Anda di halaman 1dari 3

PERANG ENAM HARI BERSAMA PENDUDUKAN PALESTINA

Pada 5 Juni 1967, Israel menyerbu posisi pasukan Mesir di Gurun Sinai. Pecahlah perang
enam hari yang terkenal itu. Israel mengawali perang dengan dua gelombang serangan
udara yang menghancurkan 286 pesawat tempur Mesir. Anehnya, respons militer Mesir
sangat minim dan menjelang tengah hari, AU Israel berani memastikan bahwa AU Mesir
sudah lumpuh.
Sementara itu, pasukan darat Israel juga mulai menusuk di Gurun Sinai dan hanya dalam
tiga hari pasukan Israel berhasil menguasai Sinai. Pada 8 Juni 1967 malam, Presiden
Mesir Gamal Abdul Nasser menyepakati gencatan senjata.
Pada hari pertama perang, militer Jordania juga menembaki Jerusalem meski Israel
meminta Jordania untuk tidak ikut campur. Artileri Jordania juga menembaki Tel Aviv
serta AU Jordania menyerang sejumlah kota Israel. Setelah upaya gencatan senjata
ditolak Jordania, Israel menyerang negeri itu. Pada 8 Juni 1967, Israel akhirnya bisa
menguasai Tepi Barat dan Jerusalem.
Pada saat bersamaan dengan serangan awal Jordania, Suriah juga ikut terjun ke dalam
peperangan ini. Artileri Suriah di Dataran Tinggi Golan menghujani wilayah Israel dengan
tembakan. Setelah mampu mengatasi Mesir, militer Israel akhirnya dikerahkan untuk
menanggapi serangan Suriah. Pada 10 Juni 1967, Israel sepakat melakukan gencatan
senjata dengan Suriah setelah berhasil menguasai dataran tinggi Golan.
Perang enam hari usai dengan kemenangan mutlak di tangan Israel. Hasil dari perang ini,
Israel merebut Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dari Mesir. Dari Jordania, Israel
merebut Tepi Barat dan menguasai dataran tinggi Golan.
- Dampak perang
Dampak pasti perang enam hari ini adalah pendudukan Israel atas Jalur Gaza dan Tepi
Barat yang banyak dihuni pengungsi Palestina hasil perang Arab-Israel 1948. Setidaknya,
satu juta warga Palestina kini berada di bawah kekuasaan Israel pada 1967.
Pascaperang enam hari, fokus kelompok-kelompok perlawanan Palestina sedikit
berubah, yaitu membebaskan Jalur Gaza dan Tepi Barat dari pendudukan Israel sebagai
langkah awal kemerdekaan seluruh Palestina.
Salah satu masalah besar dalam konflik Israel-Palestina adalah status Jerusalem. Pada
1980, Israel menyatukan Jerusalem Barat dan Timur sekaligus mengklaim kota itu
sebagai ibu kota negara Yahudi tersebut. Namun, Palestina juga mengklaim Jerusalem
sebagai ibu kota mereka. Saling klaim Jerusalem ini menjadi salah satu ganjalan dalam
proses perdamaian di Timur Tengah hingga kini.
Ganjalan lain yang menghambat proses perdamaian antara Israel dan Palestina adalah
kebijakan Israel membangun permukiman Yahudi di wilayah pendudukannya. Kebijakan
ini dilakukan sejak Partai Likud berkuasa di Israel pada 1977. Hingga 2003, terdapat
sekitar 220.000 warga Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Selain itu, masih ditambah
sekitar 200.000 warga Yahudi di Jerusalem dan wilayah yang diduduki sejak 1967.

