Anda di halaman 1dari 4

DRAFT MATERI KONSULTASI PUBLIK

PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN RENDAH EMISI


KABUPATEN JAYAPURA, PROVINSI PAPUA

Disusun oleh :
Pokja Inisiatif Pembangunan Rendah Emisi (POKJA IPRE) Kab. Jayapura

B. MENGENALI SUMBER EMISI BERBASIS LAHAN


Emisi berbasis lahan yang dimaksud adalah terlepasnya cadangan carbon
(carbon stock) akibat hilangnya vegetasi atau pepohonan disuatu bentang lahan.
Pengertian sederhananya adalah apabila terjadi pengurangan jumlah pohon secara terus
menerus pada suatu bentang lahan atau terjadinya pengurangan luas hutan maka itulah
yang dimaksud dengan emisi dari kegiatan berbasis lahan. Karbon dioksida (CO 2) yang
teremisikan tersebut akan terakumulasi diudara sehingga akan menambah konsentrasi
Gas Rumah Kaca (GRK), hal ini akan menimbulkan pemanasan global yang berujung
pada perubahan pola iklim yang akan merugikan penduduk pada tingkat lokal hingga
global hingga terjadinya bencana alam.
Setiap tempat di belahan bumi ini memiliki peran penting dalam pengendalian
emisi berbasis lahan. Sebagai bagian dari Tanah Papua, Kabupaten Jayapura memiliki
peran strategis dalam pengendalian emisi tersebut yaitu dengan mengupayakan
pembangunan wilayahnya yang sedang giat dilaksanakan, akan tetapi tetap
memperhatikan keberadaan hutan sebagai sumber penghidupan dan berbagai layanan
lingkungan bagi masyarakat Jayapura dan seluruh masyarakat didunia pada umumnya.
1990

2000

2005

2010

8 USULAN STRATEGI PENURUNAN EMISI BERBASIS LAHAN DALAM


PEMBANGUNAN RENDAH EMISI KABUPATEN JAYAPURA
A. PENGANTAR
Strategi penurunan emisi berbasis lahan merupakan suatu terobosan baru dan
ide penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan di
seluruh dunia, khususnya negara-negara dengan sumber emisi terbesar dari kegiatan
penggunaan lahan. Strategi ini merancang aktivitas, pembuatan kebijakan, dan
pengelolaan hingga kegiatan penggunaan lahan di suatu wilayah yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat, dengan tetap memperhatikan keberlanjutan pembangunan
untuk masa yang akan datang.
Delapan (8) Usulan aktivitas penurunan emisi ini adalah hasil kerja Pokja Inisiatif
Pembangunan Rendah Emisi (IPRE) Kabupaten Jayapura setelah melalui proses
identifikasi, inventarisasi sumber-sumber emisi, dan diskusi dengan masyarakat di
Kabupaten Jayapura. Usulan ini adalah bahan awal yang akan didiskusikan kembali
untuk mendapatkan masukan dalam Konsultasi Publik secara lebih luas dengan
stakeholders yang ada di Kabupaten tercinta ini, sehingga nantinya usulan ini akan
mendapatkan dukungan dari semua pihak dalam pelaksanaannya baik dilaksanakan
dengan dukungan pemerintah daerah maupun akan mendapatkan dukungan dari pihakpihak yang lain.

Gambar 1. Kondisi Tutupan/Penggunaan Lahan Kabupaten Jayapura pada Tahun 1990, 2000, 2005 dan 2010.

Untuk mengenali sumber-sumber emisi dari kegiatan penggunaan lahan di


Kabupaten Jayapura dapat dibantu dengan informasi tutupan/penggunaan lahan di
beberapa titik tahun. Data tersebut menunjukan sumber-sumber emisi yang dicirikan dari
berubahnya penggunaan lahan dengan tutupan pepohonan yang besar dan relatif rapat
ke penggunaan lahan lain dengan tutupan pohon yang lebih sedikit, atau tidak ada pohon
sama sekali. Sedangkan sekuestrasi/penambat adalah kebalikan dari emisi, yaitu
apabila terdapat perubahan penggunaan lahan dari penggunaan lahan dengan
pepohonan yang sedikit berubah menjadi penggunaan lahan dengan pepohonan yang

lebih banyak. Dalam skala bentang lahan penghitungan emisi total merupakan emisi
dikurangkan dengan sekuestrasi.

