Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Puji sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas


karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini. Makalah ini
menyajikan rangkuman materi tentang KORUPSI .
Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada orang-orang
yang ikut membantu terutama orang tua dalam segi materi dan pada
dosen yang telah membimbing kami.
Dan juga kami mohon maaf sebesar-besarnya karena sebaikbaiknya kami mengerjakan makalah ini pasti ada kesalahan tapi kami
sudah berusaha semaksimal mungkin.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi orang yang
membaca khususnya kami yang membuatnya. Amin.

Bandung, 07 Mei 2014

Penyusun

BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sering kita mendengar kata yang satu ini, yaitu KORUPSI, korupsi ada di
sekeliling kita, mungkin terkadang kita tidak menyadari itu. Korupsi bisa terjadi
dirumah, sekolah, masyarakat, maupun di instansi tertinggi dan dalam pemerintahan.
Mereka yang melakukan korupsi terkadang mengangap remeh hal yang dilakukan itu.
Hal ini sangat menghawatirkan, sebab bagaimana pun, apabila suatu organisasi
dibangun dari korupsi akan dapat merusaknya. Dari kenyataan diatas dapat ditarik
dua kemungkinan melakukan korupsi, yaitu ;
1. Metode yang digunakan oleh pendidik belum sesuai dengan kenyataannya,
sehingga pelajaran yang diajarkan tidak dapat dicerna secara optimal oleh anak didik.
2. Kita sering menganggap remeh bahkan malas untuk mempelajari hal ini , karena
kurangnya moyivasi pada diri sendiri, sehingga sering sekali berasumsi untuk apa
mempelajari padahal itu sangat penting untuk diketahui agar tahu hak dan
kewajiban kita untuk Negara ini.

1.2 Rumusan Masalah


a)

Apa yang dimaksud dengan korupsi ?

b)

Perbandingan korupsi di indonesia dengan negara lain?

c)

Lembaga dan di bidang apa yang paling banyak terkorupsi?

d)

Bagaimana peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi ?

e)

Upaya apa yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

a)

Mengetahui pengertian dari korupsi.

b)

Mengetahui gambaran umum tentang korupsi yang ada di Indonesia.

c)

Mengetahui peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi.

d)

Mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi.


BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Korupsi
Pengertian Korupsi dalam arti luas adalah suatu tindakan atau perbuatan
curang, buruk, yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam berbagai bidang,
demi keuntungan pribadi atau golongan. Dalam arti sempit, korupsi adalah
penyelewengan atau penggelapan uang negara, perusahaan, dan lain-lain yang
merugikan keuangan negara.
Menurut Prof. Subekti, korupsi adalah suatu tindak perdana yang
memperkaya diri yang secara langsung merugikan negara atau perekonomian negara.
Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya
diri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang negara untuk
kepentingannya.
Sementara itu, Syed Hussen Alatas memberi batasan bahwa korupsi
merupakan suatu transaksi yang tidak jujur yang dapat menimbulkan kerugian uang,
waktu, dan tenaga dari pihak lain. Korupsi dapat berupa penyuapan (bribery),
pemerasan (extortion) dan nepotisme. Disitu ada istilah penyuapan,yaitu suatu
tindakan melanggar hukum, melalui tindakan tersebut si penyuap berharap mendapat
perlakuan khusus dari pihak yang disuap.
Seseorang yang menyuap izin agar lebih mudah menyuap pejabat pembuat
perizinan. Agar mudah mengurus KTP menyuap bagian tata pemerintahan. Menyuap
dosen agar memperoleh nilai baik.Pemerasan, suatu tindakan yang menguntungkan
diri sendiri yang dilakukan dengan menggunakan sarana tertentu serta pihak lain

