Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut.

UMSB)
Maret 2014

COMPARISON OF PRESENCE OF MAMMALS IN FOREST KALAWEIT


SUMATERA FOUNDATION, NAGARI SUPAYANG, PAYUANG SEKAKI
SUB DISTRICT, SOLOK REGENCY

Bunga Rahayu
Faculty of Forestry, University of Muhammadiyah Sumatera Barat, Jln. Pasir
Kandang No. 4 Koto Tangah Telp. (0751) 4851214, Padang (25172)
Abstract
BUNGA RAHAYU. Comparison of Large Mammals in the presence of Kalaweit
Sumatra Forest Foundation, SupayangNagari, Payuang Sekaki Sub District, Solok
Regency. Adviser by: WILSON NOVARINO AND GUSMARDI INDRA .
Research on the Comparison of Large Mammals Presence Based Rainfall at Forest
Kalaweit Sumatra Foundation, Supayang Nagari ,Payuang Sekaki Sub District,
Solok Regancy has been conducted in order to compare the level of presence of
large mammals based on rainfall. Comparisons were made by using the results of
research Mursidah ( 2013) with a research conducted in December 2013 to
February 2014 using the method of direct observation. Based on the results of
research by installing six Cameras Trap obtained 6,021 photos, 317 photos were
identified to species level, while eight photos cannot be identified. Of the total 317
photos used to find the value of abundance and correlation coefficient values
associated with rainfall. Types are obtained, namely Canis domesticus Linnaeus,
1758 (mongrel), Sus scrofa Linnaeus, 1758 (wild boar), Ursus malayanus Raffles,
1821 (honey bear), Macaca nemestrina Linnaeus, 1766 (monkey),
Muntiacusmuntjac Zimmermann, 1780 (deer), Neofelis nebulosa Griffith, 1821
(clouded leopard), Felis temminckii Vigors & Horsfield (golden cat), Paguma
larvata Gray, 1831 (weasel mask), Cervus unicolor Kerr, 1792 (sambar), and
Tapirus indicus Desmarest, 1819 (tapir). The results with the lowest abundance
value of 0,026 is a mutt , while the monkey with the highest value is the value of
3,615, and the total value of the whole is 8,322. The results also showed that the
abundance of large mammals has something to do with rainfall. Correlation
coefficient values are low of ferrets mask with the value (-1,8) were not correlated
with rainfall and the highest of the clouded leopard with the value of 0,66 which
positively correlated with rainfall.
Keyword: large mammals, rainfall, forest Kalaweit Foundation, camera traps

Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)
Maret 2014

Pendahuluan
Hutan di Yayasan Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang
Sekaki, Kabupaten Solok, merupakan habitat dari satwa-satwa yang terancam
keberadaannya. Mursidah (2013) mencatat 10 jenis hewan mamalia dari delapan
famili dan empat ordo yaitu Canis domesticus, Sus scrofa, Ursus malayanus,
Macaca nemestrina, Muntiacus muntjak, Neofelis nebulosa, Felis temmincki,
Paguma larvata, Cervus unicolor, dan Tapirus indicus. 10 jenis satwa yang
ditemukan ada beberapa jenis yang termasuk kategori genting ataupun terancam
punah (Tabel 2), sehingga memerlukan penangaan yang serius dan
berkesinambungan. Adanya perbedaan curah hujan, bisa saja mempengaruhi
kelimpahan mamalia besar. Untuk itu, dilakukan penelitian ini untuk melihat
perbedaan kelimpahan mamalia besar pada musim hujan dengan musim kemarau.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan mamalia besar yang ada di
Hutan Yayasan Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki,
Kabupaten Solok dengan membandingkan kehadiran mamalia besar berdasarkan
penelitian Mursidah (2013), pada saat musim kemarau dengan yang dilakukan pada
saat musim hujan di Hutan Yayasan Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang,
Kecamatan Payuang Sekaki, Kabupaten Solok.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan data aktual bagi
perkembangan penelitian mengenai perbandingan mamalia besar di Hutan Yayasan
Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki, Kabupaten
Solok dan hubungan kelimpahan dengan curah hujan.
Metode Penelitian
Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2013 sampai Febuari 2014 yang
bertepatan pada musim hujan. Sebagai data pembanding data sekunder bulan Mei
2013 yang dilakukan oleh Mursidah (2013), pada bulan tersebut bertepatan pada
musim kemarau. Lokasi penelitian terletak di Nagari Supayang, Kecamatan
Payuang Sekaki, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Lokasi ini berada di bawah
naungan Yayasan Kalaweit Sumatera, yang luas area Kalaweit ini adalah 135 Ha,
dan yang 8 Ha diantaranya adalah tempat rehabilitasi Siamang, Ungko dan
Beruang Madu.
Alat dan bahan
Penelitian mamalia besar ini didukung dengan beberapa alat yaitu kamera pengintai
(Kamera Trap) enam buah, Global Positioning System (GPS), alat tulis, jam tangan,
meteran, parang, leptop, gembok dll. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
kartu memori, baterai dan alat penyerap air dll.

Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)
Maret 2014

Pemantauan mamalia
Enam buah Kamera Trap Spy Point IR7 digunakan dalam penelitian ini. Kamera
Trap ditempatkan di punggungan bukit, pinggang bukit dan jalan dimana terdapat
titik atau jalur yang diduga didatangi hewan mamalia secara rutin. Koordinat
tempat pemasangan kamera diambil dengan GPS dan dapat dilihat pada Tabel 1.
Kamera Trap diatur sehingga aktif selama 24 jam, dengan waktu antara setiap
pemotretan satu menit. Kamera dipasang pada pohon dengan ketinggian 40 cm dari
permukaan tanah dan posisi kamera menghadap ke jalur pada jarak 2,5 meter.
Analisa data
Foto hewan hasil pemotretan yang tertangkap diidentifikasi menggunakan buku
Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei
Darussalam yang ditulis oleh Payne, Francis, Phillips, dan Kartikasari (2000). Hasil
identifikasi akan ditampilkan di dalam tabel, dan selanjutnya dicari nilai
kelimpahan serta nilai koefisien korelasi yang berhubungan dengan curah hujan.
Hasil foto yang kurang lengkap atau sebagian tetap dimasukkan ke dalam analisa
data asalkan dapat diidentifikasi jenisnya.
Tabel 1. Lokasi Pemasangan Kamera Trap
No
Kamera
1

Vegetasi
Alam

Topografi
Kawasan

Hutan

Lereng

Hutan

Lereng

Hutan

Datar

E : 005227,0

Hutan

Lereng

S : 10004737,5
E : 005233,6

Jalan

Datar

Jalan

Datar

Koordinat
E : 00529,4
S : 100 4730,4
0

E : 005213,4
S : 10004730,8

E : 005220,0
S : 100 4732,1
0

5
S : 10004747,5
E : 005219,8
6
S : 10004749,7

Hasil dan pembahasan


Selama pelaksanaan penelitian, sebanyak 6.021 foto telah didapatkan, jumlah
tersebut sebanyak 317 foto berhasil diidentifikasi sampai tingkat jenis, sementara
delapan foto tidak bisa diidentifikasi, karena hasil foto kurang jelas. Sedangkan
5.657 foto hasilnya kosong (misfire) dan 39 foto lagi ditemukan hewan lainnya
(bukan mamalia besar). Jumlah foto yang digunakan 317 foto untuk mencari nilai
kelimpahan dan nilai koefisien korelasi yang berhubungan dengan curah hujan.

Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)
Maret 2014

Foto yang hasil paling banyak kosong didapat pada dua Kamera Trap dari enam
yang dipasang yaitu pada kamera satu dan enam, karena kedua kamera terletak
ditepi jalan dan vegetasi terbuka.
Berdasarkan penelitian sebelumnya (Mursidah, 2013) dan penelitian yang telah
dilakukan Jenis satwa yang ditemukan dari sekian banyak foto yang didapat ada 10
jenis yaitu anjing kampung, babi hutan, beruang madu, beruk, kijang, macan dahan,
kucing emas, musang topeng, rusa sambar, dan tapir dari delapan family dan empat
ordo (Tabel 2).
Tabel 2. Mamalia Besar yang Teramati dengan Kamera Trap dari Bulan Mei 2013
sampai dengan Bulan Februari 2014 di Hutan Yayasan Kalaweit Sumatera,
Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki, Kabupaten Solok
No

Taksa (Ordo/Famili/Jenis)

Artiodactyla
Suidae
Sus scrofa Linnaeus, 1758
Artiodactyla
Cervidae
Cervus unicolor Kerr, 1792
Artiodactyla
Cervidae
Muntiacus muntjak Zimmermann, 1780
Primata
Cercopithecidae
Macaca nemestrina Linnaeus, 1766
Carnivora
Ursidae
Ursus malayanus Raffles, 1821
Carnivora
Felidae
Felis temminckii Vigors & Horsfield
Carnivora
Canidae
Canis domesticus Linneaus, 1758
Carnivora
Viverridae
Paguma larvata Gray, 1831
Carnivora
Felidae
Neofelis nebulosa Griffith, 1821
Perrisodactyla
Tapiridae
Tapirus indicus Desmarest, 1819

10

Nama
Indonesia

Status (IUCN)

Mursidah,
2013*

Jumlah Foto
Data
Keseluruhan
Penelitian

42

33

75

10

17

97

37

134

Rentan
(Vulnerable)

11

18

Beresiko Rendah
(Least Concern)

10

13

23

Anjing
kampung

Musang
Topeng

27

11

16

Babi hutan
Rusa sambar

Kijang

Beresiko Rendah
(Least Concern)

Beruk

Beruang madu
Kucing Emas

Macan dahan

Tapir

Rentan
(Vulnerable)
Genting
(Endangered)

Keterangan : * dilaksanakan musim kemarau


Berdasarkan Tabel 2 jenis mamalia yang didapat dari penelitian sebelumnya
(Mursidah, 2013) dan penelitian yang dilakukan jenis yang ditemukan sama dari
delapan famili dan empat ordo. Hal ini membuktikan Hutan Yayasan Kalaweit
Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki, Kabupaten Solok yang
seluas 135 ha mempunyai keanekaragaman yang sedang (Magguran, 2004).
Pola Pergerakan Satwa
Berdasarkan lokasi, terlihat bahwa jumlah foto dan jenis mamalia yang didapat
pada musim kemarau (Mursidah, 2013) dan penelitian yang dilakukan pada musim
hujan. Hasil yang ditemukan pada musim kemarau yang jumlah foto paling banyak
pada lokasi I, III, dan V, dan jumlah yang rendah ditemukan pada lokasi II, IV dan
VI, sedangkan pada musim hujan jumlah foto yang paling banyak ditemukan pada
lokasi I, III, V, dan VI, dan jumlah foto rendah pada lokasi II dan IV. Pada kedua

Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)
Maret 2014

musim jenis mamalia yang paling banyak didapat pada lokasi 1, 3, 5, dan 6.
Dilokasi ini ditemukan banyak faktor pendukung, diantaranya habitat dan sumber
pakan bagi satwa.
Tabel 3. Jumlah Foto dan Jenis Mamalia Berdasarkan Lokasi
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis

Lokasi/Jumlah
I

III

IV

Anjing kampung

VI

No

Babi hutan

19

13

Beruang madu

Beruk

46

11

12

26

Kijang

Macan dahan
Kucing emas

Musang topeng

9
10

II

Rusa sambar

Tapir

42

Jumlah
Musim kemarau

55

Lokasi/Jumlah
I

40

12

10

III

IV

Babi hutan

14

Beruang madu

Beruk

Kijang
Macan dahan

Kucing emas

21

14

14

1
7

43

15

26

27

2
Jumlah

1
1

Musang topeng

Tapir

Vi
1

Rusa sambar
2

II

Anjing kampung

28

Jenis

Musim hujan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada kedua musim


terdapat pola pergerakan yang signifikan terhadap jenis mamalia (beruk). Pada
musim kemarau didapatkan mamalia dengan jenis yang paling tinggi yaitu beruk,
dengan jumlah foto perlokasi seperti lokasi I : 46 foto, lokasi II : dua foto, lokasi III
: 11 foto, lokasi IV : 12 foto, lokasi V : 26 foto dan lokasi VI tidak didapatkan foto.
Pada musim hujan didapatkan mamalia yang terendah yaitu beruk, dengan jumlah
perlokasi, lokasi I : lima foto, lokasi II : satu foto, lokasi III : sembilan foto, lokasi
IV : delapan foto, lokasi V : 14 foto. Hasil penelitian pada kedua musim didapatkan
jenis yang sama dengan jumlah foto berbeda pada lokasi yang sama. Jenis yang
banyak didapatkan pada kedua musim yaitu beruk. Beruk yang aktif pada siang
hari, dan pada malam hari istirahat di dahandahan pohon. Beruk biasanya hidup
dan mencari makan secara berkelompok dan sering ditemukan turun mencari
makan di lantai hutan pada musim kemarau (Payne et al. 2000), sedangkan pada
musim hujan beruk mencari pakan di dahandahan pohon.
Perbandingan Kelimpahan Mamalia di Hutan Yayasan Kalaweit Sumatera,
Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki, Kabupaten Solok
Kelimpahan mamalia besar di Hutan Yayasan Kalaweit Sumatera, Supayang
Kabupaten Solok, setelah dianalisa dengan menggunakan rumus Van Der Zon
(1979), didapatkan total kelimpahannya adalah 8.322, hal ini menunjukkan bahwa
kelimpahan mamalia besar di hutan Yayasan Kalaweit Sumatera, Supayang
Kabupaten Solok sangat baik. Indeks kelimpahan setiap jenis perbulannya dilihat
pada Tabel 4 berikut :

Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)
Maret 2014

Tabel 4. Kelimpahan Mamalia Berdasarkan Kehadiran Satwa di Hutan Yayasan


Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki,
Kabupaten Solok
Kelimpahan/Bulan
No

