BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pengelolaan kebersihan lingkungan saat ini harus menjadi prioritas karena permasalahan
yang ditimbulkan akibat pengelolaan yang kurang baik akan berdampak langsung kepada
derajat kesehataan masyarakat.
Pengelolaan kebersihan lingkungan mempengaruhi setiap aktivitas masyarakat. Adapun
aktivitas masyarakat kebanyakan mereka memilih untuk melakukan kegiatan menjual.
Namun ketika kegiatan jualan dilakukan di lingkungan yang tidak bersih tentu akan
menimbulkan berbagai masalah terutama masalah kesehatan masyarakat.
Asupan makanan yang dibutuhkan tiap orang berbeda beda tergantung jenis aktivitas
yang dilakukannya. Pekerja bangunan akan makan lebih banyak dibandingkan siswa
sekolah. Tidak hanya jumlah kalori saja yang perlu diperhitungkan dalam berkonsumsi,
kehigenisan suatu makanan adalah prioritas utama.
Makanan yang biasa dijual di pinggir jalan, kemungkinan besar tercemar oleh berbagai
jenis kotoran. Mulai dari polusi asap kendaraan yang bertimbal, bakteri yang tidak hilang
saat pengolahan makanan, dan lain lain. Jika sudah mengkonsumsi makanan yang tidak
higenis, biasanya tubuh merespon dengan gajala tidak enak / gangguan pada sistem
pencernaan kita. salah satunya yang paling umum adalah diare.
Back to Nature, inilah istilah yang sering kita dengar kalau kita ingin kembali pada awal
hidupnya manusia, kembali kepada hal yang alami maka kembali kepada fitrahnya manusia,
yaitu dengan melakukan tindakan atau kegiatan yang memperhatikan keseimbangan dan
keharmonisan dengan lingkungan hidup.
Untuk itulah penulis menulis laporan tentang Ketika Hijau Mu Mengancam Kesehatan
Ku (Pedagang Kaki Lima Dalam Hal Ini Penjual Pisang Ijo Dan Cendol Di Sekitar
Workshop, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan)
Sebagian besar orang pernah merasakan jajanan kaki lima. Pada kesempatan ini, penulis
akan membahas salah satu dari jajanan kaki lima tersebut, yaitu pisang ijo dan cendol.
Kebanyakan diantara pembeli pisang ijo dan cendol merupakan mahasiswa ataupun orangorang yang biasa melintas di Workshop UNHAS.
Atas dasar rasa kepedulian terhadap sesama, terciptalah laporan ini agar kita saling
memerhatikan resiko dari tindakan-tindakan yang kita lakukan sehingga menimalisir tingkat
resiko yang kita terima.
I.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu pedagang kaki lima?
2. Apa kaitannya dengan makanan kotor?
3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan pada jajanan yang tidak bersih?
4. Bagaimana proses metodologi penelitiannya?
5. Strategi komunikasi apa yang tepat dan alasannya?
6. Apa-apa saja tips sehat jajan di pinggir jalan?
I.3. Tujuan Penelitian
I.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana hubungan strategi komunikasi pada kegiatan proses
penjualan jajanan kaki lima (pisang ijo dan cendol).
I.3.2. Tujuan Khusus
1) Untuk menganalisa strategi komunikasi yang tepat pada penjualan pisang ijo dan
cendol di Workshop Unhas.
2) Untuk mengetahui pengendalian risiko dalam menerapkan strategi komunikasi pada
penjualan pisang pisang ijo dan cendol di Workshop Unhas.
I.4. Manfaat Penelitian
I.4.1. Bagi Praktisi
1) Dapat menjadi referensi bagi para penjual jajanan kaki lima tentang potensi bahaya
kesehatan yang kemungkinan di dapat dari rutinitas bekerja sehari-hari.
2) Dapat mengetahui cara pengendalian resiko guna mengurangi bahaya dalam praktek
penjualan makanan.
I.4.2. Bagi penulis
1) Menambah wawasan tentang bahayanya jajanan pinggir jalan.
2) Dapat menambah kewaspadaan dalam memilih ataupun membeli jajanan dipinggir
jalan.
BAB II
PEMBAHASAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
II.1. Pedagang/ Jajanan Kaki Lima
Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan
yang melakukan kegiatan komersial di atas daerah milik jalan (DMJ) yang diperuntukkan
untuk pejalan kaki.
Ada pendapat yang menggunakan istilah PKL untuk pedagang yang menggunakan
gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima.
Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" gerobak (yang
sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki).
Menghubungkan jumlah kaki dan roda dengan istilah kaki lima adalah pendapat yang
mengada-ada dan tidak sesuai dengan sejarah. Pedagang bergerobak yang 'mangkal' secara
statis di DMJ adalah fenomena yang cukup baru (sekitar 1980-an), sebelumnya PKL
didominasi oleh pedagang pikulan (penjual cendol, pedagang kerak telor) dan gelaran
(seperti tukang obat jalanan).
Salah kaprah terus berlangsung, hingga saat ini istilah PKL juga digunakan untuk semua
pedagang yang bekerja di DMJ, termasuk para pemilik rumah makan yang menggunakan
tenda dengan mengkooptasi jalur pejalan kaki maupun jalur kendaraan bermotor.
Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial Belanda. Peraturan
pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya yang dibangun hendaknya
menyediakan sarana untuk pejalanan kaki. Lebar ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau
sekitar satu setengah meter.
Sekian puluh tahun setelah itu, saat Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk pejalan
kaki banyak dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan. Dahulu namanya adalah
pedagang emperan jalan, sekarang menjadi pedagang kaki lima. Padahal jika merunut
sejarahnya, seharusnya namanya adalah pedagang lima kaki.
Di beberapa tempat, pedagang kaki lima dipermasalahkan karena mengganggu para
pengendara kendaraan bermotor. Selain itu ada PKL yang menggunakan sungai dan saluran
air terdekat untuk membuang sampah dan air cuci. Sampah dan air sabun dapat lebih
merusak sungai yang ada dengan mematikan ikan dan menyebabkan eutrofikasi. Tetapi PKL
kerap menyediakan makanan atau barang lain dengan harga yang lebih, bahkan sangat,
murah daripada membeli di toko.
Modal dan biaya yang dibutuhkan kecil, sehingga kerap mengundang pedagang yang
hendak memulai bisnis dengan modal yang kecil atau orang kalangan ekonomi lemah yang
biasanya mendirikan bisnisnya di sekitar rumah mereka.
Jajanan kaki lima merupakan jajanan yang populer hampir di seluruh belahan dunia.
Jajanan merupakan makanan yang dikonsumsi baik sebagai cemilan, maupun makanan
berat. Sedangkan kaki lima merupakan pedagang kecil yang berjualan di pinggir jalan.
Jadi, jajanan kaki lima merupakan makanan yang dijual oleh seorang atau sekelompok
pedagang kecil yang menjual makanan, baik makanan ringan maupun makanan berat.
II.2. Makanan Kotor
Jajanan di pinggir jalan Workshop Unhas jauh dari kata layak untuk di makan, karena
setelah kami melakukan penelitian tersebut, kami melihat fakta-fakta yang bisa
dikategorikan bahwa jajanan di Workshop tidak terjamin kebersihannya.
Menurut kami, makanan yang dijual (pisang ijo dan cendol) di pinggir jalan Workshop
tanpa ditutup dengan benar sudah dapat dikategorikan sebagai makanan kotor. Sebab debu
dan asap pada kendaraan yang berlalu lalang bisa jadi akan menempel pada makanan.
Belum lagi, lalat yang hinggap pada makanan yang dapat memicu tumbuhnya bakteri dan
kuman.
Lokasi tempat menjual pun juga mempengaruhi terjaminnya kebersihan pada jajanan di
pinggir jalan. Tempat yang kami teliti, mereka menjual dagangannya (pisang ijo dan
cendol) di sekitar tumpukan sampah, di dekat selokan dan tempat cucian piringnya
berdekatan dengan dagangan yang akan dijual kepada masyarakat.
Cara mencuci menjadi kunci pemilihan jajanan pinggir jalan. "Kalau cara mencucinya
cuma asal rendam, lebih baik jangan beli di situ. Menjaga kebersihan merupakan cara
paling sederhana cegah hepatitis," kata dr Rino A Gani Sp PD KGEH dari Perhimpunan
Peneliti Hati Indonesia (PPHI).