denganterpaksa memberikan apa yang diinginkan. Sarana pemerasan bisa berupa


kekuasaan. Pejabat tinggi yang memeras bawahannya.
Sedangkan nepotisme adalah bentuk kerjasama yang dilakukan atas dasar
kekerabatan, yang bertujuan untuk kepentingan keluarga dalam bentuk kolaborasi
dalam merugikan keuangan negara.
B. Penyebab Korupsi
1. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang kurang jelas dan tegas.
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang lemah, kurang jelas dan tegas,
dapat memberikan celah atau peluang bagi seseorang atau sekelompok orang untuk
melakuakan tindakan korupsi karena mereka dapat terhindar dari jerat hukum.
2. Lemahnya penegakan hukum
Lemahnya dan tidak tegasnya penegakan hukum merupakan faktor tumbuh dan
berkembangnya tindakan korupsi. Penegakan hukum yang lemah akan dapat
menghindarkan para pelaku korupsi dari sanksi hukum.
3. Adanya Peluang
Ada kalanya kejahatan muncul bukan karena niat jahat dari para pelaku melainkan
karena adanya kesempatan atau peluang untuk melakukan korupsi.
4. Birokrasi yang rumit
Birokrasi yang rumit seperti prosedur pengurusan sesuatu (contoh : paspor, surat
tanah, SIM, dan sebagainya) di kantor pemerintahan atau lembaga lainnya, akan
mendorong orang untuk melakukan tindakan korupsi, misalnya mereka melakuakan
penyuapan terhadap aparat untuk memperlancar segala urusan tersebut, tanpa harus
melalui prosedur yang benar dan telah ditetapkan.
5. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan pada masyarakat
Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan mengenai korupsi dan ketentuan
hukumnya, dapat menyebabkan masyarakat tidak tahu mengenai bentuk-bentuk
tindakan korupsi, ketentuan dan sanksi hukumnya, cara mengindarinya, dan cara
melaporkannya apabila menemukan perbuatan yang dikategorikan sebagai tindakan
korupsi.

C. Macam- Macam Korupsi


1. Penyuapan
Penyuapan merupakan salah satu bentuk korupsi, yang antara lain dilakukan
dengan cara memberikan sejumlah uang kepada pejabat atau aparatur pemerintahan,
dengan maksud agar urusan & kepentingan dapat terselesaikan dengan cepat,
meskipun kurang memenuhi syarat & prosedurnya tisak sesuai dengan ketentuan.
2. Komersialisme jabatan
Komersalisme jabatan dilakukan dengan cara menggunakan jabatannya demi
keuntungan finansial (keuangan) yang digunakan untuk kepentingan pribadi atau
kelompoknya. Hal ini jelas melangar ketentuan yang berlaku, apalagi jabatan
tersebut diamanahkan padanya demi kepentingan bangsa dan negara.

3. Pungutan liar (Pungli)


Melakukan pungut-pungutan di luar ketentuan yang berlaku, pada dasarnya juga
merupakan tindakan korupsi. Misalnya, seorang petugas memungut sejumlah uang
kepada setiap sopir kendaraan umum yang lewat, bukan berdasarkan ketentuan
peraturan yang berlaku, tetapi demi kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.
D. Analisis Perbandingan Strategi Pemberantasan Korupsi
Akuntabilitas adalah perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban, yang
dilaksanakan secara periodik(Supriyono,2010).
Robert Klitgaard merumuskan terjadinya korupsi dengan rumus

Corruption =

Monopoly + Discretion Accountability.


Perancis

Jerman

Indonesia

Memiliki akuntabilitas
di atas Indonesia tetapi
di
bawah
Jerman
karena kasus korupsi
disana masih cukup
tinggi.
Salah
satu
pemimpinanya
pun
menjadi
tersangka

Memiliki
akuntabilitas
yang
paling
tinggi
diantara negara lainnya
karena korupsi disana
cukup
terkendali
.
terbukti dengan tidak
didirikannta
auxilary
body
sehingga

Memiliki
akuntabilitas
peling rendah. Hal ini
terbukti dengan masih
tingginya kasus korupsi
di
Indoensia
yang
dibuktikan
dengan
rangking Indonesia yang

kasus korupsi.

menunjukkan
sebagai
independen di
telah
mengendalikan
korupsi.

hukum masih di posisi 111.


entitas
Jerman
dapat
kasus

E. Lembaga Terkorup di Indonesia


Di Indonesia survei dilakukan dengan mengisi skor 1-5. Angka berarti
sama sekali tidak korupsi,dan angka 5 berarti sangat korupsi.Kepolisian (4,5)
dan parlemen(3,3) menempati urutan pertama yang dianggap paling korupsi.
Kemudian peradilan(3,4), partai politik(3,6), pejabat public(3,5), bisnis,
kesehatan, pendidikan, militer, LSM, Lembaga keagamaan ,dan media.
Kepolisian menempati peringkat pertama sebagai lembaga yang
dianggap paling korupsi oleh masyarakat di beberapa Negara wilayah Asia
Tenggara. Hal tersebut berdasarkan survei Global Corruption Barometer
(GBC) 2013 oleh Tranparency International (TI).
F.

