Anda di halaman 1dari 7

Sistematika dan Morfologi Tanaman Markisa

Markisa termasuk tanaman semak hidupnya menjalar panjang kurang lebih


10 m. Tanaman markisa umumnya mempunyai batang kecil, langsing, dan panjang
sekali, bentuk persegi, semu, lunak, halus, warna hijau kecoklatan. Batangnya
merambat dengan bantuan sulur berbentuk pilin (spiral).
Daun tunggal, lonjong, tersebar, panjang 7-20cm, lebar 5-15cm, tepi
rata, ujung runcing, pangkal membulat, pertulangan menyirip, permukaan licin,
tangkal persegi, panjang 2-6cm, dan berwarna hijau.
Bunga tunggal, bulat berbentuk mangkok, berkelamin dua(hermafrodit) dan
menempel di ketiak daun, tangkal bergerigi, panjang 3-4cm hijau, mahkota
berbentuk lonjong, permukaannya beralur, warna ungu, benang sari bertangkai,
bentuk tabung, panjang + 6 cm warna ungu, kepala sari silindris, panjang + 6 cm
warna putih, putiknya pendek warna kuning dengan kelopak bunga berbntuk lonjong
warna hijau, beraroma khas harum. Semua jenis markisa (Passiflora) termasuk
penyerbuk silang dengan bantuan lebah madu, penyerbukan sendiri masih dapat
berlangsung baik. Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal, biasanya
penyerbukan dilakukan oleh manusia seperti halnya penyerbukan pada tanaman
panili.
Bakal buah bentuknya sangat unik setelah beberapa minggu berubah seperti
bakal buah pada umumnya, warna hijau ke putih putihan pada saat masih muda dan
buah yang sudah masak/ranum berwarna kekuningan dan beraroma khas harum
buah markisa.
Kandungan buah, biji dan daun pada tanaman ini mengandung substansi
yang tidak stabil, yaitu asam hidrosianat dan laktone. Sementara buah yang masak
mengandung Ca, P, Fe.

II. 2. Komoditas Markisa di Indonesia


Tanaman markisa bukan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Amerika
Selatan. Untuk pertumbuhan yang optimum, tanaman markisa harus ditanam di
daerah-daerah dataran tinggi dengan ketinggian minimum 800 m dpl. Dengan
persyaratan lingkungan tersebut, tidak banyak di daerah Indonesia yang
membudidayakan

markisa

secara

komersial.

Beberapa

daerah

yang

membudidayakan tanaman markisa secara komersial adalah di Propinsi Sulawesi


Selatan (Gowa, Sinjai, Tana Toraja dan Polewali Mamasa), Sumatera Utara
(Kabupaten Karo), Sumatera Barat (Solok) dan Lampung. Selain itu ada juga
beberapa daerah yang menghasilkan markisa, walaupun tidak banyak.
Pada tabel dibawah ini dapat dilihat perkembangan produksi dan luas areal
pertanaman markisa di Indonesia.
Provinsi
Sulawesi
Selatan
Sumatera
Barat

Luas Areal (Ha)

Produksi (Ton)

1994

1995

1996

1997

1994

1995

1.272

1.405

3.738

3.489

30.332 38.824 42.391

9.600

1.251

1.342

1.700

2.710

3.272

12.710

5.961

1996

6.046

1997

Sumatera

1.117 1.469 1.422


N.A.
7.662 15.730 16.533
N.A.
Utara
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tingkat I, Propinsi Sulawesi Selatan,
Propinsi Sumatera Barat dan Propinsi Sumatera Utara.
Sebagian besar tanaman markisa di Indonesia adalah dari varietas markisa
ungu (edulis). Varietas ini sangat rentan terhadap nematoda, perakarannya dangkal
dan musim buahnya pada bulan-bulan tertentu. Kondisi tersebut merupakan salah
satu penyebab rendahnya produktivitas markisa.

