Anda di halaman 1dari 13

1.

Memahami dan Menjelaskan Demam


1.1 Definisi
Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal >38C
(100,4F), diukur pada oral >37,8C, dan bila diukur melalui aksila >37,2C (99F).
(Schmitt, 1984). Sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatrics Nurse)
disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38 C. Pada
anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila dan oral lebih dari 38,3 C.
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan
tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang, misalnya
terhadap toksin bakteri, peradangan, dan rangsangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin
pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan
menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis
tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik
tersebut sejauh ini belum diketahui.
Demam pada mamalia dapat memberi petunjuk bahwa pada suhu 39 C, produksi
antibodi dan poliferasi sel limfosit-T meningkat sampai 20 kali dibandingkan dengan
keadaasn suhu normal. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang berasal dari mikroorganisme
atau hasil dari reaksi imunologik yang tidak berdasarkan infeksi. Pirogen adalah suatu
protein yang identik dengan interleukin-1. Di dalam hipotalamus zat ini merangsang
pelapasan asam arakidonat yang mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2
yang dapat menyebakan pireksia. Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan
vaokontriksi perifer sehingga pengeluaran panas menurun lalu merasa demam.
Patokan suhu tubuh di hipotalamus dapat naik karena peran prostaglandin.
Prostaglandin timbul akibat induksi pirogen endogen (sitokin). Sitokin dihasilkan oleh
sel-sel sistem kekebalan tubuh karena adanya infeksi atau adanya cedera pada jaringan.
Sampai saat masih belum jelas benar bagaimana suatu infeksi atau cedera pada suatu
jaringan bisa menginduksi reaksi kenaikan set-point suhu tubuh. Sebagian besar obat
turun panas bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin dalam tubuh.

1.2 Klasifikasi

Tipe-tipe demam :
1. Demam septik
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ke tingkat dia atas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam tinggi tersebut turun ke
tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Perbedaan kenaikan suhu tidak sebesar demam septik.
3. Demam Intermiten
Suhu badan turun ke tingkat normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana , dan bila terjadi dua hari
bebas demam di antara dua serangan demam disebut kuartana. Contohnya malaria.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam
yang terus menerus tinggi disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas
demam untuk beberapa hari kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Demam belum terdiagnosis
Suatu keadaan demam yang terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan dia atas
38,3C dan belum ditemukan penyebabnya walaupun sudah diteliti. Demam yang belum
terdiagnosis atau Fever Unknown Origin (FUO) dibagi kedalam 4 kelompok :
1. FUO klasik
Demam yang lebih dari 3 minggu dimana telah diusahakan diagnostik non-invasif
maupun invasif selama satu minggu tanpa hasil yang dapat menetapkan penyebab
demam.
2. FUO nonsokomial
enderita yang pada permulaan dira at tanpa infeksi di umah akit dan kemudian menderita
demam lebih dari 38 C dan sudah diperiksa secara intensif untuk menentukan penyebab
demam tanpa hasil yang jelas.
3. FUO neutropenik
Penderita yang memiliki jenis neutrofil lebih dari 500 ul dengan demam lebih dari 38,3C
dan sudah diusahakan pemeriksaan selama 3 hari tanpa hasil yang jelas.
4. FUO HIV

Penderita HIV yang menderita demam lebih dari 38,3 C selama 4 minggu pada ra at jalan
tanpa dapat menentukan penyebabnya.

1.3 Etiologi
Etiologi demam umumnya akibat dari gangguan hipotalamus. Penyebab lainnya :
1. Infeksi saluran pernapasan
2. Infeksi virus
3. Infeksi bakteri
4. Pneumonia
5. Gangguan imunologi
6. Penyakit tertentu yang berkaitan dengan paparan panas
7. Beberapa kanker tertentu ada yang mempunyai gejala awal demam, seperti pada
leukemia & penyakit Hodgkin.
8. Selain itu, ada beberapa sebab lain yang juga dapat menyebabkan sedikit kenaikan
pada suhu tubuh, seperti misalnya sehabis imunisasi (meskipun tidak terjadi pada
semua anak) & saat anak tumbuh gigi
Ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih atau
leukositmelepaskan zat penyebab demam (pirogen endogen) yang selanjutnya memicu
produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior, yang kemudian meningkatkan nilaiambang temperatur dan terjadilah demam.
Produksi panas pada demam meningkatkan pemakaian oksigen, produksi
karbondioksida, dan curah jantung.
Demam terjadi oleh karena perubahan pengaturan homeostatik suhu normal pada
hipotalamus yang dapat disebabkan antara lain oleh infeksi, vaksin, agen biologis (faktor
perangsang koloni granulosit-makrofag, interferon dan interleukin), jejas jaringan (infark,
emboli pulmonal, trauma, suntikan intramuskular, luka bakar), keganasan (leukemia,
limfoma, hepatoma, penyakit metastasis), obat-obatan (demam obat, kokain, amfoterisin
B), gangguan imunologik-reumatologik (lupus eritematosus sistemik, artritis reumatoid),
penyakit radang (penyakit radang usus), penyakit granulomatosis (sarkoidosis),

ganggguan endokrin (tirotoksikosis, feokromositoma), ganggguan metabolik (gout,


uremia, penyakit fabry, hiperlipidemia tipe 1), dan wujud-wujud yang belum diketahui
atau kurang dimengerti (demam mediterania familial).
2. Memahami dan Menjelaskan Salmonella Enterica
2.1 Struktur
Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora, bergerak dengan
flagel peritrik, berukuran 2-4 m x 0.5-0,8 m. Salmonella sp. tumbuh cepat dalam media yang
sederhana (Ja etz,dkk, 2005), hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan
sukrosa,membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan manosa, biasanyamemporoduksi
hidrogen sulfide atau H2S, pada biakan agar koloninyabesar bergaris tengah 2-8milimeter, bulat
agak cembung, jernih, smooth,pada media BAP tidak menyebabkan hemolisis, pada media Mac
Conceykoloni Salmonella sp. Tidak memfermentasi laktosa (NLF),konsistensinya smooth.
Salmonella sp. tahan hidup dalam air yang dibekukan dalam waktu yang lama, bakteri ini
resisten terhadap bahan kimia tertentu (misalnya hijau brillian, sodium tetrathionat, sodium
deoxycholate) yang menghambat pertumbuhan bakteri enterik lain, tetapi senyawa tersebut
berguna untuk ditambahkan pada media isolasi Salmonella sp. pada sampel feses.
2.2 Daur Hidup
Siklus Hidup Salmonella typhi
1. Infeksi terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses yang terdapat bakteri
Salmonella typhi dari organisme pembawa (host).
2. Setelah masuk dalam saluran pencernaan, maka S. typhi menyerang dinding usus yang
menyebabkan kerusakan dan peradangan.
3. Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat menembus dinding
usus tadi ke organ-organ lain, seperti hati, limpa, paru-paru, tulang-tulang sendi, plasenta dan
dapat menembus sehingga menyerang fetus pada wanita atau hewan betina yang hamil, serta
menyerang membran yang menyelubungi otak.
4. Substansi racun dapat diproduksi oleh bakteri dan dapat dilepaskan dan mempengaruhi
keseimbangan tubuh.
5. Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi, pada fesesnya terdapat kumpulan S. typhi yang
dapat bertahan sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
6. Bakteri tersebut tahan terhadap range temperatur yang luas sehingga dapat bertahan hidup
berbulan-bulan dalam tanah atau air.
3. Memahami dan Menjelaskan Demam Typhoid
3.1 Menjelaskan definisi demam tifoid.