Cara Pencegahan Dan Strategi Pemberantasan Korupsi

Menurut Baharuddin Lopa, mencegah korupsi tidaklah begitu sulit kalau kita
secara sadar untuk menempatkan kepentingan umum (kepentingan rakyat banyak) di
atas kepentingan pribadi atau golongan. Ini perlu ditekankan sebab betapa pun
sempurnanya peraturan, kalau ada niat untuk melakukan korupsi tetap ada di hati para
pihak yang ingin korup, korupsi tetap akan terjadi karena faktor mental itulah yang
sangat menentukan. Dalam melakukan analisis atas perbuatan korupsi dapat
didasarkan pada 3 (tiga) pendekatan berdasarkan alur proses korupsi yaitu :
Pendekatan pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi,
Pendekatan pada posisi perbuatan korupsi terjadi,
Pendekatan pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi.

Dari tiga pendekatan ini dapat diklasifikasikan tiga strategi untuk mencegah dan
memberantas korupsi yang tepat yaitu :
Strategi Preventif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang
menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat
upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi. Disamping itu
perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan
upaya ini melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat berhasil dan
mampu mencegah adanya korupsi.
Strategi Deduktif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar
apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan dapat
diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga
dapat ditindaklanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang
harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan
yang cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini
sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu hukum, ekonomi
maupun ilmu politik dan sosial.
Strategi Represif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk
memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak
yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi
sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan
perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses
penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun implementasinya
harus dilakukan secara terintregasi.

Bagi pemerintah banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi
yang hendak dilaksanakan. Bahkan dari masyarakat dan para pemerhati / pengamat
masalah korupsi banyak memberikan sumbangan pemikiran dan opini strategi
pemberantasan korupsi secara preventif maupun secara represif antara lain :
1. Konsep carrot and stick yaitu konsep pemberantasan korupsi yang sederhana
yang keberhasilannya sudah dibuktikan di Negara RRC dan Singapura. Carrot adalah
pendapatan netto pegawai negeri, TNI dan Polri yang cukup untuk hidup dengan
standar sesuai pendidikan, pengetahuan, kepemimpinan, pangkat dan martabatnya,
sehingga dapat hidup layak bahkan cukup untuk hidup dengan gaya dan gagah.
Sedangkan Stick adalah bila semua sudah dicukupi dan masih ada yang berani
korupsi, maka hukumannya tidak tanggung-tanggung, karena tidak ada alasan
sedikitpun untuk melakukan korupsi, bilamana perlu dijatuhi hukuman mati.
2. Gerakan Masyarakat Anti Korupsi yaitu pemberantasan korupsi di Indonesia saat
ini perlu adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan mengefektifkan gerakan
rakyat anti korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan Muhammadiyah ataupun ormas yang
lain perlu bekerjasama dalam upaya memberantas korupsi, serta kemungkinan
dibentuknya koalisi dari partai politik untuk melawan korupsi. Selama ini
pemberantasan korupsi hanya dijadikan sebagai bahan kampanye untuk mencari
dukungan saja tanpa ada realisasinya dari partai politik yang bersangkutan. Gerakan
rakyat ini diperlukan untuk menekan pemerintah dan sekaligus memberikan
dukungan moral agar pemerintah bangkit memberantas korupsi.
3. Gerakan Pembersihan yaitu menciptakan semua aparat hukum (Kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan bertanggungjawab serta
memiliki komitmen yang tinggi dan berani melakukan pemberantasan korupsi tanpa
memandang status sosial untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal ini dapat
dilakukan dengan membenahi sistem organisasi yang ada dengan menekankan
prosedur structure follows strategy yaitu dengan menggambar struktur organisasi
yang sudah ada terlebih dahulu kemudian menempatkan orang-orang sesuai posisinya
masing-masing dalam struktur organisasi tersebut.

