Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peranan.
2.1.1 Pengertian Peranan.
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, dia
menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan
karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa
kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti (Soekanto, 2006: 212).
Peranan adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya
individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status
sosial dan fungsi sosialnya (Ahmadi, 2007: 106).
Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seorang yang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia telah
menjalankan suatu peranan. Suatu peranan paling tidak mencakup tiga hal berikut:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang didalam masyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial.
Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi
dalam pergaulan masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat (social-position)
merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam masyarakat.
Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu
proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta
menjalankan suatu peranan.
Peranan sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu
yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan
imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat,
maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh
masyarakat di dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga, dan di dalam perananperanan lainnya. Di dalam peranan terdapat 2 harapan, yaitu:
1. Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau
kewajiban-kewajiban dari pemegang peran
2. Harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap
masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya
dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya (Berry,
2003: 105).
Pemikiran tentang peranan sebagai seperangkat harapan yang ditentukan
oleh masyarakat terhadap pemegang-pemegang kedudukan sosial adalah sejalan
dengan perspektif masyarakat. Perspektif dimaksudkan bahwa setiap individu
memegang peranan yang diberikan oleh masyarakat kepada mereka. Dalam
fasilitas-fasilitas
bagi
peranan
individu
(role-facilities).
melaksanakan
peranannya
sebagaimana
diharapkan
oleh
peluang-peluang
tersebut
(http://www.scribd.com/doc/13055094/Makalah-Sosiologi-Peran-NormaStatus).
dimilikinya,
maka
ia
telah
menjalankan
peranannya.
Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki
kedudukan atau status. Antara kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan.
Tidak ada peranan tanpa kedudukan. Kedudukan tidak berfungsi tanpa peranan.
Peranan merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, karena dengan
peranan yang dimilikinya ia akan dapat mengatur perilaku dirinya dan orang lain.
Seseorang dapat memainkan beberapa peranan sekaligus pada saat yang sama,
seperti seorang wanita dapat mempunyai peranan sebagai isteri, ibu, karyawan
kantor sekaligus.
Peranan seseorang tidak hanya menentukan perilaku tetapi juga beliefs
(keyakinan) dan sikap. Individu memiliki sikap yang selaras dengan harapanharapan yang menentukan peranan mereka sehingga perubahan peranan akan
membawa pada perubahan sikap. Pada umumnya peranan yang dilakukan
seseorang tidak hanya menyalurkan perilakunya tetapi juga membentuk sikapnya.
Peranan juga dapat mempengaruhi nilai-nilai (values) yang dipegang orang dan
mempengaruhi arah dari pertumbuhan dan perkembangan kepribadian mereka
(Dayakisni, 2003: 18).
Di Indonesia terdapat kecendrungan untuk lebih mementingkan kedudukan
ketimbang peranan. Gejala tersebut terutama disebabkan adanya kecendurngan
kuat untuk lebih mementingkan nilai materialisme daripada spiritualisme. Nilai
materialisme di dalam kebanyakan hal diukur dengan adanya atribut-atribut atau
ciri-ciri tertentu yang bersifat lahiriah dan di dalam kebanyakan hal bersifat
konsumtif. Tinggi rendahnya prestise seseorang diukur dari atribut-atribut lahiriah
tersebut, misalnya, gelar, tempat kediaman mewah, kendaraan, pakaian, dan lain
sebagainya. Hal-hal tersebut memang diperlukan tetapi bukanlah yang terpenting
di dalam pergaulan hidup manusia. Memang perlu diakui bahwa di Indonesia
peranan juga mendapatkan penghargaan tertentu tetapi belum proporsional
sifatnya, padahal menjalankan peranan berarti melaksanakan hak dan kewajiban
serta tanggung jawab. Apabila seseorang pegawai negri, misalnya, lebih
mementingkan kedudukan daripada peranannya, dia akan menuntut warga
masyarakat untuk lebih banyak melayaninya (padahal peranan seorang pegawai
negri adalah memberikan pelayanan kepada warga masyarakat). Faktor inilah
yang antara lain mengakibatkan terjadinya halangan-halangan di dalam
menerapkan birokrasi yang positif.
Peranan juga bisa menimbulkan konflik peranan apabila seseorang harus
memilih peranan dari dua atau lebih status yang dimilikinya. Pada umumnya
konflik peranan timbul ketika seseorang dalam keadaan tertekan, karena merasa
dirinya tidak sesuai atau kurang mampu melaksakan peranan yang diberikan
masyarakat kepadanya. Akibatnya, ia tidak melaksanakan peranannya dengan
ideal/sempurna.