Mursidah, 2013

Jenis
Mei
2013

Juni
2013

Juli
2013

0.063

0.471

Data Penelitian
Agustus
2013

September
2013

Oktober
2013

Nopemeber
2013

0.178

0.278

0.350

0.246

0.029

0.068

0.093
0.481

C. domesticus

S. scrofa

U. malayanus

M. nemestrina

0.382

0.521

M. muntjak

0.029

0.082

N. nebulosa

0.059

0.082

F. temminckii

P. larvata

C. unicolor

10

T. indicus
Jumlah/Jenis

Total

Desember
2013

0.027

0.778

0.688

0.063
0.063
0.222

0.125

0.999

Februari
2014

0.100
0.100

0.026
0.143

0.100

1.635

0.018

0.200

0.500

0.281

0.133

0.143

3.615

0.025

0.070

0.200

0.100

0.143

0.446

0.019

0.075

0.035

0.267

0.400

0.143

0.685

0.037

0.025

0.018

0.200

0.100

0.019
0.029

Januari
2014

0.035

0.037

0.407

0.236
0.429

0.018

0.041

0.037

0.025

0.281

1.001

1.002

0.387
0.141

0.100
1

0.743
1.001

Jumlah keseluruhan

Berdasarkan Tabel 4, kelimpahan yang paling tinggi pada musim hujan yaitu pada
bulan Nopember dengan nilai 1,002, pada saat itu merupakan puncak dari musim
hujan. Kelimpahan yang paling terendah yaitu pada bulan Juli dengan nilai 0,999,
sedangkan jenis mamalia dengan kelimpahan yang tertinggi yaitu beruk dengan
nilai 3,615, beruk yang tidak didapatkan sama sekali pada bulan Januari disebabkan
adanya kegiatan atau aktivitas manusia di kawasan Yayasan Kalaweit Sumatera,
Supayang Kabupaten Solok.
Kelimpahan mamalia besar di Yayasan Kalaweit Sumatera Supayang Kabupaten
Solok dimana setiap jenis yang teridentifikasi berbedabeda, ini di sebabkan oleh
banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi kelimpahan ini adalah iklim saat
pengamatan dilakukan, topografi area pengamatan, habitat dan sumber makanan.
Selama penelitian yaitu kurang lebih tiga bulan dan diambil data sekunder
sebelumnya dari bulan Mei dilihat waktu ke waktu kelimpahan mamalia
berfluktuasi. Berdasarkan jumlah foto mamalia besar yang paling melimpah adalah
beruk diikuti babi, tapir, kucing emas, beruang madu, kijang, macan dahan, musang
bulan, rusa sambar dan anjing kampung dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :

8.322

Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)
Maret 2014

Gambar 1. Perbandingan Kehadiran Mamalia Besar Selama Penelitian di Hutan


Yayasan Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang
Sekaki, Kabupaten Solok
Berdasarkan Gambar 1 di atas merupakan hasil yang diperoleh dari perbandingan
penelitian sebelumnya (Mursidah, 2013) yang bertepatan pada musim kemarau
dengan penelitian pada musim hujan. Pada musim kemarau foto mamalia yang
paling banyak didapat yaitu beruk, diikuti babi hutan, tapir, macan emas, kijang dan
beruang madu, sedangkan yang paling sedikit rusa sambar, anjing kampung,
musang topeng, dan macan dahan. Pada musim hujan foto mamalia yang paling
banyak didapat yaitu beruk, diikuti babi hutan, tapir, kucing emas, beruang madu,
kijang, macan dahan, musang topeng dan rusa sambar, sedangkan foto anjing
kampung didapat paling sedikit.
Nilai Korelasi Mamalia Besar Berdasarkan Curah Hujan di Hutan Yayasan
Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki,
Kabupaten Solok
Kelimpahan dan data curah hujan yang sudah ada didapat juga nilai kolerasi
disetiap mamalia yang ditemukan dan hubungan nilai kolerasi dengan curah hujan
itu akan berpengaruh pada kehadiran mamalia besar di Hutan Yayasan Kalaweit
Sumatera, Nagari Supayang, Payuang Sekaki, Kabupaten Solok, terlihat pada
Gambar 2 berikut:

Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)
Maret 2014

Gambar 2. Nilai Korelasi Mamalia Besar Berdasarkan Curah Hujan di Hutan


Yayasan Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang
Sekaki, Kabupaten Solok.
Berdasarkan Gambar 2 bahwa kehadiran mamalia yang ada di Hutan Yayasan
Kalaweit Sumatera, Supayang Kabupaten Solok, beruk merupakan pembanding
dari kedua musim yang dilakukan pemantauan terhadap pola pergerakan tidak
dipengaruhi oleh curah hujan. Sebaliknya, macan dahan memiliki korelasi dengan
curah hujan yang cukup tinggi dengan nilai 0,56, sedangkan yang paling rendah
nilainya yaitu musang topeng dengan nilai (-0,18). Macan dahan yang banyak
menghabiskan waktunya di atas pohon dan dapat bergerak dengan lincah di antara
pepohonan dan pada musim hujan macan dahan lebih aktif mencari mangsanya di
lantai hutan.
Musang topeng yang masih bersifat arboreal yaitu sebagian besar hidupnya
dihabiskan di atas pohon, terutama pada pohon tertinggi dan terbesar sebagai
tempat hidupnya. Musang topeng juga dapat beradaptasi dan mencari makan di
permukaan tanah. Walaupun musang topeng berhabitat asli di hutan, mereka kerap
ditemui di sekitar pemukiman manusia khususnya lingkungan rumah yang masih
terdapat banyak pepohonan (Payne et al. 2000). Hal tersebut tidak ada korelasi
positif dengan curah hujan di setiap pencarian makanan terjadi pada suatu tempat
yang sama secara berulang kali dan tidak berpengaruh dengan musim hujan.

a. Paguma larvata b. Cervus unicolor

c. Neofelis nebulosa d. Felis temminckii

Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)
Maret 2014

e. Tapirus indicus

f. Canis domesticus g. Muntiacus muntjak h. Sus scrofa

i. Ursus malayanus j. Macaca nemestrina


Gambar 3. Jenis-jenis mamalia besar yang terekam kamera trap di Hutan
Yayasan Kalaweit, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki,
Kabupaten Solok
Kesimpulan
Jenis mamalia besar yang tertangkap oleh kamera trap yaitu Canis domesticus, Sus
scrofa, Ursus malayanus, Macaca nemestrina, Muntiacus muntjak, Neofelis
nebulosa, Felis temmincki,Paguma larvata, Cervus unicolor, dan Tapirus indicus.
Nilai kelimpahan berdasarkan perbandingan kehadiran mamalia besar di Hutan
Yayasan Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki,
Kabupaten Solok terjadi pada jenis mamalia beruk berdasarkan pola pergerakan.
Jenis mamalia yang nilai kelimpahan rendah yaitu anjing kampung dengan nilai
0,026, sedangkan yang paling tinggi beruk dengan nilai 3,615, dan total nilai
keseluruhannya adalah 8,322. Ini menujukan bahwa kehadiran mamalia besar
berdasarkan curah hujan ada hubungannya.
Nilai koefisien korelasi mamalia besar berdasarkan curah hujan yang terendah yaitu
musang topeng dengan nilai (-1,8) yang tidak berkolerasi dengan curah hujan dan
yang paling tertinggi yaitu macan dahan dengan nilai 0,56 yang berkolerasi positif
dengan curah hujan.
Ucapan Terimakasih
Terimakasih kepada Bapak Dr. Wilson Novarino, M.Si, Bapak Gusmardi Indra,
S.Si, Fakultas Kehutanan UMSB, Yayasan Kalaweit Sumatera, kepala Museum
Zoologi Universitas Andalas atas bantuan dan kerjasamanya.

Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)
Maret 2014

Daftar Pustaka
Alikodra, HS. 1990. Pengelolaan Satwaliar Jilid 1. Depertemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. PAU Ilmu Hayati IPB.
Bogor.
Alikodra HS. 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar. Yayasan Penerbit Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.
Anonymous. 1988. Ensiklopedia Indonesia seri Fauna Mamalia 1. PT. Dai Nippon
Printing Indonesia. Jakarta
Andriana. 2011. Potensi Populasi dan Karakteristik Habitat Harimau Sumatera
(Panthera tigris sumatrae, Pocock 1929) di Hutan Blangraweu Ekosistem
Ulu Masen Provinsi Aceh. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Ariyanto, T. 2007. Kelimpahan Mamalia Besar di Kawasan Hutan Sipurak dan
Sekitarnya Taman Nasional Kerinci Seblat. Skripsi Sarjana Biologi.
Universitas Nasional Jakarta. Jakarta.
Asriana, D. 2007. Komposisi dan Kelimpahan Mamalia di Perkebunan Kelapa
Sawit PT. Asiatic Persada, Jambi. Skripsi Sarjana Sains Universitas
Nasional. Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Kabupaten Solok dalam Angka. Padang.
Diambil bulan Nopember 2013 : 3-27
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Kota Solok dalam Angka. Padang. Diambil
bulan Desember 2013 : 3-25
Bennett, EL. 2002. Is There a Link Between Wild Meat and Food Security.
Conservation Biology 16: 590-592.
Bourliere, F. 1975. Ecology of Population. Macmillan Publishing Co,Inc. New
York
Griffith, M. 1994. Population Density of Sumatran Tiger in Gunung Leuser
National Park in Tilsen, R et al., (eds) : Sumatran Tiger Population and
Habitat Viability Analysis Report. Pp. 93-102. Directorate of Forest
Protection and Nature Conservation and IUCN/SSC Conservation Breeding
Specialist Group. Apple Valley.Minnesota.
IUCN. 2008. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.
http://www.iucnredlist.org/details/5953. Diakses tanggal 13 Oktober 2013.

Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)
Maret 2014

Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata untuk Perguruan Tinggi. Sinar Wijaya.


Surabaya
Karanth KU dan J. D. Nichols. 1995. Prey Selection By Tiger, Leopard and Dhole
in Tropical Forest, J. Animal Ecology: 439-450.
Karanth KU dan J. D. Nichols. 2000. Ecologycal Status and Conservation of
Tigers in India. Final Technical Report to The Division of International
Conservation. United States.
Karanth KU dan J. D. Nichols. 2002. Monitoring Tiger and Their Prey ; a Manual
Research, Managers and Conservation in Tropical Asia. Center for Wildlife
Studies. India.
Kuswanda, W. 2010. Management of Population Terrestrial Big Mammals in
Batang Gadis National Park North Sumatra. Pusat Litbang dan Konservasi
Alam. Bogor.
Magurran, A. 2004. Measuring Biological Diversity. Blackwell Publishing. New
York.
Meijaard, E. D., Sheil R, Nasi D, Augeri B, Rosenbaum D, Iskandar T, Setyawati
M, Lammertink I, Rachmatika A, Wong T, Soehartono S, Stanley T,
Gunawan, dan T. OBrein. 2006. Hutan Pasca Pemanenan: Melindungi
Satwa Liar dalam Kegiatan Hutan Produksi di Kalimantan. Center for
International Forestry Research. Jakarta.
Mursidah, S. 2013. Keanekaragaman Mamalia Besar di Kawasan Kalaweit,
Supayang Kabupaten Solok. Skripsi Sarjana Kehutanan. Universitas
Muhammadiyah Sumatera Barat. Padang.
Novarino, W., S. N. Kamilah, A. Nugroho, M. Janra, M. Silmi dan M. Syafrie.
2007. Kehadiran Mamalia pada Sesapan (Salt lick) di Hutan Lindung
Taratak, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.Biota(2): 100-107.
Padang.
Payne, J., C. M. Francis, K. Phillips dan S.N. Kartikasari. 2000. Panduan
Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunei
Darussalam. Wildlife Conservation Society. Bogor. Indonesia.
Permana A. 2003. Studi Kenakeragaman Jenis Mamalia Besar di HPH PT
Riwayat Musi Timber Corporation, Suaka Margasatwa Gumai Pasemah,
dan Kawasan Hutan Napalicin (TNKS), Propinsi Sumatera Selatan. Skripsi
Sarjana Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)
Maret 2014

Peraturan Pemerintah (PP). 1999. Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar. PP No


8 Tahun 1999 Pasal 17 dan penjelasannya. Indonesia
Santosa, Y. 1993. Strategi Kuantitatif untuk Pendugaan Beberapa Parameter
Demografi dan Pemanenan Populasi Satwaliar Berdasarkan Pendekatan
Ekologi Perilaku: Studi Kasus terhadap Populasi Kera Ekor Panjang
(Macaca fascicularis Ref-fles). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Silmi, M. 2006. Ukuran Populasi Tapir (Tapirus indicus, Desmarest) di Kawasan
Hutan Lindung Desa Taratak, Pesisir Selatan. Skripsi Sarjana Biologi.
Universitas Andalas. Padang.
Suyanto, A. dan G Semiadi. 2004. Keragaman Mamalia di Sekitar Daerah
Penyangga Taman Nasional Gunung Halimun, Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Lebak.Berita Biologi: 87-88.
Van der Zon APM. 1979. Mammals of Indonesia. UNDP/FAO Park Development
Project. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai