PENDAHULUAN
8
adanya 208,8 juta orang yang terinfeksi parasit
ini di dunia. Parasit ini juga menyerang semua
golongan (Rukmono dkk, 1983).
Cacing Enterobius vermicularis telah diketahui
sejak dulu dan telah banyak dilakukan penelitian
mengenai biologi, epidemiologi dan gejala
klinisnya. Manusia adalah satu-satunya hospes.
Enterobius vermicularis banyak ditemukan di
masyarakat dan dikenal dengan nama cacing
kremi. Meskipun demikian laporan prevalensi
mengenai enterobiasis masih jarang. Hal ini
diakibatkan oleh cara pemeriksaan diagnosa
yang memakai selotip yang ditempel pada anus
yang menimbulkan rasa enggan atau malu pada
penderita (Hendratno, 1994).
Penelitian di Surabaya yang meneliti kejadian
enterobiasis pada siswa SD di daerah tertinggal
yaitu Kalijudan, didapatkan responden (49,3%)
atau hampir separuh responden yang positif telur
(Sulistyorini dkk, 2001).
Surabaya secara geografis terletak pada
0721 Lintang Selatan dan 1123611254 Bujur
Timur sehingga termasuk daerah yang beriklim
tropis, dan menurut Soedarto (1991), dijelaskan
bahwa Enterobius vermicularis tersebar di seluruh
dunia baik yang beriklim tropis maupun subtropis.
Kenjeran merupakan daerah pinggiran Kota
Surabaya. Menurut Bappeko dan Dinas Sosial
Kota Surabaya (2001), Kenjeran merupakan
daerah yang paling banyak terdapat pemukiman
kumuh daripada daerah lain di Surabaya.
Kejadian enterobiasis sendiri tersebar di
seluruh dunia dengan konsentrasi pada daerah
yang faktor perilaku sehatnya masih rendah.
Meskipun penyakit ini menyerang semua umur,
namun penderita terbanyak adalah anak usia
514 tahun. Hal ini karena perilaku menggaruk
dan daya tahan tubuh masih rendah pada anakanak.
Gejala utama enterobiasis adalah timbul iritasi
di sekitar perianal (pruritus ani). Hal ini terjadi
karena pengaruh migrasi cacing betina dari
usus ke kulit perianal untuk meletakkan telurnya.
Apabila digaruk maka penularan dapat terjadi
di kuku jari tangan ke mulut (self-infection) atau
infeksi oleh diri sendiri. Menurut Padmasutra dkk.
(1992), cara infeksi cacing kremi yang tersering
adalah melalui telur yang melekat pada jari tangan
dan sering ditemukan dalam rumah tangga dan
kelompok seperti taman kanak-kanak, institusi
perawatan (nursery).
Dengan demikian tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis adanya hubungan
A S Perdana dan S Keman, Higiene Tangan dan Kuku dengan Kejadian Enterobiasis
Tabel 1.
Hasil Pengamatan Higiene Tangan dan Kuku Siswa Kelas IV dan V di SDN Kenjeran No. 248
Kecamatan Bulak Surabaya, Mei 2009
Kelas
(%)
Kotor
(%)
Jumlah
(anak)
Persentase
(%)
IV
42,1
11
57,9
19
100
30,4
16
69,6
23
100
Jumlah
15
35,7
27
64,3
42
100
Tabel 2.
Hasil Kuesioner Pengetahuan Responden Siswa Kelas IV dan V di SDN Kenjeran No. 248
Kecamatan Bulak Surabaya, Mei 2009
Kelas
Pengetahuan
Baik
(%)
Kurang
(%)
Jumlah
(anak)
Persentase
(%)
IV
21
15
79
19
100
10
43,5
13
56,5
23
100
Jumlah
14
33,3
28
66,7
42
100
Tabel 3.
Hasil Kuesioner Sikap Responden Siswa Kelas IV dan V di SDN Kenjeran No. 248
Kecamatan Bulak Surabaya, Mei 2009
Sikap
Positif
(%)
Negatif
(%)
Jumlah
(anak)
IV
11
57,9
42,1
19
100
11
47,8
12
52,2
23
100
Jumlah
22
52,4
20
47,6
42
100
Kelas
Persentase
(%)
10
Tabel 4.
Hasil Kuesioner Tindakan Responden Siswa Kelas IV dan V di SDN Kenjeran No. 248
Kecamatan Bulak Surabaya, Mei 2009
Tindakan
Kelas
Baik
(%)
Kurang
(%)
Jumlah
(anak)
Persentase
(%)
IV
47,4
10
52,6
19
100
10
43,5
13
56,5
23
100
Jumlah
19
45,2
23
54,8
42
100
Tabel 5.
Hubungan antara Pengetahuan Responden dan Higiene Tangan dan Kuku Siswa Kelas IV dan V
di SDN Kenjeran No. 248 Surabaya, Mei 2009
Pengetahuan
(%)
Kotor
7
(%)
Jumlah
(anak)
Persentase
(%)
Baik
50
50
14
100
kurang
28,6
20
71,4
28
100
Jumlah
15
35,7
27
64,3
42
100
Tabel 6.
Hubungan antara Sikap Responden dan Higiene Tangan dan Kuku Siswa kelas IV dan V
di SDN Kenjeran No. 248 Surabaya, Mei 2009
Sikap
Persentase
(%)
(%)
Positif
12
54,5
10
45,5
22
100
negatif
15
17
85
20
100
Jumlah
15
35,7
27
64,3
42
100
Kotor
Jumlah
(anak)
Bersih
11
A S Perdana dan S Keman, Higiene Tangan dan Kuku dengan Kejadian Enterobiasis
Tabel 7.
Hubungan antara Tindakan Responden dan Higiene Tangan dan Kuku Siswa Kelas IV dan V
di SDN Kenjeran No. 248 Surabaya, Mei 2009
Tindakan
(%)
Baik
Kotor
(%)
Jumlah
(anak)
Persentase
(%)
11
57,9
42,1
19
100
Kurang
17,4
19
82,6
23
100
Jumlah
15
35,7
27
64,3
42
100
Tabel 8.
Prevalensi Kejadian Enterobiasis Siswa Kelas IV dan V di SDN Kenjeran No. 248 Surabaya, Mei 2009
Kelas
Hasil Pemeriksaan
Positif
(%)
Negatif
(%)
Jumlah
(anak)
Persentase
(%)
IV
36,8
12
63,2
19
100
13
56,5
10
43,5
23
100
Jumlah
20
47,6
22
52,4
42
100
12
Tabel 9.
Hubungan antara Higiene Tangan dan Kuku dengan Kejadian Enterobiasis Siswa Kelas IV dan V
di SDN Kenjeran No. 248 Surabaya, Mei 2009
Higiene Tangan
dan Kuku
Kejadian Enterobiasis
Positif
(%)
Negatif
(%)
Jumlah
(anak)
(%)
Bersih
13,3
13
86,7
15
100
kotor
18
66,7
33,3
27
100
Jumlah
20
47,6
22
52,4
42
100
13
A S Perdana dan S Keman, Higiene Tangan dan Kuku dengan Kejadian Enterobiasis
DAFTAR PUSTAKA