Musim panen buah markisa pada umumnya dari bulan November sampai
dengan bulan April tahun berikutnya dengan puncaknya pada bulan DesemberJanuari, kemudian sesudah bulan April, praktis tidak ada buah. Namun demikian di
Sulawesi Selatan telah dikembangkan sambung batang antara tanaman markisa
varietas edulis sebagai batang atas dan varietas flavicarpa sebagai batang bawah.
Keunggulan dari sistem penyambungan tersebut adalah bahwa varietas flavicarpa
mempunyai perakaran dalam, batang lebih besar dan tahan terhadap nematoda.
Dengan kondisi tersebut, tanaman markisa dapat berbuah sepanjang tahun,
sehingga produktivitasnya meningkat 20 30 ton buah/ha per tahun, sementara itu,
jika hanya dari varietas edulis saja, maka produktivitas hanya 5 10 ton buah/ha per
tahun. Dengan teknik penyambungan tersebut diharapkan produksi markisa di
Indonesia akan meningkat dan tersedia sepanjang tahun.
II. 3. Peluang Pasar
Sari buah markisa termasuk salah satu sari buah tropis yang semakin
meningkat popularitasnya di negara-negara barat karena rasa dan aromanya yang
khas. Pada umumnya sari buah markisa digunakan sebagai bahan campuran
dengan sari buah lainnya. Hanya dikonsumsi buah segar langsung yang masih
belum banyak dikenal oleh konsumen di negara-negara tersebut.
Negara produsen markisa adalah negara-negara di Amerika Selatan seperti
Kolombia, Ekuador, Brazil, Argentina dan Peru, kemudian ada juga beberapa negara
dari benua Afrika seperti Kenya, Zimbabwe, Burundi dan Afrika Selatan. Sedangkan
dari benua Asia dan Australia, produsen markisa adalah Australia, New Zealand,
India, Indonesia, Malaysia, Thailand dan Philipina. Pemasaran utama dari produk ini
adalah ke Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada), Eropa (Belanda, Jerman

dan Inggris), Amerika Selatan (Brasil, Chile dan Argentina), Australia dan beberapa
negara Asia (Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Bahrain dan Kuwait).
Pemasaran markisa pada umumnya dalam bentuk sari buah, baik dalam
bentuk single strengh maupun frozen concentrate, selain itu sejak tahun 1994 dari
Sulawesi Selatan telah diekspor ke Australia dalam bentuk pulp. Sedangkan untuk
Sumatera Selatan, ekspor ke Malaysia dan Singapura dalam bentuk juice.
Pemasaran buah markisa segar belum banyak berkembang karena kondisi kulit
buah markisa yang mudah mengeriput sehingga penampakkannya kurang menarik.
Pasar sari buah markisa cenderung tidak stabil. Jika pada tahun 1991
harganya mencapai US$ 6.000 per ton, maka pada tahun 1992, harga tersebut turun
mencapai US$ 2.000 per ton. Hal ini disebabkan karena adanya kelebihan produksi
di pasaran. Sejak itu banyak produsen yang meninggalkan usahanya, sehingga
pada tahun 1994, harga pasaran sari buah meningkat kembali akibat berkurangnya
produksi sampai US$ 6.000 dan bahkan pada bulan Juli 1995, harga sari buah
markisa dari Ekuador yang dijual di Brasil mencapai US$ 10.500 per ton. Namu
demikian, pada tahun-tahun berikutnya harga sari buah markisa cenderung turun
pada tahun 1996, harganya berkisar antara US$ 4.000 US$ 5.000 per ton. Dari
salah satu eksportir di Ujung Pandang didapatkan keterangan bahwa harga FOB
pulp markisa yang diekspor ke Australia untuk pengiriman bulan Pebruari 1999
mencapai US$ 1.250 per ton atau equivalent dengan US$ 5.000 per ton dalam
bentuk concentrated juice.
Negara-negara pengimpor buah dan sari buah antara lain adalah Amerika
Serikat, Belanda, Jerman, Perancis, Inggeris, Brasil, Chilli, Argentina, Jepang,
Taiwan, Korea Selatan, Australia, Arab Saudi, Kuwait dan Bahrain.

Permintaan sari buah markisa untuk concentrated juice di Amerika Serikat


dan Puerto Rico diperkirakan 1.000 ton per tahun. Untuk negara-negara Eropa
permintaan buah markisa diperkirakan 100 150 ton per tahun dan permintaan
tersebut cenderung meningkat pada bulan Desember sedangkan permintaan sari
buah markisa belum ada data. Negara pengekspor sari buah markisa terbesar di
Eropa adalah Belanda dan Jerman. Pasar markisa di negara-negara Asia belum
berkembang, namun demikian untuk Jepang, Taiwan dan Korea Selatan, pasar
produk ini mulai berkembang. Arab Saudi, Kuwait dan Bahrain mengimpor buah
markisa dari Kenya dan Australia, namun data tentang volume impornya tidak
tersedia. Harga buah markisa di Bahrain berkisar antara 2,00 2,50 dinar per kg,
sedangkan di Arab Saudi harganya berkisar antara 20,00 30,00 riyal per kg. Di
Amerika Selatan, Brasil, Chille dan Argentina merupakan pasar sari buah markisa
yang sedang berkembang. Brasil dari negara pengekspor markisa telah menjadi
negara pengimpor sari buah markisa dengan kebutuhan antara 500 1.000 ton per
tahun, dan saat ini Brasil merupakan negara konsumen buah dan sari buah markisa
terbesar di dunia.
Berikut tabel daftar perkembangan ekspor sari buah (Juice) markisa dari
Propinsi Sulawesi Selatan
Tahun

