Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Susu Ibu (ASI)
2.1.1. Definisi ASI
a. Air susu ibu (ASI) merupakan suspensi lemak dan protein dalam larutan
karbohidrat-mineral. ASI adalah makanan ideal untuk neonatus. ASI
memberikan nutrien yang spesifik usia serta faktor imunologis dan
substansi antibakteri. ASI juga mengandung faktor-faktor yang berperan
sebagai sinyal biologis untuk meningkatkan pertumbuhan sel dan
diferensiasi. (Varney, 2007).
b. ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang diseksresikan oleh
kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu
terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan
mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk
tumbuh kembang bayi yang tersedia setiap saat, siap disajikan dalam
suhu kamar dan bebas dari kontaminasi. (Mulyani, 2013)
2.1.2. Definisi ASI Eksklusif
a. ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, 2013).
b. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa pemberian makan tambahan
lain pada umur 0-6 bulan. Ini berarti bayi tidak diberi air putih, teh,
minuman ramuan, cairan lain, maupun makanan selama 6 bulan pertama
usianya. (Maryunani, 2012)
2.1.3. Macam-macam ASI
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu, kolostrum, air susu transisi
dan air susu matur. Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum), Selama kehamilan,
estrogen dan progesteron memicu pertumbuhan alveolus dan duktus, serta
merangsang seksresi kolostrum. Kolostrum telah ada sejak minggu ke-16
pada masa kehamilan. (Fraser, 2004). Berbeda dengan ASI hari ke 5-10
(transisi) dan ASI matur.
1) Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh


kelenjar mammae yang mengandung tissue debris dan residual
material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mammae,
sebelum dan segera sesudah melahirakan. Kolostrum berwarna
kekuning-kuningan. Banyak mengandung protein, antibody (kekebalan
tubuh), dan immunoglobin. Kolostrum berfungsi sebagai perlindungan
terhadap infeksi pada bayi.
2) Air Susu Transisi/ Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Pada ASI
peralihan kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan
karbohidrat semakin tinggi. Selama dua minggu, volume air susu
bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya.
3) Air Susu Matur
ASI matur disekresikan pada hari ke sepuluh dan seterusnya.
ASI matur tampak berwarna putih kekuning-kuningan, karena
mengandung casineat, riboflaum, dan karotin. Kandungan ASI matur
relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. ASI matur
merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang
mengatakan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi
bayi. (Maryunani, 2012)

Menurut Maryunani (2012) komposisi ASI dapat di bedakan


sebagai berikut :

AIR
AIR

AIR
LEMAK

LEMAK
LEMAK
PROTE
IN
LAKTO
SA

PROTE
IN

PROTE
IN

LAKTO
SA

LAKTO
SA

Gambar 2. 1 Perbedaan kolostrum, ASI transisi dan ASI matur


Sumber : Maryunani A. Inisiasi menyusu dini, asi eksklusif dan manajemen
laktasi. Jakarta: Trans Info Medika; 2012.
2.1.4. Kandungan ASI
1) Lemak dan Asam Lemak
Sembilan puluh delapan persen lemak dalam ASI terdapat dalam
bentuk trigliserida: tiga asam lemak yang terjalin menjadi satu molekul
gliserol. Sejauh ini, lebih dari 100 asam lemak telah teridentifikasi,
kira-kira 46% adalah lemak jenuh dan 54% adalah lemak tidak jenuh.
Pada beberapa tahun belakangan, terdapat suatu ketertarikan besarbesaran terhadap kandungan asam lemak tidak jenuh dalam ASI,
khususnya jenis rantai panjang polyunsaturated (LC-PUFA, long chainpolyunsaturated variety), karena perannya dalam perkembangan otak
dan pembentukan mielin. Dua diantaranya, asam arakadonik (AA,
arachadonic acid) dan asam dokosaheksanoik (DHA, docosahexanoic
acid) tampak berperan penting dalam perkembangan retina dan korteks
penglihatan pada bayi baru lahir. Lemak juga mampu memenuhi lebih

