Anda di halaman 1dari 23

1

Infeksi Respiratori Akut


Infeksi respiratori akut (IRA) merupakan penyakit yang paling sering
ditemukan menyerang anak-anak. IRA menyebabkan mortalitas dan morbiditas
yang cukup tinggi di seluruh dunia. IRA dibedakan menjadi dua berdasarkan
anatomi saluran pernafasan yaitu saluran pernafasan atas yang meliputi nasal
hingga trakea dan saluran pernafasan bagian bawah yang meliputi bronkus
hingga alveolus (Raharjoe dkk, 2013).
I. Rinitis
Rinitis adalah penyakit yang berada disaluran nafas yaitu hidung dengan
berbagai penyebab dan gejala. Rinitis secara umum terbagi menjadi tiga (Adam,
Boies, Higler., 1997):
1.

Rinitis Alergi.
Rinitis alergi terjadi karena reaksi imunologi yang diperantarai oleh
IgE. Reaksi alergik ini melibatkan basofil, sel mast, serta pelepasan
mediator histamin, prostaglandin dan leukotrin. Jenis dari rinitis alergi
ada dua, yaitu (Price,Wilson., 2006).:
-

Rinitis musiman (Hay Fever), muncul pada musim-musim


tertentu. Biasanya pada musim semi karena adanya serbuk sari
maupun spora jamur yang berterbangan.

Rinitis perenial/menetap, muncul karena alergen yang cenderung


berada didalam ruangan seperti debu rumah maupun bulu hewan
yang terpajan setiap hari.

Manifestasi Klinis

Muncul dari usia anak-anak >2tahun biasanya paling sering usia 46tahun dengan riwayat alergi pada riwayat keluarga.

Terdapat keluhan hidung tersumbat(rinitis perenial) atau rinorea.

Bersin-bersin.

Mata berair, merah, gatal dan bengkak.

Muncul pruritus di hidung.

Bertambah berat bila terpajan alergen.

Bernafas lewat mulut (rinitis perenial)

Defleksi ujung hidung ke atas (salam alergi)

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum terlihat lemah, bisa terlihat sesak dan bernafas
lewat mulut. Pada mata terjadi bengkak pada daerah periorbita.
Pemeriksaan hidung dapat ditemukan sekret yang jernih dan encer,
keriput lateral pada krista hidung. Konka nasalis membesar dan
pucat. Pada kasus rinitis alergi jarang ditemukan demam kecuali
terdapat infeksi sekunder maupun komplikasi seperti sinusitis.

Pemeriksaan penunjang

Terdapat peningkatan eosinofil pada pemeriksaan sekret maupun


darah lengkap.

Peningkatan kadar IgE pada pemeriksaan imunologi.

Pemeriksaan tes kulit terhadap alergen.

Diagnosis
Diagnosis berdasarkan gejala beserta pemeriksaan fisik dan
penunjang.

Tata Laksana

Hindari alergen.

Antihistamin generasi kedua: Cetirizine (antagonis reseptor H1),


untuk anak <2tahun keamanan dan efektivitasnya belum diketahui
secara pasti, 2-6 tahun 2,5 mg (0,5 cth) dua kali sehari, >6tahun 510mg (1-2cth) dua kali sehari atau - 1 kapsul. Antihistamin
spray seperti Azelastin tidak dianjurkan untuk pengobatan rutin
hanya saat alergi berat diberikan.

Steroid nasal, diberikan bila keluhan sangat berat. Biasanya


diberikan pada rinitis hay fever. Bila keluhan masih ringan tidak
dianjurkan.

Terapi bedah, diberikan bila komplikasi seperti sinusitis dan polip


serta ada infeksi yang parah

2.

Rinitis infeksi.
Rinitis infeksi adalah rinitis yang diakibatkan karena adanya agen
infeksi seperti virus maupun bakterial. Apabila virus penyebabnya
rinitis karena virus juga disebut common cold, coryza, cold atau
salesma. Virus dan bakteri penyebab terjadinya rinitis sangat beragam
(Raharjoe, 2013). Rinitis infeksi akibat bakterial sering juga disebut
rinitis supuratif yang sering diakibatkan oleh Pneumococcus,
Staphylococcus dan Steptococcus (Adam, Boies, Higler., 1997).
Kategori
Penyebab rinitis terbanyak

Mikroorganisme
Rhinovirus
Virus Parainfluenza
RSV

Dapat menyebabkan Rhinitis

Coronavirus
Adenovirus
Enterovirus
Virus Influenza
Virus parainfluenza
Reovirus

Jarang menyebabkan rinitis

Mycoplasma pneumoniae
Coccidioides immitis
Histoplasma capsulatum
Bardatella pertussis
Chlamydia psitacci
Coxiella burnetti

Manifestasi klinis
Virus

Bakteri

sekret jernih hingga keruh.

nyeri tenggorokan (pada faringitis


tidak ada discharge).

Gejala

simptomatik

mirip

dengan virus.
-

Demam lebih tinggi suhunya

edem dan eritema mukosa hidung.

demam 3 hari pertama dengan suhu

Sektret purulen

tidak terlalu tinggi atau tidak ada

Terdapat

membran

demam.

melekat

pada

batuk.

hidung

rewel.

menyebabkan perdarahan.

gangguan tidur.

nafsu makan menurun.

dapat ditemukan kelainan sinus.

dapat

ditemukan

dibandingkan virus.

yang

abu-abu

submukosa
bila

diangkat

Biasa disertai adenoiditis.

limfadenopati

servikalis anterior.
-

bila terdapat komplikasi otitis media


terdapat

tekanan

telinga

yang

abnormal.

Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala yang timbul. Pemeriksaan untuk
rinitis tidak ada yg spesifik untuk diagnosis.

Komplikasi
Komplikasi pada rinitis sangat beragam. Komplikasi dapat berupa:
- otitis media

- sinusitis
- kambuhnya asma bila ada riwayat asma
Tata Laksana
Bila gejala rinitis tidak berat maka tidak diperlukan pengobatan
farmakologi. Pengobatan cukup dengan peningkatan imunitas tubuh. Pengobatan
farmakologi yang dibutuhkan berupa pengobatan untuk gejala simptomatik
berupa demam. Bila terdapat demam diberikan asitaminofen atau ibuprofen.
Dosis asetaminofen 10mg/kgBB/kali. Selain obat simptomatik dapat pula
diberikan semprot hidung bila dirasa sangat mengganggu.
Pemberian dekongestan hidung ini efektif diberikan pada anak yang agak
besar. Bila diberikan pada anak <3tahun pengobatan ini kurang efektif karena
bisa timbul rebound fenomena yang justru makin memperburuk gejala (Raharjoe
dkk, 2013). Pemberian antihistamin, dekongestan, antitusif dan ekspektoran
dalam satu obat dapat meredakan gejala dibanding kandungan tersebut berdiri
sendiri. Bila rinitis menimbulkan serangan asma dapat diberika bronkodilator
berupa beta 2 agonis.
Pencegahan rhinitis maupun infeksi respiratori akut lainnya dapat
diberikan suplementasi vitamin D. Suplementasi berupa susu yang telah
difortifikasi terbukti dapat menurunkan angka kejadian infeksi respiratori akut
(Camargo Jr dkk, 2012).
II. Faringitis, Tonsilitis, Tonsilofaringitis akut.
merupakan infeksi akut pada faring termasuk tonsil(tonsilofaringitis) hingga 14
hari. Peradangan akut terjadi pada mukosa faring dan struktur lainnya. Penyebab
terjadinya faringitis, tonsilitis dan tonsilofaringitis adalah bakteri maupun virus.

Virus
Rhinoviruses

Bakteri
Streptococcus pyogenes

Coronaviruses

Group

dan

Streptocooccus

beta

Parainfluenza viruses

hemolyticus

Adenoviruses

Arcanobacteri haemoliticum

Influenza viruses A and B

Yersinia enterocolitica

Herpes simplex type I

Infeksi bakteri Anaerob (Vincents angina)

Coxsackie viruses

Mycoplasma pneumoniae

Epstein-Barr virus

Chlamydophila pneumoniae
Neisseria gonorrhoeae
Corynebacterium diphtheria

Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul pada penyakit faringitis, tonsilitis dan tonsilofaringitis adalah:
-

Faringitis akibat Streptokokus


nyeri tenggorokan mendadak

Rinorea

disfagia

suara serak

demam mencapai 40 C

batuk

mual, muntah

konjungtivitis

nyeri kepala

diare

faring hiperemis

ulkus di palatum mole dan dinding faring

tonsil bengkak dengan ekdudasi

eksudat

kelenjar getah bening leher anterior -

gejala dapat menghilang dalam 24 jam,

bengkak dan nyeri

berlangsung 4-10hari

uvula bengkak dan merah

ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo


sekunder

ruam skarlatina

petekie palatum mole

Faringitis akibat virus

jarang menimbulkan komplikasi

Diagnosis
Diagnosis berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik maupun
penunjang. Gold standart diagnosis faringits, tonsilitis dan faringotonsilitis adalah
rapid antigen detection test atau kultur.
Komplikasi

Otitis media purulen bakteri

Rinosinusitis

Mastoiditis

Adentitis cervical

Pnemonia
Tata laksana
Pengobatan simptomatik berupa asetaminofen atau ibuprofen, dapat juga
diberikan gargles dan lozenges.

