Penanganan Limbah Industri Minuman
Penanganan Limbah Industri Minuman
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
Tujuan
1. Mengetahui bagaimana cara penanganan limbah pada industri minuman
ringan secara umum.
2. Mengklasifikasikan tahap-tahap penanganan limbah (primer, sekunder,
tersier) pada industri minuman ringan.
II.
ISI
2.1.
aksi beberapa mikroba yang ada pada limbah ataupun penambahan beberapa
mikroba ke dalam system tersebut. Menurut Rahayu (2008), pengolahan sekunder
ini juga dilakukan untuk merombak campuran bahan organic terlarut melalui
aktivitas mikroorganisme aerobic alami dan menghasilkan lumpur. Adapun reactor
yang digunakan adalah sebagai berikut :
karena
menggunakan
bantuan
mikroorganisma
pada
proses
pengolahannya. Cara Kerja alat ini adalah sebagai berikut: Air limbah setelah
dilakukan penyaringan dan equalisasi dimasukkan kedalam bak pengendap awal
untuk menurunkan suspended solid. Air limpasan dari bak pengendap awal
dialirkan ke kolam aerasi melalui satu pipa dan dihembus dengan udara sehingga
mikroorganisma bekerja menguraikan bahan organik yang ada di air limbah. Dari
bak bak aerasi air limbah dialirkan ke bak pengendap akhir, lumpur diendapkan,
sebagian lumpur dikembalikan ke kolam aerasi.
Keuntungannya adalah daya larut oksigen dalam air limbah lebih besar;
efisiensi proses lebih tinggi; dan cocok untuk pengolahan air limbah dengan debit
kecil untuk polutan organik yang susah terdegradasi. Namun, juga terdapat
kekurangan dimana areal instalasi luas, sehingga dana yang dibutuhkan cukup
besar dan tidak efisien, memerlukan pengawasan yang cukup ketat seperti kondisi
suhu dan bulking control proses endapan, membutuhkan energy yang besar, dan
membutuhkan operator yang terampil dalam mengatur jumlah massa mikroba
dalam reaktor.
Lagun Aerasi
Lagun Aerasi merupakan unit penanganan biologic dimana kebutuhan
aerator
langsung
beroperasi
di
atas
permukaan
lagun
dan
kelemahannya
masih
membutuhkan
lahan
yang
luas
dan
dengan memanfaatkan teknologi Biofilm. Trickling ini terdiri dari suatu bak
dengan media permeable untuk pertumbuhan organisme yang tersusun oleh materi
lapisan yang keras, kasar, tajam dan kedap air.
mengolah air limbah dengan air yang jatuh mengalir perlahan-lahan melalui
lapisan batu untuk kemudian tersaring.
Kelebihannya adalah tidak membutuhkan lahan yang luas dan operator
yang digunakan tidak perlu terampil. Sedangkan kelemahannya adalah sering
timbul lalat dan bau dari reactor, karena suplai oksigen tidak merata, sering terjadi
pengelupasan biofilm, timbul sumbatan, dan hanya untuk mengolah limbah encer
dengan beban BOD rendah.
penurunan
kandungan
organik
ini
disebabkan
mikroorganisme
yang
mendekomposisi bahan organik tersebut menjadi CO2, H2O dan NH4 sehingga
kandungan organik setelah proses menjadi turun. Unit pengolahan didesain dalam
2 tahap untuk penurunan BOD secara seri. Pada Oxydation I diharapkan BOD
turun dari 1600 ppm menjadi 700 ppm dan pada Oxydation Dicth II dari 700 ppm
menjadi 50 ppm.
Berdasarkan hasil data pengamatan selama 3 (tiga) bulan terlihat adanya
penurunan dari parameter parameter selama pengolahan sehingga dapat
memenuhi baku mutu yang disyaratkan. Penurunan BOD pada tangki Oxidation I
terjadi sebesar 56,25% untuk tangki Oxydation Ditch II terjadi penurunan sebesar
96,875 % dari yang pertama. Hal tersebut telah sesuai berdasarkan literature
dimana oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan
BOD dapat mencapai 85%-90% (Kusumawati, 2013). Selain itu, parameter COD
memperlihatkan penurunan 90% untuk yang pertama dan 96% untuk yang kedua.