4. Gerakan Moral yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi


adalah kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat
manusia. Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial
masyarakat yang sangat menolak, menentang, dan menghukum perbuatan korupsi dan
akan menerima, mendukung, dan menghargai perilaku anti korupsi. Langkah ini
antara lain dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan, sehingga dapat terjangkau
seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda sebagai langlah yang efektif
membangun peradaban bangsa yang bersih dari moral korup.
5. Gerakan Pengefektifan Birokrasi yaitu dengan menyusutkan jumlah pegawai
dalam pemerintahan agar didapat hasil kerja yang optimal dengan jalan menempatkan
orang yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Dan apabila masih ada
pegawai yang melakukan korupsi, dilakukan tindakan tegas dan keras kepada mereka
yang telah terbukti bersalah dan bilamana perlu dihukum mati karena korupsi adalah
kejahatan terbesar bagi kemanusiaan dan siapa saja yang melakukan korupsi berarti
melanggar harkat dan martabat kehidupan.

BAB III
Kesimpulan
Dari uraian diatas sudah jelas bahwa penanggulangan kasus-kasus korupsi
tidaklah mudah, untuk itu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak yang tentunya
dilandasi dengan kesadaran hukum disetiap warga negara, baik posisinya sebagai
warga sipil maupun pejabat negara yang tentunya semua itu berpulang pada individu
masing-masing yang berketuhanan YME. Tanggung jawab kita bukan hanya kepada
pribadi, keluarga dan masyarakat melainkan juga kepada Tuhan.
Dapat

disimpulkan

bahwa

korupsi

merupakan

penyelewengan

atau

penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan


pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur penyelewengan atau
dishonest (ketidakjujuran). Dan korupsi akan berdampak pada masyarakat luas serta
akan merugikan negara.
Saran
Melihat dari fakta yang ada, bahwa peran pemerintah dalam menjalankan
upaya untuk pemberantasan korupsi masih belum maksimal meskipun adanya
lembaga-lembaga yang sifatnya independen tetapi masih bisa untuk dilakukan lobi
kasus, maka penulis kira masih sangat jauh dari berhasil dalam pemberantasan
korupsi ini. Adapun saran yang dapat disampaikan didalam makalah ini adalah
hendaknya pemerintah lebih meningkatkan kontrol terhadap lembaga-lembaga yang
ada dan lebih menekankan sifat yang independen, kemudian ikut sertakan masyarakat
untuk mengntrol jalannya pemerintahan, bisa diwakilkan dengan pembuatan
kelompok atau organisasi yang sifatnya independen yang anggotanya berasal dari
masyarakat, para aktifis dan mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA
HarianREPUBLIKA,21Nopember2003.IslamdanJalanPemberantasanKorupsi
HarianJurnalBogor,Edisi24Juni2009.Artikel90PersenDikorupsi.
http://www.antikorupsi.org/newsart/anatomi.htm.AnatomiKorupsidiIndonesia
danUpayaPemberantasannya.(diaksespadatanggal06/05/2014)
http://moebsmart.co.cc/?p=1124.CaraIslamMembabatKoruptor.(diaksestanggal
06/05/2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi.(diaksestanggal06/05/2014)
KwikKianGie,2003.PemberantasanKorupsiUntukMeraihKemandirian,
Kemakmuran,KesejahteraanDanKeadilan,Edisi2
MuhammadRahmatKurnia,2009.PembuktianTerbalikBerantasKorupsi.
http://www.mediaumat.com/content/view/1050/65/

MAKALAH KEWARGANEGARAAN
KORUPSI

Disusun oleh :
Frida Gustina P
Syifa Amalia
Anggi Dwi Pratiwi
Yessi Mentari
Sandra Ayu
Gian

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN


UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2014
Daftar Isi
I.

Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang

II.

III.
IV.

I.2 Rumusan Masalah


I.3 Tujuan
Bab II Pembahasan
II.1Pengertian Korupsi
II.2Penyebab Korupsi
II.3Macam-Macam Korupsi
II.4Analisis Perbandingan Strategi Pemberantasan Korupsi
II.5Lembaga Terkorup di Indonesia
II.6Cara Pencegahan Dan Strategi Pemberantasan Korupsi
Bab III
III.1
Kesimpulan
III.2
Saran
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai