Standar Kompetensi :
Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala
kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas
Einstain dalam paradigma fisika modern.
Kompetensi Dasar :
-Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum
yang mencakup hakikat dan sifat-sifat radiasi
benda hitam serta penerapannya.
-Mendeskripsikan perkembangan teori atom
-Memformulasikan perkembangan teori khusus
untuk waktu, panjang, dan massa, serta
kesetaraan massa dan energi yang diterapkan
dalam teknologi.
1. Relativitas Newton
a. Semua Gerak Itu Relatif
Misalkan Anda berada di kereta yang sedang melaju
dengan kelajuan 60 km/jam terhadap orang yang diam
di tepi rel. Kemudian Anda berjalan di atas kereta
dengan kelajuan 5 km/jam searah dengan gerak
kereta. Orang yang diam dalam kereta mengatakan
bahwa kelajuan Anda adalah 5 km/jam, tetapi orang
yang diam di tepi rel mengatakan kelajuan Anda
adalah 65 km/jam. Siapakah yang benar? Keduanya
benar, sebab keduany memandang gerak Anda sesuai
dengan kerangka acuannya. Dengan kata lain, gerak
itu relatif.
c. Relativitas Newton
Teori relativitas berhubungan dengan kejadiankejadian yang diamati dari kerangka acuan inersial,
yaitu kerangka acuan dimana hukum I Newton (hukum
inersial) berlaku. Hukum I Newton menyatakan bahwa
jika pada suatu benda tidak bekerja gaya resultan
(gaya resultan = 0) maka benda akan selamanya diam
atau selamanya bergerak dengan kecepatan konstan
pada garis lurus. Jadi, kerangka acuan inersial adalah
suatu kerangka acuan yang berada dalam keadaan
diam atau bergerak terhadap acuan lainnya dengan
kecepatan konstan pada suatu garis lurus.
Galileo dan Newton mengemukakan tentang apa
yang sekarang kita sebut sebagai prinsip relativitas
newton, yaitu hukum-hukum mekanika berlaku sama
pada semua kerangka acuan inersial.
2. Tranformasi Galileo
Kita
dapat
menjelaskan
situasi
ini
dengan
menggunakan kerangka acuan inersial. Pada gambar
9.2 dilukiskan dua buah kerangka acuan inersial.
Kerangka acuan S yang berhubungan dengan
pengamatan diam di tepi rel, memiliki sistem
koordinat XYZ dengan titik asal O. Kerangka acuan S
yang berhubungan dengan pengamat dalam kereta,
memiliki sisten koordinat XYZ dengan titik asal O,
bergerak dengan kecepatan konstan v sepanjang
sumbu X (atau sumbu X) relatif terhadap kerangka
acuan S.
Mula-mula (saat t=t = 0), titik asal kedua kerangka
acuan adalah berimpit. Dalam transformasi Galileo
yang akan kita turunkan ini, selang waktu yang
dicatat oleh pengamat di S dianggap sama dengan
yang dicatat oleh pengamat di S.
Cahaya
sebagai
gelombang
haruskah
memerlukan medium dalam perambatannya?
Untuk
memudahkan
Anda
memahami
perhitungan
selanjutnya, kita akan melakukan analogi angin eter yang
memenuhi jagat raya dianalogikan dengan arus air pada
sungai cahaya dianalogikan dengan peragu, dan bumi
dianalogikan dengan tanah. Dengan demikian kelajuan eter
terhadap bumi, v, dianalogikan dengan kelajuan arus
terhadap tanah (orang yang diam di tepi sungai). Kelajuan
cahaya terhadap eter, c, dianalogikan dengan kelajuan
perahu terhadap arus, dan kelajuan cahaya terhadap bumi. v
dianalogikan dengan kelajuan perahu terhadap tanah. Sesuai
dengan definisi penjumlahan vektor kecepatan relatif yang
telah Anda pelajari dalam jilid 2.
Maka
Vperahu, arus = Vperahu, tanah + Vtanah, arus
c = v + (-v)
v = c + v
Beda waktu antar t// dan t,
maka
atau
Mari kita anggap bahwa interferometer diatur untuk fringefringe paralel dan teleskop pengamat difokuskan pada satu
dari frinji-frinji ini (satu frinji adalah jarak antara dua pita
terang berdekatan, lihat gambar 9.4). Beda waktu di antara
kedua berkas cahaya menghasilkan satu beda fase ketika
keduanya bergabung di posisi teleskop. Satu beda pola
interferensi (Gambar 9.4) akan dideteksi dengan memutar
interferometer melalui sudut 90o dalam bidang horizontal,
sedemikian sehingga kedua berkas bertukar peran. Ini
menghasilkan beda waktu dua kali yang diberikan dalam
persamaan (9-9). Beda lintasan berdasarkan beda waktu ini
adalah
4. Transformasi Lorentz
Transformasi Galileo, berlaku jika kecepatan-kecepatan yang
terlihat jauh lebih kecil daripada cepat rambat cahaya, c.
Sebagai contoh dapat kita lihat bahwa tidak akan berlaku
untuk kecepatan cahaya. Untuk cahaya yang bergerak
terhadap kerangka acuan S dengan kelajuan u = c akan
memiliki kelajuan ux=ux + v atau ux = c + v terhadap
kerangka acuan S. Jadi, jelaslah diperlukan suatu
transformasi baru agar senantiasa berlaku pada kerangka
acuan apa saja, kelajuan cahaya dalam vakum adalah c.
Kekeliruan transformasi Galileo untuk kelajuan-kelajuan yang
mendekati kelajuan cahaya adalah anggapan bahwa
selang waktu pada kerangka acuan S sama dengan selang
waktu pada kerangka acuan S (t=t). Untuk memasukkan
konsep relativitas khusus Einstain, maka selang waktu ini
tidaklah sama (t t). Jika kita anggap transformasi ini
adalah linear maka hubungan transformasinya akan
mengandung
suatu
penggali
disebut
tetapan
transformasi. Dengan demikian, transformasi baru ini akan
berbentuk :
x = (x + vt)
y = y
z = z
Perhatikan,
kita
menggangap
persamaan y dan z tidak berubah
karena tidak ada perubahan gerak
pada arah ini.
Prinsip relativitas yang menyatakan
bahwa S bergerak ke kanan terhadap
kerangka acuan S sama saja dengan S
bergerak ke kiri terhadap kerangka
acuan S. Oleh karena itu transformasi
kebalikan persamaan pertama dari
persamaan (9-11) adalah
x = (x-vt)
Tetapan transformasi
Transformasi kebalikan
Pemekaran waktu
a.
Paradok Kembar
2. Kontraksi Panjang
Pemendekan panjang atau jarak ini dikenal dengan sebutan
kontraksi panjang
Untuk memahami kontraksi panjang secara kuantitatif,
pertimbangkalah percobaan fiktif berikut :
Kontraksi Panjang
1. Masa Relativistik
Dalam mekanika klasik (mekanika yang berhubungan dengan
kelajuan yang jauh lebih kecil dari pada kelajuan cahaya c)
seperti yang telah anda pelajari dalam buku jilid 2 bab 5
berlaku hukum kekekalan momentum yang menyatakan
bahwa ketika dua benda bertumbukan, momentum total
sistem adalah konstan, dengan anggapan sistem terisolasi
(kedua benda hanya berinteraksi satu sama lain). Kekekalan
momentum adalah suatu hukum fisika, yang menurut postulat
1 relativitas khusus haruslah berlaku untuk semua kerangka
acuan yang bergerak dengan kecepatan konstan.
Momentum sistem sebelum dan sesudah tumbukan adalah :
Psebelum = m(+v) + m(-v) = 0
Psesudah = (m+m)v = 0
Masa relativitas :
2. Momentum Relativistik
Definisi masa yang benar adalah masa relativistik seperti
yang ditunjukkan oleh persamaan (9-25). Jika definisi masa
relativistik ini kita masukkan ke definisi momentum fisika
klasik kita peroleh defini baru tentang momentum
relativistik yang dinyatakan sebagai berikut :
3. Energi Relativistik
Mari kita tinjau pernyataan hukum II Newton yang telah
sangat Anda kenal, yaitu F = ma. Ini berarti jika kita
memberi resultan gaya F sangat besar pada suatu benda
maka bisa diperoleh percepatan a benda sangat besar.
Percepatan a berkaitan dengan kelajuan benda. Jadi,
menurut hukum ini jika resultan gaya F terus menerus
kita perbesar maka percepatan yang dihasilkannya dapat
menyebabkan benda melebihi kelajuan cahaya c.
Bentuk asli hukum II Newton yang diajukan oleh Newton
berbunyi : gaya adalah laju perubahan momentum.
Karena