Ada banyak peluang masalah sehubungan dengan peranan di tengah
masyarakat. Pertama-tama mungkin saja terjadi kesalahpahaman di antara masingmasing anggota masyarakat. Sumber permasalahan lainnya adalah kita umumnya
memiliki banyak peranan dalam hidup ini, dan hal ini dapat menimbulkan konflik.
Bahkan dalam satu peran sendiri pun mungkin terkandung pula banyak peranan,
tergantung pada situasinya (Boeree, 2006: 148).
sosial
dapat
dipandang
sebagai
penampilan
atau
sosial
berlaku
di
lingkungan
tersebut
(http://pakdesofa.blogspot.com/Pengertian,Ruang,Lingkup,danStudi/Interv
ensi/Sosial/CARI/ILMU/ONLINE/BORNEO.htm).
Fungsi sosial adalah kemampuan untuk menjalankan multi peranan dalam
bermacam
kedudukan
sosial,
sesuai
dengan
tuntutan
lingkungannya,
menyebabkan
seseorang
mengalami
keterbatasan
atau
3.
Infeksi:
a. Tuberkulosis tulang (menyerang sendi paha sehingga menjadi
kaku).
b. Osteomyelitis (radang di dalam dan di sekeliling sumsum
tulang karena bakteri)
c. Poliomyelitis (infeksi virus yang mungkin menyebabkan
kelumpuhan).
d. Potts disease (tuberkulosis sumsum tulang belakang)
e. Stills disease (radang pada tulang yang menyebabkan
kerusakan permanen pada tulang).
4.
c. Patah tulang.
5.
Tumor:
a. Oxostosis (tumor tulang).
b. Osteosis fibrosa cystica (kista atau kantang yang berisi cairan
di dalam tulang).
6.
Kondisi-kondisi lainnya:
a. Flatfeet (telapak kaki yang rata, tidak bertekuk).
b. Kyphosis (bagian belakang sumsum tulang belakang yang
cekung).
c. Lordosis (bagian muka sumsum tulang belakang yang cekung).
d. Perthes disease (sendi paha yang rusak atau mengalami
kelainan).
e. Rickets (tulang yang lunak karena nutrisi, menyebabkan
kerusakan tulang dan sendi).
3. Seberapa jauh cacat seseorang sehingga mempengaruhi keseluruhan gerakgeriknya sangat mempengaruhi sikap orang tersebut. Misalnya orang yang
buta atau lumpuh, jelas akan lebih terbatas gerakannya dibandingkan
dengan anak yang tuli.
4. Apabila orang yang melihatnya tidak mampu menyembunyikan rasa belas
kasihannya, maka dalam diri penyandang cacat akan timbul perasaan
mengasihani diri sendiri.
5. Sikap penyandang cacat terhadap cacatnya juga akan menimbulkan akibat
pada cacatnya itu. Misalnya ada beberapa penyandang cacat yang dapat
menerima bahwa dirinya cacat dan ada juga yang tetap berusaha
meyakinkan dirinya tidak berbeda dari orang yang normal (Hurlock, 1993:
135).
dalam
semangat
kebersamaan
sebagai
sarana
untuk
Kesejahteraan
Sosial
(PROKESOS)
bertujuan
untuk
digunakan
Program
Kesejahteraan
Sosial
(PROKESOS)
dalam
tempat
tinggal
penyandang
cacat
berdekatan
sehingga
Pengembangan
KUBE
perlu
untuk
meningkatkan
pengembangan
usaha,
kemampuan
dan
berusaha,
peningkatan
meningkatkan
kepedulian
dan
Gambar I
Keterbatasan
Penyandang cacat
1. Fisik
2. Mental
3. Perilaku Sosial
Fungsi
Sosial
sosial
dipergunakan
(social
orang
functioning)
dalam
mengarah
melaksanakan
kepada
tugas-tugas
cara
yang
kehidupan,
dari
konsep-konsep
yan
digunakan
untuk
bertujuan
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang
dapat diuji dan diketahui kebenarannya oleh orang lain. Untuk mengetahui
variabel dalam penelitian ini, yaitu dengan melihat berbagai indikator yang akan
diteliti sebagai berikut:
1. Pembinaan yang diberikan:
a. Sharing (berbagi)
b. Keterampilan menjahit
2. Keberfungsian Sosial:
a. Berfungsi sosial
b. Tidak berfungsi sosial