10

dari 50% kebutuhan kalori bayi. Lemak dimanfaatkan secara cepat


karena ASI itu sendiri mengandung enzim yang dibutuhkan (lipase yang
dirangsang garam empedu) untuk mencerna lemak, tetapi dalam bentuk
yang hanya aktif jika mencapai usus bayi. Tidak terdapat banyak lipase
pankreatis dalam tubuh bayi baru lahir sehingga bayi yang tidak
mengkonsumsi ASI kurang dapat mencerna lemak.
2) Karbohidrat
Komponen karbohidrat dalam ASI kaya

laktosa, yang

menyediakan sekitar 40% kebutuhan kalori untuk bayi. Laktosa diubah


menjadi galaktosa dan glukosa oleh enzim laktase, dan gula ini
memberikan energi untuk pertumbuhan otak yang sangat cepat. Laktosa
meningkatkan penyerapan kalsium dan juga mendorong pertumbuhan
laktobasilus, yang meningkatkan keasaman usus sehingga dapat
mengurangi pertumbuhan organisme patogen.
3) Protein
ASI mengandung lebih sedikit protein daripada air susu jenis
mamalia lain, dan hal ini menyebabkan tampilan ASI yang lebih
bening. ASI didominasi oleh whey (whey terutama tersusun atas
laktalbumin alfa) dan membentuk kepala susu yang lembut dan
menggumpal ketika terjadi pengasaman dalam lambung. Bayi yang
diberi ASI lebih sedikit menghadapi masalah alergi daripada bayi yang
diberi susu buatan. Hal ini mungkin disebabkan mukosa usus bayi
bersifat permeabel terhadap protein sebelum usia 6-9 bulan, sedangkan
protein dalam susu sapi bersifat alergen. Secara khusus, laktoglobulin
beta sapi, yang tidak memiliki unsur protein ASI, mampu menimbulkan
respons antigenik pada bayi atopik.
4) Vitamin
a) Vitamin larut lemak
Vitamin A. Vitamin ini terdapat dalam ASI dalam bentuk
retinol, retinil ester, dan beta karoten. Kolostrum mengandung dua

11

kali jumlah yang terdapat dalam ASI matur, dan unsur inilah yang
menjadikan kolostrum berwarna kuning.
Vitamin D. Nama ini diberikan untuk dua senyawa yang
larut lemak: kalsiferol (vitamin
D 3 ). vitamin

D 2 ) dan kolekasiferol (vitamin

D 3 berperan penting dalam metabolisme

kalsium dan fosfor di tubuh dan mencegah riketsia pada anak-anak.


Vitamin E. Meskipun vitamin ini terdapat dalam ASI,
perannya masih kurang jelas. Tampaknya vitamin ini mencegah
oksidisasi asam lemak polyunsaturated dan mencegah beberapa
jenis anemia yang rentan dialami oleh bayi prematur.
Vitamin K. Vitamin ini (83%-nya terdapat dalam bentuk
alfa tokoferol), penting untuk sintesis faktor pembekuan darah.
Vitamin ini terdapat dalam ASI dan diserap secara efisien. Karena
vitamin ini larut dalam lemak, konsentrasinya jauh lebih besar
dalam kolostrum dan hindmilk berlemak tinggi.
b) Vitamin larut air
Zat besi. Bayi aterm normal biasanya lahir dengan kadar
hemoglobin tinggi (16-22gr/dl), yang berkurang dengan cepat
setelah lahir. Zat besi yang diperoleh dari pemecahan hemoglobin
digunakan kembali. Bayi tersebut juga memiliki persediaan zat besi
dalam jumlah banyak, cukup untuk setidaknya 4-6 bulan. Meskipun
jumlah zat besi yang terkandung lebih sedikit dari yang terdapat
dalam susu formula, bioavailabilitas zat besi dalam ASI jauh lebih
tinggi: 70% zat besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan hanya
10% jumlah zat besi yang dapat diserap dlam susu formula.
Seng. Defisiensi meniral kelumit ini dapat menyebabkan
kegagalan bertumbuh dan lesi kulit tipikal. Meksipun seng lebih
banyak

terdapat

pada

susu

formula

dibanding

ASI,

bioavailabilitasnya lebih besar pada ASI. Bayi yang diberi ASI


mampu mempertahankan kadar seng dalam plasma tetap tinggi
dibanding bayi yang diberi susu formula, bahkan meskipun

