Anda di halaman 1dari 7

Kisah Nabi Shalih Alaihissalam

BY ADMIN AUGUST 13, 2012

Di daerah Hijr yang terletak antara Hizaj dan Syam, dimana


tempat tersebut sekarang disebut Madaain Shalih ada sebuah
kabilah yang tinggal, namanya kabilah Tsamud. Nenek moyang
mereka nasabnya sampai kepada Saam bin Nuh.
Kehidupan mereka makmur, mereka memahat gunung dan
menjadikannya sebagai rumah. Mereka menempati rumah itu di
musim dingin untuk melindungi mereka dari hujan dan angin
kencang. Mereka juga membuat istana pada tanah-tanah yang
datar yang mereka tempati di musim panas. Allah Subhanahu wa
Taala mengaruniakan kepada mereka nikmat yang begitu
banyak, Dia memberikan kepada mereka tanah yang subur, air
tawar yang melimpah, kebun-kebun yang banyak, tanamantanaman, dan buah-buahan. Akan tetapi, mereka membalas
nikmat tersebut dengan sikap ingkar, mereka kafir kepada
AllahSubhanahu wa Taala, dan tidak menyembah-Nya, yang
mereka sembah malah patung dan menjadikannya sebagai
sekutu bagi Allah. Kepada patung-patung itu, mereka berdoa,
mempersembahkan korban, dan memberikan
sikap tadharru (perendahan diri) kepadanya.
Maka Allah ingin memberi mereka hidayah dengan mengutus
seorang nabi di antara mereka, yaitu Nabi Shalih alaihissalam. Ia

adalah seorang yang mulia, bertakwa dan dicintai di kalangan


mereka.
Mulailah Nabi Shalih alaihissalam mengajak mereka beribadah
kepada Allah Subhanahu wa Taala dan meninggalkan
menyembah patung-patung, ia berkata kepada mereka, Wahai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang
berhak disembah bagimu selain Dia. (Al Araaf: 73)
Tetapi kaumnya malah mengatakan, Wahai Shalih,
sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami
yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk
menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak
kami? Dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang
menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada
kami. (QS. Huud: 62-63)
Meskipun begitu, Nabi Shalih alaihissalam tidak membalas ejekan
mereka dan tetap terus mendakwahi mereka. Beliau
mengingatkan mereka dengan peristiwa yang menimpa umatumat sebelum mereka berupa pembinasaan yang disebabkan
kekafiran dan sikap keras mereka. Beliau berkata, Dan ingatlah
olehmu di waktu Allah menjadikan kamu pengganti-pengganti
(yang berkuasa) setelah kaum Aad dan memberikan tempat
bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya
yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan
rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi membuat kerusakan. (QS. Al Araaf: 74)
Nabi Shalih alaihissalam juga mengingatkan nikmat-nikmat Allah
kepada mereka, Apakah kamu akan dibiarkan tinggal di sini (di
negeri kamu ini) dengan aman,Di dalam kebun-kebun serta
mata air,Dan tanam-tanaman dan pohon-pohon kurma yang
mayangnya lembut.Dan kamu pahat sebagian dari gununggunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin;Maka
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku;Dan janganlah
kamu menaati perintah orang-orang yang melewati batas, Yang
membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan
perbaikan. (QS. Asy Syuara: 146-152)

Selanjutnya beliau menerangkan kepada mereka jalan yang lurus,


yaitu beribadah hanya beribadah kepada Allah, dan bahwa
sekiranya mereka mau meminta ampun dan bertaubat kepada
Allah, niscaya Allah akan mengampuni dan menerima taubat
mereka, Beliau berkata, Wahai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan yang berhak disembah selain
Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan
kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,
kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya Tuhanku
sangat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hambaNya). (QS. Huud: 61)
Maka berimanlah segolongan kaumnya yang fakir, sedangkan
golongan yang kaya tetap kafir dan bersikap sombong sambil
mendustakan, mereka berkata, Bagaimana kita akan mengikuti
seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau kita
begitu, kita benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila,
Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara
kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang sangat pendusta lagi
sombong. (QS. Al Qamar: 24-25)
Ketika itu Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara
kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang
telah beriman di antara mereka, Tahukah kamu bahwa Salih
diutus (menjadi Rasul) oleh Tuhannya?
Maka golongan yang beriman tetap percaya dengan apa yang
dibawa Nabi Shalih, mereka berkata, Sesungguhnya Kami
beriman kepada wahyu, yang Shalih diutus untuk
menyampaikannya. (QS. Al Araaf: 75)
Sedangkan orang-orang kafir tetap di atas kesesatannya dan
dengan tegas mereka berkata, Sesungguhnya Kami adalah
orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu. (QS.
Al Araaf: 76)
Ketika Nabi Shalih melihat mereka tetap berada di atas kekafiran
dan kesesatannya, maka ia berkata, Wahai kaumku, bagaimana
pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan
diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya, maka siapakah yang
akan menolong aku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya.

Maka kamu hanya menambah kerugian kepadaku. (QS. Huud:


63)
Nabi Shalih ketika itu berdakwah kepada kaumnya dengan akhlak
dan adab yang mulia, Beliau berdakwah kepada mereka dengan
hikmah, nasihat yang baik, dan terkadang dengan berdebat pada
saat dibutuhkan berdebat untuk menguatkan bahwa beribadah
kepada Allah itulah yang benar dan merupakan jalan yang lurus.
Akan tetapi kaumnya tetap saja berada di atas kekafiran, bahkan
mereka sampai membuat makar untuk Nabi
Shalih alaihissalam agar manusia tidak ada yang beriman.
Pernah suatu hari Nabi Shalih mengajak mereka beribadah
kepada Allah dan menerangkan nikmat-nikmat Allah yang besar,
dan bahwa nikmat tersebut harus disyukuri dan diingat, tetapi
mereka malah mengatakan kepadanya, Kamu tidak lain hanya
seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu
mukjizat, jika kamu memang termasuk orang-orang yang
benar. (QS. Asy Syuaraa: 54)
Maka Nabi Shalih menanyakan kepada mereka mukjizat yang
mereka inginkan, lalu mereka menunjukkan kepada sebuah batu
besar yang berada di samping mereka, agar dari batu tersebut
keluar onta yang bunting dan mereka sebutkan pula sifat-sifat
onta yang mereka inginkan agar Shalih tidak mampu
mewujudkannya, lalu Nabi Shalih berkata kepada mereka,
Bagaimana menurut kalian, jika aku memenuhi permintaan
kalian, apakah kalian mau beriman kepadaku, membenarkanku,
dan beribadah kepada Allah yang telah menciptakan kalian?
Mereka menjawab, Ya. Bahkan mereka berjanji demikian kepada
Nabi Shalih.
Maka Nabi Shalih berdiri dan shalat, kemudian berdoa kepada
AllahSubhanahu wa Taala meminta agar Allah mewujudkan
permintaan mereka.
Setelah beberapa saat kemudian, muncullah seekor onta betina
yang bunting dan besar dari batu itu sebagai bukti yang jelas dan
dalil yang kuat terhadap kenabian Shalih. Maka ketika kaum
Shalih melihat onta itu dengan bentuk yang menakjubkan,

sebagian kaumnya beriman, tetapi kebanyakan mereka kafir dan


tetap di atas kesesatannya. Selanjutnya Allah Subhanahu wa
Taala mewahyukan kepada Shalih agar memerintahkan kaumnya
tidak menyakiti onta itu, maka Shalih berkata kepada
kaumnya, Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata
kepadamu dari Tuhammu. Onta betina Allah ini menjadi tanda
bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah
kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun, (yang
karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. Al
Araaf: 73)
Keadaan tetap terus seperti itu hingga berlalu waktu yang
panjang, ketika itu onta tersebut meminum air sumur pada hari
tertentu, sedangkan mereka meminum air sumur pada hari yang
lain secara bergiliran, dan pada hari ketika onta meminum air
sumur sedangkan mereka tidak, maka mereka memerah susunya,
lalu onta itu mengeluarkan susu yang cukup buat mereka semua,
akan tetapi setan menghasut mereka, ia menghias kepada
mereka jalan yang buruk sehingga mereka pura-pura tidak tahu
peringatan Nabi Shalih kepada mereka, hingga akhirnya mereka
sepakat untuk membunuh onta itu. Saat itu, jumlah orang yang
sepakat untuk membunuhnya Sembilan orang sebagaimana
difirmankan Allah Taala di surat An Naml: 48,
Dan di kota itu ada sembilan orang laki-laki yang membuat
kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat
kebaikan. (QS. An Naml: 48)
Selanjutnya mereka bersepakat dengan kaum mereka yang lain
untuk melaksanakan niat buruk itu. Saat itu, yang bertindak
langsung untuk membunuhnya adalah orang yang paling celaka
di antara mereka dan paling besar kerusakannya, ada yang
mengatakan, bahwa namanya adalah Qudar bin Salif.
Maka pada pagi hari, kaum Shalih berkumpul di suatu tempat
yang luas menunggu kehadiran onta itu untuk mewujudkan niat
jahat mereka itu. Tidak lama kemudian, onta yang besar itu pun
lewat, lalu salah seorang di antara mereka maju dan
memanahnya dengan panah yang tajam yang mengenai betisnya,

sehingga onta itu jatuh ke tanah, maka Qudar bin Salif


menusuknya dengan pedang hingga onta itu pun mati. Ketika itu
Nabi Shalih alaihissalam mengetahui perbuatan yang dilakukan
kaumnya itu yang ditambah dengan sikap mengejek
beliau alaihissalam dan mengolok-oloknya dengan berkata,
Wahai shalih, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu
kepada Kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang
diutus (Allah). (QS. Al Araaf: 77)
Maka Allah mewahyukan kepadanya bahwa azab akan turun
menimpa kaumnya setelah berlalu tiga hari, Shalih pun berkata
kepada kaumnya, Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu
selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat
didustakan. (QS. Huud: 65)
Meskipun mereka sudah diancam, tetapi mereka malah
mendustakannya bahkan mengejek beliau. Maka ketika malam
harinya segolongan orang-orang kafir dari kaum Shalih berkumpul
dan bermusyawarah untuk membunuh Nabi Shalih agar mereka
dapat bebas darinya sebagaimana mereka dapat bebas dari onta
itu, hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah Subhanahu wa
Taala,
Mereka berkata, Bersumpahlah kamu dengan nama Allah,
bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tibatiba beserta keluarganya di malam hari, kemudian kita katakan
kepada ahli warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kematian
keluarganya itu, dan sesungguhnya kita adalah orang-orang yang
benar.Dan mereka merencanakan makar dengan sungguhsungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka
tidak menyadari. (QS. An Naml: 49-50)
Akan tetapi Allah Subhanahu wa Taala menyegerakan azab untuk
sembilan orang itu, Dia mengirimkan kepada mereka batu besar
dan membinasakan mereka.
Selanjutnya setelah berlalu tiga hari, maka orang-orang kafir
keluar pada pagi hari dari hari ketiga sambil menunggu benarkah
azab dan siksaan akan menimpa mereka, maka tidak beberapa
lama datanglah suatu suara keras yang mengguntur dari langit
dan goncangan bumi yang keras dari bawah mereka, sehingga

nyawa mereka melayang, lalu mereka mati bergelimpangan di


rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat
itu. Allah Taala berfirman, Maka itulah rumah-rumah mereka
dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka.
Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi
kaum yang mengetahui.Dan telah Kami selamatkan orang-orang
yang beriman dan mereka itu selalu bertakwa. (QS. An Naml: 5253)
Demikianlah Allah mengazab kaum Shalih karena kekafiran dan
sikap keras kepala mereka, dan karena mereka berani membunuh
onta Allah itu serta mengolok-olok Nabi-Nya dan tidak beriman
kepadanya. Maka setelah pembinasaan itu, Nabi Shalih dan
kaumnya yang beriman berdiri memperhatikan mereka, Shalih
berkata, Wahai kaumku, sesungguhnya aku telah
menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah
memberi nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orangorang yang memberi nasihat. (QS. Al Araaf: 79)
ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam pergi ke Tabuk pada
tahun ke-9 H, beliau melewati perkampungan Tsamud (sekarang
dikenal dengan nama Maadin Shaalih), lalu beliau
memerintahkan para sahabatnya untuk tidak melewatinya kecuali
dalam keadaan menangis dengan tunduk dan takut karena
khawatir mereka ditimpa seperti yang menimpa penduduknya,
beliau bersabda,










Janganlah kamu masuk ke (perkampungan) kaum yang diazab
ini, kecuali dalam keadaan menangis. Jika tidak bisa menangis,
maka janganlah memasukinya agar tidak menimpa kamu apa
yang menimpa mereka. (HR. Bukhari dan Muslim)
Beliau juga memerintahkan mereka agar tidak meminum airnya.
Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa shallallahu
alaa nabiyyinaa Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa
sallam.

Anda mungkin juga menyukai