Anda di halaman 1dari 2

Kalau kamu lihat ada cewek yang nguap segede mulut kuda nil berkali-kali

di ruang OSIS SMA Cakrawala, orang itu tidak lain dan tidak bukan pasti Daniar.
In the name of God, ngantuk sumpaaaah!
Niar, begitu dia akrab disapa, merutuki dirinya sendiri yang mau-maunya
ikut kepanitiaan acara perpisahan yang 6 bulan lagi akan terlaksana. Padahal dia
tahu, jadwalnya 6 bulan kedepan akan super duper padat merayap dengan
persiapan UN, persiapan masuk perguruan tinggi, dan segala tetek bengeknya
yang bikin rangkaian saraf di otaknya sekusut benang terkusut. Dan sekarang,
tepat pukul 16.00, dia masih terjebak dalam rapat yang amat sangat
membosankan.
Gue mau, kita bikin konsep acara yang beda dari konsep tahun kemarin,
Suara Aldi pun terdengar seperti kicauan burung yang masuk kuping
kanan dan keluar kuping kiri. Niar tahu, saat ini hanya raganya yang sedang
mengikuti rapat. Jiwanya? Entah kabur kemana.
Ada ide? mata Aldi menatap satu persatu panitia yang hadir pada rapat
sore itu. Begitu pertanyaan itu diluncurkan, semua panitia kompak menunduk.
Bahkan ada yang dengan frontal menggelengkan kepalanya.
Aldi menghela nafas sejenak, mencoba meredam emosinya yang sudah
ingin tumpah sejak beberapa hari yang lalu. Bagaimana tidak, sudah 3 minggu
rapat dilangsungkan hampir setiap hari dan belum juga ada konsep yang pas
dan sesuai dengan kemauannya.
Ini udah 3 minggu loh, guys! Konsep belum dapet. Gue tahu, kita masih
punya banyak waktu. 6 bulan. But, 6 bulan itu kita juga bakal disibukin sama
kegiatan akademis, bimbel, dan segala macemnya. Kalau nggak dari sekarang,
acara ini bakal keteteran. Ujung-ujungnya nggak jadi. Kalian mau? Hah?
Semua sontak menggeleng.
Oh cmon, katanya kalian mau bikin farewell party yang unforgetable.
Kalau baru 3 minggu gini stamina kalian udah loyo, how itll be come true?
Tapi lo juga ikutan mikir dong, Di! Yayan terlihat tidak bisa menahan lagi
emosinya. Dari kemarin lo maksa kita mikir, sekalinya ada yang ngajuin ide
dengan seenak udelnya lo nolak. Kampret!
Lo pikir gue nggak ikutan pusing apa? Aldi mulai terbawa emosi.
Niar yang sedari tadi hanya bertopang dagu, langsung menegakkan
badan. Bakal ada perang dunia ketiga nih, pikirnya.
Pusing? Cuma pusing? Ikut mikir nggak lo? Hah! Kerja aja nggak becus!
Maksud lo apa?

Siapa sih yang milih lo jadi ketua acara? Buta kali!


Tutup mulut lo!
Jangan-jangan lo yang ngajuin sendiri? Pengen eksis, Mas? Mau caper ya
sama guru biar SPP lo digratisin?
SHUT UP!
HEH, APA-APAAN SIH KALIAN! teriakan itu, bukan dari Aldi maupun
Yayan. Terdengar dari sudut ruangan. Semua mata langsung tertuju pada sumber
suara. Niar.
Seketika hening tercipta.
Bego, bego, bego, ngapain sih gue pake teriak segala.
Niar merutuki dirinya sendiri. Dia menunduk dan memejamkan mata,
berharap ketika membuka mata semua orang sedang sibuk mendengarkan Aldi
bicara dan kejadian barusan hanyalah buah dari pikirannya yang sedang kusut.
Tapi kenyataan berkata lain.
Oh God, pleaaaseee, help me now.

Anda mungkin juga menyukai