12

konsentrasi seng yang terdapat di dalamnya tiga kali lebih banyak


daripada ASI.
5) Mineral lain
ASI memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium yang
lebih rendah daripada susu formula. Tembaga, kobalt, dan selenium
terdapat dalam kadar yang lebih tinggi. Semakin tinggi bioavailabilitas
mineral dan unsur kelumit ini, dipastikan bahwa kebutuhan bayi
terpenuhi dan pada saat yang bersamaan, juga menumbulkan beban
penyerapan yang lebih rendah pada ginjal neonatus daripada susu
pengganti ASI.
6) Faktor anti-infeksi
a) Leukosit
Selama sepuluh hari pertama, terdapat jumlah sel darah
putih per mililiter yang lebih banyak dalam ASI daripada dalam
darah. Makrofag dan neutrofil merupakan leukosit yang paling
banayk ditemukan dalam ASI, dan leukosit tersebut mengelilingi
dan menghancurkan bakteri berbahaya lewat aktivitas fagositik.
b) Imunoglobulin
Ada lima tipe imunoglobulin yang telah teridentifikasi
dalam ASI: IgA, IgG, IgE, IgM, dan IgD. Dari semuanya, yang
terpenting adalah IgA, yang tampak disintesis dan disimpan dalam
payudara. Meskipun sejumlah IgA diserap oleh bayi, sebagian
besar tidak diserap. Fungsi lainnya adalah melapisi epitelium
lambung dan melindungi permukaan mukosa dari masuknya
bakteri patogen dan enterovirus. Selain itu, memberi perlindungan
terhadap

Escherichia

coli

(E.

coli),

salmonela,

shigela,

streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, poliovirus dan rotavirus.


c) Lisozim
Lisozim membunuh bakteri dengan cara merusak dinding
selnya. Konsentrasi lisozim meningkat seiring dengan lamanya
laktasi.
d) Laktoferin
Laktoferin berikatan denagn zat besi dalam usus sehingga
mencegah E. coli yang berpotensi patogen mendapatkan zat besi

13

untuk bertahan hisup. Laktoferin juga memiliki aktivitas antivirus


(terhadap HIV, CMV, dan HSV), dengan mengganggu penyerapan
atau penetrasi virus, atau keduanya.
e) Faktor bifidus
Faktor bifidus pada ASI meningkatkan pertumbuhan basiluz
Gram positif yang terdapat dalam flora usus, khususnya
Lactobasillus

bifidus,

yang

melemahkan

perkembangbiakan

patogen. (Bayi yang diberi susu formula yang berasal dari susu sapi
lebih berpotensi untuk mempunyai basilus patogen dalam flora
ususnya). (Fraser, 2009)
2.1.5. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif
1) Manfaat ASI bagi bayi
a) Dapat memulai kehidupannya dengan baik
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat
badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal
baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas. Jika dibandingkan ibu
yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi dengan ibu yang
tidak

diberikan

penyuluhan,

umumnya

ibu

yang

diberi

penyuluhanlah yang banyak memiliki bayi dengan kenaikan berat


badan yang baik setelah lahir (pada minggu pertama kelahiran).
Alasannya adalah karena ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan,
kurang mengetahui tentang ASI dan manfaatnya.
b) Mengandung Antibody
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin (zat kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui
plasenta. Tetapi, kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun
segera kelahirannya. Badan bayi baru lahir akan memproduksi
sendiri immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia sekitar 4
bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari ibu menurun
dan yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi maka
akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan
tersebut hanya dapat dihilangkan atau dikurangi dengan pemberian
ASI. ASI merupakan cairan yang mengandung kekebalan atau daya
tahan tubuh sehingga dapat menjadi pelindung bayi dari berbagai

14

penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Mekanisme pembentukan


antibody pada bayi adalah sebagai berikut: apabila ibu mendapat
infeksi maka tubuh ibu akan membentuk antybodi dan disalurkan
dengan bantuan jaringan limfosit. Antibody di payudara disebut
mammae associated immunocompetent lymphoid tissue (MALT).
Kekebalan terhadap penyakit saluran pernafasan yang ditransfer
disebut Broncus associated immunocompetent lymphoid tissue
(BALT) dan untuk penyakit saluran pencernaan ditransfer melalui
Gut associated immunocompetent lymphoid tissue (GALT).
c) ASI mengandung komposisi yang tepat
Dimaksud dengan ASI mengandung komposisi yang tepat
adalah karena ASI berasal dari berbagai bahan makanan yang baik
untuk bayi terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas
semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
ASI merupaka sumber gizi yang sangat ideal, berkomposisi
seimbang, dan secara alami disesuaikan dengan kebutuhan masa
pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna,
baik kualitas dan kuantitasnya. Dengan mencukupi kebutuhan
tumbuh bayi hingga usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus
mulai mendapatkan makanan pendamping ASI seperti buah-buahan
(pisang, pepaya, jeruk, tomat dan alpukat) ataupun makanan lunak
dan lembek (bubur susu dan nasi tim) karena pada usia ini
kebutuhan bayi akan zat gizi menjadi semakin bertambah dengan
pertumbuhan dan perkeembangan bayi sedangkan produksi ASI
semakin menurun. Tetapi walaupun demikian pemberian ASI juga
jangan dihentikan, ASI dapat terus diberikan sampai bayi berumur 2
tahun atau lebih.
d) Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara
ibu dan bayi
Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan
bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan
perkembangan psikomotor maupun social yang lebih baik. Hormon