Hal ini sesuai dengan literature dimana pengolahan limbah menggunakan lumpur
aktif dapat menurunkan konsentrasi COD >85 % (Lestari, 2003). TSS berkurang
66,7 % untuk yang pertama dan 80% untuk yang kedua, Oil & grease menurun
50% dan 75 % untuk yang kedua, sedangkan TDS nya tetap karena sudah
dibawah baku mutu yang disyaratkan, untuk Total N terjadi penurunan 61,5 %
pada tangki Oxydation Ditch I dan 76,92 % untuk yang kedua sedangkan untuk
penurunan temperatur relatif stabil penurunannya tidak terlalu tinggi karena
limbah cair yang keluar cukup hangat dan temperatur ambient cukup panas.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama tiga bulan dapat diambil
kesimpulan bahwa unit pengolah limbah dengan sistem Oxydation Ditch dalam
activated sludge dapat digunakan untuk pengolahan limbah cair dari pabrik
minuman ringan sejenis dengan kandungan BOD yang tidak terlalu tinggi serta
efisiensi yang dicapai sebesar 96,875%, COD 96%, TSS 80%, Oil & grease 75%,
TDS tetap 1200 ppm karena sudah dibawah baku mutu, Total N 76,92 %, pH
turun sekitar 41 % sedangkan temperatur turun menjadi 29oC.
2.3
bahan pencemar tinggi atau limbah dengan parameter yang bervariasi banyak
dengan volume yang relatif banyak. Pengolahan limbah dengan cara ini biasanya
dilakukan untuk mengurangi kandungan amonia dan nitrat yang masih terkandung
dalam efluen setelah melewati proses pengolahan limbah secara sekunder.
Sistem operasinya dikenal dengan operasi biologi yaitu metode
pengolahan dengan menghilangkan senyawa pencemar melalui aktivitas
biological yang dilakukan pada peralatan unit proses biologi. Metode ini dipakai
terutama untuk menghilangkan bahan organic biodegaradable dalam limbah cair.
Senyawa-senyawa organik tersebut dikonversikan menjadi gas dan air yang
kemudian dilepaskan di atmosfer. Zat- zat organik dengan rantai korban panjang
diubah menjadi rantai ikatan karbon sederhana dan air yang berbentuk gas. Untuk
menghilangkan senyawa nitrogen dalam air dipakai proses aerasi dengan
menggunakan metode biologi. Unit proses dipakai pada proses biologi yaitu:
kolam aerobik, aerasi, lumpur aktif, kolan oksidasi, dan saringan biologi dan
kolam anaerobik. Berikut ini adalah tabel beberapa parameter pencemar dan
pilihan peralatan dan pengolahan:
III.
KESIMPULAN
1. Penanganan limbah umumnya dibagi menjadi 3 yaitu primer,
sekunder, dan tersier.
2. Limbah yang diolah melalui ketiga tahap tersebut adalah limbah cair
hasil sisa pengolahan minuman ringan.
3. Penanganan secara primer dilakukan dengan proses lumpur aktif
dengan aerasi oksigen murni (sedimentasi).
4. Penanganan secara sekunder dilakukan dengan proses lagun aerasi,
parit oksidasi, lumpur aktif, dan saringan menetes
5. Penanganan secara tersier dilakukan dengan konversi senyawa organik
menjadi gas dan dilepaskan ke atmosfer.
DAFTAR PUSTAKA
Grady, Jr., C.P.L. and Lim, H.C., 1980. Biological Wastewater Treatment, theory
and application. Marcel Dekker, Inc. New York and Basel.
Jenie B, Dkk. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius, Jakarta.
Kusumawati E, 2013. Lumpur Aktif. Politeknik Negeri Bandung, Bandung.
Matcalf and Eddy. 1991. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and
Reuse, 3rd Eddition. Singapore: McGraw-Hill Book Co.
Rahayu, W. P. 2008. Penanganan Limbah Industri Pangan. Available at: http://
www.foodreview.biz (Diakses 1 Maret 2015 pukul 20.31 WIB).
Ritonga,
at