Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN

Ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara organisme
dengan organisme lain serta dengan lingkungannya. Pada dasarnya organisme tidak dapat hidup
tanpa adanya interaksi antara organisme yang satu dengan organisme yang lainnya. Interaksi
keduanya merupakan hubungan yang erat

dan tidak dapat terpisahkan serta saling

mempengaruhi satu sama lain. Interaksi antarorganisme memiliki beberapa sifat, salah satunya
adalah predasi. Predasi atau pemangasaan merupakan hubungan antara pemangsa (predator)
dengan mangsanya (prey) di dalam interaksi dua populasi. Predasi mempunyai pengaruh negatif
pada pertumbuhan potensial populasi prey, di mana makanan biasanya diartikan dalam pengaruh
yang positif pada pertumbuhan populasi predator.
Penggunaan pesisida sintetik selama ini telah emnjanjikan dari pengurangan hama dan
oenyakit, namun masih banyak kekurangan yang ada. Diantaranya biaya yang mahal, juga
kekhawatiran akan residu pestisida oleh karena jagung digunakan sebagai pangan dan pakan
ternak. Penggunaan pestisida dapat menimbulkan resistensi, resurgensi, dan musnahnya musuh
alami, terbunuhnya serangga berguna seperti lebah madu, serangga penyerbuk. pengendalian
biologis dengan memanfaatkan musuh alami

seperti predator, parasitoid, dan patogen.

Parasitoid dari famili Trichogrammatidae banyak digunakan dengan teknik inundasi (Nurindah
dalam ). Dengan menggunakan dua cara pengendalian diatas, maka kestabilan lingkungan
oleh pertanian akan terjaga atau sering dikenal dengan nama pengendalian hayati.
Pengendalian hayati adalah suatu pengendalian hama yang dilakukan secara sengaja
memanfaatkan atau memanipulasi musuh-musuh alami untuk menurunkan populasi hama.
Pengendalian hayati dalam pengertian ekologi didefinisikan sebagai pegaturan populasi
organisme dengan musuh-musuh alami hingga kepadatan populasi organisme tersebut berada
dibawah rata-ratanya atau lebih rendah di bandingkan apabila musuh alami tidak ada.
Pengendalian alami adalah merupakan proses pengendalian yang berjalan dengan sendiri tanpa
ada campur tangan manusia. Pengendalian alami terjadi tidak hanya karena bekerjanya musuhmusuh alami tetapi juga karena bekerjanya komponen-komponen ekosistem.

Pengendalian hayati sebagai komponen utama PHT pada dasarnya


adalah

pemanfaatan

mengendalikan

dan

populasi

penggunaan

hama

yang

musuh

alami

untuk

merugikan. Pengendalian

hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar


ekologi terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali
alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami yang terdiri atas
parasitoid, predator dan patogen merupakan pengendali alami
utama hama yang bekerja secara "terkait kepadatan populasi"
sehingga

tidak

dapat

dilepaskan

dari

kehidupan

dan

perkembangbiakan hama. Adanya populasi hama yang meningkat


sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi bagi petani disebabkan
karena keadaan lingkungan yang kurang memberi kesempatan bagi
musuh alami untuk menjalankan fungsi alaminya. Apabila musuh
alami kita berikan kesempatan berfungsi antara lain dengan
introduksi musuh alami, memperbanyak dan melepaskannya, serta
mengurangi berbagai dampak negatif terhadap musuh alami,
musuh

Agar

alami

tidak

dapat

timbul

melaksanakan

kerancuan

fungsinya

lebih

dahulu

dengan

perlu

baik.

dibedakan

pengertian tentang pengendalian hayati (biological control) dan


pengendalian alami (natural control) yang seringkali dibicarakan
bersama. Pengendalian Hayati merupakan taktik pengelolaan hama
yang

dilakukan

memanipulasikan

secara
musuh

sengaja
alami

memanfaatkan

untuk

atau

menurunkan

atau

mengendalikan populasi hama. De Bach tahun 1979 mendefinisikan


Pengendalian
dengan

Hayati

sebagai

musuh-musuh

alami

pengaturan

populasi

sehingga

kepadatan

organisme
populasi

organisme tersebut berada di bawah rata-ratanya dibandingkan bila


tanpa

pengendalian.