15

yang terdapat dalam ASI juga dapat memberikan rasa kantuk dan
rasa nyaman. Hal ini dapat membantu menenangkan bayi dan
membuat bayi tertidur dengan pulas. Secara psikologis menyusui
juga baik bagi bayi dan meningkatkan ikatan dengan ibu.
e) Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian
susu formula akan merangsang aktivitas sistem ini dan dapat
menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian
protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi
kemungkinan alergi.
f) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung
omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi
yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas
dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan
terhindar dari kerusakan sel-sel saraf. Menyusui juga membantu
perkembangan otak. Bayi diberi ASI rata-rata memiliki IQ 6 poin
lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.
(Wiji, 2013)
2) Manfaat ASI untuk ibu
a) ASI eksklusif adalah diet alami bagu ibu
Adengan memberikan ASI eksklusif, berat badan ibu yang
bertambah selama hamil, akan segera kembali mendekati berat
semula. Naiknya hormon oksitosin selagi menyusui, menyebabkan
kontraksi semua otot polos, termasuk otot-otot uterus.
b) Mengurangi tresiko anemia
Pada saat pemberian ASI, otomatis risiko perdarahan pascabersalin berkurang. Perlu diketahui, perdarahan yang berlangsung
dalam tenggang waktu lama merupakan salah satu penyebab
anemia. Dengan demikian, memberikan ASI segera setelah
melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti
mengurangi risiko perdarahan. (Maryunani, 2012)
c) Aspek kontrasepsi
Ibu mungkin tidak menyadari bahwa ASI yang ibu berikan
dengan cara menyusui dapat memberikan aspek kontrasepsibagi ibu.

16

Hal ini dapat terjadi karena hisapan mulut bayi pada puting susu ibu
merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofise
mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan
produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi. Menjarangkan
kehamilan pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi
yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila
diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi
kembali. Tapi jika ibu sudah mengalami menstruasi maka ibu
diwajibkan untuk menggunakan alat kontrasepsi lain karena ASI
yang diharapkan sebagai alat kontrasepsi sudah dianggap gagal
dengan adanya tanda menstruasi.
d) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya
oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi
uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma
mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang
tidak menyusui. Selain itu, mencegah kanker hanya dapat diperoleh
ibu

yang

menyusui

anaknya

secara

eksklusif.

Penelitian

membuktikan bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif


memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25%
lebih kecil daripada yang tidak menyusui secara eksklusif.
e) Ungkapan kasih sayang
Menyusui juga merupakan ungkapan kasih sayang nyata dari
ibu kepada bayinya. Hubungan batin antara ibu dan bayi akan
terjalin erat karena saat menyusui bayi menempel pada tubuh ibu
dan bersentuhan antar kulit. Bayi juga bisa mendengarkan detak
jantung ibu, merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan dekapan
ibu.
f) Ibu sehat, cantik dan ceria
Ketika menyusui, pengeluaran

hormon

muda

bertambah,

menyebabkan ibu dalam masa menyusui tidak ada kerepotan

17

terhadap masalah menstruasi, pada masa ini juga mengurangi


kemungkinan terjadinya kehamilan diluar rencana. Menyusui
setelah melahirkan dapat mempercepat pemulihan kepadatan tulang,
mengurangi kemungkinan menderita osteoporosis (keropos tulang)
setelah masa menopause. (Wiji, 2013)
3) Manfaat ASI untuk keluarga
a) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk
keperluan lain. Kecuali itu, penghematan juga disebabkan karena
bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi
biaya berobat.
b) Aspek psikologis
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih
jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan
hubungan bayi dengan keluarga.
c) Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja
dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak,
botol dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang
lain. (Ambarwati, 2010)
4) Manfaat ASI untuk Negara
a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI
menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak
menurun.
b) Menghemat devisa negara
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua
ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,
6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung
akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi
komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi
biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang

18

mendapat ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan


anak yang mendapatkan susu formula.
d) Peningkatan kualitas generasi penerus
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara
optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
2.1.6.

(Ambarwati, 2010)
Hal-hal Yang Memengaruhi Produksi ASI
Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000

ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut:
1) Makanan Ibu
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan
ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi
yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar
pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan
yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu
harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta
mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak
kurang lebih 8-12 gelas/hari.
2) Ketenangan Jiwa dan Fikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu
yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan
berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI
bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang
baik harus dalam keadaan tenang.
3) Penggunaan Alat Kontrasepsi
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi
hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat
dapat mempengaruhi produksi ASI.
4) Perawatan Payudara
Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise
untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak
lagi dan hormon oxytocin.
5) Anatomis Buah Dada

19

Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus pun


berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena selsel acini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan
berkurang.

6) Fisiologi
Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin ini
merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan
dan mempertahankan sekresi air susu.
7) Faktor Istirahat
Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam
menjalankan

fungsinya

dengan

demikian

pembentukan

dan

pengeluaran ASI berkurang.


8) Faktor Isapan anak
Bila ibu menyusu anak segera jarang dan berlangsung sebentar
maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI
berkurang.
9) Faktor obat-obatan
Diperkirakan

obat-obatan

yang

mengandung

hormon

mempengaruhi hormon prolaktin dan oxytocin yang berfungsi dalam


pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini
terganggu dengan senirinya akan mempengaruhi pembentukan dan
2.1.7.

pengeluaran ASI. (Ambarwati, 2010)


Refleks Menyusui Pada Ibu
Tiga refleks maternal utama sewaktu menyusui ialah sekresi

prolaktin, ereksi puting susu, dan refleks let-down.


a) Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai
dan mempertahankan sekresi susu. Stimulus isapan bayi mengirim
pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk
melepas prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan produksi susu
oleh sel-sel alveolar kelenjar mamaria. Jumlah prolaktin yang disekresi
dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus
isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi menghisap.

20

b) Refleks ereksi puting susu ini membantu propulsi susu melalui sinussinus laktiferus ke pori-pori puting susu.
c) Refleks let-down akibat stimulus isapan, hipotalamus melepas oksitosin
dari hipofisis posterior. Stimulus oksitosin membuat sel-sel mioepitel
di sekitar alveoli di dalam kelenjar mamaria berkontraksi. Kontraksi
sel-sel yang menyerupai otot ini menyebabkan susu keluar melalui
sistem duktus dan masuk ke dalam sinus-sinus laktiferus, dimana susu
tersedia untuk bayi. Banyak ibu mengalami refleks let-down hanya
karena berpikir tentang bayinya atau mendengar bayi lain menangis.
Refleks let-down dapat terjadi selama aktivitas seksual karena
oksitosin dilepas selama orgasme. (Bobak, 2004)
2.2 Susu formula
2.2.1. Pengertian Susu formula
Susu formula merupakan susu yang secara khusus diformulasikan sebagai
pengganti air susu ibu untuk bayi sampai berusia 6 (enam) bulan. (Permenkes RI,
2013). Susu formula adalah susu sapi murni atau bentuk modifikasinya yang
merupakan bahan dasar pada kebanyakan formula. Sterilisasi dan pendinginan
formula sangat mengurangi morbiditas dan mortalitas infeksi gantrointestinal.
(Behrman, 2012).
Formula bayi atau pengganti ASI adalah susu sapi yang telah dimodifikasi.
Susu tersebut terdiri atas susu sapi yang dikeringkan kasar dengan tambahan
vitamin. Tingginya kadar zat terlarut menjadi penyebab terjadinya hipokalsemia
infantil dan dehidrasi akibat hipernatremia. (Fraser, 2009).
2.2.2. Jenis Susu Formula
Ada beberapa jenis susu formula menurut Fraser (2009), yaitu:
1) Formula kaya whey
Skimmed milk dalam jumlah kecil dikombinasikan dengan whey yang
dimineralisasi. Perbandingan protein dalam formula tersebut kira-kira
hampir sama dengan perbandingan whey dengan kasein yang
ditemukan pada ASI. Susu ini lebih mudah dicerna di bandingkan
dengan formula kaya kasein, yang akan berdampak pada waktu
pengosongan lambung. Hal ini mengarah ke pola pemberian susu yang
hampir sama dengan bayi yang diberi ASI.
2) Formula kaya kasein

