Rinitis Alergi.
Rinitis alergi terjadi karena reaksi imunologi yang diperantarai oleh
IgE. Reaksi alergik ini melibatkan basofil, sel mast, serta pelepasan
mediator histamin, prostaglandin dan leukotrin. Jenis dari rinitis alergi
ada dua, yaitu (Price,Wilson., 2006).:
-
Manifestasi Klinis
Muncul dari usia anak-anak >2tahun biasanya paling sering usia 46tahun dengan riwayat alergi pada riwayat keluarga.
Bersin-bersin.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum terlihat lemah, bisa terlihat sesak dan bernafas
lewat mulut. Pada mata terjadi bengkak pada daerah periorbita.
Pemeriksaan hidung dapat ditemukan sekret yang jernih dan encer,
keriput lateral pada krista hidung. Konka nasalis membesar dan
pucat. Pada kasus rinitis alergi jarang ditemukan demam kecuali
terdapat infeksi sekunder maupun komplikasi seperti sinusitis.
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
Diagnosis berdasarkan gejala beserta pemeriksaan fisik dan
penunjang.
Tata Laksana
Hindari alergen.
2.
Rinitis infeksi.
Rinitis infeksi adalah rinitis yang diakibatkan karena adanya agen
infeksi seperti virus maupun bakterial. Apabila virus penyebabnya
rinitis karena virus juga disebut common cold, coryza, cold atau
salesma. Virus dan bakteri penyebab terjadinya rinitis sangat beragam
(Raharjoe, 2013). Rinitis infeksi akibat bakterial sering juga disebut
rinitis supuratif yang sering diakibatkan oleh Pneumococcus,
Staphylococcus dan Steptococcus (Adam, Boies, Higler., 1997).
Kategori
Penyebab rinitis terbanyak
Mikroorganisme
Rhinovirus
Virus Parainfluenza
RSV
Coronavirus
Adenovirus
Enterovirus
Virus Influenza
Virus parainfluenza
Reovirus
Mycoplasma pneumoniae
Coccidioides immitis
Histoplasma capsulatum
Bardatella pertussis
Chlamydia psitacci
Coxiella burnetti
Manifestasi klinis
Virus
Bakteri
Gejala
simptomatik
mirip
dengan virus.
-
Sektret purulen
Terdapat
membran
demam.
melekat
pada
batuk.
hidung
rewel.
menyebabkan perdarahan.
gangguan tidur.
dapat
ditemukan
dibandingkan virus.
yang
abu-abu
submukosa
bila
diangkat
limfadenopati
servikalis anterior.
-
tekanan
telinga
yang
abnormal.
Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala yang timbul. Pemeriksaan untuk
rinitis tidak ada yg spesifik untuk diagnosis.
Komplikasi
Komplikasi pada rinitis sangat beragam. Komplikasi dapat berupa:
- otitis media
- sinusitis
- kambuhnya asma bila ada riwayat asma
Tata Laksana
Bila gejala rinitis tidak berat maka tidak diperlukan pengobatan
farmakologi. Pengobatan cukup dengan peningkatan imunitas tubuh. Pengobatan
farmakologi yang dibutuhkan berupa pengobatan untuk gejala simptomatik
berupa demam. Bila terdapat demam diberikan asitaminofen atau ibuprofen.
Dosis asetaminofen 10mg/kgBB/kali. Selain obat simptomatik dapat pula
diberikan semprot hidung bila dirasa sangat mengganggu.
Pemberian dekongestan hidung ini efektif diberikan pada anak yang agak
besar. Bila diberikan pada anak <3tahun pengobatan ini kurang efektif karena
bisa timbul rebound fenomena yang justru makin memperburuk gejala (Raharjoe
dkk, 2013). Pemberian antihistamin, dekongestan, antitusif dan ekspektoran
dalam satu obat dapat meredakan gejala dibanding kandungan tersebut berdiri
sendiri. Bila rinitis menimbulkan serangan asma dapat diberika bronkodilator
berupa beta 2 agonis.
Pencegahan rhinitis maupun infeksi respiratori akut lainnya dapat
diberikan suplementasi vitamin D. Suplementasi berupa susu yang telah
difortifikasi terbukti dapat menurunkan angka kejadian infeksi respiratori akut
(Camargo Jr dkk, 2012).
II. Faringitis, Tonsilitis, Tonsilofaringitis akut.
merupakan infeksi akut pada faring termasuk tonsil(tonsilofaringitis) hingga 14
hari. Peradangan akut terjadi pada mukosa faring dan struktur lainnya. Penyebab
terjadinya faringitis, tonsilitis dan tonsilofaringitis adalah bakteri maupun virus.
Virus
Rhinoviruses
Bakteri
Streptococcus pyogenes
Coronaviruses
Group
dan
Streptocooccus
beta
Parainfluenza viruses
hemolyticus
Adenoviruses
Arcanobacteri haemoliticum
Yersinia enterocolitica
Coxsackie viruses
Mycoplasma pneumoniae
Epstein-Barr virus
Chlamydophila pneumoniae
Neisseria gonorrhoeae
Corynebacterium diphtheria
Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul pada penyakit faringitis, tonsilitis dan tonsilofaringitis adalah:
-
Rinorea
disfagia
suara serak
demam mencapai 40 C
batuk
mual, muntah
konjungtivitis
nyeri kepala
diare
faring hiperemis
eksudat
berlangsung 4-10hari
ruam skarlatina
Diagnosis
Diagnosis berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik maupun
penunjang. Gold standart diagnosis faringits, tonsilitis dan faringotonsilitis adalah
rapid antigen detection test atau kultur.
Komplikasi
Rinosinusitis
Mastoiditis
Adentitis cervical
Pnemonia
Tata laksana
Pengobatan simptomatik berupa asetaminofen atau ibuprofen, dapat juga
diberikan gargles dan lozenges.
Terapi antibiotik
Points
1
no cough
age 45 years
-1
% Likelihood of GAS
2-3
4-6
10-12
27-28
4 or 5
38-63
Suggested Management
-1 or 0
4 or 5
Pharyngitis
Apply McIsaac Decision Rule
Score 1
2-6% GAS*
Score 2-3
10-28% GAS
Patient counselling
Unlikely GAS
Symptom
relief
Patient
counselling
Penicillin
or
Antigen
testing,
Symptom
relief
Cephalosporins
Amoxicillin
Culture
Consider
Negative
Short
10course
d Positive
Score 4-5
39-63% GAS
Severity?
Immediate
Logistics?
Macrolides
hypersensitivity?
Patient
preference?
Penicillin
allergic?
Short course
No
Yes
Yes
No
Bila alergi penisilin dapat diganti dengan eritromisin estolat 2040mg/kgBB/hari dengan pemberian 2-4kali dalam sehari selama 10hari.
Penderita juga dapat diberikan azitromisin dosis tunggal 10mg/kgBB/hari selama
3 hari. Bila ternyata kultur maupun rapid antigen dtection test masih positif maka
10
Tonsilektomi
>7 episode infeksi tenggorokan yang diterapi dengan antibiotik pada tahun
sebelumnya.
>5 episode infeksin tenggorokan yang diterapi dengan antibiotik setiap tahun
selama 2 tahun sebelumnya.
>3 infeksi tenggorokan yang diterapi dengan antibiotik setiap tahun selama 3
tahun sebelumnya.
infeksi
atau
alergi
maupun
obstruksi
ekstrinsik
bisa
11
Pada anak:
Pada bayi:
- Demam
- Iritabel
- Malas minum
- Nyeri telinga
- Diare
- Sering menangis
- Gangguan pendengaran
- Muntah
12
Tipe benigna: otorea yang tidak berbau busuk, nyeri tekan pada telinga, gangguan
penderangan konduktif tergantung derajat keparahan.
Tipe maligna: Otorea berbau busuk kuning abu-abu, kotor purulen, pada cairan
yang keluar terdapat keping-keping mengkilat merupakan kepingan sisa tulang,
gangguan pendengaran campuran karena koklea dapat rusak.
Diagnosis
Ditegakan berdasarkan gejala dan pemeriksaan.
13
Second
line,
eritromisin
(50mg/kgBB/hari)
dengan
sulfonamid
farmakologi juga dapat diberi terapi miringotomi dan pipa ventilasi untuk
mencegah ulangan otitis media.
14
Terdapat 3 episode otitis media berulang selama rentang waktu 6 bulan atau
4 episode otitis media berulang selama 1 tahun.
Otitis media berulang bila 1 atau kedua telinga terdapat efusi selama
pengobatan.
IV. Rinosinusitis
merupakan radang pada mukosa hidung disertai inflamasi sekurangkurangnya satu sinus paranasal. Peradangan pada sinus dapat terjadi karena
perubahan clearance mukosilier, berkurangnya ventilasi ostium permanen sinus
dan perubahan sistem pertahanan tubuh lokal sistemik. Etiologi terjadinya
rinosinusitis adalah bakteri yang beraneka ragam.
Rinositis terbagi menjadi beberapa kategori:
1. Akut
Rinosinusitis akut adalah infeksi sinus dengan resolusi gejala yang
komplit dalam waktu 12 minggu. Rinosinusitis akut ini masih dikategorikan lagi
menjadi severe atau non severe. American Academy of Pediatrics (AAP 2001)
mengelompokan akut apabila gejala < 30hari dan sub-akut antara 30-90hari.
2. Akut berulang
Beberapa episode akut yang diselingi episode sembuh diantara 2 episode.
15
3. Kronik
Infeksi sinus dengan gejala ringan-sedang menetap >12minggu.
Manifestasi Klinis
- Rinore
- Nyeri wajah
- Hidung tersumbat
- Hidung tersumbat
- Hiposmia/anosmia
- Ingus purulen
- Demam
- Sakit kepala
- Mulut berbau
- Batuk
- Kelelahan
- Sakit pada telinga
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala. Selain itu dari pemeriksaan fisik
didapatkan anak terlihat lemah, pada pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan
mukosa konka hiperekis dan edema. Pada rinoskopi posterior di dapatkan post
nasal drip. Pada pemeriksaan thorak pada masa awal tidak ada kelaina namun
seiring perjalanan penyakit dapat ditemukan ronki, suara nafas berat dan kasar,
mengi, maupun campuran.
Wald dkk (2013) melakukan penelitian dan menyatakan bahwa diagnosis
dapat ditegakan bila terdapat 3 tanda:
1. Sakit yang presisten ( terdapat nasal discharge dengan kualitas apapun
atau batuk terus menerus atau terdapat kedua gejala tersebut lebih dari
10 hari tanpa fase perbaikan).
2. Perburukan gejala (perburukan atau onset baru nasal discharge, batuk
terus menerus, munculnya demam).
3.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, E., Ludwig, A, Price, I.,2011. Pharyngitis in the Emergency
Department: An Evaluation of the McIsaac Clinical Decision Rule in
Practice., MUMJ. Vol 8: 1
18
Camargo Jr, CA., Ganmaa, D., Frazier,A.L., dkk. 2012. Infection in Mongolia
Randomized Trial of Vitamin D Supplementation and Risk of Acute
Respiratory., The American Academy Of Pediatrics.Vol 130: 3
De jong, W., Sjamsuhidajat, R., 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta :
EGC
Price, SA., Wilson, LM., 2006., Patofisiologi KonsepKlinis Proses-Proses
Penyakit edisi 6. Jakarta: EGC
Raharjoe, N.N., Supriyatno, B., Setyanto, D.B., 2013. Buku Ajar Respirologi
Anak Ed. Pertama., Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Regoli, M.,Chiappini, E., Bonsignori, F., Galli, L., Martino, M., 2011. Update on
the management of acute pharyngitis in children., Italian Journal of
Pediatrics. 37:10
Tunkel, DE., 2014. Pediatric Otolaryngology-Head and Neck Surgery: Clinical
Reference Guide., Plural Publishing Incorporated
Wald, E.R., Applegate, K.E., Bordley,C., Darrow,D.H., dkk., 2013. Clinical
Practice Guideline for the Diagnosis and Management of Acute Bacterial
Sinusitis in Children Aged 1 to 18 Years., The American Academy Of
Pediatrics.Vol 132:1
World Health Organization., 2004., Chronic suppurative otitis media Burden of
Illness and Management Options., Switzerland: World Health
Organization
19
20
21
22
23