Anda di halaman 1dari 11

BAB I

STUDI KASUS
1.1 Latar Belakang
A. Asal-usul Al Wahabi
Wahabi (Bahasa Arab: Al-Wahhbyya )atau Wahhabisme merupakan satu fahaman atau aliran
dominan yang diamalkan oleh ulama-ulama Haramain (Makkah dan Madinah) yang diasaskan oleh Muhamad
Abdul Wahab. Fahaman ini dikukuhkan lagi oleh keluarga Diraja Bani Saud yang kini memerintah negara Arab
Saudi. Dinasti al-Saud telah memerintah Arab Saudi sejak tahun 1924. Beliau dilantik Menteri
Penerangan Arab Saudi. Wahabi bukanlah suatu mazhab akidah ataupun mazhab fikah. Aliran
Wahabi ini sangat dominan di Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Somalia, Algeria, Palestin dan Mauritania.
Dari segi pendekatan ilmiah, aliran Wahabi membawa pendekatan yang agak sempit
dengan metodologi harfiah (literal) yang mereka ambil dalam memahami sumber agama
khususnya al-Quran. Justeru itu, sebahagian dari pandangan mereka dalam agama bersifat agak
keras terutama terhadap orang yang tidak mengambil pendekatan mereka. Pendekatan sebegini
akhirnya telah membawa kepada kecenderungan untuk mudah mengeluarkan orang Islam dari
lingkungan agama yang tidak sealiran dengan aliran Wahabi.
Contoh perbezaan pandangan golongan Wahabi yang agak jelas ialah pandangan
mengenai sunnah dan bidah. Berdasarkan makna literal beberapa hadis Nabi, mereka
menganggap bahawa setiap amalan ibadat yang tidak mengikuti secara langsung cara yang
dibawa oleh Nabi saw, dianggap bidah dan terkeluar dari Islam.
Banyak persoalan yang bersifat khilafiah telah diangkat dan dianggap sebagai perkara
usul sehingga menjadi permasalahan dalam masyarakat, seperti larangan doa qunut, wirid dan
berdoa secara berjamaah selepas solat, tahlil, berzanji, qasidah, burdah, membaca yasin pada
malam jumaat, perayaan maulid, kesemuanya ditolak atas nama bidah yang sesat. Ini sama
sekali tidak selari dengan pemahaman sunnah dan bidah yang sebenar dalam Islam dan juga
tidak bertepatan dengan semangat ilmiah dalam tradisi Islam yang membenarkan perbezaan
pandangan dalam persoalan khilafiah.

B. Asal-usul Berdirinya ISIS


Pada tahun 2003 Amerika Serikat menginvasi Irak karena negara itu dituduh terkait
dengan kegiatan terorisme dan mempunyai senjata pemusnah massal. Ketika itu Irak masih
dibawah kendali Saddam Husain. Saddam Husain dari golongan Sunni yang merepresi syiah.
Tidak lama Amerika Serikat menaklukan Irak dan golongan syiah merepresi golongan sunni.
Tetapi sunni tidak tinggal diam dan terjadi pemberontakkan dibawah pimpinan Abu Bakar al
Baghdadi. Akhirnya Irak terbelah menjadi 2 berdasarkan Agama, Sunni yang umumnya tinggal
di Irak bagian Utara dan Syiah tinggal di Irak bagian Selatan.
Kemudian tahun 2010 muncul gejolak di Suriah dan pejuang asal Suriah yang berada di
Irak kembali ke Suriah untuk melawan kekejaman Presiden Bashar Assad dengan membentuk
Jabhat Al Nusrah (JN). Setelah sedikit demi sedikit di bebaskan Abu bakar al Baghdadi
menghapus Jabhat Al Nusrah (JN). Pada tanggal 9 April 2013 Abu bakar Al Baghdadi
mendeklarasikan Islamic State in Irak and Syam (ISIS) sebagai Negara baru. Tentu saja
proklamasi kemerdekaan ini masih bersifat sepihak, dimana Pemerintah Suriah dan Pemerintah
Irak tak merestuinya. Begitu pula Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sama sekali belum
mengakuinya sebagai negara yang berdaulat.
Jadi dalam sebuah ironi tragis sejarah, invasi AS justru melahirkan kaum teroris yang
pada awal hendak disingkirkan AS. Kini, Irak malah menjadi lokasi sempurna pelatihan
terorisme. Bahkan ISIS dengan cepat masuk di Indonesia dan mulai menampakkan diri di publik,
apresiasi perlu diberikan pada TNI dan Polri yang sigap menghentikan ISIS di berbagai daerah.
ISIS baru-baru ini memutuskan bahwa sudah saatnya menguasai wilayah yang lebih luas
di Irak. Sejak AS meninggalkan Irak, Perdana Menteri Nouri Al Maliki dari kalangan Syiah
telah memonopoli kekuasaan dan sedapat mungkin mendiskriminasi golongan Sunni. Pemerintah
Irak secara luas dinilai korup, tidak becus, dan tentu saja dibenci oleh sebagian besar warga
negara itu. Sejumlah kota di negara itu pun jatuh ke tangan ISIS yang telah mengumumkan
bahwa siapa saja yang menentang mereka akan dibunuh. ISIS telah membuktikan bahwa mereka
serius dengan ancaman tersebut.

