Scribd Logo
Unggah

Selamat datang di Scribd!

  • resepsi sastra

    Diunggah oleh

    atanezuni
    77 tayangan88 halaman
    RESEPSI-NE PAMACA MARANG CERKAK “BINGKISAN LEBARAN SAKA PAK BUPATI” ANGGITANE MBAH BRINTIK Zuni Mardliyana ABSTRAK Cerkak “Bingkisan Lebaran Saka Pak Bupati” karya Mbah Brintik (CBLMB) ini merupakan cerita pendek yang dinobatkan sebagai ‘karya pinilih’ oleh majalah berbahasa Jawa Jaya Baya pada tahun 2004. Hal tersebut merupakan salah satu alasan penelitian resepsi ini diadakan. Selain itu selama ini diketahui bahwa penelitian tentang sastra masih berkutat pada masalah produksi saja, sedangkan penelitian yang berhubungan dengan resepsi kurang mendapat perhatian. Meskipun ada penenlitian tentang resepsi, tetapi masih banyak yang terhenti pada segi konseptualnya saja, maka dari itu penelitian tentang resepsi juga perlu diadakan secara operasional untuk memperjelas konsep-konsep yang telah ada. Masalah dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan tanggapan pembaca berdasarkan daya intelektual dan emosionalnya terhadap CBLMB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsi dan menganalisis penerimaan dan tanggapan pembaca berdasarkan daya intelektual dan emosionalnya terhadap CBLMB. Kontribusi penelitian ini terhadap ilmu sastra adalah untuk memperjelas tentang teori resepsi supaya tidak terhenti pada konsep saja. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian dengan menggunakan pendekatan resepsi lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan resepsi. Metode yang digunakakn yaiku metode penafsiran teks yang dilakukan oleh reseptor terhadap CBLMB. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dari reseptor adalah teknik wawancara,baik langsung maupun tidak langsung (kuesioner dan angket), dan pengamatan. Reseptor sebagai sumber data dipilih dari mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa Fakulta Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya sebanyak 12 orang. Data dalam penelitian ini meliputi resepsi dan tanggapan reseptor terhadap CBLMB. Analisis dilakukan dengan cara mengklasifikasikan berdasarkan daya dari reseptor. Kedua bagian tersebut masih dirinci lagi berdasarkan kategori-kategori tertentu. Berdasarkan analisis data hasil penelitian, reseptor menerima dan menilai CBLMB sebagai cerita yang bagus dan sarat dengan pelajaran-pelajaran yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Tanggapan yang diberikan reseptor terhadap CBLMB ini ada 2 macam. Ada yang memberikan tanggapan berdasarkan ilmu yang pernah diperoleh ketika kulian teori sastra dan kritik sastra, tetapi ada juga yang memberi tanggapan berdasarkan perasaan (emosinya). Jika ditilik dari latar belakang reseptor yang diambil dari golongan akademisi yaitu mahasiswa bahasa Jawa yang harusnya dapat memberikan tanggapan berdasarkan ilmunya, tetapi dari hasil penelitian ini masih ada yang menanggapi berdasarkan perasaan sehingga menimbulkan suatu keunikan atau suatu hal yang aneh yang tidak seharusnya terjadi.

    Hak Cipta

    © © All Rights Reserved

    Format Tersedia

    PDF, TXT atau baca online dari Scribd

    Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

    Apakah konten ini tidak pantas?

    Laporkan Dokumen Ini
    RESEPSI-NE PAMACA MARANG CERKAK “BINGKISAN LEBARAN SAKA PAK BUPATI” ANGGITANE MBAH BRINTIK Zuni Mardliyana ABSTRAK Cerkak “Bingkisan Lebaran Saka Pak Bupati” karya Mbah Brintik (CBLMB) ini merupakan cerita pendek yang dinobatkan sebagai ‘karya pinilih’ oleh majalah berbahasa Jawa Jaya Baya pada tahun 2004. Hal tersebut merupakan salah satu alasan penelitian resepsi ini diadakan. Selain itu selama ini diketahui bahwa penelitian tentang sastra masih berkutat pada masalah produksi saja, sedangkan penelitian yang berhubungan dengan resepsi kurang mendapat perhatian. Meskipun ada penenlitian tentang resepsi, tetapi masih banyak yang terhenti pada segi konseptualnya saja, maka dari itu penelitian tentang resepsi juga perlu diadakan secara operasional untuk memperjelas konsep-konsep yang telah ada. Masalah dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan tanggapan pembaca berdasarkan daya intelektual dan emosionalnya terhadap CBLMB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsi dan menganalisis penerimaan dan tanggapan pembaca berdasarkan daya intelektual dan emosionalnya terhadap CBLMB. Kontribusi penelitian ini terhadap ilmu sastra adalah untuk memperjelas tentang teori resepsi supaya tidak terhenti pada konsep saja. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian dengan menggunakan pendekatan resepsi lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan resepsi. Metode yang digunakakn yaiku metode penafsiran teks yang dilakukan oleh reseptor terhadap CBLMB. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dari reseptor adalah teknik wawancara,baik langsung maupun tidak langsung (kuesioner dan angket), dan pengamatan. Reseptor sebagai sumber data dipilih dari mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa Fakulta Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya sebanyak 12 orang. Data dalam penelitian ini meliputi resepsi dan tanggapan reseptor terhadap CBLMB. Analisis dilakukan dengan cara mengklasifikasikan berdasarkan daya dari reseptor. Kedua bagian tersebut masih dirinci lagi berdasarkan kategori-kategori tertentu. Berdasarkan analisis data hasil penelitian, reseptor menerima dan menilai CBLMB sebagai cerita yang bagus dan sarat dengan pelajaran-pelajaran yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Tanggapan yang diberikan reseptor terhadap CBLMB ini ada 2 macam. Ada yang memberikan tanggapan berdasarkan ilmu yang pernah diperoleh ketika kulian teori sastra dan kritik sastra, tetapi ada juga yang memberi tanggapan berdasarkan perasaan (emosinya). Jika ditilik dari latar belakang reseptor yang diambil dari golongan akademisi yaitu mahasiswa bahasa Jawa yang harusnya dapat memberikan tanggapan berdasarkan ilmunya, tetapi dari hasil penelitian ini masih ada yang menanggapi berdasarkan perasaan sehingga menimbulkan suatu keunikan atau suatu hal yang aneh yang tidak seharusnya terjadi.

    Hak Cipta:

    © All Rights Reserved
    Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
    Tandai sebagai konten tidak pantas
    77 tayangan88 halaman

    resepsi sastra

    Diunggah oleh

    atanezuni
    RESEPSI-NE PAMACA MARANG CERKAK “BINGKISAN LEBARAN SAKA PAK BUPATI” ANGGITANE MBAH BRINTIK Zuni Mardliyana ABSTRAK Cerkak “Bingkisan Lebaran Saka Pak Bupati” karya Mbah Brintik (CBLMB) ini merupakan cerita pendek yang dinobatkan sebagai ‘karya pinilih’ oleh majalah berbahasa Jawa Jaya Baya pada tahun 2004. Hal tersebut merupakan salah satu alasan penelitian resepsi ini diadakan. Selain itu selama ini diketahui bahwa penelitian tentang sastra masih berkutat pada masalah produksi saja, sedangkan penelitian yang berhubungan dengan resepsi kurang mendapat perhatian. Meskipun ada penenlitian tentang resepsi, tetapi masih banyak yang terhenti pada segi konseptualnya saja, maka dari itu penelitian tentang resepsi juga perlu diadakan secara operasional untuk memperjelas konsep-konsep yang telah ada. Masalah dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan tanggapan pembaca berdasarkan daya intelektual dan emosionalnya terhadap CBLMB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsi dan menganalisis penerimaan dan tanggapan pembaca berdasarkan daya intelektual dan emosionalnya terhadap CBLMB. Kontribusi penelitian ini terhadap ilmu sastra adalah untuk memperjelas tentang teori resepsi supaya tidak terhenti pada konsep saja. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian dengan menggunakan pendekatan resepsi lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan resepsi. Metode yang digunakakn yaiku metode penafsiran teks yang dilakukan oleh reseptor terhadap CBLMB. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dari reseptor adalah teknik wawancara,baik langsung maupun tidak langsung (kuesioner dan angket), dan pengamatan. Reseptor sebagai sumber data dipilih dari mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa Fakulta Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya sebanyak 12 orang. Data dalam penelitian ini meliputi resepsi dan tanggapan reseptor terhadap CBLMB. Analisis dilakukan dengan cara mengklasifikasikan berdasarkan daya dari reseptor. Kedua bagian tersebut masih dirinci lagi berdasarkan kategori-kategori tertentu. Berdasarkan analisis data hasil penelitian, reseptor menerima dan menilai CBLMB sebagai cerita yang bagus dan sarat dengan pelajaran-pelajaran yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Tanggapan yang diberikan reseptor terhadap CBLMB ini ada 2 macam. Ada yang memberikan tanggapan berdasarkan ilmu yang pernah diperoleh ketika kulian teori sastra dan kritik sastra, tetapi ada juga yang memberi tanggapan berdasarkan perasaan (emosinya). Jika ditilik dari latar belakang reseptor yang diambil dari golongan akademisi yaitu mahasiswa bahasa Jawa yang harusnya dapat memberikan tanggapan berdasarkan ilmunya, tetapi dari hasil penelitian ini masih ada yang menanggapi berdasarkan perasaan sehingga menimbulkan suatu keunikan atau suatu hal yang aneh yang tidak seharusnya terjadi.

    Hak Cipta:

    © All Rights Reserved
    Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
    Tandai sebagai konten tidak pantas
    dari 88

    RESEPSI PAMACA MARANG CERKAK

    BINGKISAN LEBARAN SAKA PAK BUPATI


    ANGGITANE MBAH BRINTIK

    SKRIPSI

    DENING
    ZUNI MARDLIYANA
    052114033

    UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


    FAKULTAS BAHASA DAN SENI
    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
    2009

    RESEPSI PAMACA MARANG CERKAK


    BINGKISAN LEBARAN SAKA PAK BUPATI
    ANGGITANE MBAH BRINTIK

    SKRIPSI
    Kaajokake marang Universitas Negeri Surabaya
    kanggo syarat ngrampungake
    Program Sarjana Pendidikan

    Dening
    Zuni Mardliyana
    052114033

    UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


    FAKULTAS BAHASA DAN SENI
    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
    2009

    ATUR PANGIRING

    Puji syukur mugi konjuk wonten ngarsanipun Gusti Kang Maha Kuwaos,
    amargi kanthi rahmat sarta hidayahipun panulis saged ngrampungaken
    anggenipun nulis lan nyusun skripsi kanthi irah-irahan Resepsi Pamaca marang
    Cerkak Bingkisan Lebaran Saka Pak Bupati anggitane Mbah Brintik. Panulis
    matur nuwun sanget amargi anggenipun nyerat skripsi saged gumathok kaliyan
    wekdal ingkang sampun dipun tamtokaken.
    Anggenipun pikantuk asil ingkang prayogi tamtu boten saged uwal saking
    panjurung ugi panyengkuyung saking:
    1. Prof. Dr. Haris Supratno minangka Rektor Unesa.
    2. Prof. Dr Setyo Yuwono minangka Dekan FBS.
    3. Drs. Sukarman, M.Si. minangka Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
    Daerah.
    4. Drs. Sugeng Adipitoyo pinangka pembimbing ugi kang dados damar
    sesuluh ngelmu anggen kula nggarap skripsi.
    5. Bapak lan Ibu ingkang tansah paring panyengkuyung anggen kula ngangsu
    kawruh,
    6. Kanca-kanca lan sadaya ingkang sampun mbiyantu anggen kula
    ngempalaken dhata.
    Panulis ngrumaosi menawi anggenipun nyerat ugi nyipta skripsi punika
    taksih tebih saking tembung sampurna. Skripsi punika kaajab sageda paring
    paedah kagem pribadi mliginipun, ugi para pamaos umumipun.

    Wasananing atur kawula nyuwun gunging samudra pangaksami mbok


    bilih wonten lepating anggen kula nyerat. Pramila kula nyuwun pambiyantu ugi
    kritik ingkang asipat nyengkuyung saking para maos, supados seratan punika
    saged sae ugi bermanfaat.

