Anda di halaman 1dari 8

Dosen : Dra. Hj. Betty Holiwarni, M.

Pd
Dra. Hj. Herdini, M.Si
TUGAS KELOMPOK
TELAAH SILABUS KURIKULUM 2006 DAN KURIKULUM 2013 PADA MATERI KIMIA KELAS XI SMA

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Oleh:
KELOMPOK 2
Ahwi Solihin
Aptika Sari
Claudia Oktaviani
Puput Manjelidha
Suhendra
Vezy Relisia
Wiji Astuti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2015

MODEL PEMBELAJARAN DICK DAN CAREY


Model pembelajaran Dick dan Carey merupakan model pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan sistem (System
Approach). Terhadap komponen - komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan,
implementasi dan evaluasi. Model sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick dkk terdiri atas beberapa komponen yang perlu
dilakukan untuk membuat rancangan aktifitas pembelajaran yang lebih besar. Dick dan Carey memasukkan unsur kognitif dan
behavioristik yang menekankan pada respon siswa terhadap stimulus yang dihadirkan. Implementasi model desain sistem
pembelajaran ini memerlukan proses yang sistematis yang menyeluruh. Hal ini diperlukan untuk dapat menciptakan desain sistem
pembelajaran yang mampu digunakan secara optimal dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran.
Komponen-komponen sekaligus langkah-langkah utama dari model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick
dkk yang terdiri atas:
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
Dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran hal yang perlu dilakukan dalam kegiatan ini adalah menentukan kemampuan
atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menempuh program pembelajaran. Hal ini diistilahkan dengan tujuan
pembelajaran atau instructional goal.
Rumusan tujuan pembelajaran dapat dikembangkan baik dari rumusan tujuan pembelajaran yang sudah ada pada silabus
maupun dari hasil analisis kinerja atau performance analisis. Rumusan tujuan pembelajaran dapat dihasilkan melalui proses analisis
kebutuhan atau need analysis dan pengalaman-pengalaman tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa.
Selain itu tujuan pembelajaran dapat juga dirumuskan dengan menggunakan analisis tentang cara seseorang melakukan tugas
atau pekerjaan yang spesifik dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melakukan tugas dan pekerjaan tersebut, atau
istilah ini disebut dengan istilah analisis tugas atau Task analysis.
2. Melakukan analisis instruksional
Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah analisis instruksional, yaitu sebuah proses
proses yang digunakan untuk menentukan keterampilan dan pengetahuan relevan dan diperlukan oleh siswa untuk mencapai
kompetensi atas tujuan pembelajaran. Dalam melakukan analisis instruksional beberapa langkah yang diperlukan untuk
mengidentifikasi kompetensi berupa pengetahuan (cognitive), keterampilan (Phsycomotor) dan sikap (attitudes) yang perlu dimiliki
oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
3. Analisis Siswa dan Konteks

Dalam model Dick dan Carry analisis terhadap siswa yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat
dilakukan secara bersama-sama atau paralel. Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan yang dipelajari
oleh siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh siswa untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari.
Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan actual yang yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar (learning
styles), dan sikap terhadap aktivitas belajar. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu
perancang program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan.
4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
Berdasarkan analisis instruksional, seorang perancang desain sistem pembelajaran perlu mengembangkan kompetensi atau
tujuan pembelajaran spesifik (instructional objectives) yang perlu dikuasai oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
bersifat umum (instructional goal). Dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang bersifat berspesifik, ada beberapa hal yang perlu
mendapatkan perhatian:
a) Menentukan pengetahuan keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menepuh proses pembelajaran.
b) Kondisi yang dieprlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari pengetahuan yang telah dipelajari
c) Indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh proses pembelajaran
5. Mengembangkan instrument penelitian
Berdasarkan tujuan kompetensi khusus yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau
instrumem penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil belajar siswa, hal ini dikenal dengan istilah evaluasi hasil belajar.
Hal yang penting dalam menentukan instrument evaluasi yang akan digunakan adalah instrument harus dapat mengukur
performance siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas pembelajaran yaitu aktifitas prapembelajaran, penyajian materi pembelajara, dan aktivitas tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran.
Penentu strategi pembelajaran harus didasarkan pada faktor-faktor berikut:
a) Teori terbaru tentang aktifitas pembelajaran
b) Penelitian tentang hasil belajar
c) Karekteristik media pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran
d) Materi atau substansi yang perlu dipelajari oleh siswa
e) Karakterisitik siswa yang akan terlibat dalam kegiatan pembelajaran

7. Pengguanaan Bahan Ajar


Istilah bahan ajar sama dengan media pembelajaran, yaitu sesuatu yang dapat membawa informasi dan pesan dari sumber
belajar kepada siswa, bahan ajar yang dapat digunakan adalah buku teks, buku panduan, modul, program audio video, bahan ajar
berbasis computer, program multimedia, dan bahan ajar yang digunakan pada sistem pendidikan jarak jauh.
8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif
Evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan program
pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki draf program.
Tiga jenis evaluasi formatif:
a. Evaluasi perorangan (on to one evaluation)
b. Evaluasi kelompok sedang (small group evaluation)
c. Evaluasi lapangan/field trial
Evaluasi perorangan merupakan tahap yang perlu dilakukan untuk melakukan kontak langsung dengan satu atau tiga orang
calon pengguna program untuk memperoleh masukan tentang ketercenaan dan daya tarik program. Evaluasi kelompok dialakukan
kecil dilakukan untuk menguji cobakan program terhadap sekelompok kecil calon pengguna yang terdiri dari 10-15 orang siswa.
Evaluasi ini dilakukan untuk memperoleh masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas program. Evaluasi
lapanagan adalah uji coba program sebelum program tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya.
9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran
Langkah terakhir dari proses desain adalah melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari
prosedur evaluasi foramtif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh program
pembelajaran, evaluasi tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga pada aspek-aspek desain sistem
pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis instruksional, entry behavior dan karakteristik siswa. Prosedur
evaluasi formatif perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas program tersebut.
10. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.
Evaluasi merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini dianggap puncak dalam aktifitas
desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carrey. Evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara

formatif dan direvisi sesuai dengan standar yan digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program,
tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong
kedalam proses desain sistem pembelajaran.
Langkah desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carrey merupakan sebuah prosedur yang menggunakan
pendekatan sistem dalam mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah dalam desain pembelajaran memiliki keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAM MODEL DICK dan CARREY
a. Kelebihan Model Dick dan Carrey
1. Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti
2. Teratur, efektif dan Efisien dalam pelaksanaan
3. Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga mudah diikuti
4. Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan
maka segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut
mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya
5. Model Dick & Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan
pembelajaran.
b. Kekurangan Model Dick dan Carrey
1. Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan
2. Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan sesuai dengan langkah-langkah tersebut
3. Tidak cocok diterapkan dalam pembelajaran skala besar
4. Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif
5. Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan
pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi).
6. Terlalu banyak prosedur yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
MODEL PEMBELAJARAN TEACHING RESEARCH SYSTEM
(HAMREUS 1968)
Langkah Langkah Model Pengembangan adalah sebagai berikut:

a. Tahap I Pendefinisian dan Pengelolaan Sistem


1. Mengidentifikasi masalah instruksional
2. Menentukan dan memilih staf pendukung
3. Menentukan kontrol pengelolaan
4. Berdasarkan butir 2 dan 3 mengidentifikasi populasi siswa / peserta didik
5. Berdasarkan butir 2 dan 3 bahan pengajaran
6. Berdasarkan butir 2 dan 3 menganalisa context instruksional
b. Tahap II Analisis Desain
1. Mengidentifikasi tujuan perilaku
2. Menyusun pengukur penampilan
3. Berdasarkan butir 1 menentukan tujuan tujuan khusus
4. Menyusun pengukur penampilan khusus
5. Berdasarkan butir 3 mengidentifikasi jenis belajar
6. Menentukan kondisi belajar
7. Berdasarkan butir 5 menentukan penyesuaian terhadap pekerjaan individual
8. Menentukan bentuk kegiatan instruksional
c. Tahap III Pengembangan dan Penilaian
1. Pengembangan prototiva instruksional
2. Review teknis dan komunikasi
3. Berdasarkan butir 1 melakukan uji coba prototipe
4. Menyelenggarakan tes penampilan
5. Berdasarkan butir 3 menganalisis hasi l uji coba
6. Manganalisis tes
7. Berdasarkan butir 5 mengidentifikasi sistem instruksional
8. Mengulang kembali
MODEL PEMBELAJARAN SYSTEM APPROACH FOR EDUCATION (SAFE) (CORRIGAN 1966)
Langkah Langkah Model Pengembangan adalah Sebagai Berikut :
a. Tahap I Analisis Sistem
1. Menilai kebutuhan

2. Menentukan tujuan misi


3. Menentukan persyaratan misi
4. Menentukan hambatan
5. Menentukan profil misi dan persyaratan serta hambatan
6. Melakukan analisis fungsional tentang persyaratan dan hambatan
7. Melakukan analisis tugas dan persyaratan dan hambatan
8. Melakukan analisis metode, alat dan persyaratan dan hambatan
9. Membuat keputusan final tentang meneruskan atau berhenti
b. Tahap II Sistesis Sistem
1. Mengidentifikasi strategi perencanaan masalah
2. Mendesain pengelolaan/rencana pelaksanaan untuk setiap alternatif
3. Menganalisis alternatif dari segi keefektifan dan efisiensi biaya
4. Memilih rencana pengelolaan dan pelaksaan yang mempunyai keefektifan biaya
5. Menyusun rencana validasi atau tes lapangan (metode/media) yang sesuai.
6. Implementasi/ pengelolaan penggunaan rencana pelaksanaan
7. Mengevaluasi penampilan (proses dan produk)
8. Merevisi untuk mencapai prestrasi yang dipersyaratkan

yang optimal

PROJECT MINERVA INSTRUCTIONAL SYSTEMS DESIGN (TRACEY 1967)


Model ini sangat sesuai digunakan untuk pengembangan diklat. Langkah Langkah Model Pengembangan Project Minerva
adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data pekerjaan
2. Mengidentifikasi persyaratan pelatihan
3. Merumuskan tujuan penampilan
4. Menyusun tes penampilan
5. Memilih isi mata pelajaran
6. Memilih strategi instruksional
7. Memproduksi bahan instruksional
8. Melaksanakan kegiatan instruksional
9. Melaksanakan dan menganalisis tes
10. Mengevaluasi kegiatan instruksional

11. Tindak lanjut lulusan

Anda mungkin juga menyukai