C. Keterkaitan Wahabi dan ISIS


Gerakan religi Salafi dalam Wahabisme dan Wahabisme dalam Ikhwanul Muslimin dan
Ikhwanul Muslimin dalam ISIS saling berpengaruh. Wahabisme bersumber dari gerakan Salafi,
yakni para pengikut Salafu al-Shalih dan gerakan memerangi bidah, dengan demikian setiap
wahabi adalah salafi. Menurut KH Imam Ghazali Said, MA, seorang cendekiawan muslim,
pendiri Ikhwanul Muslimin Syaikh Hasan Al-Banna berusaha mengakomodasi kelompok salafy
yang wahabi. Hal ini dikarenakan Syaikh Al-Banna menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin itu
harkah islamiyah, sunniyah, salafiyah, jadi diakomodasi semua, sehingga ikhwanul muslimin
menjadi besar.
Dalam Ikhwanul Muslimin ada lembaga bernama Tandhimul Jihad. Yaitu institusi jihad
dalam struktur Ikhwanul Muslimin yang sangat rahasia. Kader yang berada dalam Tandhimul
Jihad ini dilatih militer betul, doktrinnya pakai kesetiaan seperti tarikat kepada mursyid. Ini
dibawah komando langsung Ikhwanul Muslimin. Para militer atau milisi ini menarik kelompokkelompok sekuler yang ingin belajar tentang disiplin militer. Penyebab konflik adalah saat
Dinasti Saud yang mengukuhkan ajaran wahabi di Arab Saudi dianggap oleh sebagian penganut
Wahabi sudah melenceng dari ajaran murni Wahabi dan lebih mendukung sekularisme barat.
Orang-orang ini akhirnya mendirikan ISIS sebagian bentuk perlawanan atas pemimpin Dinasti
Saud. ISIS bermodalkan pelatihan militer yang telah mereka dapatkan dari Tandhimul Jihad dan
juga keteguhan untuk memegang ajaran Wahabi untk memberantas semua yang mereka anggap
melanggara aturan Wahabi. Gerakan ini tidak hanya digencarkan di Arab Saudi, tempat Dinasti
Saud berkuasa, tapi juga dilakukan di Negara-negara timur tengah lainnya, salah satunya Irak.

BAB II
LANDASAN TEKS AGAMA

2.1 Islam
Dalam Islam ada 3 golongan orang kafir yang haram untuk dibunuh, yaitu :

Kafir Dzimmi : kafir golongan ini merupakan orang non muslim yang membayar imbalan
kepada kaum muslimin sebagai terima kasih karena diperbolehkan tinggal di negeri
kaum muslimin.

Barangsiapa membunuh seorang kafir dzimmi, maka dia tidak akan mencium bau surga.
Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun. (HR.
An Nasai. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Kafir muahad : kafir golongan ini merupakan orang-orang non muslim yang menjalani
persetujuan dengan kaum muslimin untuk tidak saling menyerang dan berperang.
Al Bukhari membawakan hadits dalam Bab Dosa orang yang membunuh kafir muahad
tanpa melalui jalan yang benar.Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabda,

Siapa yang membunuh kafir muahad ia tidak akan mencium bau surga. Padahal
sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun. (HR. Bukhari
no. 3166)

Kafir mustaman : kafir golongan ini merupakan orang-orang non muslim yang
mendapatkan jaminan keamanan dari seluruh kaum muslimin atau sebagian kaum
muslimin.
Allah Taala berfirman,

Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu,
maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia
ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak
mengetahui. (QS. At Taubah: 6)
2.2 Kristen dan Katolik
Dalam ajaran Kristen dan Katolik ada pengajaran mengenai hukum kasih dalam Alkitab
yaitu di dalam Matius 22:37-40 dan berikut bunyinya:
(37) Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
(38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
(39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri
(40) Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

