OLEH:
NI LUH SERI ASTUTI, S.kep
14013110016
kerusakan
menyeluruh
(difuse)
karena
4. Patofisiologi:
Menurut Long (1996) trauma kepala terjadi karena cidera kepala, kulit
kepala, tulang kepala, jaringan otak. Trauma langsung bila kepala langsung
terluka.
Semua
itu
berakibat
terjadinya
akselerasi,
deselerasi
dan
serebral
dikurangi
atau
tak
ada
pada
area
cedera.
Berdasarkan Mekanisme
Trauma Tumpul
Trauma tumpul adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaan
kendaraan bermotor, kecelakaan saat olahraga, kecelakaan saat
bekerja, jatuh, maupun cedera akibat kekerasaan (pukulan).
Trauma Tembus
Trauma yang terjadi karena tembakan maupun tusukan benda-benda
tajam/runcing.
b.
GCS 13 - 15
GCS 9 - 12
GCS 3 8
c.
Fraktur Tengkorak
Fraktur yang terjadi pada tulang tengkorak. Fraktur basis cranii secara
anatomis ada perbedaan struktur didaerah basis cranii dan kalvaria
yang meliputi pada basis caranii tulangnya lebih tipis dibandingkan
daerah kalvaria, durameter daerah basis lebih tipis dibandingkan
daerah kalvaria, durameter daerah basis lebih melekat erat pada tulang
dibandingkan daerah kalvaria. Sehingga bila terjadi fraktur daerah
basis mengakibatkan robekan durameter klinis ditandai dengan bloody
otorrhea, bloody rhinorrhea, liquorrhea, brill hematom, batles sign,
lesi nervus cranialis (Kasan, 2000).
6. Gejala Klinis:
a. Cidera kepala ringan-sedang:
Disorientasi ringan , hilang memori sesaat, sakit kepala, mual dan
muntah, vertigo dan perubahan posisi, gangguan pendengaran.
Tanda yang potensial berkembang :
Penurunan kesadaran, perubahan pupil, mual makin hebat, sakit kepala
semakin berat, gangguan pada beberapa saraf, tanda-tanda meningitis,
apasia , kelemahan motorik
b. Cidera kepala sedang-berat
Tidak sadar dalam waktu yang lama, fleksi dan ekstensi yang abnormal,
edema otak, tanda herniasi, hemiparese, gangguan akibat saraf kranial,
kejang.
Secara umum, tanda dan gejala dari cedera kepala diantaranya:
cahaya
simetris)
deviasi
pada mata,
ketidakmampuan
pendengaran, wajah tidak simetris, refleks tendon tidak ada atau lemah,
kejang, sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi
sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Pemeriksaan Fisik:
a. Keadaan umum : lemah, gelisah, cenderung untuk tidur
b. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,
hiperventilasi,rhonkhi,takhipnea)
c. Sistem saraf : Saraf kranial adanya anosmia, agnosia, kelemahan gerakan
otot mata, vertigo.
jaringan
otak.
Catatan
Untuk
mengetahui
adanya
f. BAER
Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
g. PET
Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
h. CSF, Lumbal Pungsi
Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid dan untuk
mengevaluasi/mencatat peningkatan tekanan cairan serebrospinal.
i. ABGs
Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi)
jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial
j. Kadar Elektrolit
Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan
TIK.
9. Diagnosis:
Dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan mendetail, meliputi
tingkat kesadaran, pergerakan, refleks, mata dan telinga, denyut nadi, tekanan
darah dan laju pernafasan.Pemeriksaan mata dititikberatkan kepada
penentuan ukuran pupil dan reaksinya terhadap cahaya; bagian dalam mata
diperiksa dengan bantuan oftalmoskop untuk mengetahui adanya peningkatan
tekanan di dalam otak. Pemeriksaan lainnya adalah CT scan dan rontgen
kepala.
10. Terapi/tindakan penanganan:
a. Air dan Breathing
Perhatikan adanya apnea
Untuk cedera kepala berat lakukan intubasi endotracheal. Penderita
mendapat ventilasi dengan oksigen 100% sampai diperoleh AGD dan
mmHg.
b. Circulation
Hipotensi dan hipoksia adalah merupakan penyebab utama terjadinya
perburukan
pada
CKS.
Hipotensi
merupakan
petunjuk
adanya
kehilangan darah yang cukup berat, walaupun tidak tampak. Jika terjadi
Penanganan:
a. Penatalaksanaan cedera kepala ringan (GCS 1315)
Observasi atau dirawat di rumah sakit bila CT Scan tidak ada atau
hasil CT Scan abnormal, semua cedera tembus, riwayat hilang
kesadaran, sakit kepala sedangberat, pasien dengan intoksikasi
alkohol/obat-obatan,
fraktur
tengkorak,
rinorea-otorea,
cedera
Perdarahan ulang
Konvulsi
DAFTAR PUSTAKA
aeusculapeus
Interventions
Classification
(NIC)