21

Formula ini juga dijual karena cocok dikonsumsi bayi sejak lahir,
tetapi lebih ditujukkan bagi ibu yang bayinya mudah lapar.
Walaupun proporsi nutrisi makro (lemak, kerbohidrat, protein, dll)
sama dengan yang ditemukan dalam formula kaya whey, sebagian
besar protein yang ada berbentuk kasein. Bentuk ini sebagian besar
berbentuk kepala susu yang relatif sulit dicerna di lambung dan
ditujukan agar bayi merasa kenyang dalam waktu yang lebih lama.
Tidak dapat dihindari, hal ini menyebabkan kebutuhan metabolik yang
lebih besar pada bayi.
3) Formula hidrolisat
Jika pemberian ASI tidak dapat dilakukan, terdapat (hanya dengan
resep) beberapa alternatif yang menimbulkan risiko alergi yang lebih
kecil dibanding dengan susu formula standar. Hidrolisat yang beberapa
diantaranya memang dirancang untuk mengobati alergi yang ada, dan
beberapa di antaranya dirancang untuk tindakan pencegahan pada bayi
yang diberi susu botol yang berisiko tinggi mengalami alergi terhadap
protein dalam susu sapi. Hal ini tercantum dalam panduan peresepan
British national formulary, yang mensyaratkan terbukti intoleransi
untuk beberapa jenis hidrolisat, tetapi tidak untuk yang lain. Formula
hidrolisat dibuat dari susu sapi, kanji jagung, dan makanan lain, yang
dicampur enzim pencernaan sehingga protein susu pecah secara
parsial. Dengan demikian, kecil kemungkinan formula tersebut dapat
menyebabkan alergi, walaupun masih dapat menyebabkan alergi
terhadap bayi yang sangat alergi. Hidrolisat whey dibuat dari whey
susu sapi (bukan susu sapi lengkap) dan dapat lebih bermanfaat,
terutama bagi bayi yang sangat alergi.
4) Formula berbahan dasar asam amino atau formula dasar.
Formula ini seluruhnya terbuat dari protein sintesis, yang terdiri atas
asam amino esensial dan asam amino non-esensial, bersama dengan
lemak, maltodekstrin, vitamin, mineral, dan unsur lainnya.
5) Formula berbahan dasar kedelai
Formula ini juga tercantum dalam peraturan susu formula bayi dan
formula lanjutan (oleh Advisory committee for Borderline Subtances)

22

sebagai

sumber

tunggal

makanan

bayi

muda.

Formula

ini

dikembangkan sebagai respons terhadap munculnya intoleran terhadap


susu sapi, juga terhadap susu kedelai, tetapi pemberian susu formula
berbahan dasar kedelai yang terlalu dini menimbulkan risiko
intoleransi terhadap protein kedelai pada anak. Protein kedelai lebih
sulit untuk dihindari dalam diet penyapihan dibandingkan produk susu
sapi. Yang juga perlu diperhatikan adalah kemungkinan pengaruh
senyawa fito-estrogen dan kemungkinan tidak dapat dihindarinya
kandungan mangan dan alumunium yang tinggi. Formula kedelai
(sama halnya dengan susu formula standar) mungkin mengandung
bahan yang dimodifikasi secara genetik. (Fraser, 2011).
2.1.4