Terapi antibiotik

Pemberian terapi antibiotik pada penderita faringitis dapat diberikan


berdasarkan McIsaac score:
Clinical criteria
temperature > 38 C

Points
1

no cough

tender anterior cervical adenopathy

tonsillar swelling or exudates

age 3-14 years

age 15-44 years

age 45 years

-1

Pemberian antibiotik berdasarkan skor Mcisaac (Aaronson dkk, 2011):

Percent Likelihood of GAS Based on McIsaac


Scoring System
Score
-1 or 0

% Likelihood of GAS
2-3

4-6

10-12

27-28

4 or 5

38-63

Suggested Management of Suspected GAS Based


on the McIsaac Scoring System5
Score

Suggested Management

-1 or 0

No antibiotics or culture required

No antibiotics or culture required

Culture all; treat patients with positive results

Culture all; treat patients with positive results

4 or 5

Treat with antibiotics without culture

Pharyngitis
Apply McIsaac Decision Rule

Score 1
2-6% GAS*

Score 2-3
10-28% GAS

Patient counselling
Unlikely GAS
Symptom
relief

Patient
counselling
Penicillin
or
Antigen
testing,
Symptom
relief
Cephalosporins
Amoxicillin
Culture
Consider
Negative
Short
10course
d Positive

Score 4-5
39-63% GAS
Severity?
Immediate
Logistics?
Macrolides
hypersensitivity?
Patient
preference?
Penicillin
allergic?
Short course
No
Yes
Yes
No

* GAS = Group A beta-hemolytic streptococi

Pemilihan antibiotik untuk faringitis menurut Regoli, dkk (2011) adalah:

Bila alergi penisilin dapat diganti dengan eritromisin estolat 2040mg/kgBB/hari dengan pemberian 2-4kali dalam sehari selama 10hari.
Penderita juga dapat diberikan azitromisin dosis tunggal 10mg/kgBB/hari selama
3 hari. Bila ternyata kultur maupun rapid antigen dtection test masih positif maka

10

diberikan klindamisin oral 20-30mg/kgBB/hari selama 10hari.

Tonsilektomi

Indikasi dilakukannya tonsilektomi bukan dari ukuran tonsil tetapi


indikasinya adalah tonsilofaringitis berulang atau kronis, terjadi obstructive sleep
apnea. Selain itu menurut Children's Hospital of Pittsburgh Study kriteria
tonsilektomi adalah:5

>7 episode infeksi tenggorokan yang diterapi dengan antibiotik pada tahun
sebelumnya.

>5 episode infeksin tenggorokan yang diterapi dengan antibiotik setiap tahun
selama 2 tahun sebelumnya.

>3 infeksi tenggorokan yang diterapi dengan antibiotik setiap tahun selama 3
tahun sebelumnya.

III. Otitis Media


Otitis media merupakan suatu inflamasi telinga tengah berhubungan
dengan efusi telinga tengah yang merupakan penumpukan cairan di telinga
tengah. Otitis media lebih sering muncul pada anak karena tuba eustaksius lebih
horizontal. Tuba eustakius normalnya menutup ketika menelan, melindungi
telinga tengah dari sekresi nasofaring, drainase telinga tengah, serta
keseimbangan tekanan atmosfer dalam telinga tengah.
Adanya

infeksi

atau

alergi

maupun

obstruksi

ekstrinsik

bisa

mengakibatkan otitis media. Etiologi paling sering adalah S. Pnemonia, H.


Influenza, Moraxella catarrhalis. Otitis media terbagi menjadi beberapa fase:

Otitis Media Akut


Merupakan inflamsi telinga tengah dengan onset gejala klinis yang cepat.
Paling sering pada anak-anak. Biasanya diawali dengan adanya infeksi
saluran nafas akut bagian saluran nafas atas. Gejala klinis dan pemeriksaan
fisik yang ditemukan khas.

11

Otitis Media Akut Berulang


Merupakan pengulangan dari otitis media akut tetapi gejala yang
ditimbulkan tidak separah serangan awal.

Otitis Media dengan Efusi


Otitis media yang terjadi setelah diberi pengobatan. Pada otitis media
dengan efusi juga muncul gangguan pendengaran.

Otitis Media Supuratif Kronik


infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan
sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul,
sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media
supuratisf kronis selian merusak jaringan lunak pada telinga tengah dapat
juga merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik sehingga
sedikit sekali / tidak pernah terjadi resolusi spontan. Otitis media supuratif
juga dikenal dengan sebutan otomastoiditis dan timpanomastoiditis kronik
(WHO, 2004). Otitis media supuratif terbagi atas benigna dan maligna
berdasarkan gejala dan ada atau tidaknya kolesteatom yaitu migrasi sel
skuamosa ke telinga tengah atau mastoid yang terinfeksi sehingga
menghasilkan kolagenase yang merusak tulang (De Jong, Sjamsuhidajat,
2011).
Manifestasi klinis

Otitis Media Akut

Pada anak:

Pada bayi:

- Demam

- Iritabel

- Malas minum

- Nyeri telinga

- Diare

- Sering menangis

- Gangguan pendengaran

- Muntah

- Rasa tidak nyaman pada telinga

Otitis Media Akut Berulang

- Memiliki riwayat sebelumnya


- Gejala lebih ringan dibandingkan fase akut
- Berespon baik dengan pengobatan

12

Otitis Media dengan Efusi

- Dapat terjadi pasca pengobatan otitis media akut


- Lamanya efusi terbagi menjadi tiga: akut (<3minggu), subakut(3minggu3bulan), kronis (>3bulan)
- Efusi dapat bersifat serosa, mukoid dan purulen
- Pendengaran terganggu
- Rasa penuh dalam telinga
- Rinitis
- Vertigo

Otitis Media Supuratif Kronik

Tipe benigna: otorea yang tidak berbau busuk, nyeri tekan pada telinga, gangguan
penderangan konduktif tergantung derajat keparahan.

Tipe maligna: Otorea berbau busuk kuning abu-abu, kotor purulen, pada cairan
yang keluar terdapat keping-keping mengkilat merupakan kepingan sisa tulang,
gangguan pendengaran campuran karena koklea dapat rusak.
Diagnosis
Ditegakan berdasarkan gejala dan pemeriksaan.

Otitis Media Akut

Pemeriksaan membran timpani (otoskopi) didapatkan gerakan membran timpani


yang berkurang, cembung, kemerahan dan keruh.

Otitis Media Akut Berulang

Otoskopi sama dengan otitis media akut.

Otitis Media dengan Efusi

Otoskopi ditemukan membran timpani yang retraksi, keruh, mobilitas terganggu.


Keadaan ekstream bila ditemukan hal tersebut dapat disebut atelektesis membran
timpani.

13

Otitis Media Supuratif Kronik

Otoskopi ditemukan membran timpani perforasi, keluar cairan dari liang


membran timpani yang perforasi.
Selain pemeriksaan fisik dapat pula dilakukan pemeriksaan penunjang
betupa uji sensitivitas kuman.
Tata Laksana

Otitis Media Akut


Awal amoksisilin oral, dosis 40mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali selama 10hari.

Second

line,

eritromisin

(50mg/kgBB/hari)

dengan

sulfonamid

(100mg/kgBB/hari trisulfa atau 150mg/kgBB/hari sulfisoksazol) 4 kali sehari.


Trimetropim-sulfametoksazol (8 dan 40mg/kgBB/hari) 2 kali sehari. Sefaklor
(40mg/kgBB/hari 3 kali sehari, amoksisilin-klavunat 40mg/kgBB/hari 3 kali
ssehari, sefiksim 8mg/kgBB/hari 1-2 kali sehari (Raharjoe dkk, 2013).
Obat simptomatik juga dapat diberikan seperti antipiretik, analgetik maupun
dekongestan. Apabila gejala dirasa sangat mengganggu dapat dilakukan
miringotomi untuk mengurangi tekanan telinga tengah. Bila telah diobati
antibiotik 10-14hari tetapi keluhan tetap menetap maka dapat diberi antibiotik
jenis lain, dekongestan, antihistamin atau kortikosteroid sistemik.

Otitis Media Akut Berulang


Amoksisilin 20mg/kgBB/hari atau sulfonamid 50mg/hari. Selain pengobatan

farmakologi juga dapat diberi terapi miringotomi dan pipa ventilasi untuk
mencegah ulangan otitis media.

Otitis Media dengan Efusi


Jarang memerlukan terapi.
Pada otitis media efusi akut dan subakut dapat diberikan antibiotik

amoksisilin maupun amoksisilin-klavulanat selama 10-30hari. Bila fase sudah


kronik, bilateral dan gangguan pendengaran dapat diberikan dekongestan dan
antihistamin. Miringotomi dengan memasukan pipa timpanostomi dapat

14

dipertimbangkan. Indikasi pemasangan timpanostomi bila(Tunkel, 2014):


-

Terdapat 3 episode otitis media berulang selama rentang waktu 6 bulan atau
4 episode otitis media berulang selama 1 tahun.

Otitis media berulang bila 1 atau kedua telinga terdapat efusi selama
pengobatan.

Otitis media dengan efusi yang selam 4bulan berturut-turut gangguan


fungsi pendengarannya tidak membaik.

Otitis Media Supuratif Kronik


obat pencuci telinga, berupa larutan H2o2 3 % selama 3 5 hari. Pengobatan
antibiotik diberikan secara topikal. Pemberian antibiotik lokal terbukti lebih
efektif dibandingkan hanya diberikan antibiotik sistemik (WHO, 2004).
Biasanya pengobatan antibiotik diberikan secara oral maupun topikal.
Antibiotik yang direkomendasikan adalah ciprofloksasin atau ofloxsacin
untuk pengobatan topikal (WHO, 2004). Ofloxacin 0,3% diberikan 2 kali
sehari.

IV. Rinosinusitis
merupakan radang pada mukosa hidung disertai inflamasi sekurangkurangnya satu sinus paranasal. Peradangan pada sinus dapat terjadi karena
perubahan clearance mukosilier, berkurangnya ventilasi ostium permanen sinus
dan perubahan sistem pertahanan tubuh lokal sistemik. Etiologi terjadinya
rinosinusitis adalah bakteri yang beraneka ragam.
Rinositis terbagi menjadi beberapa kategori:
1. Akut
Rinosinusitis akut adalah infeksi sinus dengan resolusi gejala yang
komplit dalam waktu 12 minggu. Rinosinusitis akut ini masih dikategorikan lagi
menjadi severe atau non severe. American Academy of Pediatrics (AAP 2001)
mengelompokan akut apabila gejala < 30hari dan sub-akut antara 30-90hari.
2. Akut berulang
Beberapa episode akut yang diselingi episode sembuh diantara 2 episode.

15

3. Kronik
Infeksi sinus dengan gejala ringan-sedang menetap >12minggu.
Manifestasi Klinis
- Rinore

- Nyeri wajah

- Post nasal drip

- Hidung tersumbat

- Hidung tersumbat

- Hiposmia/anosmia

- Bersin atau gatal

- Ingus purulen

- Demam

- Sakit kepala

- Mulut berbau

- Sakit pada gigi

- Batuk

- Kelelahan
- Sakit pada telinga

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala. Selain itu dari pemeriksaan fisik
didapatkan anak terlihat lemah, pada pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan
mukosa konka hiperekis dan edema. Pada rinoskopi posterior di dapatkan post
nasal drip. Pada pemeriksaan thorak pada masa awal tidak ada kelaina namun
seiring perjalanan penyakit dapat ditemukan ronki, suara nafas berat dan kasar,
mengi, maupun campuran.
Wald dkk (2013) melakukan penelitian dan menyatakan bahwa diagnosis
dapat ditegakan bila terdapat 3 tanda:
1. Sakit yang presisten ( terdapat nasal discharge dengan kualitas apapun
atau batuk terus menerus atau terdapat kedua gejala tersebut lebih dari
10 hari tanpa fase perbaikan).
2. Perburukan gejala (perburukan atau onset baru nasal discharge, batuk
terus menerus, munculnya demam).
3.

Tahapan kronik/ parah ( demam 39C terus menerus dan terdapat


discharge yang purulen selama 3 hari berturut-turut).

