Anda di halaman 1dari 9

TROFIK LEVEL

AKUAKULTUR
KELOMPOK 7 / PERIKANAN B
Nyoman Distanaya 230110110019
Cindi Maisela
230110110077
Tabita Deborah
230110110081
Nixon Agung Silalahi 230110110087
Andika Satria Persada 230110110092
Rizkia Aliyah
230110110116

TINGKAT TROFIK/TROPHIC
LEVEL
Tingkatan trofik adalah tingkatan atau level yang didalamnya
terdapat organisme-organisme yang memiliki peran yang sama
dalam tingkat makan memakan. Menurut Yang(1982), tingkatan
trofik (Throphic Level) pada ikan dapat dideskripsikan dengan
tingkatan konsumsi dan produktivitas mereka dan membentuk
suatu bagian penting dari jaring makanan (Food Web) dalam
suatu ekosistem. Studi tingkatan trofik ikan didasari dari analisa
tingkatan trofik ikan menggunakan studi tentang kebiasaan
makan mereka.
Struktur/tingkat trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan
makan dan dimakan antar trofik yang secara umum
memperlihatkan bentuk kerucut atau piramida.
Ketika organisme autotrof dimakan oleh herbivora, maka energi
yang tersimpan dalam produsen berpindah ke tubuh konsumen I
dan konsumen II akan mendapatkan energi dari memakan
konsumen I, dan seterusnya.

Akuakultur berbasis Trofik


Level
Prinsip akuakultur berbasis trofik level yakni
memanfaatkan semua nutrien limbah budidaya ikan
utama yang jumlahnya lebih besar daripada yang
diretensi jadi daging.
Tingkat trofik biota akuakultur dalam rantai makanan.
Semakin tinggi tingkat trofik maka semakin tinggi
kehilangan energi dalam transformasi materi,
sebagian digunakan untuk dirinya bertahan hidup dan
juga tidak semua pemakan mampu memakan apa
yang mereka makan. Akuakultur berbasis trofik level
akan menghasilkan komoditas utama ikan budidaya
dan komoditas sampingan yang jumlahnya lebih besar
dengan biaya murah.

Trofik Level
Bakteri memegang
peranan penting dalam
dekomposisi nutrien
organik di dalam
kegiatan produksi
akuakultur dan
sedimen tambak
(Hargreaves, 1998
dalam Hadi, 2006).
Peranan bakteri dalam
sistem akuakultur
dapat dilihat pada
trofik level berikut:

Budidaya perikanan sistem KJA


berbasis trofik level.
Maraknya
KJA
menghasilkan
permasalahan
tersendiri
bagi
lingkungan
yaitu
akan
menghasilkan sejumlah limbah organik (terutama
yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor)
yang besar akibat pemberian pakan yang tidak
efektif dan efisien sehingga terjadi sisa pakan
yang
menumpuk
di
dasar
perairan
dan
menyebabkan eutrofikasi.
Maka upaya pengelolaan yang perlu dilakukan di
bidang perikanan budidaya yaitu menerapkan
perikanan budidaya sistem KJA yang berbasis
trophic level (Trophic Level Based Aquaculture).

Dalam sistem budidaya berbasis trophic level, jumlah ikan


pemakan plankton, perifiton dan detritus (trophic level
rendah) jauh lebih besar dari pada jumlah ikan karnivora
(trophic level tinggi).
Sisa pakan utuh yang diberikan kepada ikan karnivora akan
menjadi pakan bagi ikan omnivora seperti halnya dalam
budidaya ikan mas dan nila dalam karamba jaring apung
ganda di Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Sisa pakan
tersuspensi akan menjadi makanan bagi plankton feeder dan
detritus feeder sedangkan sisa pakan yang terurai akan
menjadi nutrient dan berfungsi sebagai pupuk bagi kompleks
makhluk yang epiphyton yang pada gilirannya akan menjadi
mangsa ikan pemakan epiphyton seperti ikan nilem, sepat
siam, baronang dan lain-lain serta ikan herbivora.
Selain dapat memanfaatkan pakan yang tersisa, budidaya
perikanan berbasis trophic level akan berfungsi pula sebagai
pembersih air (Cholik dkk, 2005).

Integrated Multi-Trophic
Aquaculture(IMTA)
Teknologi Budidaya Perikanan"Integrated Multi-Trophic
Aquaculture(IMTA)"
merupakan
teknologi
bersih(green
technology)berwawasan
lingkungan
karena teknologinya bersifatZero Emitionatau bebas
limbah (Chopin, 2006; Neoriet aI,2004 dan Troelet
aI,2003).
IMTA
(Integrated
Multi-Trophic
Aquaculture)
adalahsalahsatubentukdaribudidayaLautdenga
nmemanfaatkanpenyedianpelayananekosistemole
horganismetrofikrendah(sepertikerangdanrumput
laut)yangdisesuaikansebagaimitigasiterhadapl
imbahdariorganisme tingkat trofik tinggi (seperti
ikan) (White, 2007 dalam Jianguang et al, 2009).

Keunggulan IMTA adalah mereduksi limbah yang


dihasilkan dari budidaya laut, produksi akuakultur
selain meningkatkan produksi juga menaikkan
limbah dari budidaya laut (monokultur),Efisiensi
pakan,ramah
lingkungan,mampu
mengoptimalkan diversifikasi perikanan dalam
waktu yang sama.

Potensi
pengembanganIMTAinidapatditerapkan
melalui
sistem
KerambaJaring
Apung(KJA)ataupun
KerambaJaringTancap(KJT)yang
telahbanyakditerapkandiIndonesia.
Sisteminidapatdimodifikasidengan
melakukanpendayagunaanberbagai organisme
dalam
suatu
ekosistem,
ekosistem
yang
digunakan
merupakanekosistemalamiahataupunhabitat
aslidariorganisme tersebut.

Anda mungkin juga menyukai