    Surabaya, 2 Januari 2010

    Panulis

    RESEPSI-NE PAMACA MARANG CERKAK


    BINGKISAN LEBARAN SAKA PAK BUPATI
    ANGGITANE MBAH BRINTIK
    Zuni Mardliyana
    ABSTRAK
    Cerkak Bingkisan Lebaran Saka Pak Bupati karya Mbah Brintik
    (CBLMB) ini merupakan cerita pendek yang dinobatkan sebagai karya pinilih
    oleh majalah berbahasa Jawa Jaya Baya pada tahun 2004. Hal tersebut merupakan
    salah satu alasan penelitian resepsi ini diadakan. Selain itu selama ini diketahui
    bahwa penelitian tentang sastra masih berkutat pada masalah produksi saja,
    sedangkan penelitian yang berhubungan dengan resepsi kurang mendapat
    perhatian. Meskipun ada penenlitian tentang resepsi, tetapi masih banyak yang
    terhenti pada segi konseptualnya saja, maka dari itu penelitian tentang resepsi juga
    perlu diadakan secara operasional untuk memperjelas konsep-konsep yang telah
    ada.
    Masalah dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan tanggapan
    pembaca berdasarkan daya intelektual dan emosionalnya terhadap CBLMB.
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsi dan menganalisis penerimaan
    dan tanggapan pembaca berdasarkan daya intelektual dan emosionalnya terhadap
    CBLMB. Kontribusi penelitian ini terhadap ilmu sastra adalah untuk memperjelas
    tentang teori resepsi supaya tidak terhenti pada konsep saja. Selain itu, penelitian
    ini juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian dengan menggunakan
    pendekatan resepsi lainnya.
    Penelitian ini menggunakan pendekatan resepsi. Metode yang digunakakn
    yaiku metode penafsiran teks yang dilakukan oleh reseptor terhadap CBLMB.
    Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dari reseptor adalah teknik
    wawancara,baik langsung maupun tidak langsung (kuesioner dan angket), dan
    pengamatan. Reseptor sebagai sumber data dipilih dari mahasiswa Jurusan
    Pendidikan Bahasa Jawa Fakulta Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya
    sebanyak 12 orang.
    Data dalam penelitian ini meliputi resepsi dan tanggapan reseptor terhadap
    CBLMB. Analisis dilakukan dengan cara mengklasifikasikan berdasarkan daya
    dari reseptor. Kedua bagian tersebut masih dirinci lagi berdasarkan kategorikategori tertentu.
    Berdasarkan analisis data hasil penelitian, reseptor menerima dan menilai
    CBLMB sebagai cerita yang bagus dan sarat dengan pelajaran-pelajaran yang
    berguna bagi kehidupan sehari-hari. Tanggapan yang diberikan reseptor terhadap
    CBLMB ini ada 2 macam. Ada yang memberikan tanggapan berdasarkan ilmu
    yang pernah diperoleh ketika kulian teori sastra dan kritik sastra, tetapi ada juga
    yang memberi tanggapan berdasarkan perasaan (emosinya). Jika ditilik dari latar
    belakang reseptor yang diambil dari golongan akademisi yaitu mahasiswa bahasa
    Jawa yang harusnya dapat memberikan tanggapan berdasarkan ilmunya, tetapi
    dari hasil penelitian ini masih ada yang menanggapi berdasarkan perasaan
    sehingga menimbulkan suatu keunikan atau suatu hal yang aneh yang tidak
    seharusnya terjadi.

    RESEPSI-NE PAMACA MARANG CERKAK


    BINGKISAN LEBARAN SAKA PAK BUPATI
    ANGGITANE MBAH BRINTIK
    Zuni Mardliyana
    ABSTRAK
    Cerkak Bingkisan Lebaran Saka Pak Bupati anggitane Mbah Brintik
    (CBLMB) iki mujudake cerita cekak sing kapilih dening redaksi kalawarti Jaya
    Baya ing taun 2004 minangka karya pinilih. Iku mau mujudake sawijining
    alasan panliten ngenani resepsi iki dianakake. Sasuwene iki dingerteni menawa
    panliten sastra mligi ing prekara produksi, saengga panliten adhedhasar resepsi
    rada dilirwakake. Saliyane iku, panliten resepsi sasuwene iki mung winates ana
    ing konseptual wae, mula prelu dianakake panliten kanthi cara operasional sing
    bisa nyethakake konsep-konsep sing wis ana.
    Punjering panliten ing panliten iki yaiku ngenani resepsi (panampa) lan
    tanggapane pamaca adhedhasar daya intelektual lan emosionale marang CBLMB.
    Tujuwan panliten iki yaiku kanggo ngandharake lan njlentrehake resepsi
    (panampa) lan tanggepane pamaca adhedhasar daya intelektual lan emosioale
    marang CBLMB. Panliten iki bisa mupangati marang ilmu sastra mligine
    ancangan resepsi lan panliten sabanjure.
    Ancangan sing digunakake ing panliten iki yaiku ancangan resepsi. Tata
    cara (metode) sing digunakake yaiku tata cara nafsirake teks sing ditindakake
    dening reseptor. Cara (teknik) sing digunakake kanggo nglumpukake dhata yaiku
    nggunakake cara wawancara kanthi cara langsung lan ora langsung (kuesioner lan
    angket), lan pangematan marang reseptor.
    Reseptor yaiku pamaca sing menehi pambiji lan tanggapan marang CBLMB
    sing wis disebarake dening panliti. Minangka reseptore, yaiku mahasiswa Jurusan
    Pendidikan Bahasa Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
    cacah 12. Dhata diolehake saka asil wawancara marang reseptor, asile wujud
    resepsi (panampa) lan tanggapane reseptor marang CBLMB. Sabanjure dhata sing
    wis kasil diolehi, diklompokake adhedhasar dayane reseptor, yaiku daya
    intelektual lan emosional. Saka rong perangan iku diprinci maneh miturut
    tanggepan sing diwenehna reseptor.
    Adhedhasar andharane dhata asil saka panliten, wujud panampane reseptor
    marang CBLMB yaiku CBLMB mujudake cerkak sing apik lan prasaja nanging
    kebak piwulangan-piwulangan becik ngenani urip lan panguripan. Tanggepan
    sing diwenehake dening reseptor marang CBLMB ana rong werna, yaiku
    tanggepan adhedhasar ilmu sing tau diolehi nalikane kuliah teori lan kritik sastra,
    lan pambiji adhedasar emosi (rasa pangrasane). Reseptor sing dijupuk saka
    golongan akademisi, yaiku mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa, Fakultas
    Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya kudune bisa menehi pambiji
    marang sawenehe karya sastra adhedhasar kawruh sing wis tau diolehi, nanging
    sing nyebabake resepsi marang CBLMB iki unik yaiku anane pambiji adhedhasar
    emosionale.

    ISINE SKRIPSI

    KACA SAMAK........................................................................................
    KACA IRAH-IRAHAN ...........................................................................
    KACA PASARUJUKAN .........................................................................
    PISUNGSUNG .........................................................................................
    PEPELING...............................................................................................
    ATUR PANGIRING ................................................................................
    ABSTRAK................................................................................................
    DAFTAR TABEL RESEPSI ...................................................................
    ISINE SKRIPSI .......................................................................................

    i
    ii
    iii
    iv
    v
    vi
    viii
    x
    xi

    BAB I PURWAKA...................................................................................
    1.1. Alasan Panliten ...................................................................................
    1.2. Punjering Panliten ...............................................................................
    1.3. Tujuwane Panliten...............................................................................
    1.3.1. Tujuwan Umum ...............................................................................
    1.3.2. Tujuwan Khusus ..............................................................................
    1.4. Paedahe Panliten .................................................................................
    1.4.1. Paedah Teoretis ................................................................................
    1.4.2. Paedah Praktis ..................................................................................

    1
    1
    3
    4
    4
    4
    4
    4
    4

    BAB II TINTINGAN KAPUSTAKAN ...................................................


    2.1. Ancangan ...........................................................................................
    2.1.1. Tegese Resepsi .................................................................................
    2.1.2. Titikane Resepsi ...............................................................................
    2.2. Teori lan Konsep-konsep .....................................................................
    2.2.1. Perangane Resepsi ............................................................................
    2.2.1.1. Intelektual .....................................................................................
    a. Refleksi ..................................................................................................
    b. Rekreasi .................................................................................................
    2.2.1.2 Emosional .....................................................................................
    a. Impresi ...................................................................................................
    b. Reaksi ....................................................................................................
    2.2.2 Paprincene Perangane Resepsi ..........................................................
    2.2.2.1 Intelektual .....................................................................................
    a. Refleksi ..................................................................................................
    1) Presuposisi (perkiraan) ..........................................................................
    2) Afeksi (tumindak) ...................................................................................
    b. Rekreasi .................................................................................................
    1) Alur .......................................................................................................
    2) Isi ..........................................................................................................
    2.2.2.2 Emosional ......................................................................................
    a. Impresi ...................................................................................................
    1) Wujude (tampilan) .................................................................................
    2) Isine .......................................................................................................
    b. Reaksi (respon) ......................................................................................

    5
    5
    6
    8
    11
    13
    13
    13
    14
    15
    15
    16
    16
    17
    17
    17
    17
    18
    18
    19
    19
    19
    19
    19
    20

    BAB III TATA CARA PANLITEN ........................................................


    3.1 Urut-urutan Strategis-e Panliten ...........................................................
    3.1.1 Tata Carane Ngumpulake Dhata ........................................................
    3.1.2 Tata Carane Ngandharake Dhata .......................................................
    3.1.3 Tata Carane Njlentrehake Dhata ........................................................
    3.2 Ubarampene Panliten ...........................................................................
    3.2.1 Dhata ................................................................................................
    3.2.2 Sumber Dhata ...................................................................................

    21
    21
    21
    22
    23
    24
    24
    24

    BAB IV ANDHARAN LAN JLENTREHAN .........................................


    4.1. Andharan ............................................................................................
    4.1.1 Resepsi-ne Reseptor ..........................................................................
    4.1.1.1 Resepsi Adhedhasar Daya Intelektual .............................................
    a. Refleksi ..................................................................................................
    1) Presuposisi ............................................................................................
    2) Afeksi (tumindak) ...................................................................................
    b. Rekreasi .................................................................................................
    1) Ngreka Alure .........................................................................................
    2) Ngreka Isine ..........................................................................................
    4.1.1.2 Resepsi Adhedhasar Daya Emosional .............................................
    a. Impresi ...................................................................................................
    1) Wujude (tampilan) .................................................................................
    2) Isine ......................................................................................................
    b. Respon (reaksi) ......................................................................................
    4.1.2 Perangane Reseptor ...........................................................................
    4.2 Jlentrehan Ngenani Resepsi ..................................................................

    26
    26
    26
    26
    27
    29
    33
    34
    35
    36
    38
    38
    40
    44
    48
    51
    52

    BAB V DUDUTAN LAN PAMRAYOGA............................................... 58


    5.1. Dudutan .............................................................................................. 58
    5.2. Pamrayoga .......................................................................................... 59
    KAPUSTAKAN .......................................................................................
    LAMPIRAN .............................................................................................
    Lampiran 1 ................................................................................................
    Lampiran 2 ................................................................................................
    Lampiran 3 ................................................................................................
    Lampiran 4 ................................................................................................

    60
    62
    62
    63
    66
    68

    DAFTAR TABEL RESEPSI-NE RESEPTOR


    Tabel 4.1 Wujud refleksi-ne mahasiswa basa Jawa marang CBLMB ............. 28
    Tabel 4.2 Wujud rekreasi-ne mahasiswa basa Jawa marang CBLMB ............ 35
    Tabel 4.3 Wujud impresi-ne mahasiswa basa Jawa marang CBLMB ............. 39
    Tabel 4.4 Wujud respon-e mahasiswa basa Jawa marang CBLMB ................ 48
    Tabel 4.5 Pambijine reseptor marang CBLMB ............................................. 54
    Tabel 4.6 Pambijine reseptor marang CBLMB adhedhasar titikan sing katon
    55

    BAB I
    PURWAKA

    1.1

    Alasan Panliten
    Panliten ngenani sastra wis akeh. Panliten iku mau nggunakake cara (teknik)

    sing maneka warna. Tata cara (metode) sing digunakake uga beda-beda. Panliten
    sastra miturut pojok pandulu (perspektif) sastra bisa dicaketi kanthi rong ancangan
    (pendekatan), yaiku ancangan produksi lan resepsi. Kekarone kalebu tintingan
    (apresiasi) marang karya sastra. Menawa proses produksi, sing cetha ora bisa
    uwal saka pengarang, prosese nyipta, lan kahanan masyarakat nalikane teks sastra
    iku dianggit. Dene saka segi resepsi raket banget karo pengarang, teks lan pamaca
    karya sastra.
    Panliten sastra ing babagan produksi luwih akeh tinimbang resepsi. Panliten
    babagan produksi sastra mligi marang struktur lan kritik teks wae. Panliten jinis
    iki mung menehi pambiji kanthi cara subjektif. Panliten sing kaya mangkono iku
    wis kerep ditindakake. Mula saka iku panliten resepsi sing ngajak pamaca
    minangka salah sawijining bab kang wigati marang panliten teks sastra perlu
    dianakake. Bab iki raket banget karo asumsi dhasar ngenani resepsi sastra yaiku
    karya sastra dicipta kanggo diwaca. Karya sastra mujudake sarana komunikasi
    sing paling efektif kanggo pengarang lan pamaca.
    Sasuwene iki, resepsi sastra dingerteni mung winates ing segi konseptual.
    Anane konsep-konsep iku supaya ora kandheg, kudu diandharake kanthi cara
    operasional sarana dianakake panliten sing cundhuk karo konsep sing wis ana.

    Kanggo salah sijine tuladha ngenani panliten resepsi, bisa dideleng saka
    tulisane Sugeng Adipitoyo ing Prasasti ngenani panampane masyarakat marang
    lagu Genjer-Genjer nalikane jaman orde lama, orde baru lan reformasi.
    Semono uga panampane masyarakat marang lagu Cucakrowo sadurunge lan
    sawuse diganti lirik (cakepane) dening Kyai Maruf Islamuddin. Kekarone iku
    mujudake resepsi masyarakat marang lagu utawa tembang. Dene panliten iki
    ngenani resepsine masyarakat marang cerita cekak utamane sing nggunakake basa
    Jawa. Saliyane arang, panliten ing babagan iki durung tau dianakake marang
    sastra Jawa (utamane sing wujud gancaran).
    Sing dadi sumber ing panliten iki yaiku cerkak Bingkisan Lebaran Saka Pak
    Bupati anggitane Mbah Brintik (CBLMB). Cerkak iki cocog dicaketi kanthi cara
    utawa adhedhasar resepsi, amarga saliyane dadi karya pinilih uga ngandhut babbab sing narik kawigaten sing bisa nuwuhake kesan lan tanggapan saka pamacane.
    Bab iku mau jumbuh karo isi lan basa sing digunakake dening pengarang ing
    sajrone cerkak iku.
    Mbah Brintik yaiku salah sawijining pengarang kang sering nggunakake cara
    tartamtu kanggo ngolehi kesan saka pamaca. Kesan kang dituwuhake saka karya
    sing diasilake dening Mbah Brintik yaiku kesan ngguyokake (lucu/humoris).
    Kamangka tema kang dijupuk werna-werna nanging carane crita lan basa sing
    digunakake bisa nuwuhake kesan ngguyokake ora tau keri, saengga ndadekake
    salah siji tetenger sing diduweni dening Mbah Brintik. Bab iki uga sing
    nyebabake pamaca rumangsa dadi bageyan saka crita sing diwaca.
    Dene sing dadi pamaca minangka responden ing panliten iki yaiku
    mahasiswa jurusan basa Jawa Unesa. Pamaca ing kene mujudake salah sawijining

    bab kang wigati sing nyebabke pengarang nyipta karya-karya sing luwih apik
    maneh.
    Wujud panampane pamaca marang karya sastra gumatung saka tingkatane
    pamaca. Ana pamaca sing nampa karya sastra kanthi kaluguwane tanpa didhasari
    teori-teori sastra, ana pamaca sing nampa kayra sastra kanthi skemata
    kesastrawanane, adhedhasar pengalamane ing proses kreatif, ana pamaca sing
    maca karya sastra linuwih ing pambiji apik-ala lan kasil-orane (kritik) marang
    karya sastra. Ana uga pamaca sing nampa karya sastra kanthi skemata teori sastra
    sing wis ditampa amarga pancen saka kalangan akademisi (Siswanto, 2008: 98).
    Kawruhe pamaca sing tansah tambah lan owah, utawa asal lan elmu sing
    diduweni beda-beda, bisa nuwuhake panampa lan tanggapan utawa sambutan sing
    uga beda-beda. Kahanan iki nuduhake gejala menawa ing proses maca, dumadi
    interaksi, dialog antarane pamaca karo teks sing diwaca sing banjur ndadekae
    anane variasi-variasi teks (Soeratno ana ing Jabrohim, 2003).

    1.2

    Punjering Panliten
    Adhedhasar andharan ing ndhuwur, sing dadi punjering panliten yaiku

    ngenani:
    1. kepriye panampane pamaca, lan
    2. kepriye penangkepe pamaca marang CBLMB adhedhasar daya intelektual lan
    emosional-e.

    1.3

    Tujuwane Panliten
    Panliten iki duweni tujuwan umum lan tujuwan khusus kanggo njlentrehake

    punjering masalah.
    1.3.1. Tujuwan Umum:
    Ngandharake resepsi lan tanggapane pamaca marang CBLMB.
    1.3.2. Tujuwan Khusus:
    Adhedhasar tujuwan umum, panliten iki njlenrehake ngenani wujud
    panampa lan tanggapane mahasiswa basa Jawa Unesa marang CBLMB
    adhedhasar daya intelektual lan emosionale.

    1.4

    Paedahe Panliten
    Paedah saka panliten iki bisa dibedakake,

    1.4.1 Paedah Teoretis


    Panliten iki ngudal ngenani teori resepsi sastra supaya ora kandeg winates
    ana ing konsep wae. Kanggo panliten sabanjure, panliten iki bisa dadi salah
    sawijining referensi kanggo nganakake panliten sing padha utawa meh padha.
    1.4.2 Paedah Praktis
    Panliten iki bisa menehi sumbangan marang panliten ngenani sastra Jawa
    sarta minangka pathokan kanggo nganakake panliten sing luwih kanggo panliti
    lan panikmat sastra Jawa.
    Saliyane iku panliten iki uga mujudake wujud ngetrepake ketrampilan lan
    wawasan sing diolehake sasuwene kuliyah.

    BAB II
    TINTINGAN KAPUSTAKAN

    Ana ing bab iki, nyajekake ngenani tintingan sastra miturut ancangan
    resepsi lan teori ngenani resepsi. Saengga apa sing arep diudal ing mburi bisa
    cetha jluntrunge.

    2.1

    Ancangan
    Ancangan sing digunakake ing panliten iki yaiku ancangan resepsi.

    Resepsi sastra yaiku cara kepriye pamaca negesi karya sastra sing diwaca, saengga
    bisa menehi reaksi utawa tanggepan marang karya sastra iku. Resepsi sastra bisa
    diperang adhedhasar teges lan teorine.
    Kanthi nggunakake ancangan resepsi, bisa dumadi owah-owahan ing
    sajrone panliten sastra sing seje karo sing wis ditindakake sasuwene iki. Sasuwene
    iki, panliten ngenani sastra sing diutamakake yaiku teks, lan kanggo nggoleki
    teges utawa maksud teks iku panliti mara menyang pangriptane teks.
    Sejarah resepsi sing ngeblat marang teks yaiku panliten marang resepsi
    sawijining karya sastra dening pamaca ing sawijining wektu. Ana ing sejarah
    resepsi sing ndhasarake marang pamaca nliti ngenani owah-owahan pakulinan lan
    cara macane pamaca. Panliten sing kaya mangkono mung bisa ditrepake marang
    sakumpulan pamaca sing padha, tuladhane marang sakumpulan mahasiswa.
    Panliten resepsi sing ditindakake marang pamaca sing sajaman bisa uga
    nggunakake tata cara (metode) angket kanthi cecaketan (pendekatan) psikologi lan
    sosiologi.
    2.1.1Tegese Resepsi

    Teges tembung resepsi ana sajroning sastra dijupuk saka istilah resepsi saka
    ilmu psikologi. Resepsi dhewe diundhuh saka tembung reseptif sing mujudake
    bageyan saka caketan (pendekatan) persepsi, mligine persepsi konstruktif ing
    psikologi kognitif. Persepsi dhewe bisa ditegesi minangka

    sawijining proses

    carane milah, ngatur, lan nginterpretasekake informasi lan pengalaman sing ana
    banjur nafsirake kanggo ngolehake gambaran sing wigati. Pandulu ngenani
    persepsi konstruktif (intelegensia) negesake menawa panampa ngonstruksekake
    utawa mangun stimulus sing ditampa dening reseptor.
    Reseptors, or specialized neurons that actually transform phsycal energy
    into neural messages (Wallace, 1997:117)
    Reseptor-reseptor, utawa sarap-sarap sing biasane ngowahi wujude daya
    kajiwan dumadi pesen-pesen kanggo tumindak.
    Adhedhasar teges tembung reseptor ing ndhuwur, reseptor bisa ditegesi
    minangka pancaindra, yaiku pandeleng (penglihatan), pangambu (penciuman),
    pangrasa (perasa), pangrungu (pendengar) lan pandemek (peraba). Semono uga
    tembung persepsi sing sering diarani pandangan, pendapat, paradigma. Ana ing
    Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin, 2002: 358) lan Kamus Psikologi (Wulyo,
    1990: 131), persepsi ditegesi minangka proses mangerteni lan ngenali objek
    utawa prastawa objektif nggunakake panca indra. Persepsi iku mangsuli pitakon
    ngenani apa, piye lan ing ngendi utawa saka ngendi. Persepsi ing panliten iki
    digunakake kanggo mangerteni bab-bab wigati sing ana sajroning cerkak miturut
    pamaca teks sastra sing ditliti. Minangka asale teori resepsi, mula babagan
    persepsi nduweni kagunan sing wigati tumrap panliten resepsi.
    Tembung resepsi (recept) miturut Kamus Lengkap Psikologi (2002: 420)
    tegese yaiku sawijining kesan utawa gambaran mental sing kawetu saka

    tanggepan sawijining pawongan. Umar Junus nduweni panemu menawa resepsi


    sastra ditujokake marang carane pamaca menehi teges marang karya sastra sing
    diwaca, saengga bisa menehi reaksi utawa penangkep marang sastra iku. Reaksi
    saka pamaca sing wujud reaksi langsung utawa ora langsung marang sawenehe
    sastra diarani panampa (resepsi).
    Panemune Umar Junus iku mau beda kelawan sing diandharake dening
    Siegfried J. Schmidt ing Fokkema (Praptadiharja (Ed), 1998: 174) menawa
    resepsi mujudake proses negesi, kanthi anane instruksi-instruksi sing katon ing
    wujud basa marang teks tartamtu. Senajan beda, nanging panemune Umar Junus
    lan Schmidt padha-padha munjerake objeke marang teges sing diwenehake dening
    pamaca marang karya sastra. Dene Mukaovsk ngandharake panemune menawa
    resepsi sastra dipunjerake marang wujud panampane pamaca sing ora beda
    kelawan panliti. Mukaovsk lan Junus nduweni panemu sing padha ing babagan
    pamaca. Mukaovsk uga ngandharake menawa panliten iku kudu tumeka marang
    prekara-prekara metodologi historigrafi modern, hermeneutik strukturalisme.
    Cundhuk karo panemune Fokkema (Praptadiharja (Ed), 1998: 180) adhedhasar
    Jauss (ing Fokkema, 1998: 180) menawa konsep pambeda hermeneutik mujudake
    konsep sing wigati sing bisa diowahi saka hermeneutik tradisional dadi jinis anyar.
    Bab iki penting banget kanggo teori resepsi, lan mujudake konsep sing paling
    dhasar. Tradhisi strukturalis nawakake konsep relasi minangka punjere teori
    resepsi. Ana ing wiwitane, teori resepsi ngonceki ngenani relasi-relasi, dudu asal
    mula; yaiku usaha sing kawitan kanggo mangerteni sistem sinkronik sing
    dibandhingake karo teori liyane. Kanthi cara iki karya bisa maju saka dimensi
    sinkronik tumuju marang dimensi diakronik nganggo contoh representatif

    sinkronik; sejarah resepsi dudu sejarah asal muasal (Jauss ing Fokkema, 1998:
    181).
    Adhedhasar panemu iku, Fokkema (Praptadiharja (Ed), 1998: 181) menehi
    dudutan menawa sistem relasi saka unsur-unsur (fonologis, leksikal, sintaksis,
    utawa jinis tematik) teks mujudake titik tumpu (sinkronik) kanggo panliten teori
    resepsi. Beda karo panemune Fokkema, Jausz nduweni panemu ngenani panliten
    resepsi pamaca marang karya sastra bisa dicaketi nganggo pirang-pirang
    ancangan, ing antarane yaiku ancangan sing sipate eksperimental, lan
    intertekstualitas penyalinan, penyaduran, utawa penerjemahan.
    Dene andharane Endraswara (2003) ngenani resepsi sastra yaiku ancangan
    panliten sastra sing ora mung munjerake panlitene marang teks wae. Ana ing
    kene, resepsi sastra nliti teks sastra sing nduweni gegayutan tartamtu. Teks sastra
    sing ditliti adhedhasar saka gegayutane karo panampane pamaca.
    Saka sekabehe panemu ing ndhuwur, bisa dijupuk dudutan menawa resepsi
    yaiku wujud panampane pamaca marang sastra sing dicaketi nganggo ancangan
    sinkronik utawa diakronik adhedhasar teks sastra.
    Dene sing digunakake ana ing panliten iki yaiku ancangan sinkronik sing
    mung nliti panampane pamaca marang cerkak Bingkisan Lebaran Saka Pak
    Bupati ing wektu saiki.
    2.1.2 Titikane Resepsi
    Ancangan sing ndhasarake marang pamaca diarani estetik-reseptif. Lan
    kajiyan sing munjerake panlitene marang pamaca diarani kajiyan reseptif.
    Tafsiran-tafsiran estetik-reseptif nduweni tujuwan nuduhake ing ngendi lan
    kepriye teks sastra bisa meksa marang pamacane supaya aktif, supaya teks iku bisa

    ditafsirake minangka teks kanggo pamacane. Asring uga dituduhake panggonan


    sing mbatesi karepe pamaca nalika nafsirake teks.
    Ancangan resepsi sastra nduweni konsep menawa teks sastra iku polisemi.
    Menawa wae iki mujudake karya satemene, nanging bisa uga carane pamaca
    mahami teks. Konsep iki nulak anane panemu menawa teks mujudake siji-sijine
    sing nduweni teges sing mung ana ing teks iku (Junus, 1985: 160). Junus uga
    ngandharake menawa ana ing ancangan iki, teks lagi nduweni teges menawa wis
    nduweni gegayutan karo pamacane. Teks mbutuhake anane kesan (=wirkung) sing
    mung ana menawa ana pamacane.
    Kesan sing tuwuh nalika maca karya fiksi bisa wujud kesan sing sipate
    nyenengake (guyon), nentremake, nganyelake, uga rasa was-was ning ati. Kesankesan iku bisa tuwuh saka anane unsur-unsur pambentuke (Junus ing Siswanto,
    2008) njlentrehake ngenani pentinge anane pamaca anggone menehi teges marang
    karya sastra ing kasunyatan menawa karya sing padha bisa ditegesi kanthi cara
    sing beda dening pamaca sing beda. Tuladhane wae saka paraga, alur, utawa
    tetembungan sing digunakake dening pengarang kanggo ngolehake kesan tartamtu
    saka pamacane. Nanging umume kesan tartamtu iku bisa diolehi kanthi cara
    pengarang nyritakake sawijining kedadeyan nganggo tembung utawa ukara
    tartamtu. Mula saka iku, resepsi sastra ora pracaya marang anane monosemi ing
    karya sastra saka sak sumber panegesan sing otoriter sing mesthi benere. Resepsi
    sastra uga menehi kelonggaran marang pamaca kanggo negesi teks, senajan ta
    kelonggaran iku ora tau sampurna, lan mesthi ana unsur-unsur sing matesi.
    Analisis resepsi sastra, adhedhasar pambiji saka pamaca teks sastra sing dadi
    objek panliten. Resepsi sing ana gandheng cenenge karo interpretasi yaiku nliti

    konkretisasi pamaca marang sawijining karya sastra (Abdullah ing Jabrohim,107111: 2003). Resepsi sastra uga ana gandheng cenenge karo bab sing aktif lan
    dinamik, yaiku kepriye wong bisa nampa sawijining perkara, utawa kepriye wong
    bisa ngolehake kesan, utawa menehi teges marang sawijining teks (Junus, 87:
    1985).
    Gegayutan antarane karya sastra karo pamaca ora cetha kaya gegayutan
    antarane pengarang karo karya sastra ing proses produksine. Adhedhasar iku,
    panliti munjerake kawigatene marang fenomena komunikasi sastra ana ing sajrone
    reroncen pengarang-karya-pamaca, sing salah sijine winates ana ing panampane
    pamaca marang karya sastra, yaiku karya-pamaca (Junus, 1985: 106). Mula saka
    iku panliten iki mung munjerekae panliten marang wujud panampane pamaca
    marang karya sastra.
    Wujud panampane pamaca marang karya sastra gumatung saka tingkatane
    pamaca. Ana pamaca sing nampa karya sastra kanthi kaluguwane tanpa didhasari
    teori-teori sastra, ana pamaca sing nampa karya sastra kanthi skemata
    kesastrawanane, adhedhasar pengalamane ing proses kreatif, ana pamaca sing
    maca karya sastra linuwih ing pambiji apik-ala lan kasil-orane (kritik) marang
    karya sastra. Ana uga pamaca sing nampa karya sastra kanthi skemata teori sastra
    sing wis ditampa amarga pancen saka kalangan akademisi (Siswanto, 2008: 98).
    Bekal pamaca sing tansah tambah lan owah, utawa asal lan ilmu sing diduweni
    beda-beda, bisa nuwuhake panampa lan penangkep utawa sambutan sing bedabeda. Kahanan iki nuduhake gejala menawa ing proses maca, dumadi interaksi
    utawa dialog antarane pamaca karo teks sing diwaca lan bisa ndadekake anane
    teks sing werna-werna (Soeratno ing Jabrohim, 2003).

    Pamaca sastra yaiku sing nduweni, nampa, nafsirake, menehi, lan ngronce
    teges marang karya sastra saengga ngasilake pambiji tartamtu (Aminuddin, 1991:
    94). Panemu iki cundhuk karo sing diandharake dening Beach (1993: 7-8)
    menawa respon iku nduweni limang pandulu, yaiku tekstual (textual),
    pengalaman (experiential), psikologis (psychological), sosial (social), lan budaya
    (cultural). Adhedhasar pandulu iku, Beach uga ngandharake menawa paham
    marang respone pamaca marang sawijining teks. Sawijining pawongan bakal
    menehi penangkep marang sawijining teks adhedhasar kawruh sing diduweni,
    tuladhane, nalikane menehi respon crita ngenani alam ghaib, pamaca menehi
    respon adhedhasar konsep-konsep sing wis diduweni kanggo mbadhe ngenani
    crita iku mau. Mula saka iku, partisipasi pamaca ndadekake teks sastra bola-bali
    owah miturut pamacane (yaiku masyarakat pamacane) (Soeratno ing Jabrohim,
    2003: 145-153).
    Pamaca ing kene mujudake salah sawijining bab kang wigati sing nyebabake
    pengarang nganggit karya-karya sing luwih apik maneh. Pambijine pamaca
    marang crita uga beda-beda. Kabeh iku adhedhasar saka carane pengarang crita
    lan pamilihane basa. Amarga ragam basa uga nduweni daya (pengaruh) sing
    gedhe marang titikane pengarang.

    2.2

    Teori lan Konsep-konsep


    Panliten ngenani resepsi sastra iki nggunakake ancangan fomenologi

    (adhedhasar gejala sing katon). Titikan sing dimaksud yaiku gejala sing katon ana
    ing pamaca teks sastra, bisa gandrung, seneng, sedhih lan utawa kepingkelpingkel (Endraswara, 2003: 122). Reaksi pamaca marang sawenehe karya sasra

    bisa uga dideleng saka wujud panampa lan penangkep saka pamaca (masyarakat
    pamaca) saka sistem sastra sing beda (Soeratno ing Jabrohim, 2003). Pamaca
    karya sastra ora mung dadi panikmat wae, nanging pamaca ing kene minangka
    subjek sing nindakake aktivitas kanthi cara dinamis kanthi nggawa teks sastra iku
    ing urip padinan, perasaan, pamikiran lan imajinasine (Aminuddin, 1991: 49).
    Lakon pamaca sing wigati banget ing komunikasi sastra nuduhake menawa
    ancangan sastra ora mung mligi marang teks wae, nanging uga menehi panggonan
    marang pamacane, yaiku ing proses gegayutane karo teks sastra sing diadhepi.
    Mula saka iku teks sastra nduweni teges gumantung saka pamaca utawa
    panampane, amarga pamaca sing menehi kesan, penangkep, lan panampa teks
    sastra (Endraswara, 2003: 122). Kesan mujudake minat lan kecenderungan salah
    sawijining wong marang wacan sing diadhepi. Reaksi langsung saka pamaca sing
    wujud panampa (resepsi) saka teks sing wujud wacan sing didadekake teks
    konkret miturut saka teges, pengalaman, lan penghayatan saka pamaca adhedhasar
    telung konvensi yaiku konvensi basa, sastra, lan budaya ( Pratodokusumo, 2005:
    55). Tanggepan pamaca marang sawenehe sastra nduweni rong konsep: kapisan
    konsep ngenani carane nanggepi karya sastra; lan kapindhone konsep ngenani
    pamacane. Anane tanggepan saka pamaca nuduhake aktivitase pamaca nalika
    nampa karya sastra. Menawa ana tanggepan sing beda, wujud karya minangka
    objek estetik uga beda. Pamaca menehi tanggepan utawa sambutan marang karya
    sastra amarga ana unsur estetis saka karya sastra.
    Kanggo nggampangake anggone ngandharake konsep, mula ing ngisor iki
    dicethakake ngenani teori pamerange resepsi lan peprincen pamerange resepsi
    adhedhasar wujud panampane pamaca.

    2.2.1 Perangane Resepsi


    Wujud resepsi-ne pamaca marang karya sastra bisa werna-werna. Nanging
    Segers (1978: 109) merang resepsi pamaca marang karya sastra dadi rong
    perangan, yaiku intelektual lan emosional. Resepsi kang kalebu ing kategori
    intelektual yaiku wujud panampa sing ana gegayutane karo babagan tekstual,
    tuladhane resepsi adhedhasar basa, paraga, dalane crita lan liya-liyane. Dene sing
    kalebu golongan emosional, yaiku pamaca sing menehi penangkep adhedhasar
    rasa pangrasane (emosi), tuladahane, ndredeg bisa kerut ana ing sajroning crita,
    lan liya-liyane.
    Senajan pamaca sing dadi objeke panliten saka golongan akademisi
    ananging ora kabeh pamaca mau bisa nampa adhedhasar kawruh ngenani sastra
    sing diduweni. Bisa uga pamaca iku nampa crita adhedhasar daya emosional (rasa
    pangrasane).

    2.2.1.1 Intelektual
    Perangan iki dumadi saka wujud refleksi lan rekreasi-ne pamaca marang
    cerkak sing mentas diwaca.
    a. Refleksi
    Refleksi, maca cerkak utawa sastra liyane bisa didadekake minangka
    sarana kanggo mbalekake kahanan awak utawa pikiran sing tegang utawa
    spaneng. Kanthi maca cerkak utawa wacan liya sing ngandhut unsur hiburan,
    sawenehe pamaca bisa owah pikirane dadi entheng lan ora spaneng maneh.
    Saliyane iku, pamaca uga bisa introspeksi lan mawas diri amarga crita sing
    mentas diwaca. Wacan sing bisa didadekake sarana refleksi kayata wacan sing

    mbahas ngenani urip lan panguripan sing ngandhut piwulang-piwulang becik sarta
    sing ana kawruh utawa guyon parikenane. Refleksi miturut Chaplin (ing Kartono
    (Ed), 2002: 424) yaiku mikir liwat pengalamane dhewe sangka jaman sing
    kawuri. Teges iki cundhuk karo sing diandharake dening Wulyo, yaiku kesankesan sing ditampa dening perasaan ngenani kahanan awake dhewe, sing ana
    gegayutane karo pengalaman ing jaman kawuri. Mula saka iku, refleksi bisa
    digunakake minangka ngilone manungsa kanggo tumindak sing luwih apik
    tinimbang sadurunge. Ana ing konteks resepsi iki, refleksi bisa ditegesi minangka
    sarana pangilone manungsa adhedhasar karya sastra sing mentas diwaca kanggo
    dijupuk hikmah, amanat lan piwulang becik sing kinandhut ana sajroning karya
    sastra iku.
    b. Rekreasi
    Teges tembung rekreasi bisa dideleng saka tembung pambentuke, yaiku
    tembung re sing tegese balik (maneh) lan create (kreasi) sing tegese nyipta. Yaiku
    nyipta ulang (mengkreasikan kembali). Dadi wacan sing mentas diwaca dening
    pamaca didadekake minangka salah sawijining pathokan utawa acuan kanggo
    nggawe crita maneh. Adhedhasar crita utawa film sing mentas diwaca utawa
    dideleng, pamaca nyoba nyipta utawa nganggit crita sing memper utawa mbuntut
    (nerusake) crita sing wis ana. Saengga saka crita sing mentas diwaca, pamaca oleh
    sawenehe inspirasi kanggo nyipta utawa panjurung kanggo nggawe crita anyar
    (ngreka).
    Rekreasi utawa tumindak penangkep (Kartono, 2002: 400) yaiku tumindak
    sing wujud penangkep marang sawijining asil karya. John ana ing Kamus InggrisIndonesia negesi tembung rekreasi (recreate) yaiku melukiskan kembali. Ateges

    samubarang sing wis tau dideleng utawa diweruhi, dening wong digambarake
    maneh miturut imajinasine awake dhewe. Saengga ana wujud kreasi sing anyar
    adhedhasar kreasi sing wis tau ana. Semono uga teges sing diwenehake dening
    Pei (1971) ngenani tembung rekreasi. Miturut panemune, tembung rekreasi
    (recreate) nduweni teges to create anew, as in ones imagination. Teges sing
    diwenehna Pei iki ora beda adoh karo panemune John. Kekarone padha-padha
    negesi tembung rekreasi minangka tumindak nyipta samubarang sing anyar
    miturut imajinasi-ne adhedhasar samubarang sing wis tau ana. Panemu iki
    menawa digathukake karo panemune Chaplin (ing Kartono) sabenere uga ora
    beda adoh. Tumindak nyipta bisa uga wujud sawijing penangkep sing diwenehake
    pawongan marang samubarang sing wis tau dideleng.

    2.2.1.2 Emosional
    Sing kalebu perangan adhedhasar daya emosional yaiku impresi lan
    respon-e pamaca marang crita sing diwaca.
    a.

    Impresi
    Impresi utawa kosok balene ekspresi, yaiku kesan, efek marang panca

    indra, efek utawa daya (pengaruh) marang pikiran utawa perasaan sing sipate
    mbangetake (Purwadarminta, 1976). Dene Chaplin (ing Kartono, 2002: 240)
    negesi tembung impresi minangka 1) salah sawijining pangematan fenomenologis,
    utawa penghayatan sing ora bisa diandharake, 2) salah sawijining pamikiran,
    panemu, utawa putusan sing wagu; dudutan sing wagu. Anane impresi saka
    pamaca marang sawijining cerkak ora mokal anane. Sebab cerkak ngandhut
    prekara sing bisa njalari pamaca rumangsa seneng, sedhih utawa liya-liyane

    nalikane utawa sabubare maca cerkak iku mau. Impresi saka pamaca bisa wujud
    simpati miturut Kamus Psikologi (Wulan, 1990: 156) yaiku 1) rasa sing sak
    paham; 2) rasa rumangsa ngalami utawa ngasarakake apa sing dirasakake dening
    wong liya lan empati miturut Kamus Psikologi (Wulyo, 1990: 62) yaiku realisasi
    lan pangerten marang pangrasa utawa mahami pikirane wong liya kanthi cara
    ngempakake awake utawa melu ngarasakake perasaane wong liya sing sabenere.
    b. Reaksi (respon)
    Respon utawa reaksi-ne pamaca bisa kawetu nalikane pamaca nemokake
    bab-bab sing nyleneh utawa nyimpang saka crita utawa lelakon sing diadhepi ana
    sajroning cerkak. Respon bisa tumindak mindhakake (ngupamakake) nalikane
    pamaca ing panggonan utawa nglakoni (nemahi) lelakon kaya sing lagi diadhepi
    dening paraga ing crita. Saengga pamaca kadhang kala gregeten utawa mbatin
    dhewe nalikane maca utawa ndeleng crita.

    2.2.2 Peprincene Perangane Resepsi


    Saka perangan ing ndhuwur, saben-saben bageyan nduweni pricen utawa
    ros kaya sing arep diandharake adhedhasar daya intelektual lan emosional. Kanthi
    cara emosional perangane bisa kaperang maneh dumadi refleksi lan rekreasi.
    Dene saka daya emosional, perangane dumadi saka rong perangan, yaiku impresi
    lan reaksi (respon). Luwih cethane bisa dideleng ing andharan ing ngisor iki.
    Saka perangan-perangan bisa diprinci maneh miturut wujud resepsi-ne
    pamaca. Paprincen iku diandharake kaya ing ngisor iki:
    2.2.2.1 Intelektual
    a.

    Refleksi

    Wujud refleksi iki bisa dideleng saka reaksi (respon) lan afeksi (tumindak)
    sing kawetu saka pamacane.
    1) Presupposition (perkiraan)
    Miturut Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin, 2006: 41) presupposition utawa
    asumsi yaiku prakiraan sing nyethakake menawa samubarang iku bener kanggo
    ngrembakane teori. Dene Wulyo ana ing bukune Kamus Psikologi (1990: 22)
    negesi tembung asumsi minangka anggepan sing isih prelu dibuktekake
    kabenerane.
    Penafsiran yaiku wujud khusus ngenani lapurane panampa. Pada dene
    panampa liyane, ing kene pamaca sing nafsirake lan tegesi teks sastra, nanging
    tafsiran-tafsiran iku mesti karonce kanthi cara sing sistematik (Luxemburg,1992:
    62). Tafsiran sing diwenehake dening pamaca biyasane tuwuh sawuse ndeleng
    utawa maca bageyan sing katon.
    2) Afeksi (tumindak)
    Pamaca bakal tumindak luwih ngati-ati lan waspada sabubare maca crita
    utawa ndeleng lelakon sing ngandhut piwulang becik. Piwulang iku bisa wujud
    lelakon utawa amanat sing kinandhut ing sajrone crita utawa film. Saka lelakon
    lan amanat iku, pamaca nyoba kanggo luwih waspada saupama nemoni lelakon
    sing padha kaya ing crita utawa film sing mentas diwaca utawa dideleng. Pamaca
    uga nyoba mbalekake marang awake dhewe utawa ngilo saka prastawa sing
    mentas ditemahi dening paraga ing sajrone crita, supaya ora nganti lelakon sing
    ala lan kurang nyenengake ngreridhu uripe ing tembe mburi.
    b. Rekreasi

    Ana ing perangan rekreasi, wujud resepsi bisa dideleng lan diolehi saka
    conception (konsepsi). Konsepsi bisa ditegesi minangka 1) proses nggambarake
    ide (gagasan) utawa proses mikir, 2) proses nyiptakake konsep, 3) sawijining ide
    umum utawa klompok ide sing gegayutan, kayata konsepsi ngenani komunisme
    (Chaplin, 2006: 102). Anane crita lan piwulang sing becik, sawenehe pamaca bisa
    nduweni konsepsi ngenani urip lan panguripan utawa bab liyane adhedhasar crita
    utawa samubarang.
    Anane konsepsi iku bisa diolehi saka alur lan isine crita. Saka alure, pamaca
    bisa nyipta alur sing luwih kreatif utawa niru carane pengarang nggunakake alur
    ana sajroning crita. Wujud panampa sing mangkene iki biyasane mung klakon
    marang pamaca sing kreatif.
    1) Alur
    Alur ana sajroning mujudake sawining bab sing wigati sing nyengkuyung
    lakune crita. Alur sing ana sajroning crita bisa nyengkuyung dalane crita saengga
    narik kawigaten. Saben-saben crita nduweni alur sing beda-beda, bisa maju,
    mundur, utawa campuran. Anane alur sing narik kawigaten kanggo pamacane bisa
    didadekake sawijining inspirasi anyar dening pamacane kanggo nyipta crita sing
    alure memper kaya crita sing diwaca. Utawa saka alur sing kurang apik, pamaca
    uga bisa oleh piwulang, menawa ngarang crita supaya ora nggunakake alur sing
    saemper merga alur sing mangkono kurang apik.

    2) Isi
    Saliyane saka alur, pamaca sing kreatif uga bisa oleh inspirasi anyar kanggo
    ngarang crita adhedasar isi sing dicritakake ing sajrone crita sing diwaca. Isi lan

    tema sing apik lan arang dibahas, bisa dadi sawijining tema sing narik kawigaten
    kanggone pamaca crita. Menawa pamacane mujudake pamaca sing kreatif, isi
    saka sawijining crita bisa direka maneh dadi crita sing beda kanthi isi sing padha
    utawa meh padha.

    2.2.2.2 Emosional
    a.

    Impresi
    Efek sing wujud simpati utawa empati saka cerkak marang pamaca bisa

    katon saka unsur-unsur sing ana sajroning cerkak. Nanging ing panliten iki mung
    munjerake dumadine efek iku adhedhasar wujud lan isine cerkak.
    1) Wujude (tampilan)
    Cerkak bisa narik kawigatene pamaca yen nduweni wujud (tampilan) sing
    apik. Wujud cerkak bisa dibedakake dadi rong werna, yaiku ideal lan ora ideal.
    Wujud sing ora ideal bisa dideleng saka panganggone basa lan carane panganggit
    nyritakake lan ngemas critane sing beda saka pengarang-pengarang umume.
    Wujud sing kaya mangkene bisa nuwuhake impresi saka pamacane.
    2) Isine
    Karya sastra bisa diarani apik lan nengsemake utawa ala lan nganyelake
    gumantung saka isi sing dicritakake dening pengarange. Isi mujudake bab sing
    wigati kanggo karya sastra, merga saka isi pamaca bisa menehi pambiji marang
    karya sastra sing diwaca. Sastra bisa diarani apik lan nengsemake menawa bisa
    nggawa pamaca kerut lan melu ngrasakake apa sing dirasakake dening paraga ana
    sajroning cerkak adhedhasar isi sing dicritakake.
    b. Reaksi (respon)

    Respon utawa reaksi pamaca marang sawijing crita bisa wujud rasa pangrasa
    sing bisa nyebabake pamaca bisa kerut ana sajroning crita lan ngrasakake apa sing
    dirasakake dening paragane. Respon bisa kawetu nalikane pamaca nemokake babbab sing nyleneh utawa nyimpang saka crita utawa lelakon sing diadhepi ana
    sajroning cerkak. Respon bisa awujud pangalembana marang crita utawa
    paragane, tuladhane apik, ala seneng, ngumun, serik lan sapanunggalane. Saengga
    pamaca kadhang kala gregeten utawa mbatin dhewe nalikane maca utawa ndeleng
    crita.

    BAB III
    TATA CARA PANLITEN

    Bab iki mbeberake ngenani tata carane panliten ngenani resepsi-ne


    mahasiswa basa Jawa marang CBLMB. Tata cara iki dumadi saka rong perangan,
    yaiku ngenani tahapan strategis lan ubarampene panliten. Kanggo luwih cethane
    ing ngisor iki bakal diandharake kanthi gamblang.

    3.1

    Urut-urutan Strategise Panliten


    Kanggo kaleksanane panliten ngenani resepsi-ne pamaca marang CBLMB

    iki, panliti merang lan ngolah kanthi telung tata cara (metode), yaiku tata carane
    nglumpukake dhata, ngandharake dhata, lan njlentrehake dhata.
    Saben-saben tahapan dibeber kanthi rinci kaya ing ngisor iki:
    3.1.1 Tata Carane Nglumpukake Dhata
    Dhata sing digunakake ing panliten iki diklumpukake kanthi nggunakake tata
    cara (metode) pustaka lan cara (teknik) wawancara.
    Tata cara (metode) pustaka yaiku tata cara sing nggunakake sumber-sumber
    pustaka minangka dhasar panliten. Tata cara (metode) pustaka sing ana
    gegayutane karo panliten iki yaiku pustaka ngenani panliten, sastra lan buku-buku
    liyane sing bisa nyengkuyung. Ing panliten iki sing wujud sumber pustaka utama
    yaiku CBLMB saka kalawarti Jayabaya no. 33, minggu III/April/2004. Saliyane
    iku, panliti uga nggunakake tata cara (metode) nafsirake teks. Tata cara iki
    digunakake dening reseptor nalikane menehi pambiji marang CBLMB. Panliti
    uga nafsirake CBLMB kanthi pojok pandulune panliti minangka pathokan sing
    bisa kanggo bandhingan nalika ngandharake dhata.

    Cara (teknik) wawancara yaiku sagunggunge pitakon lisan sing digunakake


    kanggo ngolehake informasi saka reseptor (Arikunto, 2006: 151). Arikunto (2006:
    227) uga ngandharake menawa cara (teknik) wawancara yaiku tata cara
    nglumpukake dhata kanthi cara menehi pitakonan-pitakonan marang reseptor
    kanggo golek informasi kang dibutuhake. Ing panliten resepsi iki, dhata sing
    wujud asil wawancara nglumpuk sawuse panliti nyebarake CBLMB marang
    reseptor kanggo diwaca lan sabanjure diwenehi pitakonan ngenani panampa lan
    penangkepe marang cerkak iku.
    Wawancara sing ditindakake ing panliten iki ana rong werna, yaiku
    wawancara tinarbuka (langsung) lan wawancara katutup (angket). Wawancara
    tinarbuka ditindakake kanggo nggolek dhata ngenani panampa lan penangkepe
    pamaca marng CBLMB. Kanggo nyocogake (cross ceck) ngenani resepsi-ne
    reseptor, mula panliti nyebarake angket adhedhasar titikane CBLMB sing katon.
    Dadi yen ditulis kanthi urut, pisanan panliti golek cerkak anggitane Mbah
    Brintik lan nyeleksi utawa milah-milah sing pantes didadekake objek panliten
    adhedhasar ancangan resepsi. Saka cerkak sing wis kapilih, panliti banjur ngopi
    lan nyebarake cerkak, yaiku CBLMB marang reseptor. Seminggu sabanjure,
    panliti nganakake wawancara marang reseptor kanggo ngolehake dhata sing
    dibutuhake. Dhata sing wis kasil dilumpukake saka reseptor ora mung winates
    asil wawancara, nanging panliti uga nganakake pangematan lan menehi angket
    marang reseptor saengga dhata sing diolehi luwih valid.
    3.1.2

    Tata Carane Ngandharake Dhata

    Saben-saben panliten wis mesthi nduweni tujuwan. Kanggo bisa tumeka


    marang tujuwan sing wis ditintingi, diprelokake tata cara (metode) sing trep

    kanggo ngandharake dhata. Kanthi ngecakake tata cara ing sajrone panliten bisa
    mbiyantu tujuwane panliten, saengga dhata sing wis kasil diklumpukake
    mujudake dhata sing bener lan objektif.
    Tata carane ngandharake resepsi saora-orane kudu ngliwati rong urutan:
    1. marang pamaca individu utawa klompok diwenehi sastra. Pamaca diwenehi
    pitakonan lisan lan tulis ngenani kesan lan panarimane marang sastra iku.
    Oleh-olehane ditulis ana ing angket. Nanging kanggo oleh-olehan sing wujud
    andharan utawa alasan diandharake kanthi cara kualitatif cathetan lapangan,
    2. pamaca disuwun nginterpretasekake karya sastra (ing panliten iki yaiku
    CBLMB). Banjur interpretasi iku diandharake kanthi cara kualitatif.
    Saka rong urutan iku, sing kudu ditengenake yaiku nindakake panliten sing
    asipat eksperimental. Panliten sing kaya mangkene iki asipat sinkronis
    (Endraswara, 2003: 126).
    Cundhuk karo cuwilan teori mau, ing panliten iki uga nindakake tata cara sing
    meh padha. Jangkah sabanjure, dhata sing wis nglumpuk diandharake (dianalisis)
    adhedhasar teori sing ana.
    3.1.3 Tata Carane Njlentrehake Dhata
    Dhata sing wis nglumpuk sing wujud cathethan lapangan lan angket
    dijlentrehake (dibahas) kanthi cara deskriptif. Tata cara deskriptif yaiku tata cara
    ngonceki dhata kanthi nggunakake tetembungan (dudu angka) kang bisa menehi
    katrangan utawa andharan panliten adhedhasar dhata kang diantuki saka klompok
    subjek kang ditliti (Azwar, 1998: 126).
    Senajan nggunakake tata cara eksperimen, dhata sing diolehi bakal diolah
    maneh didadekake dhata kualitatif lan dijlentrehake nganggo tetembungan

    (deskriptif). Dene ancangan (pendekatan) sing digunakake yaiku ancangan


    (pendekatan) resepsi, amarga dhata sing diolehi adhedhasar saka panampa lan
    penangkep reseptor (pamaca).
    3.2

    Ubarampene Panliten
    Kanggo ngantukake dhata sing valid, sawijining panliten kudu nduweni lan

    nggunakake ubarampe sing cocog supaya dhata bisa diklumpukake kanthi


    gampang. Ubarampe sing diprelokake ing panliten resepsi iki yaiku dhata, sumber
    dhata, lan reseptor (pamaca).
    3.2.1 Dhata
    Dhata ing panliten iki awujud dhata utama (primer) lan dhata sekunder
    (panyengkuyung). Dhata utama (primer) ing panliten iki yaiku panampa lan
    penangkepe reseptor marang CBLMB sing mujudake asil saka wawancara sing
    ditindakake dening panliti lan CBLMB sing kapacak ana ing Jaya Baya no. 33,
    minggu III/April/2004

    minangka karya pinilih. Dene dhata sekunder

    (panyengkuyung) yaiku buku-buku ngenani sastra, utamane resepsi sastra lan


    buku-buku psikologi, utamane ngenani psikologi kognitif.
    3.2.2 Sumber Dhata
    Sumber dhata ing panliten mujudake subjek saka ngendi bisa ngolehake
    dhata (Arikunto, 1998: 114). Ana ing panliten iki sing dadi sumber dhata yaiku
    CBLMB lan pathokan pitakonan sing dadi pathokan kanggo ngolehake resepsi lan
    penangkep saka reseptor (mahasiswa basa Jawa Unesa). Saliyane iku, resepsi lan
    penangkep sing wis diolehi saka reseptor uga mujudake sumber sing paling
    dibutuhake ing panliten resepsi.

    Kanggo ngolehake dhata dibutuhake pirang-pirang reseptor kanggo


    diwawancarai. Sing dadi reseptor yaiku mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa
    Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya cacah 12. Alasane
    merga mahasiswa mujudake pamaca saka kalangan wong sing ngerti (akademisi)
    sing bisa menehi pambiji marang CBLMB adhedhasar teori sastra lan kritik sastra
    sing tau diolehi nalika kuliyah. Mahasiswa Jurusan Basa Jawa, Fakultas Bahasa
    dan Seni, Universitas Negeri Surabaya ing kene bakal menehi interpretasi marang
    cerkak sing dadi sumbering panliten.

    BAB IV
    ANDHARAN LAN JLENTREHAN

    Bab iki nyuguhake ngenani andharan (analisis) ngenani resepsi-ne reseptor


    sing awujud panampa lan penangkep sarta jlentrehan (pembahasan) ngenani
    resepsi-ne reseptor sing awujud panampa lan penangkep marang CBLMB sawuse
    dianakake evaluasi.

    4.1 Andharan kanthi Judhul Resepsi-ne Pamaca


    Wujud panampane lan penangkepe reseptor

    marang CBLMB bisa

    diklompokake adhedhasar daya intelektual lan emosional-e. Senajan reseptor


    sing dipilih saka golongan akademisi, nanging durung mesthi kabeh bisa nampa
    CBLMB kanthi nggunakake kawruh ing babagan sastra sing diduweni. Bisa uga
    reseptor-reseptor iku nampa CBLMB adhedhasar rasa pangrasane (daya
    emosional-e).

    4.1.1 Resepsi Adhedhasar Daya Intelektual


    Adhedhasar daya intelektual-e, pamaca bisa menehi pambiji utawa
    penangkep marang CBLMB sing arupa refleksi lan rekreasi. Refleksi lan rekreasine reseptor bakal kaandharake ing ngisor iki.
    4.4.1.1 Refleksi
    Ana ing Kamus Psikologi, tembung refleksi nduweni teges mikir kanthi cara
    pengalamane dhewe sangka jaman sing wis kawuri. Ana ing konteks iki, refleksi
    bisa ditegesi maca cerkak utawa sastra liyane minangka sarana kanggo mbalekake
    kahanan awak utawa pikiran sing tegang utawa spaneng. Refleksi mujudake

    sawijining pangilon supaya bisa introspeksi lan mawas diri. Introspeksi lan
    mawas diri iku bisa dideleng saka reaksi (respon)-e pamaca marang cerkak lan
    tumindak sing arep ditindakake sabubare maca cerkak.
    Adhedhasar teges iku, CBLMB uga mujudake sarana refleksi kanggo
    reseptor-e. Saka dhata sing wis kasil kaimpun, ana reseptor sing kahanan ati lan
    pikirane saya entheng lan/utawa bisa nglilangake stress sing dialami dening
    pamaca sing lagi akeh pikiran.
    Sarana maca cerkak, sawenehe wong bisa oleh piwulang ngenani urip
    minangka pangilon kanggo introspeksi lan luwih mawas diri saka kedadeyankedadeyan sing memper karo cerkak sing mentas diwaca.
    Semono uga sing kedaden marang reseptor sing maca CBLMB, akeh banget
    piwulang sing bisa kapethik saka crita iki. Pamaca ngakoni menawa konflikkonflik sing dialami dening paraga pak Lurah bisa didadekake pangilon kanggo
    urip ing tembe mburi. Saliyane iku, uga saka konflik-konflik iku pamaca bisa
    luwih waspada marang kedaden sing saemper karo cerkak lan nduweni ancangancang kanggo mrantasi perkara iku.
    Kanggo mangerteni wujud refleksi-ne reseptor marang CBLMB bisa
    dideleng saka tabel 4.1.
    Tabel 4.1
    Wujud refleksine reseptor marang CBLMB
    Refleksi
    Presupposition (pangira-ngira)
    No.
    Reseptor

    Titikan
    pengarang
    Tembung
    /basa

    R-1

    Afeksi
    (tumin
    dak)

    Isine crita

    Tema

    Penasaran

    Katrangan

    Melu ngrasakne Ancang


    sing dirasakne -ancang
    paragane

    Diselingi tetembungan sing


    bisa nuwuhake kesan lucu;
    cerkake
    bakal
    mbahas
    ngenani bingkisan nanging

    R-2

    R-3

    R-4

    R-5

    R-6

    R-7

    R-8

    R-9

    R-10

    durung
    ngerti menawa
    bakal ana konflik-konflik;
    menawa dadi pemimpin
    kudu
    ngerti
    karepe
    andhahane
    Panganggone
    tembung
    istimewa merga nggunakake
    basa rinengga; alure kurang
    sambung antarane awal
    nganti pungkasan,
    Ana parikane; Isine crita
    bisa didadekake tuladha
    kanggo para pimpinan ing
    negara Indonesia
    Nggunakake dialek-dialek
    nanging ora ngerti saka
    dhaerah ngendi; ngandhut
    piwulang-piwulang becik
    Kebak klawan paribasan,
    parikan
    lan
    tembunge
    blakasuta sarta gampang
    dingerteni;
    rumangsa
    khawatir marang nasibe pak
    Lurah
    Nggunakake
    basa-basa
    kiasan
    lan
    paribasan;
    penasaran lan ngarep-arep
    pak Lurah bisa ngatasi
    masalahe; menawa dadi
    pimpinan kudu ndeleng
    andhahane; critane mbok
    menawa bisa luwih apik yen
    endinge ora ngambang
    Basa sing digunakake seje
    saengga pengin ngerti tegese
    tetembungan iku; pengarang
    kerep
    njupuk
    ngenani
    prekara cilik sing arang
    digatekake
    dening
    masyarakat;
    Pengarang
    nyritakake
    ngenani
    urip
    lan
    panguripane wong Jawa;
    sejatine
    critane
    biyasa
    nanging dicritakake kanthi
    cara sng narik kawigaten
    saengga nuwuhake kritikan
    saka pamacane
    Temane ngenani politik;
    Kepengin dadi kaya lurah
    sing rela berkorban lan
    bijaksana
    Sing nuduhake ciri khase
    pengarang yaiku saka alur
    sing digawe narik kawigaten
    kanggo pamacane supaya

    R-11

    R-12

    maca simh luwih akeh


    maneh.
    Saliyane
    iku
    tembung-tembung
    guyon
    sing arang ditemokake ing
    karya-karya saka pengrang
    liyane; saka penganggone
    basa ndadekake bageyan
    saka crita; apabila menjadi
    seorang pemimpin harus
    adil meski dicacat harus
    tetap
    adil
    meski
    mengorbankan kepentingan
    pribadi di atas kepentingan
    orng banyak
    Tetembungane akeh sing
    umum nanging ana sing
    beda yaiku anane kerata
    basa, wangsalan lan parikan,
    ana uga tembung sing
    nuwuhake efek lucu; Ora
    patia monoton utawa kaku
    merga
    nggambarake
    kedaden sing ana ing
    masyarakat; prihatin marang
    kahanan
    masyarakat
    menawa kaya ing crita
    Onja ing paraga lan
    karaktere, critane natural
    lan apa anane

    a. Presupposition (perkiraan)
    Kanthi cara maca cerkak, pamaca bisa menehi pangira-ngira ngenani ciri
    khas sing sing manjila saka pengarang. Kaya dene reseptor CBLMB sing uga
    nduweni pangira-ngira ngenani ciri khas karangane Mbah Brintik adhedhasar
    cerkak-cerkak karyane Mbah Brintik sing wis tau diwaca.
    Saka reseptor sing cacahe rolas, ana enem sing wis tau maca karyane Mbah
    Brintik saliyane CBLMB. Saka enem sing wis tau maca iku menehi pangira-ngira
    menawa ciri khas sing paling onja saka cerkake Mbah Brintik yaiku saka
    tetembungan lan basa sing digunakake minangka sarana crita. Basa sing
    digunakake prasaja, apik, blakasuta (blak kotang), lan ngandhut sawenehe basa
    rinengga senajan kadhang kala diplesetne.