BAB III
KAJIAN TEKS AGAMA
3.1 Menurut Pandangan Islam
Menurut para penulis yang bergama Islam, penganut wahabi yang menentang orangorang yang berbeda perdapat dengannya melakukan pelanggaran terhadap hukum-hukum
Islam. Paham, kegiatan,tujuan dan cara-cara yang dilakukan oleh Wahabi, terutama ISIS,
semuanya menyalahi aturan Islam dan berakibat buruk bagi masyarakat luas. Agama Islam
mengajarkan damai dan rukun antar umat beragama, sedangkan mereka yang menganut
paham anti-barat melakukan perseteruan dengan umat agama lain di negara-negara barat.
Para penganut fanatic Wahabi tidak memiliki rasa toleransi beragama dan malah menyerang
golongan-golongan lain atas nama Islam dengan alasan membasmi orang-orang kafir dan
murtad. Padahal dalam Al Quran dan hadits telah mengaharamkan untuk membunuh 3
macam orang kafir (kafir Dzimmi, Muahad, dan Mustaman). Bahkan mereka juga
menyebabkan kesengsaraan dan ketakutan bagi masyarakat Irak lainnya yang tidak terlibat
dan tidak bersalah.
3.2 Menurut Pandangan Kristen dan Katolik
Menurut pandangan penulis yang beragama Nasrani dan yang beragama katolik,
kasus Wahabi dan ISIS merupakan salah satu fenomena dimana banyak kontroversi tentang
keberadaannya. Banyak kasus yang terjadi semenjak penyerangan dari golongan penganut
fanatik Wahabi ini datang, namun tujuannya muncul pun masih belum mendapat kejelasan
yang pasti. Kasus-kasus tersebut berupa terorisme seperti pembunuhan dan pembantaian di
beberapa kota besar bahkan kota kecil di Indonesia. Dengan aksi kelompok ini, penulis
berpendapat bahwa tindakan kelompok tersebut tidak sesuai dengan hukum kasih yang ada
pada Firman Tuhan di Alkitab.
Yesus berkata dalam Matius 22:39: Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu,
ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Firman Tuhan telah mengajarkan
bahwa manusia harus saling mengasihi seperti mengasihi dirinya sendiri. Gambaran
sederhana dari pengaplikasian Firman ini adalah saat manusia memiliki kebutuhan untuk

makan dan minum. Setiap manusia pasti ada saatnya merasa lapar, maka hal yang dilakukan
adalah makan dan memenuhi kebutuhannya akan makanan. Dengan hal tersebut manusia
memberi nutrisi kepada dirinya sendiri sehingga mengisi perut dengan makanan dan menjadi
kenyang. Dengan hal tersebut tanpa disadari manusia mengasihi dirinya sendiri sehingga
manusia memakan makanan. Mengacu pada ayat Alkitab tersebut, maka yang harus
dilakukan adalah memberi makan pada orang yang kelaparan karena wajib hukumnya
manusia harus mengasihi orang lain seperti dirinya sendiri. Hal tersebut sudah menjadi
wujud cinta kasih sesama manusia.
Hal tersebut merupakan contoh dimana kasih adalah hukum yang terpenting dalam
kehidupan. Dengan kasih seharusnya manusia memperlakukan sesama dengan baik dan tidak
ada pertikaian. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa ISIS terbentuk karena adanya
keegoisan Amerika yang awalnya mengadu-domba golongan Irak. Dengan adanya kasih,
maka hal tersebut seperti pembunuhan, pertikaian, adu domba bahkan sampai peperangan
tidak akan terjadi.

BAB IV
SIKAP
Setelah mengamati landasan agama dan pendapat para penulis dari sudut pandang agama
yang berbeda-beda, dapat disimpulkan bahwa semuanya sependapat bahwa kekerasan yang
7

dilakukan oleh golongan Wahabi, terutama ISIS, sudah melanggar aturan-aturan agama dan
sangat merugikan. Wahabi dianggap rasis, brutal, dan kolot. Rasis karena menentang orangorang yang berbeda pendapat dengan mereka, brutal karena menyerang mereka yang berbeda
secara brutal tanpa pandang bulu, dan kolot karena tidak mau menerima pembaharuan hidup di
dunia yang menjadi modern dan berbeda dengan paham-paham yang mereka anut untuk selalu
berperilaku sama persis dengan Nabi Muhammad SAW.