PEMUKIMAN
0.48%

HUTAN PRODUKSI
1.10%

CAGAR ALAM
0.33%

SEMPADAN DANAU
0.11%

LAIN
-0.40%

IJIN HPH
2.54%
SEMPADAN SUNGAI
6.09%

HUTAN
PRODUKSI
TERBATAS
24.32%

PERTAMBANGAN
7.67%

C. UNIT PERENCANAAN ; Mengenali Kebutuhan Penggunaan Lahan

HUTAN LINDUNG
10.26%
PERKEBUNAN
MASYARAKAT
17.16%

HUTAN
PRODUKSI
KONVERSI
12.20%
IJIN
PERKEBUNAN
16.70%

Merencanakan kegiatan termasuk untuk menurunkan emisi memerlukan


penggunaan data dan informasi yang memadai. Salah satu jenis informasi yang
dibutuhkan adalah mengenali kebutuhan penggunaan lahan untuk kebutuhan
pembangunan di Kabupaten Jayapura, dimana cara mengenali tersebut dengan
menggunakan data keruangan yang menunjukan alokasi ruang untuk kebutuhan
pembangunan seluruh sektor yang ada.

Gambar 3. Proporsi Emisi yang Terjadi di Kabupaten Jayapura 2005-2010

D. REL (Reference Emission


Kabupaten Jayapura

Level) ; Tingkat Emisi Acuan Yang Diusulkan

REL merupakan istilah umum yang saat ini sudah dikenal luas dalam
pembahasan mengenai mitigasi perubahan iklim. REL ini penting untuk didefinisikan
terlebih dahulu untuk mengenali sejarah emisi masa lalu (yang telah terjadi) dan
perkiraan kejadian emisi untuk masa yang akan datang. Berkaitan dengan kegiatan
berbasis lahan maka REL yang diusulkan oleh Kabupaten Jayapura dibangun dengan
memperhatikan kebutuhan ruang untuk kegiatan pembangunan berkelanjutan (forward
looking) yang sudah di rencanakan dan tertuang dalam dokumen perencanaan
pembangunan.
66,078,266.34

50,000,000
40,000,000
30,000,000
20,000,000
10,000,000
2020

2019

2018

2017

2016

2015

2014

2013

2012

2011

2010

2009

2008

2007

6,912,659.60

2006

Salah satu manfaat alokasi penggunaan lahan (unit perencanaan) adalah untuk
mengidentifikasi dimanakah terjadinya emisi dari kegiatan penggunaan lahan yang
terjadi di Kabupaten Jayapura. Hal ini merupakan salah satu pertimbangan dalam
melihat secara lebih arif terhadap suatu kegiatan pembangunan serta menjadi dasar
penyusunan aktivitas penurunan emisi dengan pertimbangan lokasi atau sumber-sumber
emisi.

60,000,000

2005

Gambar 2. Unit Perencanaan; Alokasi Ruang Pembangunan Kabupaten Jayapura

Emisi Kumulatif (ton Oo2-eq)

70,000,000

Tahun

Gambar 4. REL yang Diusulkan oleh Kabupaten Jayapura

E. 8 USULAN AKTIVITAS; Menuju Penurunan Emisi CO2 Berbasis Lahan

8 Usulan aktivitas penurunan emisi dilakukan menggunakan dua skenario


utama yaitu dengan mencegah penurunan cadangan karbon dan meningkatkan
cadangan karbon:
Mencegah Penurunan Cadangan Karbon
Skenario mencegah penurunan cadangan karbon yang dimaksud adalah dengan
mempertahankan pepohonan yang ada di setiap bentang lahan. Dengan
mempertahankan keberadaan pepohonan dan hutan yang ada berarti telah menjaga
cadangan karbon yang ada di suatu wilayah.

Meningkatkan Cadangan Karbon


Skenario meningkatkan cadangan karbon dilakukan dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang ditujukan meningkatkan jumlah pepohonan dan mengembalikan
kondisi dengan tututupan lahan hutan. Dengan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut
pada bentang lahan yang luas maka akan meningkatkan cadangan karbon secara
signifikan.
AKTIVITAS 4; Kegiatan konservasi atau restorasi melalui kegiatan penanaman untuk
membangun hutan sagu di area (Unit Perencaan) Sempadan Danau dengan luas
kegiatan sekitar 650 hektar yang terletak di Distrik Sentani Timur. Saat ini sudah pernah
dilakukan beberapa kegiatan di area tersebut namun diperlukan peningkatan kegiatan
dengan area yang lebih luas. Pertimbangan lain adalah dengan semakin berkurangnya
area hutan sagu yang merupakan bahan makan pokok bagi masyarakat Jayapura.

AKTIVITAS 1; Mempertahankan tutupan lahan hutan primer dan sekunder yang ada di
kawasan Hutan Lindung di sekitar Distrik (kecamatan) Unurum Guay, Yapsi, Kaureh
dengan luas areal 691.305 hektar. Kegiatan ini ditujukan mempertahankan fungsi
kawasan sebagai wilayah perlindungan alam.

AKTIVITAS 5; Rehabilitasi lahan kritis sepanjang Cagar Alam Cyclop dengan luas area
sekitar 800 hektar. Kegiatan ini direncanakan berada di Distrik Waibu, Sentani, Sentani
Barat, dan Depapre. Aktivitas ini penting dilakukan mengingat peranan dari Cagar Alam
Cyclop sebagai area tangkapan air hujan sekaligus menyimpan, serta menyediakan
beberapa sumber daya lain yang bermanfaat bagi masyarakat seperti tumbuhan, obatobatan serta keanekaragaman hayati yang ada didalamnya. Selain upaya
mempertahankan tutupan hutan di area ini maka untuk daerah-daerah kritis juga perlu
dilakukan perbaikan sehingga menjadi seperti semula dan mengembalikan fungsinya
untuk mendukung kehidupan masyarakat.

AKTIVITAS 2; Mengimplementasikan kebijakan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) dengan


menjaga keberadaan hutan primer yang ada di unit perencanaan Ijin Perkebunan dengan
luas sekitar 8.525 hektar. Kegiatan ini menitikberatkan kepada terjadinya pemenuhan
aturan yang harus dilakukan oleh pihak swasta untuk mempertahankan area dengan
Nilai Konservasi Tinggi.

AKTIVITAS 6; Rehabilitasi pada lahan kritis di area Hutan Produksi yang ada di
Kabupaten Jayapura yaitu salah satunya terdapat di Distrik Unurum Guay, dengan luas
1.069 hektar. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya areal lahan kritis dari sisa-sisa
kegiatan pengambilan kayu yang terjadi di kawasan hutan produksi hal ini perlu
ditanggulangi dengan kegiatan rehabilitasi yang memadai.

AKTIVITAS 3; Pengamanan sumber daya hutan dengan mempertahankan keberadaan


hutan primer dan sekunder di Cagar Alam Cyclop yang terletak di Distrik Rafeni Rara,
Depapre, Sentani Barat, Waibu, Sentani, Sentani Timur dengan luas sekitar 20.075
hektar. Dilatarbelakangi oleh pentingnya fungsi Cagar Alam Cyclop bagi masyarakat
Jayapura dalam penyediaan fungsi lingkungan seperti air, udara yang segar dan
keanekaragaman hayati. Hal ini juga disebabkan dengan semakin meluasnya kegiatan
perambahan area tersebut dari kegiatan pembukaan lahan. Namun demikian solusi
kebutuhan lahan bagi masyarakat juga harus diperhitungkan dengan mengidentifikasi
area lain yang dapat dimungkinkan untuk kegiatan tersebut secara bijaksana.

AKTIVITAS 7; Penanaman pohon pada Kawasan Rawan Longsor yang ditujukan untuk
mengembalikan tutupan lahan hutan, dengan kegiatan di Distrik Sentani , Waibu,
Sentani Barat, Depapre, Raveni Rara dengan perkiraan luas 2.589 hektar. kegiatan yang
direncanakan adalah penanaman pohon Matoa, Kayu besi, dan Bambu. Diharapkan
dengan kegiatan tersebut semua penggunaan lahan yang bukan hutan akan
dikembalikan ke tutupan berupa hutan, hal ini dirasakan penting karena daerah ini
sangat rawan terhadap longsor yang disebabkan oleh berbagai aktivitas yang
memberikan beban terhadap lahan tersebut, sekaligus menghindari adanya korban
manusia apabila terdapat kegiatan didalamnya.