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan:


- Pemeriksaan Transiluminasi

16

Pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan gelap dan transiluminator


diletakan di mulut atau dagu (sinus maksila), di bawah medial aspect of the
supraorbital tidge area (sinus frontal). Biasanya bisa ditemukan pada sinus yang
terisi cairan lebih redup dibanding sinus yg normal.
- Radiologi, foto radiologi baku untuk penegakan diagnosis adalah:
1. Waters (occipitomental) melihat sinus frontalis dan maksilaris
2. Caldwell (postero anterior) melihat sinus frontalis dan ethmoid
3. Lateral untuk melihat sinus sphenoid dan adenoid
Gambaran yang menunjukan sinusitis adalah perkabutan komplit,
penebalan mukosa sedikitnya 4mm, terdapat air fluid level. Pemeriksaan CT scan
juga dapat dilakukan untuk gambaran yang lebih akurat.
- Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan ini dilakukan bila pengobatan yang telah diberikan tidak ada
perbaikan, imunokompromais atau bila mengancam jiwa.
Tata Laksana
- Pemberian Antibiotik
Pemberian antibiotik diberikan 10-14 hari. Pengobatan antibiotik lini
pertama pada rinosinusitis akut tanpa komplikasi adalah amoksisilin dengan dosis
45mg/kgBB/hari terbagi dalam 2 dosis. Bila alergi penisilin dapat diberikan
sefpodoksim 10mg/kgBB/hari dosis tunggal atau sefuroksim 30mg/kgBB/hari
dibagi menjadi 2 dosis. Bila alerginya berat dapat diberikan klaritromisin
15mg/kgBB/hari terbagi dalam 2 dosis atau azitromisin 10mg/kgBB/hari pada
hari I dilanjut 5mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 3-4hari (Rahrajoe dkk, 2013).
Bila terjadi resistensi penisilin dapat diberikan klindamisin 30-40mg/kgBB/hari
terbagi dalam 3 dosis. Apabila tidak ada perbaikan gejala sama sekali dapat
diberikan amoksisilin klavulanat dosis tinggi 80-90mg/kgBB/hari (komponen
amoksisilin) 6,4mg/kgBB/hari (klavulanat) terbagi menjadi dua dosis. Bila secara
oral antibiotic tidak dapat masuk bisa diberikan seftriakson 50mg/kgBB/hari
dosis tunggal secara intravena atau intramuscular.
- Terapi tambahan
Kortikosteroid dapat diberikan kepada penderita rinosinusitis. Pemberian

17

dekongestan nasal juga dapat memberikan suatu perbaikan


- Bedah
Bedah merupakan pengobatan pilihan terakhir. Tindakan bedah biasa
dilakukan pengangkatan unsinatus, etmoidektomi anterior, antrostomi maksila.
Setelah tindakan bedah dilakukan maka pasien diwajibkan untuk pembersihan
rongga dan pengangkatan debris setelah 2-3 minggu tindakan bedah.
Menurut Raharjoe, dkk (2013) antibiotik pilihan bila terbukti bakteri
adalah:
Penisilin V oral 15-30mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10hari atau
benzatin penisilin G IM dosis tunggal dengan dosis 600.000 IU (BB <30kg) dan
1.200.000 IU (BB>30kg). Amoksilin dosis 50mg/kgBB/hari terbagi dalam 2
dosis selama 6 hari.

DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, E., Ludwig, A, Price, I.,2011. Pharyngitis in the Emergency
Department: An Evaluation of the McIsaac Clinical Decision Rule in
Practice., MUMJ. Vol 8: 1

18

Camargo Jr, CA., Ganmaa, D., Frazier,A.L., dkk. 2012. Infection in Mongolia
Randomized Trial of Vitamin D Supplementation and Risk of Acute
Respiratory., The American Academy Of Pediatrics.Vol 130: 3
De jong, W., Sjamsuhidajat, R., 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta :
EGC
Price, SA., Wilson, LM., 2006., Patofisiologi KonsepKlinis Proses-Proses
Penyakit edisi 6. Jakarta: EGC
Raharjoe, N.N., Supriyatno, B., Setyanto, D.B., 2013. Buku Ajar Respirologi
Anak Ed. Pertama., Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Regoli, M.,Chiappini, E., Bonsignori, F., Galli, L., Martino, M., 2011. Update on
the management of acute pharyngitis in children., Italian Journal of
Pediatrics. 37:10
Tunkel, DE., 2014. Pediatric Otolaryngology-Head and Neck Surgery: Clinical
Reference Guide., Plural Publishing Incorporated
Wald, E.R., Applegate, K.E., Bordley,C., Darrow,D.H., dkk., 2013. Clinical
Practice Guideline for the Diagnosis and Management of Acute Bacterial
Sinusitis in Children Aged 1 to 18 Years., The American Academy Of
Pediatrics.Vol 132:1
World Health Organization., 2004., Chronic suppurative otitis media Burden of
Illness and Management Options., Switzerland: World Health
Organization

19

20

21

22

23

Anda mungkin juga menyukai