Demam tifoid, atau typhoid fever adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minuman
yang telah tercemar oleh tinja. Penyakit yang biasa disebut juga typhus atau types dalam bahasa
awam ini, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica,, khususnya
turunannya yaitu Salmonella typhi yang terutama menyerang bagian saluran pencernaan.
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di
Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Demam tifoid hampir sama manifestasi
klinisnya dengan demam paratifoid , hanya saja pada demam paratifoid manifestasinya lebih
ringan. Terminologi lain yang sering digunakan adalah typhus , parathypus abdominalis atau
demam enterik.
3.2 Etiologi Demam typoid
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella
yangmemasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang terinfeksiadalah
manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebabpenyakit,baikketika ia sedang sakit
atau sedang dalam masa penyembuhan.Pada masa penyembuhan,penderita pada masih
mengandung Salmonella spp didalam kandung empedu atau didalam ginjal. Sebanyak 5%
penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara,sedang 2 % yang lain akan menjadi
karier yang menahun.Sebagian besar dari kariertersebut merupakan karier intestinal (intestinal
type) sedang yang lain termasuk urinarytype. Kekambuhan yang yang ringan pada karier demam
tifoid,terutama pada karierjenisintestinal,sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak
jelas.

Bakteri ini memiliki 3 antigen penting: antigen O (somatik, tubuh kuman)


antigen H (flagel kuman)
antigen Vi/K (selaput)
antigenO dan H di gunakan untuk mendiagnosis apakah terjadi demam typhoid dengan
meningkatnya jumlah antigen.
3.3 Epidemiologi Demam tifoid
Indonesia merupakan negara endemik demam typoid, karena demam ini banyak di negara yang
higiene pribadi & sanitasi lingkungan yang kurang baik di Indonesia. Seranganpenyakit ini lebih
bersifat sporadis & bukan endemic
Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan
yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidupumumnya adalah
baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air yang baik dapatmengurangi penyebaran
penyakit ini.
Penyebaran Geografis dan Musim
Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak
bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah yangkebersihan
lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.
Penyebaran Usia dan Jenis Kelamin
Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau
perempuan. Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa
seringmengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh
sendiri.Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawah
ini.
Usia Persentase
12 29 tahun 70 80 %30 39 tahun 10 20 %> 40 tahun 5 10 %
3.4 Patogenesis Demam typoid
Salmonella typhi > masuk manusia, melalui makanan yang terkontaminasi
>1. kuman musnah di usus karena Hcl.
>2. kuman masuk &berkembang biak (jika imun humoral mukosa rendah kuman menembus
epitel) > kuman yang menembus usus menuju lamina propia, berkembang biak dan di fagosit
oleh makrofag
>1. masuk saluran darah > hati & limpa > infeksi
>2. plak peyeri ileum distal > kelenjar getah bening
Hati > kuman masuk kantung empedu > lumen > usus >
1. feses
2. masuk kembali menembus usus

3.5 Manifestasi Klinik


Biasanya gejala mulai timbul secasra bertahap setelah 8-14 hari terinfeksi
gejalannyademam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, turunnya nafsu makan,
& nyeri perut, terkadang penderita mengalami batuk . Jika tidak dilakukan pengobatan suhu akan
meningkatdalam 2-3 hari menjadi 39-40C selama 10-14 hari dan turun pada minggu ke 3, dan
kembali normal dalam minggu ke 4.
3.6 Pemeriksaan fisik & penunjang
Pemeriksaan fisik
1. pengukuran suhu terutama sore/ malam
2. demam
3. denyut nadi (bradikardi)
4. lidah yang kotor
5. hepatomegali
6. splenomegali
pemeriksaan penunjang
1. pemeriksaan darah rutin
2. uji widal
3. uji tubex
4. uji typhidot
5. uji IgM dipstick
3.7 Menjelaskan Diagnosis Demam Tifoid
Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik, untuk
memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan penunjang.Diagnosis pasti ditegakkan dengan
caramenguji sampel darah untuk mengetahui adanyabakteri Salmonella spp dalam darah
penderita, dengan membiakkan darah padahari 14 yang pertama dari penyakit.Selain itu tes widal
(O dah H agglutinin) mulai posotif pada hari kesepuluh dantiter akansemakin meningkat sampai
berakhirnya penyakit. Pengulangan tes widal selang 2 harimenunjukkan peningkatan progresif
dari titer agglutinin (diatas 1:200) menunjukkkandiagnosis positif dari infeksi aktif demam
tifoid.Biakan tinja dilakukan pada minggu kedua dan ketiga serta biakan urin pada mingguketiga
dan keempat dapat mendukung diagnosis dengan ditemukannya Salmonella.
Gambaran darah juga dapat membantu menentukan diagnosis. Jika terdapat lekopeni
polimorfonuklear dengan limfositosis yang relatif pada hari kesepuluh dari demam, makaarah
demam tifoid menjadi jelas. Sebaliknya jika terjadi lekositosis polimorfonuklear,maka berarti
terdapat infeksi sekunder bakteri di dalam lesi usus. Peningkatan yang cepatdari lekositosis
polimorfonuklear ini mengharuskan kita waspada akan terjadinya perforasi dari usus penderita.
Tidak selalu mudah mendiagnosis karena gejala yangditimbulkan oleh penyakit itu tidak selalu

khas seperti di atas. Bisa ditemukan gejala-gejala yang tidak khas. Ada orang yang setelah
terpapar dengan kuman S typhi, hanyamengalami demam sedikit kemudian sembuh tanpa diberi
obat.

Hal itu bisa terjadi karena tidak semua penderita yang secara tidak sengaja menelan kuman ini
langsung menjadisakit. Tergantung banyaknya jumlah kuman dan tingkat kekebalan seseorang
dan dayatahannya, termasuk apakah sudah imun atau kebal. Bila jumlah kuman hanya sedikit
yang masuk ke saluran cerna, bisa saja langsung dimatikan oleh sistem pelindung tubuhmanusia.
Namun demikian, penyakit ini tidak bisa dianggap enteng, misalnya nanti jugasembuh sendiri.
3.8 Pencegahan
Pencegahan
1. Vaksin per oral
2. Hindari makanan yang kurang matang
3. Pemilihan makanan yang masih hangat
4. Jika makanan, yang di makan memiliki kulit, lebih baik di kupas terlebih dahulu
Vaksinasi dengan menggunakan vaksin T.A.B (mengandung basil tifoid dan paratifoid
Adan B yang dimatikan ) yang diberikan subkutan 2 atau 3 kali pemberian dengan interval10
hari merupakan tindakan yang praktis untuk mencegah penularan demam tifoidJumlah kasus
penyakit itu di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 358-810 kasus per 100.000 penduduk per
tahun. Suntikan imunisasi tifoid boleh dilakukan setiap dua tahun manakala vaksin oral diambil
setiap lima tahun.
Bagaimanapun, vaksinasi tidak memberikan jaminan perlindungan 100 peratus.Minum
air yang telah dimasak sahaja. Masak air sekurang-kurangnya lima menit penuh (apabila air
sudah masak, biarkan ia selama lima minit lagi).
Jika terpaksa makan di kedai, pastikan makananyang dipesan khas dan berada dalam
keadaan `berasap kerana baru diangkat dari dapur.Tudung semua makanan dan minuman agar
tidak dihinggapi lalat. Letakkan makanan ditempat tinggi.Gunakan penyepit, senduk, sudu atau
garpu bersih untuk mengambil makanan.Buah-buahan hendaklah dikupas dan dibilas sebelum
dimakan.Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum menyedia atau memakan makanan,
membuang sampah sarap, memegang bahan mentah atau selepas membuang air besar.
Anda akan mendapati insiden tifoid berkurangan dengan amalan ini yang
sepatutnyamenjadi tabiat seharian dan bukan hanya musim wabak.Pilih gerai dan pengendali
makanan yang bersih.Dalam keadaan sekarang, adalah baik sekiranya orang ramai mengelak
daripada membelimakanan atau minuman daripada penjaja jalanan terutamanya yang menjual
minumansejuk.Hapuskan tempat pembiakan lalat-lalat bagi mengelakkan pembiakan.Gunakan
tandas yang sempurna.Segeralah berjumpa doktor jika mengalami tanda-tanda dijangkiti tifoid.