    Diarani prasaja merga pancen basa sing digunakake basa padinan sing wis
    asring banget digunakake dening masyarakat. Ngandhut basa rinengga kayata
    kerata basa, kayata kerata basa kang ana ing CBLMB senajan ta diplesetake.
    Tuladhane yaiku tembung lurah sing diwenehi teges 1) ngelu nyang sirah, 2)
    alune ora mblarah, 3) alune diarah-arah. Kerata basa plesetan iki bisa dideleng
    ana ing pacelathon antarane pak Lurah karo bu Lurah kaya sing kapethik ana ing
    ngisor iki:
    .....
    Tibane dadi lurah ki gawe ngelu nyang sirah ya Pak? Jajal nek ana masalah
    ngene iki, Riyaya wis mepet, ora mikir kebutuhane dhewe, malah mumet
    mikir masalahe wong liya. Oalah ...luuraaaah, lurah... ngelu nyang sirah
    ....huh!
    Pak Lurah nggone numpangi omongane Bu Lurah karo ngguyu,
    Lawong mandhak ngelu sirahe bae apa gupuh sing adol Panadol akeh,
    Bodrex toko ya nlecek. Gak gelem ngelu sirahe, ya aja dadi lurah..., sing
    penting kuwi, lurah, alune ora mblarah ya ta? Hihiiiilkkk....
    .......
    .......
    Bu Lurah langsung nglendheh. Ya wis aku kalah. Teluk, sing bener
    alune diarah-arah, wis. Iya ngono ya Pak?
    Saka tetembungan sing asring diplesetne iku mau tuwuh asumsi, menawa
    cerkak karyane Mbah Brintik iku humoris.
    Enem reseptor

    sing wis tau maca cerkake Mbah Brintik uga ngarani

    menawa Mbah Brintik seneng njupuk tema saka urip padinan sing prasaja, dene
    masalahe kaya-kaya sengaja dipilih masalah sing sepele sing jarang banget
    digatekake dening wong akeh. Cerkak sing temane dijupuk saka masalah sepele
    iku mau pranyata bisa narik kawigatene pamacane nalika wis dadi crita, wongwong biyasane lagi wae sadhar menawa prekara sepele iku pranyata uga butuh
    kawigaten sing luwih. Bab iku mau uga lagi disadhari dening reseptor sing maca
    CBLMB.

    Dene saka enem reseptor liyane sing pancen durung tau krungu utawa maca
    cerkake Mbah Brintik. Reseptor-reseptor iki uga bisa menehi pangira-ngira
    menawa cerkake Mbah Brintik nduweni pambeda karo cerkak-cerkak liyane.
    Prakiran ngenani CBLMB ora mung winates marang titikan (ciri khas)-e
    pengarang, nanging adhedhasar irah-irahane cerkak, reseptor uga nduweni
    pangira-ngira sing beda-beda. Saka asil wawancara, prakiraan sing digagas dening
    reseptor diperang dadi rong jinis, yaiku prakiraan awal lan sabanjure. Prakiraan
    awal dijupuk saka kesan nalika maca irah-irahane CBLMB. Dene prakiraan
    sabanjure yaiku kesan nalikane maca lan sabubare maca CBLMB.
    Prakiraan sepisan sing dipikirake dening reseptor yaiku, penasaran marang
    isi cerkak iku. Werna-werna sing dipikirake dening reseptor. Merga irah-irahane
    Bingkisan Lebaran Saka Pak Bupati, ana sing mikir menawa cerkak iku bakal
    mbahas ngenani bingkisan saka Bupati kanggo punggawa praja liyane, parcel,
    amplop utawa salam tempel. Reseptor uga ana sing mikir menawa critane ana
    gegayutane karo sasi pasa, malah ana sing ngira menawa iki permainan suap
    sing dilakoni dening bupati marang andhahane. Sing rada luwih saka pikirane
    reseptor marang CBLMB yaiku ngenani bingkisan sing dimaksudake ing
    sajrone crita ini ana gandheng cenenge karo unsur-unsur politik.
    Nalika lagi maca irah-irahane wae, akeh banget pikiran sing digagas dening
    pamaca, apamaneh nalikane maca lan sabubare maca critane. Saka asil wawancara
    marang rolas reseptor, reseptor nduweni gagasan sing beda-beda. Ana sing mikir
    lan mesakake marang nasibe lurah, ana sing rumangsa menawa critane mulek,
    penasaran saengga pengin ngerti kepriye crita sabanjure, nggumun marang
    kedaden sing dicritakake, lan ana uga sing seneng marang critane.

    Gagasan-gagasan iku adhedhasar saka sing dikandhakake reseptor nalikane


    diwawancarai. Minangka buktine, ing ngisor iki pethikan asil wawacara marang
    mahasiswa basa Jawa.
    , aku ngira yen cerkak iki bakal mbahas ngenani bingkisan, nanging
    durung ngerti menawa bakal ana konflik sing kaya apa, malah bisa diarani
    aku bingung merga durung ngerti maksud saka judul iku. (R-1)
    Pertama aku maca judule, bingkisan saka pak bupati dak kira ya bingkisan
    saka atasan kanggo bawahane. (R-2)
    Aku ngira nalika maca judule crita iki bakal nyritakake ngenani hadiah sing
    diwenehna bupati. (R-3)
    Pisanan sing dak pikir nalika maca judule yaiku ngenani hadiah utawa
    penghargaan. (R-4)
    Nalikane maca judhule, kawitan sing tak pikirake ngenani wulan pasa.
    (R-5)
    Pertama sing tak pikir nalikane maca judule yaiku parcel. (R-6)
    Kesan sepisan nalikane aku lagi maca cerkak iki, tak kira crita sing bakal
    dicritakake ngenani crita sing nyenengake tibane lha kok beda. (R-7)
    Cerkak kanthi irah-irahan Bingkisan Lebaran Saka Pak Bupati iki dak
    kira menawa cerkake ana gegayutane karo politik. (R-8)
    Pisanan sing dak pikirake nalikane maca judhule yaiku sebuah bingkisan
    sing diwenehake dening bupati marang wargane. (R-9)
    Sing ana ing pikiranku nalikane maca judhule ya entuk bingkisan. (R-10)
    Bingkisan Lebaran Saka Pak Bupati, sing ana ing angen-angenku ing crita
    iki mesti ana unsur politike. (R-11)
    Hadhiah saka bupati, sing dak pikirake bingkisan yaiku amplop utawa
    salam tempel, dadi miturutku pisanan wayah maca judhule, crita iki bakal
    nyritakake ngenani suap saka bupati. (R-12)

    b. Afeksi (tumindak)
    Sawijining wujud refleksi-ne reseptor marang CBLMB yaiku ancang-ancang
    kanggo tumindak adhedhasar lelakon ing sajrone crita. Ancang-ancang iku
    kapethik saka piwulang sing kinandhut ing cerkak. Piwulang-piwulang iku kayata:
    Sadurunge mutusake samubarang perlu anane pamikiran sing mateng
    saengga ora salah dalan. (R-1)
    Anane konflik sing dialami paraga Lurah sajrone CBLMB menehi kawruh
    ngenani ancang-ancang tumindak sing kudu ditindakake nalika nemoni prekara
    sing saemper. Paling ora R-1 ngerti yen ngadhepi prekara ora bisa grusa-grusu
    supaya ora salah kedaden kaya sing ditindakake dening paraga Lurah ing
    CBLMB.
    Yen dadi pemimpin, kudune bisa ngerti marang karepe anak buah
    (andhahane), kudu lila kurban kanggo wong akeh (masyarakat). (R-1, R-6,
    R-9, R-10, R-11)
    Panemu sing diandharake dening R-1, R-6, R-9, R-10, R-11 yaiku ngenani
    tumindak sing kudu dilakoni dening sapa wae menawa dadi pangarep (pimpinan)e
    sawijining klompok (masyarakat). Miturut panemune reseptor-reseptor

    iku,

    pangarep kudune bisa ngayomi lan ngerti marang karepe andhahane. Saliyane iku,
    minangka pangarep wis samesthine gelem ngabdi lan lila kurban kanggo butuhe
    wong akeh (masyarakat)
    Kudu sabar, merga sanajan nglakoni apik, nanging mesthi isih ana sing
    menehi pambiji ala (nyacat). (R-5, R-10)
    Gagasane reseptor

    iku maksude saliyane abdine masyarakat, pangarep

    (pimpinan) uga mujudake pamong sing kudu bisa sabar nalika mrantasi prekara
    sing diadhepi. Merga minangka pangarep kadhang kala senajan wis tumindak apik

    mesthi isih ana wae wong sing nyacat (ora lega) marang sing wis ditindakake
    pimpinane.
    Ora bisa nganggep samubarang iku sepele, merga sing sepele iku bisa dadi
    perkara sing gedhe. (R-7)
    Dene gagasan sing disampekake dening R-7 ing ndhuwur iku isih ana
    gegayutane karo gagasan sadurunge. Nalikane ngadhepi prekara, pimpinan uga
    ora bisa ngenthengake (nyepelekake) merga perkara sing katone sepele bisa dadi
    perkara sing gedhe lan nuwuhake perkara sing ruwet.
    Minangka anggauta masyarakat, kita kudu gelem ngregani liyan lan aja
    nganti mangan hake liyan. (R-11)
    Beda klawan gagasane reseptor liyane, R-11 nganggep menawa minangka
    perangane masyarakat wis samesthine kudu ngregani karepe liyan. Lan sing luwih
    penting maneh yaiku aja nganti mangan lan ngrampas hake liyan. Merga urip ing
    sajrone masyarakat iku kudu nduweni rasa tepa slira marang padha-padha supaya
    uripe ayem, tentrem lan guyup rukun.
    Saka piwulang-piwulang iku, reseptor nduweni karep ing tembe mburi bisa
    dadi manungsa sing luwih apik lan menawa dadi pimpinan, bisaa dadi kaya
    paraga lurah sing bijaksana lan luwih nengenake rakyate tinimbang awake dhewe.

    4.1.1.2 Rekreasi
    Anggone reseptor

    nampa lan ngreka crita adhedhasar CBLMB bisa

    dideleng saka alur lan isie crita.


    Rekreasi utawa ngreka apa sing wis diwaca. Cerkak uga bisa dadi sawijining
    acuan kanggo nuwuhake ide kreatif, merga kanthi cara maca cerkak sawenehe
    wong bisa oleh referensi lan panjurug supaya bisa ngreka crita sing memper

    cerkak sing mentas diwaca. Ing konteks iki CBLMB mujudake cerkak sing
    nuwuhake ide kanggo ngreka tumrap reseptor .
    Tabel 4.2
    Wujud rekreasine reseptor marang CBLMB
    No.
    Reseptor

    Rekreasi
    Alure
    Iya
    Ora

    Katrangan

    Isine
    Iya
    Ora

    R-1

    R-2
    R-3

    R-4

    R-5

    R-6

    R-7

    R-8

    R-9

    R-10

    R-11

    R-12

    Merga mung seneng maca nanging ora bisa yen kudu


    nulis
    Seneng marang critane nanging ora menehi inspirasi
    Critane menehi inspirasi kanggo nggawe crita sing
    luwih apik
    Merga ora seneng marang critane dadi ora menehi
    inspirasi blas
    Seneng marang sastra nanging dudu sing wujud crita
    (sing wujud musik)
    Pengin nambah kosakata ngenani basa rinengga lan
    liyane saka cerkak-cerkak liyane
    Ora bisa nganggep samubarang iku sepele merga bisa
    dadi perkara sing gedhe
    Merga critane lumrah nanging pengarange jeli nangkep
    prekara sing sepele bisa dadi crita sing narik kawigaten
    Kepengin kaya paraga Lurah ing CBLMB sing rela
    berkorban lan bijaksana
    Apabila menjadi seorang pemimpin, kita harus adil
    dicacat harus tetap adil meski mengorbankan
    kepentingan pribadi di atas kepentingan orang banyak
    Kepengin nggawe crita sing intine ngacu marang para
    pimpinan kanggo luwih tanggung jawab marang
    jabatan lan masyarakate
    Wateke paraga Lurah sing bisa didadekake tuladha
    kanggo para pimpinan

    a. Ngreka Alure
    Reseptor minangka pamaca CBLMB ora oleh sumber inspirasi saka alur
    sing dipilih dening pengarang ing cerkak iki. Saka dhata sing wis ditabulasekake,
    bisa dibuktekake menawa reseptor babar pisan ora ana sing oleh inspirasi saka
    panganggone alur ing CBLMB. Reseptor ngarani menawa alur ing CBLMB
    prasaja, maju, lan runtut. Ora ana sing beda lan narik kawigaten saka alur sing
    dipilih dening pengarang merga alur sing kaya mangkono bisa dideleng ing
    cerkak-cerkak liya. Mula saka iku ora nuwuhake ide kreatif anyar kanggo reseptor

    Unesa. Nanging ana sawijing mahasiswa sing meneh panyaruwe marang wusana
    (endinge) crita. Panyaruwene yaiku supaya CBLMB digawe crita sambung merga
    ending-e ngambang banget. Miturut pamawase, menawa ana bacutane kayane
    critane bisa luwih apik.
    b. Ngreka Isine
    Ide kreatif ora mung bisa diolehi saka alur, nanging pamaca uga bisa oleh
    inspirasi anyar kanggo nganggit utawa nulis crita utawa liyane adhedhasar isi
    cerkak sing mentas diwaca. Semono uga sing dumadi marang reseptor sing wis
    maca CBLMB lan diwawancarai.
    Sarana maca CBLMB, 58% reseptor oleh inspirasi anyar. Dene wujud
    inspirasi iku ana sing pengin ngarang crita sing luwih apik, lan ana uga sing
    pengin dadi wong sing memper paraga lurah ing CBLMB. Saliyane iku reseptor
    uga rumangsa terhibur karo carane pengarang ngolah tetembungan minangka
    sarana crita.
    Saka tabel ing ndhuwur bisa dideleng menawa sing oleh inspirasi saka
    CBLMB yaiku R-3, R-6, R-7, R-9, R-10, R-11 lan R-12. Alasane kapitu reseptor
    iku beda-beda. Sing isih ana gegayutane karo unsur-unsur-e crita yaiku R-3, R-6
    lan R-12. R-3 ngandharake menawa CBLMB menehi inspirasi kanggo nggawe
    crita sing luwih apik. Dene R-11 pengin nggawe cerkak sing isine ditujokake
    kanggo para pangarep (pimpinan) supaya luwih tanggung jawab marang jabatan
    lan masyarakat (utawa andhahane). Beda maneh alasane R-6 sabubare maca
    CBLMB. R-6 pengin sinau lan nambah kosakata ngenani basa rinengga saka
    cerkak-cerkak liyane adhedasar tetembungan lan ukara sing digunakake dening
    pengarang ing CBLMB.