II.3. Dampak yang di Timbulkan Pada Jajanan yang tidak bersih
Pemerintah telah mengeluarkan banyak peraturan untuk melindungi masyarakat
khususnya anak sekolah dari dampak buruk makanan yang tidak sehat seperti yang terdapat
dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009, Undang Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen , Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan,
tetapi tetap saja sanksi dari pelanggaran peraturan ini belum diterapkan dengan tegas.
Belakangan juga terungkap bahwa dampak makanan tertentu ternyata mempengaruhi
fungsi otak termasuk gangguan perilaku pada anak sekolah. Gangguan perilaku tersebut
meliputi gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan bicara,
hiperaktif hingga memperberat gejala pada penderita autis.
Penyakit-penyakit yang diderita para konsumen atau orang yang yang dapat ditularkan
melalui udara. Konsumen dan produsen bisa saling tertular penyakit yang diderita
keduanya. Penularan berbagai jenis penyakit seperti diare, sakit perut dan penyakit paruparu yang terjadi polusi udara akibat jajan di tempat yang kendaraan lalu lalang.
Kebersihan tangan juga wajib diperhatikan oleh orang yang mengolah makanan dan juga
pembeli. Rino menjelaskan, tangan merupakan media penularan virus, bakteri, dan parasit
yang paling mudah. Bahkan, virus hepatitis A dengan mudah menular lewat kebersihan
alat makan dan tangan yang kurang terjaga.
II.4. Metodologi Penelitian
Dalam penelitiaan yang penulis lakukan di Workshop Unhas, Kecamatan Tamalanrea,
Makassar, Sulawesi Selatan. Penulis mendapatkan informasi dari berbagai metode dan
teknik-teknik yang penulis lakukan, diantaranya :
1. Teknik Studi Dokumentasi
Pada metode ini penulis banyak membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan
kebersihan jajanan yang di jual pedagang kaki lima sebagai referensi dan acuan yang
dapat penulis jadikan sebagai pedoman dan tak lupa pula didukung kuat dengan data
dokumentasi mengenai Pedagang Kaki Lima dalam hal ini Penjual Pisang Ijo dan
Cendol di Workshop Unhas.
2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara dilakukan dengan langsung mewawancarai penjualnya yang tentu di
anggap mampu memberikan informasi seputar masalah yang penulis teliti. Penulis
mengadakan wawancara ke Workshop Unhas untuk mengumpulkan data dan informasi
yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan.
Adapun data narasumber yang berhasil penulis dapatkan:
Nama : Astuti
Umur: 13 Tahun
Sekolah: SMP Wahyu
Tempat tinggal: Workshop bagian bawah
3. Teknik Survey Lapangan
Penulis mengadakan penelitian pada tanggal 06 Mei 2014 pukul 11.00 WITA selesai.
Penulis mengadakan pengamatan di sekitar penjual pisang ijo dan cendol tersebut
tepatnya pintu masuk menuju Workshop Unhas. Dengan teknik ini dapat diperoleh hasil
yng akurat dan relevan.
4. Identifikasi Masalah
Penelitian ini dilakukan agar kami sebagai mahasiswa FKM Unhas mampu lebih kritis
dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang di masyarakat khususnya apa yang
kami teliti ini, sehingga untuk kedepannya kami dapat menerapkan strategi komunikasi
yang baik digunakan agar kami dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
II.5. Strategi komunikasi
Setelah mengetahui apa itu pedagang kaki lima dan mengetahui maraknya pedagang kaki
lima di Workshop Unhas yang tidak memerhatikan kebersihan dari dagangannya sendiri
tentu meresahkan bagi mahasiswa ataupun mereka yang ingin membeli jajanan dipinggir
jalan.
Itu tentu akan menimbulkan dampak yang fatal untuk kesehatan. Namun hal tersebut
susah untuk dihindari, sebab jika dilihat kenyataannya, masyarakat lebih menyukai
makanan yang di jajakan di pinggir jalan. Dengan alasan, harga lebih murah dan mudah
dijangkau.
Setelah melakukan analisa terhadap masalah tersebut, maka kita harus melakukan strategi
komunikasi sebagai soulusinya.
