Pengembangan inisiatif dan asistensi sosial penanganan korban tindak kekerasan baik
secara mikro meliputi pemanfaatan potensi dan sumber terutama yang ada pada
masyarakat, pembentukan panti perlindungan atau rehabilitasi sosial, pusat trauma,
shelter workshop, maupun secara makro meliputi perundang-undangan, kebijakan dan
program. Program perlindungan sosial korban tindak kekerasan yang pada hakekatnya
merupakan proses penyelamatan dan pemberian perlindungan khusunya pada tingkat dini
dan darurat.
Dalam penanganan korban tindak kekerasan diperlukan Community Development
yang diantaranya dapat dilakukan oleh pekerja sosial untuk memberikan aksi dan
dukungan melakukan kegiatan emergensi terhadap masalah kekerasan. Kegiatan tersebut
diantaranya adalah memberikan penampungan sementara bagi korban agar merasa aman,
terutama ketika baru mengalami tindak kekerasan dan membantu menegakkan hak-hak
korban melalui proses pendampingan hukum. Selain itu perlu adanya peraturan dan
kebijakan yang melindungi jasa layanan dalam mendampingi korban. Bantuan sosial
korban tindak kekerasan tidak saja diberikan ketika tindak kekerasan baru terjadi, akan
tetapi juga setelah itu sampai korban benar-benar sudah pulih. Kegiatan pokok dalam
penanganan korban tindak kekerasan setelah penanganan emergensi dapat
dilaksanakan secara langsung sebagai upaya penguatan pada korban dan tidak langsung
yang diarahkan pada kelembagaan atau masyarakat. Sebelum melaksanakan kegiatan
penanganan korban tindak kekerasan perlu melakukan kegiatan pemahaman terhadap
kebutuhan korban tindak kekerasan yang merupakan proses untuk memahami besaran
korban tindak kekerasan meliputi data tentang korban tindak kekerasan baik kuantitas
maupun kualitas dan potensi yang mendukung upaya pemecahan masalah korban tindak
kekerasan.
Penanganan bantuan sosial terhadap korban tindak kekerasan di daerah diharapkan
dilakukan secara lintas sektoral mengingat kompleksnya permasalahan tindak kekerasan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan dalam upaya penanganan korban
tindak kekerasan dari mulai pemahaman terhadap kebutuhan korban tindak kekerasan
sampai pelaksanaan penanganannya adalah :
1. Adanya koordinasi antara instansi pemerintah yang melaksanakan tugas di bidang
sosial dengan instansi pemerintah terkait dengan melibatkan Organisasi Sosial
(orsos) atau Lembaga Sosial
2. Masyarakat (LSM) yang peduli dan langsung menangani korban tindak
kekerasan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota.
3. Pembentukan forum peduli korban tindak kekerasan baik di tingkat kabupaten
atau kota maupun tingkat kecamatan atau kelurahan dalam rangka penguatan
sumber-sumber yang sudah ada guna meningkatkan kapasitas dasar pada tingkat
komunitas/kota/lokal untuk mendeteksi, merujuk dan mendampingi proses
penanganan korban tindak kekerasan.
Keanggotaan forum berasal dari unsur pemerintaha dan masyarakat.
1. Mendirikan Pusat Trauma, terutama di daerah yang angka tindak kekerasannya
tinggi, yaitu suatu lembaga yang menjadi pusat peredaman (penurunan atau
Pengembangan inisiatif dan asistensi sosial penanganan korban tindak kekerasan baik
secara mikro meliputi pemanfaatan potensi dan sumber terutama yang ada pada
masyarakat, pembentukan panti perlindungan atau rehabilitasi sosial, pusat trauma,
shelter workshop, maupun secara makro meliputi perundang-undangan, kebijakan dan
program. Program perlindungan sosial korban tindak kekerasan yang pada hakekatnya
merupakan proses penyelamatan dan pemberian perlindungan khusunya pada tingkat dini
dan darurat.
Dalam penanganan korban tindak kekerasan diperlukan Community Development
yang diantaranya dapat dilakukan oleh pekerja sosial untuk memberikan aksi dan
dukungan melakukan kegiatan emergensi terhadap masalah kekerasan. Kegiatan tersebut
diantaranya adalah memberikan penampungan sementara bagi korban agar merasa aman,
terutama ketika baru mengalami tindak kekerasan dan membantu menegakkan hak-hak
korban melalui proses pendampingan hukum. Selain itu perlu adanya peraturan dan
kebijakan yang melindungi jasa layanan dalam mendampingi korban. Bantuan sosial
korban tindak kekerasan tidak saja diberikan ketika tindak kekerasan baru terjadi, akan
tetapi juga setelah itu sampai korban benar-benar sudah pulih. Kegiatan pokok dalam
penanganan korban tindak kekerasan setelah penanganan emergensi dapat
dilaksanakan secara langsung sebagai upaya penguatan pada korban dan tidak langsung
yang diarahkan pada kelembagaan atau masyarakat. Sebelum melaksanakan kegiatan
penanganan korban tindak kekerasan perlu melakukan kegiatan pemahaman terhadap
kebutuhan korban tindak kekerasan yang merupakan proses untuk memahami besaran
korban tindak kekerasan meliputi data tentang korban tindak kekerasan baik kuantitas
maupun kualitas dan potensi yang mendukung upaya pemecahan masalah korban tindak
kekerasan.
Penanganan bantuan sosial terhadap korban tindak kekerasan di daerah diharapkan
dilakukan secara lintas sektoral mengingat kompleksnya permasalahan tindak kekerasan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan dalam upaya penanganan korban
tindak kekerasan dari mulai pemahaman terhadap kebutuhan korban tindak kekerasan
sampai pelaksanaan penanganannya adalah :
1. Adanya koordinasi antara instansi pemerintah yang melaksanakan tugas di bidang
sosial dengan instansi pemerintah terkait dengan melibatkan Organisasi Sosial
(orsos) atau Lembaga Sosial
2. Masyarakat (LSM) yang peduli dan langsung menangani korban tindak
kekerasan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota.
3. Pembentukan forum peduli korban tindak kekerasan baik di tingkat kabupaten
atau kota maupun tingkat kecamatan atau kelurahan dalam rangka penguatan
sumber-sumber yang sudah ada guna meningkatkan kapasitas dasar pada tingkat
komunitas/kota/lokal untuk mendeteksi, merujuk dan mendampingi proses
penanganan korban tindak kekerasan.
Keanggotaan forum berasal dari unsur pemerintaha dan masyarakat.
1. Mendirikan Pusat Trauma, terutama di daerah yang angka tindak kekerasannya
tinggi, yaitu suatu lembaga yang menjadi pusat peredaman (penurunan atau