Pengendalian

Alami

merupakan

proses

pengendalian yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaan yang


dilakukan oleh manusia. Pengendalian alami terjadi tidak hanya oleh
karena bekerjanya musuh alami, tetapi juga oleh komponen
ekosistem

lainnya

AGENS

seperti

makanan,

dan

PENGENDALIAN

cuaca.

HAYATI

Sebagai bagian kompleks komunitas dalam ekosistem setiap spesies


serangga termasuk serangga hama dapat diserang oleh atau
menyerang organisme lain. Bagi serangga yang diserang organisme
penyerang disebut "musuh alami". Secara ekologi istilah tersebut
kurang tepat karena adanya musuh alami tidak tentu merugikan
kehidupan serangga terserang. Hampir semua kelompok organisme
dapat berfungsi sebagai musuh alami serangga hama termasuk
kelompok vertebrata, nematoda, jasad renik, invertebrata di luar
serangga. Kelompok musuh alami yang paling penting adalah dari
golongan serangga sendiri. Dilihat dari fungsinya musuh alami atau
agens

pengendalian

parasitoid,
1.

hayati
predator,

dapat

kita

kelompokkan
dan

menjadi
patogen.
Parasitoid

Perlu sedikit penjelasan antara istilah parasitoid dan parasit.


Parasitisme adalah hubungan antara dua spesies yang satu yaitu
parasit, memperoleh keperluan zat-zat makanannya dari fisik tubuh
yang lain, yaitu inang. Parasit hidup pada atau di dalam tubuh
inang. Inang tidak menerima faedah apapun dari hubungan ini,
meskipun biasanya tidak dibinasakan. Misalnya kasus cacing pita

pada manusia dan caplak pada binatang. Istilah parasit lebih sering
digunakan dalam entomologi kesehatan. Serangga yang bersifat
parasit yang pada akhirnya menyebabkan kematian inangnya tidak
tepat bila dimasukkan ke dalam definisi parasit. Karena itu
kemudian diberikan istilah baru yaitu parasitoid yang lebih banyak
digunakan

dalam

entomologi

pertanian.

Parasitoid adalah binatang yang hidup di atas atau di dalam tubuh


binatang lain yang lebih besar yang merupakan inangnya. Serangan
parasit dapat melemahkan inang dan akhirnya dapat membunuh
inangnya karena parasitoid makan atau mengisap cairan tubuh
inangnya. Untuk dapat mencapai fase dewasa suatu parasitoid
hanya memerlukan satu inang. Dengan demikian parasitoid adalah
serangga yang hidup dan makan pada atau dalam serangga hidup
lainnya sebagai inang. Inang akan mati jika perkembangan hidup
parasitoid

telah

lengkap.

Parasitoid merupakan serangga yang memarasit serangga atau


binatang artropoda yang lain. Parasitoid bersifat parasitik pada fase
pradewasanya sedangkan pada fase dewasa mereka hidup bebas
tidak terikat pada inangnya. Umumnya parasitoid akhirnya dapat
membunuh inangnya meskipun ada inang yang mampu melengkapi
siklus hidupnya sebelum mati. Parasitoid dapat menyerang setiap
instar serangga. Instar dewasa merupakan instar serangga yang
paling

jarang

terparasit.

Oleh induk parasitoid telur dapat diletakkan pada permukaan kulit


inang

atau

dengan

tusukan

ovipositornya

telur

langsung

dimasukkan dalam tubuh inang. Larva yang keluar dari telur


menghisap cairan inangnya dan menyelesaikan perkembangannya

dapat berada di luar tubuh inang (sebagai ektoparasitoid) atau


sebagian besar dalam tubuh inang (sebagai endoparasitoid). Contoh
ektoparasit

adalah

Campsomeris

sp

yang

menyerang

uret

sedangkan Trichogramma sp yang memarasit telur penggerek


batang tebu dan padi merupakan jenis endoparasit. Fase inang yang
diserang pada umumnya adalah telur dan larva, beberapa parasitoid
menyerang pupa dan sangat jarang yang menyerang imago. Larva
parasitoid yang sudah siap menjadi pupa keluar dari tubuh larva
inang yang sudah mati kemudian memintal kokon untuk memasuki
fase pupa parasitoid. Imago parasitoid muncul dari kokon pada
waktu yang tepat untuk kemudian meletakkan telur pada tubuh
inang

bagi

perkembangan

generasi

berikutnya.

