TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Susu Ibu (ASI)
2.1.1. Definisi ASI
a. Air susu ibu (ASI) merupakan suspensi lemak dan protein dalam larutan
karbohidrat-mineral. ASI adalah makanan ideal untuk neonatus. ASI
memberikan nutrien yang spesifik usia serta faktor imunologis dan
substansi antibakteri. ASI juga mengandung faktor-faktor yang berperan
sebagai sinyal biologis untuk meningkatkan pertumbuhan sel dan
diferensiasi. (Varney, 2007).
b. ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang diseksresikan oleh
kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu
terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan
mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk
tumbuh kembang bayi yang tersedia setiap saat, siap disajikan dalam
suhu kamar dan bebas dari kontaminasi. (Mulyani, 2013)
2.1.2. Definisi ASI Eksklusif
a. ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, 2013).
b. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa pemberian makan tambahan
lain pada umur 0-6 bulan. Ini berarti bayi tidak diberi air putih, teh,
minuman ramuan, cairan lain, maupun makanan selama 6 bulan pertama
usianya. (Maryunani, 2012)
2.1.3. Macam-macam ASI
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu, kolostrum, air susu transisi
dan air susu matur. Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum), Selama kehamilan,
estrogen dan progesteron memicu pertumbuhan alveolus dan duktus, serta
merangsang seksresi kolostrum. Kolostrum telah ada sejak minggu ke-16
pada masa kehamilan. (Fraser, 2004). Berbeda dengan ASI hari ke 5-10
(transisi) dan ASI matur.
1) Kolostrum
AIR
AIR
AIR
LEMAK
LEMAK
LEMAK
PROTE
IN
LAKTO
SA
PROTE
IN
PROTE
IN
LAKTO
SA
LAKTO
SA
10
laktosa, yang
11
kali jumlah yang terdapat dalam ASI matur, dan unsur inilah yang
menjadikan kolostrum berwarna kuning.
Vitamin D. Nama ini diberikan untuk dua senyawa yang
larut lemak: kalsiferol (vitamin
D 3 ). vitamin
terdapat
pada
susu
formula
dibanding
ASI,
12
Escherichia
coli
(E.
coli),
salmonela,
shigela,
13
bifidus,
yang
melemahkan
perkembangbiakan
patogen. (Bayi yang diberi susu formula yang berasal dari susu sapi
lebih berpotensi untuk mempunyai basilus patogen dalam flora
ususnya). (Fraser, 2009)
2.1.5. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif
1) Manfaat ASI bagi bayi
a) Dapat memulai kehidupannya dengan baik
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat
badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal
baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas. Jika dibandingkan ibu
yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi dengan ibu yang
tidak
diberikan
penyuluhan,
umumnya
ibu
yang
diberi
14
15
yang terdapat dalam ASI juga dapat memberikan rasa kantuk dan
rasa nyaman. Hal ini dapat membantu menenangkan bayi dan
membuat bayi tertidur dengan pulas. Secara psikologis menyusui
juga baik bagi bayi dan meningkatkan ikatan dengan ibu.
e) Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian
susu formula akan merangsang aktivitas sistem ini dan dapat
menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian
protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi
kemungkinan alergi.
f) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung
omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi
yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas
dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan
terhindar dari kerusakan sel-sel saraf. Menyusui juga membantu
perkembangan otak. Bayi diberi ASI rata-rata memiliki IQ 6 poin
lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.
(Wiji, 2013)
2) Manfaat ASI untuk ibu
a) ASI eksklusif adalah diet alami bagu ibu
Adengan memberikan ASI eksklusif, berat badan ibu yang
bertambah selama hamil, akan segera kembali mendekati berat
semula. Naiknya hormon oksitosin selagi menyusui, menyebabkan
kontraksi semua otot polos, termasuk otot-otot uterus.
b) Mengurangi tresiko anemia
Pada saat pemberian ASI, otomatis risiko perdarahan pascabersalin berkurang. Perlu diketahui, perdarahan yang berlangsung
dalam tenggang waktu lama merupakan salah satu penyebab
anemia. Dengan demikian, memberikan ASI segera setelah
melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti
mengurangi risiko perdarahan. (Maryunani, 2012)
c) Aspek kontrasepsi
Ibu mungkin tidak menyadari bahwa ASI yang ibu berikan
dengan cara menyusui dapat memberikan aspek kontrasepsibagi ibu.
16
Hal ini dapat terjadi karena hisapan mulut bayi pada puting susu ibu
merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofise
mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan
produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi. Menjarangkan
kehamilan pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi
yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila
diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi
kembali. Tapi jika ibu sudah mengalami menstruasi maka ibu
diwajibkan untuk menggunakan alat kontrasepsi lain karena ASI
yang diharapkan sebagai alat kontrasepsi sudah dianggap gagal
dengan adanya tanda menstruasi.
d) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya
oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi
uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma
mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang
tidak menyusui. Selain itu, mencegah kanker hanya dapat diperoleh
ibu
yang
menyusui
anaknya
secara
eksklusif.
Penelitian
hormon
muda
bertambah,
17
18
(Ambarwati, 2010)
Hal-hal Yang Memengaruhi Produksi ASI
Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000
ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut:
1) Makanan Ibu
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan
ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi
yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar
pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan
yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu
harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta
mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak
kurang lebih 8-12 gelas/hari.
2) Ketenangan Jiwa dan Fikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu
yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan
berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI
bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang
baik harus dalam keadaan tenang.
3) Penggunaan Alat Kontrasepsi
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi
hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat
dapat mempengaruhi produksi ASI.
4) Perawatan Payudara
Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise
untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak
lagi dan hormon oxytocin.
5) Anatomis Buah Dada
19
6) Fisiologi
Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin ini
merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan
dan mempertahankan sekresi air susu.
7) Faktor Istirahat
Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam
menjalankan
fungsinya
dengan
demikian
pembentukan
dan
obat-obatan
yang
mengandung
hormon
20
b) Refleks ereksi puting susu ini membantu propulsi susu melalui sinussinus laktiferus ke pori-pori puting susu.
c) Refleks let-down akibat stimulus isapan, hipotalamus melepas oksitosin
dari hipofisis posterior. Stimulus oksitosin membuat sel-sel mioepitel
di sekitar alveoli di dalam kelenjar mamaria berkontraksi. Kontraksi
sel-sel yang menyerupai otot ini menyebabkan susu keluar melalui
sistem duktus dan masuk ke dalam sinus-sinus laktiferus, dimana susu
tersedia untuk bayi. Banyak ibu mengalami refleks let-down hanya
karena berpikir tentang bayinya atau mendengar bayi lain menangis.
Refleks let-down dapat terjadi selama aktivitas seksual karena
oksitosin dilepas selama orgasme. (Bobak, 2004)
2.2 Susu formula
2.2.1. Pengertian Susu formula
Susu formula merupakan susu yang secara khusus diformulasikan sebagai
pengganti air susu ibu untuk bayi sampai berusia 6 (enam) bulan. (Permenkes RI,
2013). Susu formula adalah susu sapi murni atau bentuk modifikasinya yang
merupakan bahan dasar pada kebanyakan formula. Sterilisasi dan pendinginan
formula sangat mengurangi morbiditas dan mortalitas infeksi gantrointestinal.
(Behrman, 2012).
Formula bayi atau pengganti ASI adalah susu sapi yang telah dimodifikasi.
Susu tersebut terdiri atas susu sapi yang dikeringkan kasar dengan tambahan
vitamin. Tingginya kadar zat terlarut menjadi penyebab terjadinya hipokalsemia
infantil dan dehidrasi akibat hipernatremia. (Fraser, 2009).
2.2.2. Jenis Susu Formula
Ada beberapa jenis susu formula menurut Fraser (2009), yaitu:
1) Formula kaya whey
Skimmed milk dalam jumlah kecil dikombinasikan dengan whey yang
dimineralisasi. Perbandingan protein dalam formula tersebut kira-kira
hampir sama dengan perbandingan whey dengan kasein yang
ditemukan pada ASI. Susu ini lebih mudah dicerna di bandingkan
dengan formula kaya kasein, yang akan berdampak pada waktu
pengosongan lambung. Hal ini mengarah ke pola pemberian susu yang
hampir sama dengan bayi yang diberi ASI.