AKTIVITAS 8; Penerapan sistem agroforestri atau kebun campur di area (unit


perencanaan) Perkebunan Masyarakat untuk menghindari adanya lahan kritis. Aktivitas
ini direncanakan dilakukan di Distrik Nimborang dan Nimbokrang dan sekitarnya, dengan
perkiraan luas area 12.217 hektar. Pada akhir kegiatan ini diharapkan kebun campur
yang membawa dampak positif bagi masyarakat merupakan penggunaan lahan utama
di area ini. Kerjasama pemerintah dan masyarakat merupakan prasyarat utama untuk
keberhasilan program ini dimana diupayakan lahan-lahan masyarakat akan ditanami
dengan komoditi yang memiliki nilai jual yang baik dan dapat menopang kehidupan
masyarakat.
Berdasarkan hasil perhitungan (sementara) yang dilakukan Oleh Pokja IPRE
Kabupaten Jayapura, dampak penurunan emisi terhadap REL dapat dilihat pada Tabel 1.
Terdapat beberapa perbedaan penurunan emisi yang disebabkan karena perbedaan
intensitas dan luasnya kegiatan. Pada skenario pencegahan penurunan cadangan
karbon, jika didapatkan kecilnya penurunan emisi tidak berarti aktivitas tersebut tidak
efektif, hal ini dirasakan penting karena upaya menjaga lebih efektif daripada
melakukan perbaikan yang belum tentu akan menyamai kondisi awal.

Tabel 1. Perkiraan penurunan Emisi dari Setiap Aktivitas Yang Diusulkan


Aktivitas Penurunan Emisi Berbasis
Yang Diusulkan

Penurunan Emisi terhadap REL (Emisi Kumulatif Hingga


tahun 2020)
Ton CO2-eq
%

A. Skenario Pencegahan Penurunan Cadangan Karbon


Aktivitas 1
105,181.05
Aktivitas 2
267,033.94
Aktivitas 3
3,169,458.91
B. Skenario Peningkatan Cadangan Karbon
Aktivitas 4
1,015,918.34
Aktivitas 5
563,119.25
Aktivitas 6
247,851.62
Aktivitas 7
2,837,244.67
Aktivitas 8
127,281.88
Total

8,333,089.67

0.18%
0.45%
5.37%
1.72%
0.95%
0.42%
4.80%
0.22%
14.09%

F. MENANTI DUKUNGAN DAN MELANGKAH MENUJU IMPLEMENTASI

Konsultasi publik ini merupakan forum penting yang mempertemukan parapihak


(stakeholders) yang berhubungan langsung dengan kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan dan pembangunan yang rendah emisi di Kabupaten
Jayapura secara khusus. Forum ini diharapkan menjadi arena berbagai informasi dan
bertukar pendapat terhadap pentingnya pembangunan rendah emisi di Kabupaten
Jayapura dan upaya membangun upaya penurunan emisi sebagai bagian dari mitigasi
perubahan iklim dan pembangunan yang berkelanjutan.
Delapan (8) usulan aktivitas tersebut adalah ide dan rancangan awal yang dibuat
berdasarkan pemahaman terhadap isu-isu strategis yang terdapat di Kabupaten Jayapura
berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan yang telah terjadi secara masif
dibeberapa tempat, namun demikian rancangan ini tidak akan berhasil apabila tidak
terdapat masukan dan pemahaman bersama serta dukungan dari stakeholders dan
masyarakat. Yang terpenting dari penyusunan aktivitas penurunan emisi ini adalah
menguatkan hubungan seluruh komponen masyarakat di Kabupaten Jayapura untuk
menuju pembangunan berkelanjutan yang dicita-citakan bersama.
Sebuah harapan bersama bahwa aktivitas penurunan emisi ini dapat disepakati
dan dipedomani oleh seluruh unsur di Kabupaten Jayapura dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan termasuk pemerintah daerah. Pemerintah diharapkan dapat
memasukan aktivitas yang telah diusulkan ini kedalam dokumen perencanaan
pembangunan untuk kemudian dapat secara bertahap diimplementasikan dengan
dukungan dari masyarakat, namun demikian apabila terdapat keterbatas-keterbatasan
dalam implementasi kegiatan, maka upaya kemitraan dengan pihak lain juga perlu
dilakukan seperti pemerintah provinsi, nasional, dan lembaga-lembaga lain yang
bergerak dalam bidang lingkungan dan mitigasi perubahan iklim di dunia.

Anda mungkin juga menyukai