Perkembangan masyarakat selanjutnya menuju masyarakat yang
semakin modern dan kompleks, stratifikasi sosial yang terjadi dalam
masyarakat akan semakin banyak. Mengapa terjadi stratisikasi social uraian
berikut ini akan menjelaskannya.
Menurut Soerjono Sokanto ( 1981 : 133) Selama dalam suatu
masyatrakat ada sesuatu yang dihargai dan setiap masyarakat mempunyai
sesuatu yang dihargainya, maka barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang
dapat menimbulkan adanya system berlapis-lapis yang ada dalam masyarakat
itu. Barang sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin berupa
uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah,
kekuasan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama atau mungkin juga
keturunan dari keluarga yang terhormat. Terjadinya stratifikasi sosial dalam
masyarakat dikarenakan sesuatu yang dihargai dalam masyarakat jumlahnya
terbatas, akibatnya distribusinya di dalam masyarakat tidaklah merata.
politik
di
era
kepemimpinan
Soekarno,
telah
memberikan ruang luas bagi partai politik untuk melaksanakan kegiatankegiatan politiknya. Ini terbukti dengan terbentuknya sistem kepartaian
(multipartai). Masyarakat pun memiliki pilihan yang banyak untuk
menempatkan keterwakilan politiknya di parlemen. Pemilu sebagai ciri dari
negara demokrastis, di era Soekarno diselenggarakan dengan baik. Kebebasan
pers menduduki posisi tertinggi, sebagai media informasi yang dijamin
kebebasannya.
Namun
hal
tersebut
tidak
berlangsung
lama.
Era
Lalu
terjadi
gerakan
perkembangan
yang
lambat
terhadap
10
komandan pemerintahan yang tidak boleh tersentuh oleh apapun dan siapapun.
Kehidupan politik yang diharapkan mengalami perkembangan setelah
runtuhnya rezim Soekarno ternyata hanya jadi retorika semata.
Posisi
politik
lembaga
legislatif
yang
seharusnya
menjadi
11
dan
berpendapat
yang
ada
dalam
undang-undang
dasar
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan partai politik di Indonesia merupakan hal yang sudah
lama dan menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia itu sendiri yaitu
sejak adanya penjajah Belanda datang ke Indonesia sampai saat sekarang
pasca refomasi yang mana dinamika pergolakannya semakin tinggi. Indonesia
sempat mengalami ancaman dalam perkembangan iklim politiknya karena
lahirnya partai komunis Indonesia, yang melahirkan gerakan 30 September
1965. Namun berkat lahirnya Supersemar akhirnya organisasi terlarang ini
berhasil ditumpas sampai ke akarnya. Peran partai politik di Indonesia
mengalami banyak perubahan dan pasang surut dari mulai dibentuknya partai
politik di Indonesia untuk pertama kali di zaman pergerakan nasional yang
masih sebagai sarana sosialisasi dan komunikasi politik, sampai dengan
sekarang yang perannya sebagai penyalur aspirasi rakyat sudah mulai bisa
dimaksimalkan. Pada periode awal kemerdekaan, partai politik dibentuk
dengan derajat kebebasan yang luas bagi setiap warga negara untuk
membentuk dan mendirikan partai politik. Bahkan, banyak juga calon-calon
independen yang tampil sendiri sebagai peserta pemilu 1955. Sistem multi
partai terus dipraktikkan sampai awal periode Orde Baru sejak tahun 1966.
Padal pemilu 1971, jumlah partai politik masih cukup banyak. Tetapi pada
pemilu 1977, jumlah partai politik mulai dibatasi hanya tiga saja. Bahkan
13
secara resmi yang disebut sebagai partai politik hanya dua saja, yaitu PPP dan
PDI. Sedangkan Golkar tidak disebut sebagai partai politik, melainkan
golongan karya saja. Menurut pendapat kami pada era reformasi ini sebaiknya,
sistem multipartai tetap dipertahankan dengan tetap memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk mendirikan partai politik baru, namun perlu juga
memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam berpolitik agar tidak terjadi
penyimpangan terhadap wadah aspirasi rakyat tersebut.
3.2.Saran
Saran saya kepada pembaca agar memanfaatkan makalah ini dengan
sebaik baiknya dan menerapkan makalah ini dalam kehidupan sehari hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://kakarisah.wordpress.com/2010/03/09/perkembangan-partai-politikdi-indonesia/
15