Korea Utara tidak akan menghancurkan Korea Selatan


Banyak media yang menggambarkan ketegangan antara Korea Utara (Korut) dan Korea
Selatan (Korsel) di bulan Februari 2013 lalu dengan berbagai cara. Salah satunya majalah
Defence Inggris, menggambarkan suasana yang tegang di Korea tersebut bagaikan
musim gugur yang melanda. Bahkan, BBC London setelah percobaan bom nuklir Korut
berhasil, langsung menghubungi saya tentang keadaan di Korsel. Pada saat itu saya
katakan, Korea aman-aman saja dan tak ada masalah, serta saya katakan bahwa Korut
tidak akan menghancurkan Korsel. Begitulah yang diungkapkan oleh Guru Besar Hankuk
University of Foreign Studies Prof. Yang Seung Yoon dalam Kuliah Umum yang diadakan
oleh Program S2 Hubungan Internasional (MPHI) UMY, bekerjasama dengan Jurusan
Hubungan Internasional (HI) UMY. Acara yang dihadiri juga oleh Guru Besar UMY Prof.
Tulus Warsito tersebut berlangsung di Ruang Simulasi Sidang HI UMY, Jumat (19/4).
Dengan memulai dari sejarah Korea terbagi dua disebabkan perbedaan ideologi, Prof.
Yang menjelaskan alasan Korut tidak akan menghancurkan Korsel. Salah satu faktor
terpentingnya adalah sejarah 2000 tahun hubungan kekeluargaan antara Korut dan
Korsel. Sehingga perselisihan yang lebih kurang 60 tahun sekarang ini tidak terlalu
menjadi masalah besar. Korea yang dulu hanya satu dan berasal dari suku, budaya,
pakaian, bahasa yang sama, sudah tentu sulit untuk dipisahkan. Sejarah 2000 tahun
tentunya akan kuat mengalahkan perselisihan yang hanya 60 tahun, jelas penasehat
International Association of Korean Studies in Indonesia (INAKOS) ini.
Prof. Yang menerangkan sebab perselisihan antara 2 Korea yaitu Utara dan Selatan.
Pembagian Utara dan Selatan yang dimuai sejak perang dunia kedua tahun 1945
tersebut, sebenarnya bukan keinginan dari rakyat Korea. Hal tersebut dilakukan oleh
Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet (US) setelah penyerahan diri Jepang 1945. Bagian
Utara merupakan basis komunis dan bagian Selatan merupakan basis kapitalis. Korea
adalah korban dari perselisihan 2 ideologi yang beradu pada saat perang dunia kedua.
Yaitu ideologi komunis dan ideologi kapitalis dalam hal ekonomi, terangnya.
Selain itu, Korut juga tidak mungkin menyerang Korsel disebabkan oleh tingkat kekuatan
militer. Berdasarkan survi keamanan internasional, kekuatan militer Korut berada
diperingkat 28, sedangkan kekuatan militer Korsel berada diperingkat 7. Alasan lainnya
adalah Korsel memiliki sekutu AS, setiap negara yang menggunakan nuklir dan
menentang AS. Selalu bisa dikalahkan oleh AS, sebagaimana nasib Saddam Husein (Irak)
dan Muammar Khadafi (Libya) di Timur Tengah. Dengan memperhitungkan kekuatan
militer serta melihat sekutu Korsel adalah AS, maka tidak mungkin Korut berani
menyerang Korsel. Selain itu ikatan kekeluargaan sangatlah kuat, jelas Prof. Yang
Seung. Prof. Yang mengungkapkan, alasan Korut menakut-nakuti dunia internasional
dengan senjata nuklir, merupakan strategi untuk mengadakan perundingan dengan AS,
yaitu meminta secara paksa AS pergi dari semenanjung Korea. Sehingga Korut dan
Korsel bisa bersatu. Jika dilihat, gertakan Korut menggunakan nuklir tersebut bertujuan
untuk melakukan perundingan dengan Amerika Serikat. Karena yang menjadi masalah
bagi Korut adalah ideologi (kapitalis) yang dibawa oleh AS tersebut. Serta tujuan Korut
adalah mengkomuniskan seluruh Korea, ungkapnya.
Dalam penutupannya, Prof. Yang Seung mengatakan bahwa rakyat Korea sangat tahu

akan peribahasa kuno, yaitu darah lebih kental dari air. Oleh sebab itu Korut tidak akan
membabi buta menyerang Korsel, karena mereka akan membunuh anak, kakek, nenek
ataupun keluarga mereka sendiri. Jika Korut membom Korsel, berarti mereka
membunuh nenek dan kakek mereka sendiri, begitu juga sebaliknya Korsel, katanya
dalam acara yang dihadiri oleh Ketua Jurusan HI UMY, Dr. Ali Muhammad dan Direktur
MPHI UMY, Dr. Surwandono tersebut.

Anda mungkin juga menyukai