Ada spesies parasitoid yang dapat melengkapi siklus hidupnya


sampai fase dewasa pada satu inang. Parasitoid semacam ini
disebut parasitoid soliter merupakan suatu spesies parasitoid yang
perkembangan hidupnya terjadi pada satu tubuh inang. Satu inang
diparasit oleh satu individu parasitoid. Contoh parasitoid soliter
antara lain Charops sp (famili Ichneumonidae). Parasitoid gregarius
adalah

jenis

bersama-sama

parasitoid
dalam

yang
tubuh

beberapa
satu

individu

inang.

dapat

Contoh

hidup

parasitoid

gregarious adalah Tetrastichus schoenobii. Jumlah imago yang


keluar dari satu tubuh inang dapat banyak sekali. Banyak jenis lebah
Ichneumonid merupakan parasitoid soliter, dan banyak lebah
Braconid dan Chalcidoid yang merupakan parasitoid gregarius.
Keuntungan atau kekuatan pengendalian hama dengan parasitoid
adalah:
a.

Daya

kelangsungan

hidup

("survival")

parasitoid

tinggi.

b. Parasitoid hanya memerlukan satu atau sedikit individu inang


untuk

melengkapi

daur

hidupnya.

c. Populasi parasitoid dapat tetap bertahan meskipun pada aras


populasi

yang

rendah.

d. Sebagian besar parasitoid bersifat monofag atau oligofag


sehingga memiliki kisaran inang sempit. Sifat ini mengakibatkan
populasi parasitoid memiliki respons numerik yang baik terhadap
perubahan

populasi

inangnya.

Di samping kekuatan pengendalian dengan parasitoid beberapa


kelemahan atau masalah yang biasanya dihadapi di lapangan dalam
menggunakan parasitoid sebagai agens pengendalian hayati adalah:
a. Daya cari parasitoid terhadap inang seringkali dipengaruhi oleh
keadaan cuaca atau faktor lingkungan lainnya yang sering berubah.
b. Serangga betina yang berperan utama karena mereka yang
melakukan

pencarian

inang

untuk

peletakan

telur.

c. Parasitoid yang memiliki daya cari tinggi biasanya menghasilkan


telur

sedikit.

2.
Predator

Predator
merupakan

organisme

yang

hidup

bebas

dengan

memakan, membunuh atau memangsa binatang lainnya. Apabila


parasitoid memarasit inang, predator atau pemangsa memakan
mangsa. Predator umumnya dibedakan dari parasitoid dengan ciriciri

sebagai

berikut

a. Parasitoid umumnya monofag atau oligofag, predator pada


umumnya mempunyai banyak inang atau bersifat polifag meskipun

ada

juga

jenis

predator

yang

monofag

dan

oligofag.

b. Predator umumnya memiliki ukuran tubuh yang lebih besar


dibandingkan mangsanya. Namun ada beberapa predator yang
memiliki ukuran tubuh yang tidak lebih besar daripada mangsanya,
contohnya

semut

yang

mampu

membawa

mangsa

secar

berkelompok.
c. Predator memangsa dan membunuh mangsa secara langsung
sehingga harus memiliki daya cari yang tinggi, memiliki kelebihan
sifat

fisik

yang

memungkinkan

predator

mampu

membunuh

mangsanya Beberapa predator dilengkapi dengan kemampuan


bergerak cepat, taktik penangkapan mangsa yang lebih baik
daripada taktik pertahanan mangsa, kekuatan yang lebih besar,
memiliki daya jelajah yang jauh serta dilengkapi dengan organ
tubuh yang berkembang dengan baik untuk menangkap mangsanya
seperti kaki depan belalang sembah (Mantidae), mata besar
(capung).
d. Untuk memenuhi perkembangannya parasitoid memerlukan
hanya satu inang umumnya fase pradewasa, tetapi predator
memerlukan banyak mangsa baik fase pradewasa maupun fase
dewasa.
e. Parasitoid yang mencari inang adalah hanya serangga dewasa
betina, tetapi predator betina dan jantan dan juga fase pradewasa
semuanya

dapat

mencari

dan

memperoleh

mangsa.

f. Sebagian besar predator mempunyai banyak pilihan inang


sedangkan parasitoid mempunyai sifat tergantung kepadatan yang
tinggi. Predator memiliki daya tanggap rendah terhadap perubahan
populasi mangsa sehingga fungsinya sebagai pengatur populasi

hama umumnya kurang terutama untuk predator yang polifag.


3.

Patogen

Serangga seperti juga binatang lainnya dalam hidupnya diserang


oleh banyak patogen atau penyakit yang berupa virus, bakteri,
protozoa, jamur, rikettsia dan nematoda. Beberapa penyakit dalam
kondisi lingkungan tertentu dapat menjadi faktor mortalitas utama
bagi

populasi

serangga,

tetapi

ada

banyak

penyakit

yang

pengaruhnya kecil terhadap gejolak populasi serangga. Serangga


yang

terkena

penyakit

menjadi

terhambat pertumbuhan

dan

pembiakannya. Pada keadaan serangan penyakit yang parah


serangga terserang akhirnya mati. Saat ini dikenal lebih dari 2000
jenis patogen yang menginfeksi serangga dan jumlah itu mungkin
baru sebagian kecil dari jenis patogen serangga di muka bumi. Jenisjenis patogen tersebut antara lain adalah virus, jamur, bakteri,
protozoa,
CARA

dan

PENGGUNAAN

PATOGEN

nematoda.
SERANGGA

DI

LAPANGAN

Mengingat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh patogen


serangga

maka

dalam

pemanfaatan

patogen

sebagai

agens

pengendalian hayati perlu diperhatikan beberapa faktor penting


yang mempengaruhi tingkat keefektifan patogen terhadap serangga
sasaran,

antara

lain:

Dosis.

Dosis aplikasi minimum akan lebih baik daripada dosis aplikasi


tinggi

dalam

peningkatan

keefektifan

patogen.

Dosis

tinggi

menyebabkan persaingan pakan dan ruang antar patogen sejenis


dan menghambat perkembangbiakan sehingga mampu menurunkan

daya

bunuh

terhadap

serangga

Waktu

sasaran.
aplikasi

Kemapanan patogen yang merupakan makhluk hidup di lapangan


sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dalam aplikasinya
diharapkan patogen tidak terkena cahaya matahari secara langsung
karena sinar ultraviolet menyebabkan patogen tidak aktif bahkan
dapat membunuh patogen dalam waktu yang relatif cepat. Agens
hayati sebaiknya diaplikasikan pagi atau sore hari. Kelembaban
tinggi

lebih

meningkatkan

keefektifan

patogen.
Penyelimutan

Patogen

harus

benar-benar

melekat

atau

menempel

atau

menyelimuti bagian tanaman maupun serangga sasaran. Dengan


demikian kontak antara patogen dengan serangga sasaran cepat
terjadi. Serangga sasaran yang mengkonsumsi patogen dengan
cepat

diharapkan

mengalami

Derajat

kematian

secara

kemasaman,

cepat

juga.
pH

Kondisi pH pada bahan pelarut sangat mempengaruhi keefektifan


patogen. Pelarut dianjurkan memiliki derajat kemasaman yang
normal (pH 7). Kondisi basa menyebabkan delta endotoksin pada Bt
akan

rusak

dan
Anti

efektifitasnya

menurun.
mikrobiosis

Beberapa tanaman mampu menghasilkan senyawa-senyawa anti


mikrobia yang dapat mengurangi keefektifan patogen. Senyawa
nikotin yang dihasilkan oleh tanaman tembakau dapat menghambat
pertumbuhan B. thuringiensis. Patogen tersebut juga terhambat
pertumbuhannya karena adanya senyawa phenol dan terpenoid
pada tanaman kapas. Senyawa alkaloid, tomatin dari tanaman

tomat menghambat pembentukan koloni dan pertumbuhan jamur


patogen B. bassiana. Asam klorogenik pada tanaman tomat dapat
mengurangi

efektifitas

NPV

dari

Helicoverpa

Hama

zea.
sasaran

Semakin muda umur serangga akan semakin rentan terhadap


patogen. Hama sasaran dalam keadaan tertekan seperti sakit,
kekurangan pakan, ketidakcocokan pakan, kepadatan yang terlalu
tinggi menyebabkan tingkat kerentanannya semakin tinggi. Oleh
karena itu sebelum aplikasi patogen di lapangan harus diketahui
kondisi

hama

sasaran.

Kompatibilitas

Patogen sebagai agens pengendalian hayati memiliki kemampuan


dapat dipadukan dengan agens pengendalian yang lain sehingga
daya bunuhnya lebih efektif dan hasilnya akan lebih memuaskan.

Ketahanan

inang

Spesies serangga tertentu yang rentan terhadap patogen dapat


menjadi tahan dengan bertambahnya umur dan dipengaruhi oleh
faktor

genetik

PERANAN

maupun

PENGENDALIAN

HAYATI

lingkungan.

DALAM

PHT

Sesuai dengan konsepsi dasar PHT pengendalian hayati memegang


peranan

yang

pengendalian

menentukan
yang

lain

karena

secara

semua

bersama

usaha

teknik

ditujukan

untuk

mempertahankan dan memperkuat berfungsinya musuh alami


sehingga populasi hama tetap berada di bawah aras ekonomik.

Dibandingkan
terutama

dengan

pestisida

keuntungan

teknik-teknik

kimia,

utama

pengendalian

pengendalian

yaitu

permanen,

hayati
aman,

yang

lain

memiliki

tiga

dan

ekonomi.

Arti permanen di sini karena apabila pengendalian hayati berhasil,


musuh

alami

telah

menjadi

lebih

mapan

di

ekosistem

dan

selanjutnya secara alami musuh alami akan mampu menjaga


populasi hama dalam keadaan yang seimbang di bawah aras
ekonomi

dalam

jangka

waktu

yang

panjang.

Pengendalian hayati aman bagi lingkungan karena tidak memiliki


dampak samping terhadap lingkungan terutama terhadap serangga
atau organisme bukan sasaran. Karena musuh alami biasanya
adalah khas inang. Meskipun pernah dilaporkan kasus terjadinya
ketahanan suatu jenis hama terhadap musuh alami antara lain
dengan membentuk kapsul dalam tubuh inang, namun kejadian
tersebut

sangat

langka.

Pengendalian hayati juga relatif ekonomis karena begitu usaha


tersebut berhasil petani tidak memerlukan lagi tambahan biaya
khusus

untuk

mengupayakan
merugikan
Kesulitan

pengendalian
agar

hama,

menghindari

perkembangan
dan

permasalahan

utama

pengembangan

pengendalian

hayati

petani

kemudian

hanya

tindakan-tindakan

yang

musuh
dalam
adalah

alami.

penerapan
modal

dan

investasi

permulaan yang besar yang harus dikeluarkan untuk kegiatan


eksplorasi, penelitian, pengujian dan evaluasi terutama yang
menyangkut berbagai aspek dasar baik untuk hama, musuh alami
maupun tanaman. Aspek dasar dapat meliputi taksonomi, ekologi,
biologi, siklus hidup, dinamika populasi, genetika, fisiologi, dll.

Identifikasi yang tepat baik untuk jenis hama maupun musuh


alaminya merupakan langkah permulaan yang sangat penting.
Apabila identifikasi kurang benar kita akan memperoleh kesulitan
dalam mempelajari sifat-sifat kehidupan musuh alami dan langkahlangkah

kegiatan

selanjutnya.

Kecuali diperlukan modal, fasilitas yang lengkap juga diperlukan


sumber daya manusia terutama para peneliti yang berkualitas dan
berpendidikan khusus dan berdedikasi tinggi sesuai dengan yang
diperlukan untuk pengembangan teknologi pengendalian hayati.
Sampai saat ini tenaga-tenaga ahli dengan kualifikasi demikian
masih sangat jarang tersedia di Indonesia. Meskipun ada beberapa
ahli yang berpendapat bahwa untuk pengendalian hayati yang
penting adalah adanya tenaga peneliti yang berpengalaman dan
berdedikasi tinggi serta cukup memiliki rasa seni dan intuisi, namun
bagaimanapun untuk keberhasilan pengendalian hayati dalam
kerangka PHT diperlukan juga dasar pengetahuan dan teknologi
yang

mantap.

Anda mungkin juga menyukai