3.9. Menjelaskan Komplikasi dan Penatalaksanaan Demam Tifoid


Komplikasi
1. Sebagian besar pasien sembuh sempurna
2. Jika tidak di obati dapat mengalami pendarahan usus
3. Perforasi usus, yang menyebabkan nyeri perut
4. Pneumonia
5. Infeksi kantung kemih & hati
6. Infeksi darah
Penatalaksanaan:
1. Istirahat cukup
2. Menjaga kebesihan tempat tidur, pakaian, lingkungan
3. Diet
4. Tirah baring selama demam (2minggu) hingga normal, meminum antibiotik yang tepat
(cloramfenikol) 100mg/kg/hari dalam 4 dosis (10 hari). Bila pasien memiliki alergi terhadap
cloramfenikol, dapat di berikan obat gol. Penisilin (ampisil) atau kotrimoksazol.
3.10. Menjelaskan prognosis demam tifoid
Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan
sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang
adekuat, angka mortalitas < 1%.Di negara berkembang, angka mortalitasnya >10%, biasanya
karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan. Munculnya komplikasi seperti
perforasi gastrointestinal atau pendararahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia,
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa 7,4%, rata-rata 5,7%.
Prognosis demam tifoid umumnya baik asal penderita cepat berobat.Mortalitas pada penderita
yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis
yang berat seperti:
1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris continual.
2. Kesadaran menurun sekali.
3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis
4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi protein)
4. Memahami dan Menjelaskan Antibiotik
4.1 Definisi
Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai kemampuan,
dalam larutan encer, untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme.

Antibiotik yang relatif non-toksik bagi pejamunya digunakan sebagai agen kemoterapeutik
dalam pengobatan penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tanaman. Istilah ini sebelumnya
digunakan terbatas pada zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, tetapi penggunaan istilah ini
meluas, meliputi senyawa sintetik dan semisintetik dengan aktivitas kimia yang mirip.
4.2 Klasifikasi
A. Farmako dinamik
1.Kloramfenikol
Merupakan kristal putih yang sukar larut dalam air dan rasanya sangat pahit. Efek antimikroba ,
kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman.
Obat ini terikat pada ribosom sub unit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga
ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman. Pada konsentrasi tinggi
kloramgenikol kadang-kadang bersifat bakteriasid. Spektrum antibakteria kloramfenikol meliputi
Mycoplasma, Bartonella, treponema, Brucella dan kebanyakan bakteri anaerob.

2. Tiamfenikol
Dosis dan efektifitas tiamfenikol terhadap demam tifoid hampir sama dengan kloremfenikol,
akan tetapi komplikasi hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia plastik lebih rendah
dibandingkan kloramfenikol.

3. kontrimoksazol
Kombinasi trinetoprin dengan sulfmotoksazol menghambat reaksi enzim obligat sehingga
memberi efek sinergi.kombinasi ini dikenal dengan nama kontrimoksazol. Sulfanamid
menghambat masuknya molekul PA BA ke dalam molekul asam folat dan trimetropin yang
menghambat terjadinya reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Trimetoprin
menghambat enzim dihidrofolat reduktase mikroba secara sangat selektif.\

4. fluorokuinolon
Mengahambat enzim topoisomerase II dan VI pada kuman. Enzim tropoimenase berfungsi
menimbulkan relaksasi pada DNA yang mengalami positive supercoiling (pilihan positif yang
berlebihan ) pada waktu transkripsi dalam proses replikasi DNA. Topoimenase VI berfungsi
dalam pemisahan DNA baru yang terbentuk setelah proses replikasi DNA kuman selesai.

B. Farmako Kinetik
1. Kloramfenikol
Pemberian kloramfenikol melalui oral akan diserap secara cepat, kadar puncak dalam darah
tercapai dalam 2jam. Untuk anak biasanya diberikan dalam bentuk ester kloramfenikol palmitat
yang rasanya tidak pahit. Pemberian secara parenteral digunakan kloramfenikolsuksinat yang
dihidrolisis dalam jaringan dan membebaskan kloramfenikol. Masa paruh kloramfenikol pada
orang dewasa kurang lebih 3 jam, pada bayi kurang dari 2 minggu sekitar 24 jam.
Kloramfenikol dalam darah terikat dengan albumin. Didalam hati kloramfenikol mengalami
konjugasi dengan asam glukornat oleh enzim glokoronil transferase oleh karena itu waktu paruh
memanjang pada orang yang terkena gangguan faal hati. Sebagian kloramfeniikol mengalami
reduksi menjadi senyawa aril-amin yang tidak aktif lagi. Dalam waktu 24 jam kloramfenikol
yang diberi secara oral 80-90% diekskresikan melalui ginjal. Hanya 5-10 % dalam bentuk aktif ,
sisanya terdapat dalam bentuk glukuronat atau hidrosilat yang tidak aktif. Bentuk aktifnya
terutama diekskresikan melalui filtrat glomerulus sedangkan metabolitnya dengan sekresi
tubulus.

2. Tiamfenikol
Obat ini deserap dengan baik pada pemberian pre oral dan penetrasi baik ke saluran
serebrospinal, tulang maupun sputum. Berbeda dengan kloramfenikol obat ini di ekskresikan
melalui urin oleh karena itu penggunaan dibatasi pada pasien payah ginjal

3. kontrimoksazol
Rasio kadar sulfametoksazol dan trimetoprin yang ingin dicapai di dalam darah adalah 20:1
trimetoprin cepat di distribusikan ke dalam jaringan dan sekitar 40 % terikat pada protein plasma
dengan adanya sulmfametoksazol. Trimetoprin dan sulfametoksazol dieksresikan melalui urin
dalam 24 jam setelah pemberian

4. fluorokuinolon
Fluorokuinolon diserap dengan baik oleh saluran cerna dan hanya sedikit yang terikat dengan
protein. Dalam urin semua luorokinolon mencapai kadar hambat minimal untuk kebanyakan
kuman pantogen selama minimal 12 jam.

4.3 Efek Samping


1

Kloramfenikol

Reaksi hematologik (leukopeni), mual , muntah, diare, glositis , sydrom gray,(pada neonates
ditandai dengan muntah), tidak mau menyusu, pernafasan cepat dan tidak teratur, perut
kembung, diare dengan tinja warna hijau, bayi lemas dan berwarna keabu-abuan
2

Tiamfenikol

Depresi eritropoesis, leukopeni dan peningkatan kadar serum ion. Dosis yang diberikan adalah
4x 500, demam rata-rata turun pada hari kelima sampai keenam.
3

Kontrimoksazol

Obat ini dapat menimbulkan fek samping berupa mual, muntah, diare, kepala pusing, depresi,
halusinasi dan anemia.
4

Fluorokuinolon

Obat ini bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, rasa tidak enak di perut ,kejang dan
delirium
4.4 Kontra Indikasi
1

Kloramfenikol

Kehamilan, porfiria , dan defisiensi enzim G6PD


2

Kontrimoksazol

Penderita gangguan hati, ginjal, hamil, menyusui, dan bayi kurang dari 2 bulan

Anda mungkin juga menyukai