Kandungan Susu Formula


1) Air. Jumlah air dan bahan padat relatif pada ASI dan susu sapi kirakira sama.
2) Protein. Proteinpada susu sapi adalah sekitar 3,3%. Bertambahnya
protein susu sapi hampir seluruhnya akibat dari kadar kasein yang 6
kali lipat lebih tinggi. Protein ASI terdiri atas 65% protein whey,
sebagian besar laktabumin, dan 35% kasein. Rasio air susu sapi
terbalik sampai 22:78.
3) Karbohidrat. Susu sapi berisi sekitar 4,5% karbohidrat polisakarida
dan glikoprotein.
4) Lemak. Air susu berbagai jenis ternak berbeda dalam kadar lemaknya.
Namun kebanyakan air susu yang di pasarkan di daerah kota,
dikumpulkan dan kadar lemaknya disesuaikan kadar baku, biasanya
dari 3,25-4%.
5) Mineral. Air susu sapi berisi semua mineral jauh lebih banyak
daripada ASI kecuali besi dan tembaga, kadar mineral total susu sapi
adalah 0,7-0,75%. Air susu sapi tidak berisi cukup besi.
6) Vitamin. Dalam susu sapi vitamin C dan D rendah. Dalam air susu
sapi berisi lebih banyak vitamin K daripada ASI. (Behrman, 2012).

23

2.3 Diare
2.3.1

Definisi Diare
Menurut World Health Organization (WHO), diare adalah suatu
buang air baesar dengan frekuensi lebih sering (lebih dari 3 kali sehari),
dan bentuk tinja lebih cair dari biasanya. Dengan demikian, bayi dikatakan
terkena diare jika sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan
neonatus dikatakan diare jika sudah lebih dari 4 kali buang air besar.
(Putra, 2012).
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari
4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila
frekuensinya lebih dari 3 kali. (Rukiyah, 2010).
Diare

adalah

peningkatan

jumlah

feses

dan

peningkatan

pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk. Diare adalah gejala
gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan, absoprsi, dan sekresi di
dalam saluran GI. (Potter, 2006)
Dan dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan
Diare merupakan suatu pengeluaran tinja atau Buang air besar yang tidak seperti
biasanya dideteksi encer dengan atau tanpa lendir darah dengan frekuensi lebih
dari 3 kali sehari.

2.3.2

Tanda Tejadinya Diare


Gejala diare adalah tinja encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam

sehari, yang terkadang disertai beberapa hal berikut:


a)

Muntah

24

b)

Badan lesu atau muntah

c)

Panas

d)

Tidak nafsu makan

e)

Darah dan lendir dalam kotoran

f)

Cengeng

g)

Gelisah

h)

Suhu meningkat

i)

Tinja cair, dan lendir terkadang bercampur darah

j)

Anus lecet

k)

Dehidrasi

l)

Berat badan menurun

m)

Turgor kulit lambat

n)

Mata cekung

o)

Mulut dan kulit menjadi kering. (Putra, 2012)

2.3.3

Faktor Penyebab Diare


Ada beberapa penyebab terjadinya diare, diantaranya :
a. Faktor inspeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme
(kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian
berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat
menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadi perubahan
kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan
fungsi intestinal dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin
bakteri juga akan menyebabkan system transport menjadi aktif dalam
usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi
cairan dan elektrolit akan meningkat.
b. Faktor Malabsorpsi (Gangguan Penyerapan Zat Gizi)
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi

25

pergeseran

air

dan

elektrolit

ke

rongga

usus

yang

dapat

mengakibatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.


c. Faktor Makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada, toksin mampu diserap
dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang
akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap
makanan.
d. Faktor Psikologis
Dapat memengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang
dapat memengaruhi proses penyerapan makanan. (Potter, 2006)
2.3.4

Patogenesis Diare (menyebabkan timbulnya diare)

2.3.4.1 Gangguan Osmotik


Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus
sehingga timbul diare.
2.3.4.2 Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang
akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan
ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan isi
dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus
sehingga timbul diare.
2.3.4.3 Gangguan mobilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus
untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan `timbul diare.
Tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari
peristaltik usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang
berlebihan didalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga
(Nursalam, 2005)
2.3.5

Bahaya Diare
Sebagai akibat diare akut maupun kronik akan terjadi :

26

1. Kehilangan Cairan (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak dari pada
pemasukan air, merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan Sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan disertai muntah dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa renjatan. Akibat perfusi jaringan berkurang dan
terjadi hipoksia-asidosis bertambah hebat dapat mengakibatkan
perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
ditolong penderita dapat meninggal.
3. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan
akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat
(Nursalam, 2005).

2.3 Kerangka Teori


Menurut Potter (2005) dan Putra (2012), kejadian diare dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, sebagai berikut :

27

Faktor Infeksi

Faktor Malabsorpsi
Diare
Faktor makanan

Faktor Psikologis

2. 1 Gambar kerangka teori


Sumber: Potter (2005) dan Putra (2012)

Anda mungkin juga menyukai