2) Formula kaya kasein
21
Formula ini juga dijual karena cocok dikonsumsi bayi sejak lahir,
tetapi lebih ditujukkan bagi ibu yang bayinya mudah lapar.
Walaupun proporsi nutrisi makro (lemak, kerbohidrat, protein, dll)
sama dengan yang ditemukan dalam formula kaya whey, sebagian
besar protein yang ada berbentuk kasein. Bentuk ini sebagian besar
berbentuk kepala susu yang relatif sulit dicerna di lambung dan
ditujukan agar bayi merasa kenyang dalam waktu yang lebih lama.
Tidak dapat dihindari, hal ini menyebabkan kebutuhan metabolik yang
lebih besar pada bayi.
3) Formula hidrolisat
Jika pemberian ASI tidak dapat dilakukan, terdapat (hanya dengan
resep) beberapa alternatif yang menimbulkan risiko alergi yang lebih
kecil dibanding dengan susu formula standar. Hidrolisat yang beberapa
diantaranya memang dirancang untuk mengobati alergi yang ada, dan
beberapa di antaranya dirancang untuk tindakan pencegahan pada bayi
yang diberi susu botol yang berisiko tinggi mengalami alergi terhadap
protein dalam susu sapi. Hal ini tercantum dalam panduan peresepan
British national formulary, yang mensyaratkan terbukti intoleransi
untuk beberapa jenis hidrolisat, tetapi tidak untuk yang lain. Formula
hidrolisat dibuat dari susu sapi, kanji jagung, dan makanan lain, yang
dicampur enzim pencernaan sehingga protein susu pecah secara
parsial. Dengan demikian, kecil kemungkinan formula tersebut dapat
menyebabkan alergi, walaupun masih dapat menyebabkan alergi
terhadap bayi yang sangat alergi. Hidrolisat whey dibuat dari whey
susu sapi (bukan susu sapi lengkap) dan dapat lebih bermanfaat,
terutama bagi bayi yang sangat alergi.
4) Formula berbahan dasar asam amino atau formula dasar.
Formula ini seluruhnya terbuat dari protein sintesis, yang terdiri atas
asam amino esensial dan asam amino non-esensial, bersama dengan
lemak, maltodekstrin, vitamin, mineral, dan unsur lainnya.
5) Formula berbahan dasar kedelai
Formula ini juga tercantum dalam peraturan susu formula bayi dan
formula lanjutan (oleh Advisory committee for Borderline Subtances)
22
sebagai
sumber
tunggal
makanan
bayi
muda.
Formula
ini
23
2.3 Diare
2.3.1
Definisi Diare
Menurut World Health Organization (WHO), diare adalah suatu
buang air baesar dengan frekuensi lebih sering (lebih dari 3 kali sehari),
dan bentuk tinja lebih cair dari biasanya. Dengan demikian, bayi dikatakan
terkena diare jika sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan
neonatus dikatakan diare jika sudah lebih dari 4 kali buang air besar.
(Putra, 2012).
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari
4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila
frekuensinya lebih dari 3 kali. (Rukiyah, 2010).
Diare
adalah
peningkatan
jumlah
feses
dan
peningkatan
pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk. Diare adalah gejala
gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan, absoprsi, dan sekresi di
dalam saluran GI. (Potter, 2006)
Dan dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan
Diare merupakan suatu pengeluaran tinja atau Buang air besar yang tidak seperti
biasanya dideteksi encer dengan atau tanpa lendir darah dengan frekuensi lebih
dari 3 kali sehari.
2.3.2
Muntah
24
b)
c)
Panas
d)
e)
f)
Cengeng
g)
Gelisah
h)
Suhu meningkat
i)
j)
Anus lecet
k)
Dehidrasi
l)
m)
n)
Mata cekung
o)
2.3.3
25
pergeseran
air
dan
elektrolit
ke
rongga
usus
yang
dapat
Bahaya Diare
Sebagai akibat diare akut maupun kronik akan terjadi :
26
27
Faktor Infeksi
Faktor Malabsorpsi
Diare
Faktor makanan
Faktor Psikologis