Adapun strategi komunikasi yang kami gunakan adalah dengan menggunakan jenis
komunikasi Verbal yaitu komunikasi lisan secara langsung dan tulisan. Komunikasi verbal
adalah komunikasi yang menggunakan bahasa.
Komunikasi lisan secara langsung kami tujukan kepada pedagang kaki lima dalam hal ini
Pedagang Pisang Ijo dan Cendol agar lebih memperhatikan kebersihan jualannya sehingga
konsumen tidak dirugikan dengan masalah kesehatan, terutama pedang kaki lima yang
berjualan dekat dengan sampah masyarakat, agar lebih di tingkatkan kebersihan jualannya.
Selain memberitahu agar memperhatikan kebersihan jualannya, kami juga akan
menyuluhkan ke berbagai pedagang kaki lima mengenai PBHS (Perilaku Bersih Hidup
Sehat) sehingga bukan hanya konsumen yang di jaga kebersihan makanannya tetapi juga
penjualnya agar tidak merugikan satu sama lain.
Alasan kami menggunakan komunikasi lisan untuk pedagang kaki lima, karena kami rasa
strategi komunikasi itu yang paling tepat untuk meningkatkan kesadaran terhadap
kebersihan dagangannya sehingga tidak merugikan konsumen ataupun pelanggan tetap
mereka.
Komunikasi lisan maupun tulisan kami tujukan kepada konsumen dengan menulis sebuah
iklan atau membagikan brosur-brosur dengan tema yang menarik perhatian mengenai tips
sehat jajan di pinggir jalan ataupun mengadakan seminar atau penyuluhan mengenai
jajanan di pinggir jalan.
Alasan kami menggunakan komunikasi lisan maupun tulisan kepada konsumen, karena
jika hanya menggunakan salah satu bisa jadi para konsumen tidak menghiraukan apa yang
disampaikan hanya berlalu begitu saja. Mengapa demikian? Karena tidak semua konsumen
mau membaca tulisan atau brosur tersebut dan tidak semua konsumen mau mengikuti
seminar atau penyuluhan yang diadakan.
II.6. Tips Sehat Jajan di Pinggir Jalan
II.6.1. Perhatikan kebersihan tempat makan
Jangan hanya tergiur karena kelezatannya, perhatikan juga kebersihan tempatnya.
Pastikan lokasinya jauh dari selokan atau tempat pembuangan sampah serta bebas
dari lalat. Lingkungan yang kotor, jadi sumber bakteri jahat yang bisa mengganggu
pencernaan kita. Selain itu, baunya yang menyengat bisa bikin pernapasan dan
kenyamanan terganggu saat menyantap menu makanan.
II.6.2. Pilih jajanan sehat
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Jajanan kaki lima merupakan jajanan yang populer hampir di seluruh belahan dunia.
Jajanan merupakan makanan yang dikonsumsi baik sebagai cemilan, maupun makanan
berat. Sedangkan kaki lima merupakan pedagang kecil yang berjualan di pinggir jalan.
Jadi, jajanan kaki lima merupakan makanan yang dijual oleh seorang atau sekelompok
pedagang kecil yang menjual makanan, baik makanan ringan maupun makanan berat.
Penjual pisang ijo dan cendol kurang memerhatikan kehigenisan dan kesehatan baik
kesehatan penjual itu sendiri, maupun pembeli yang membeli dagangannya.
Penjual makanan kaki lima diberi pengetahuan agar tetap menjaga kebersihan dan
kesehatan dirinya sendiri maupun para konsumen.
Strategi komunikasi yang tepat digunakan mengenai permasalah ini adalah komunikasi
verbal yaitu komunikasi secara lisan dan komunikasi secara tulisan.
III.2. Saran
1. Demikianlah laporan dibuat agar bermanfaat semua. Di harapkan setelah membaca
laporan ini pembaca dapat lebih menggali lebih dalam pengetahuan mengenai perilaku
hidup sehat serta lebih berwaspada dalam memilih makanan atau minuman yang akan
di makan atau di minum agar tidak berdampak pada kesehatan sendiri. Namun kritik
dan saran sangat diperlukan untuk lebih mengevalusi diri dan membangun kreativitas
kerja.
2. Pedagang kaki lima diberi pengetahuan agar tetap menjaga kebersihan dan kesehatan