Volume (Ton)

Nilai (US$ FOB)

1994

144.283

100.762,90

1995

198.195

186.253,87

1996

162.915

174.198,23

1997

161.810

147.482,29

1998

139.725

115.890,29

Sumber : Kanwil Deperindang Sulsel, 1999


Di Indonesia markisa lebih banyak di konsumsi sebagai sari buah dari pada
dimakan dalam bentuk buah segar. Permintaan konsumen dalam negeri cenderung
meningkat setiap tahunnya, walaupun dalam hal ini belum ada data yang
menunjang. Permintaan ekspor sari buah atau pulp dari luar negeri, khususnya
Australia, belum banyak terpenuhi. Hal ini disebabkan antara lain oleh semakin
meningkatnya permintaan konsumen dalam negeri, adanya bulan-bulan tertentu
dimana tidak ada produksi buah, tanaman markisa hanya dapat ditanam di daerah
-daerah tertentu yang mempunyai ketinggian di atas 800 m dpl dan akibat semakin
banyaknya tanaman yang sudah tua belum diremajakan serta adanya penggantian
tanaman markisa dengan tanaman lain, misalnya diganti dengan tanaman sayuran
atau tanaman jeruk, seperti yang dilakukan di Sumatera Utara.
Dengan kondisi tersebut, ekspor sari buah markisa khususnya dari Sulawesi
Selatan cenderung berkurang setiap tahunnya. Hal ini seperti yang terlihat pada
tabel di atas. Kondisi tersebut tentunya merupakan peluang yang baik untuk
mengembangkan perkebunan markisa di daerah-daerah sentra produksi seperti di
Sulawesi Selatan (Malino dan Tana Toraja ), Sumatera Utara (Kabupaten Karo),
Sumatera Barat (Solok), Jawa Barat (Cibodas), Bali dan Lampung.
II. 4. Situasi Persaingan
Negara-negara penghasil utama markisa adalah Brasil, Kolombia, Ekuador,
Peru, Australia, New Zealand, Kenya dan India. Sedangkan Amerika Serikat,
Zimbabwe, Afrika Selatan, Burundi, Malaysia, Thailand dan Filipina juga menghasil
markisa.
Brasil, Kolumbia, Ekuador dan Peru pada umumnya menghasilkan sari buah
markisa dari varietas flavicarpa. Pasar dunia sari buah markisa sebagian besar

dikuasai oleh negara-negara tersebut. Produksi sari buah yang dihasilkan oleh
negara-negara tersebut diperkirakan sekitar 12,000 ton per tahun. Di Brasil luas
tanaman markisa diperkirakan mencapai 40,000 ha dengan produksi 450,000 ton
buah markisa.
Di Afrika produksi markisa selain di ekspor juga dikonsumsi lokal. Produsen
terbesar buah markisa adalah Kenya yang pada tahun 1994 telah mengekspor 948
ton buah markisa ke Eropa dan Asia. Lebih dari 95% buah markisa Kenya di ekspor
ke Eropa. Negara-negara pengekspornya adalah Belanda, Inggris, Belanda dan
Perancis. Di Kenya, produksi buah markisa berlangsung sepanjang tahun, tetapi
produksi terendah terjadi pada bulan Juni dan Juli.
Di Negara-negara Asia, selain Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina juga
membudidayakan markisa tetapi di negara-negara tersebut, seperti juga di Indonesia
pemasaran markisa lebih banyak untuk konsumen dalam negeri. Di New Zealand,
panen buah markisa terjadi pada bulan Februari sampai dengan Juli dengan
puncaknya pada bulan Maret-April. Sekitar 23 30% produksinya dalam bentuk
buah segar diekspor khususnya ke Amerika Selatan sekitar 80% dan Kanada 15%
sedangkan sisanya diekspor ke negara-negara di Pasifik dan Australia.

Anda mungkin juga menyukai