BAB V
REKOMENDASI-REFLEKSI
5.1 Komitmen dan Nilai-Nilai

Setelah mengetahui, mendalami, dan memahami tentang kasus Wahabi, tim penulis
mempunyai komitmen-komitmen tertentu untuk menyikapi aliran Wahabi dan ada pula nilai-nilai
pelajaran yang didapat sebagai umat beragama. Berikut ini beberapa dari komitmen yang
menyatakan pendapat kami mengenai Aliran Wahabi dan juga nilai-nilai yang kami dapat :
a. Jangan bersikap kolot dan tidak mau menerima perubahan jaman
Suatu agama dan aliran-alirannya pasti memiliki ajaran dan aturan pokok dalam
peribadatannya. Ada aturan dan ajaran yang bersifat kaku dan tidak boleh diubah karena
itu merupakan dasar dan ciri khas suatu agama atau aliran, tetapi ada juga aturan dan
ajaran lain yang bersifat dinamis sehingga harus disesuaikan dengan perkembangan
zaman. Tidak perlu sepenuhnya mengikuti perkembangan zaman, cukup ambil sisi
positifnya yang masih sejalan dengan ajarab agama.
Dalam kasus Wahabi, mereka seringkali memandang suatu perkembangan dalam
berbagai bidang kehidupan beragama sebagai bidah. Muslim di Indonesia sering
melakukan tahlilan saat ada yang meninggal dunia atau memperingati Maulid Nabi saat
tanggal kelahiran Nabi Muhammad tiba, tetapi ritual-ritual seperti ini disebut bidah dan
haram hukumnya oelh kaum Wahabi. Mereka mengatakan hal ini karena dalam Al-Quran
ataupun hadits tidak pernah sevara gambling dikatakan untuk melakukannya, padahal
peringatan-peringatan diatas merupakan salah satu metode untuk berdoa dan mengingat
Nabi Muhammad.
Sebagai manusia modern yang beragama, kita harus tetap memegang teguh ajaran
agama dan melaksanakannya dengan baik tanpa harus menutup diri dari kemajuan
zaman. Sadarilah kita hidup di era yang berbeda dengan para Nabi dan manusia butuh
perkembangan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Selama masih sesuai dengan ajaran
agama dan tidak merugikan, terimalah perkembangan zaman sebagai hal yang positif dan
bermanfaat bagi kita.

b. Lebih selektif dalam memilih aliran agama.


Dalam satu agama bisa jadi ada ratusan aliran yang memiliki tradisi berbeda dan
semua orang beragama tersebut memiliki hak nya untuk memilih aliran mana yang akan
dia pilih dan jalani. Aliran agama yang baik adalah yang tetap memegang teguh ajaran9

ajaran dasar dan tidak melenceng dari tujuan utama agama tersebut. Berbeda aliran
sebaiknya tidak berseteru karena pada hakikatnya mereka menganut agama yang sama.
Sebagai umat beragama yang baik, kita semua hendaknya selalu memegang teguh
ajaran-ajaran agama kita yang baik dan menghindar dari aliran-aliran agama yang
memiliki tujuan berbeda dari agama kita. Perhatikan dengan baik aliran dan sikap
anggota aliran tersebut sebelum akhirnya yakin untuk bergabung. Sebisa mungkin selalu
berhati-hati dengan ajakan-ajakan untuk mengikuti aliran-aliran baru yang tidak jelas
dasar agamanya. Karena selain merugikan diri kita sendiri, hal ini juga bisa saja berimbas
pada masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Wahhabisme. 24 Februari 2015.


10

2. Tuasikal, Muhammad Abduh.Hukum Membunuh atau Ngebom Orang Kafir.24


Februari 2015.
http://rumaysho.com/jalan-kebenaran/hukum-membunuh-atau-qngebomq-orang-kafir379
3. Ziyai, Ali Akbar.Menilik Gerakan Wahabisme, Ikhwanul Muslimin, dan Daulah
Islamiyah (ISIS) di Asia Timur.26 Februari 2015.
http://www.iqna.ir/ma/News/1453321
4. OPINI.Siapa yang Sebenarnya Teroris dan Siapa di Balik ISIS.24 Februari 2015.
http://luar-negeri.kompasiana.com/2014/08/09/siapa-yang-sebenarnya-teroris-dan-siapadi-balik-isis-678949.html
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Wahhabisme. 24 Februari 2015.

11

Anda mungkin juga menyukai