    Patang reseptor liyane yaiku R-7, R-9, R-10 lan R-12 oleh inspirasi saka
    tumindak lan sipate paraga lurah ing CBLMB. Saka tumindake paraga lurah sing
    rada grusa-grusu, R-7 bisa oleh inspirasi lan kawruh kanggo mutusake prekara.
    Intine minangka manungsa sing salumrahe, ora bisa nganggep samubarang iku
    sepele merga bisa dadi prekara sing gedhe. Menawa R-7 nduweni gagasan anyar
    adhedhasar tumindake paraga Lurah, nanging R-9 malah kepengin dadi wong sing
    kaya paraga Lurah sing lila ngurbanake butuhe kanggo masyarakate lan bijaksana.
    R-12 malah nggagas menawa wateke paraga Lurah ing CBLMB bisa didadekake
    tuladha kanggo pangarep (pimpinan) ing negara Indonesia. Semono uga sing
    diandharake dening R-10, miturut panemune minangka pengarep wis samesthine
    kudu bisa adil senajan dicacat lan ngurabanake butuhe dhewe.
    Dene R-1 ora oleh inspirasi saka CBLMB merga pancen mung seneng maca
    lan ora seneng nulis. Semono uga R-2, babar pisan ora oleh inspirasi saka
    CBLMB nanging seneng marang dalan critane. Dene miturut R-4, CBLMB ora
    narik kawigaten saengga ora menehi inspirasi. Critane wis umum banget lan ora
    ana sing istimewa. Gagasan iki padha karo sing dikandhakake dening R-8. Saka
    pamawase CBLMB sejatine isine prasaja nanging merga pengarange pinter
    ngolah konflik, mula CBLMB dadi cerkak sing narik kawigaten. Senajan critane
    apik lan narik kawigaten nanging ora menehi inspirasi marang R-8 lan R-5.
    Menawa R-8 menehi alasan sing mangkono, beda karo alasan sing diwenehna
    dening R-5. R-5 sejatine uga seneng marang CBLMB nanging ora oleh inspirasi
    merga sastra sing disenengi dudu sing wujud crita nanging musik.

    4.1.2 Resepsi Adhedhasar Daya Emosional


    Saka daya emosinal-e reseptor, panampa lan penangkep sing diwenehna
    marang CBLMB bisa awujud impresi lan reaksi (respon)-e reseptor. Andharane
    bisa kaya ing ngisor iki.
    4.1.2.1 impresi
    Impresi utawa sing luwih kerep diarani kesan sing bisa nuwuhake daya
    tartamtu marang pancadriya utawa rasaning ati lan pikiran utawa sing kerep
    diarani kesan. Kesan bisa tuwuh nalikane sawenehe pawongan nindakake lelakonlelakon tartamtu. Semono uga nalikane maca karya sastra, pamaca bisa
    ngrasakake kesan sing dirasakake dening paraga nalikane utawa sabubare maca
    karya sastra. Kesan iku iku bisa arupa simpati utawa empati saka wujud
    (tampilan) lan isine cerkak. Adhedhasar wujud (tampilan) sing beda tinimbang
    cerkak liyane, CBLMB iki bisa dideleng saka penganggone basa lan carane crita
    pengarang, pambiji sing diwenehake reseptor werna-werna. Semono uga karo isi
    sing dicritakake, kamangka temane mung siji, nanging pambijine beda-beda.
    Tabel 4.3
    Wujud impresine reseptor marang CBLMB
    No.

    Impresi

    Reseptor

    Wujud

    R-1

    Katrangan

    Isi

    Ideal

    Unik

    Apik

    Prasaja

    Njelehi

    Narik
    kawigaten

    Ora kaya cerkakcerkak


    liyane,
    swasana
    sing
    dicritakake serius
    nanging
    ana
    lucune; bisa ngerti
    akeh ngenani urip

    R-2

    R-3

    R-4

    R-5

    R-6

    R-7

    R-8

    R-9

    R-10

    R-11

    saka
    konflikkonflike crita
    Tetembungan sing
    ngandhut
    basa
    rinengga
    &
    pungkasane crita
    sing
    ngambang
    ndadekake cerkak
    narik kawigaten
    Nggunakake basa
    rinengga
    &
    ngandhut piwulang
    becik
    Diwiwiti
    karo
    protese pak RT
    Nuwuhake kesan
    humor & bisa
    nyebabake
    kerut
    ana sajroning crita
    Nggunakake basa
    rinengga
    &
    gegayutan
    karo
    solah
    bawane
    masyarakat
    Wiwit
    sepisan
    kebak
    klawan
    konflik & masalah
    lumrah sing diolah
    kanthi cara sing
    beda saengga dadi
    masalah sing bisa
    narik kawigaten
    Masalah
    sing
    ringan
    ing
    masyarakat
    didadekake
    masalah sing rumit
    dening pengarange
    Lucu
    nanging
    jorok , ora sepiraa
    tertarik
    amarga
    critane wis ora
    asing maneh ing
    masyarakat
    Ana wangsalan lan
    basa
    rinengga
    liyane, ngandhut
    pesen lan ora adoh
    saka urip padinan
    Ana kerata basa,
    wangsalan,
    lan
    paribasane; critane
    gampang lumebu
    ing uteg, disisisipi
    ukara-ukara sing
    ngguyokake, lan
    dialog antarane pak

    R-12

    Lurah karo bu
    lurah katon alami
    lan ora digawegawe
    Nduweni ciri khas
    sing majila &
    lumrah kaya sing
    an ing masyarakat
    padesan

    a. Wujude (tampilan)
    Miturut panemune pamaca, cerkak Bingkisan Lebaran Saka Pak Bupati iki
    nduweni tampilan sing ora lumrah (ideal) yen dibandhingake karo cerkak liyane,
    cerkak iki nduweni ciri khas sing arang malah kepara ora ana ing cerkak liyane,
    yaiku ana ing basa sing digunakake pengarang kanggo crita sing kadhang kala
    diselingi karo basa-basa rinengga, kayata kerata basa, wangsalan, lan paribasan.
    Saperangan saka pamaca uga ngarani menawa pengarang asring nggunakake
    dialek saka dhaerah tartamtu sing ora dingerteni tegese dening pamaca. Nanging
    nalikane wis dironce dadi ukara, tembung iku mau bisa dingerteni karepe.
    Panemu sing kaya mangkono ngenani wujude CBLMB dening reseptor
    diandharake siji mbaka siji ing ngisor iki.
    R-1 nduweni panemu menawa CBLMB beda karo cerkak-cerkak sing wis
    tau diwaca. Saliyane iku, CBLMB uga mujudake cerkak sing narik kawigaten
    merga unik. Sing nyebabake CBLMB iki unik diandharake dening R-1 menawa
    swasana sajroning crita sing kudune temen (serius) nanging bisa nuwuhake daya
    (efek) ngguyokake. Maksude nalikane dumadi konflik ing CBLMB iki tuwuh
    swasana sing ngguyokake amarga polah tingkah lan caturan antarane paraga sing
    nyleneh (ora lumrah).
    Beda klawan panemune R-1, R-2 ngadharake ngenani pambedane CBLMB
    karo cerkak liyane yaiku ing panganggone basa dening pengarang. Ing CBLMB

    iki akeh nggunakake ukara sing ngandhut parikan lan basa rinengga liyane. Sing
    kaya mangkono iku, dening R-2 diarani istimewa senajan nuwuhake pitakon
    merga durung ngerti artine. Ora mung iku, pranyata ending-e crita sing nggantung
    uga mujudake bab sing narik kawigatene lan diarani beda klawan cerkak liyane.
    Senajan bab sing nyebabake CBLMB beda karo cerkak liyane, nanging
    alasan sing diwenehake beda. R-3 rumangsa seneng merga caturan antarane pak
    Lurah karo bu Lurah lucu. Miturut R-3, anane parikan lan tembung-tembung sing
    ngguyokake bisa nggawe guyu lan nambahi kosakata anyar tumrap sing maca.
    Saliyane iku, basa rinengga iku ndadekake CBLMB apik apamaneh crita sing
    sejatine prasaja nanging disampekake kanthi cara sing narik kawigaten sarta
    endinge sing uga lucu saya ndadekake CBLMB pantes menawa didadekake karya
    pinilih.
    Saka telung reseptor

    iku mau nyatakake menawa kabeh padha seneng

    marang CBLMB. Dene sing dumadi marang R-4 seje karo sing dirasakake dening
    R-1,R-2 lan R-3. Miturut R-4 CBLMB pancen beda klawan cerkak liyane nanging
    amarga basa lan tetembungan sing digunakake akeh njupuk saka dialek sawijining
    dhaerah nyebabake R-4 bingung. R-4 uga ngandharake menawa tetembungane
    mulek sarta ending-e ngambang banget.
    R-5 nduweni panemu beda maneh. Kandhane, senajan ukarane akeh
    nggunakake paribasan, parikan lan basa rinengga liyane nanging miturut R-5
    basane blakasuta lan gampang dingerteni. Saka panganggone basa sing mangkono
    jarene R-5 bisa menehi kawruh, nuwuhake kesan humor lan swasana (n)desane
    katon.

    Semono uga sing dirasakake dening R-6. Anane

    basa-basa kiasan lan

    paribasan nyebabake CBLMB kalebu unik yen dibandhingake karo cerkak liyane.
    Saliyane iku, pranyata carane pengarang crita sing disengkuyung karo basa sing
    digunakake nyebabake pamacane berimajinasi. Mula saka iku, R-6 nduweni
    kekarepan kanggo ajar ngenani basa rinengga lan tetembungan liyane saka
    cerkak-cerkak supaya ngerteni jinis-jinise lan bisa ngerti tegese.
    Antarane R-1, R-2, R-3, R-4, R-5, lan R-6 ngarani yen sing nyebabake
    CBLMB beda karo cerkak liyane merga anane basa-basa rinengga ing ukaraukarane. Senajan R-7 uga nduweni panemu yen CBLMB iki beda karo cerkak
    liyane nanging ora mung winates ing tetembungane. R-7 ngrumangsani menawa
    cerkak iki beda merga kawit sepisanan wis kebak klawan konflik.
    Sing diandharake dening R-8 meh padha karo panemune R-4. CBLMB ora
    nduweni kaistimewan, mung wae pengarange pinter olehe ngolah konflik-konflik
    ringan sing dumadi ing masyarakat saengga katone mujudake masalah sing rumit
    lan narik kawigaten. Bab sing kaya mangkono iku sing nyebabake CBLMB
    kalebu cerkak sing rada abot miturut R-8.
    Panemune R-9 iki padha karo panemune sawenehe reseptor sadurunge.
    CBLMB nduweni kaistemewan ing panganggone tetembungan. Daya (efek) lucu
    bisa kawetu saka tetembungan iku. Nanging R-9 nganggep menawa tetembungan
    sing dianggo lucu nanging rinasa jorok. Saliyane iku, R-9 uga malih mikir merga
    anane tetembungan sing dirasa asing (dialek) sajroning CBLMB.
    Pranyata R-10 uga nduweni panemu sing ora beda adoh karo reseptor
    liyane. Miturute R-10, anane guyonan sajone CBLMB wajar ananging anane basa
    rinengga sing wujud wangsalan, parikan lan liyane sing nyebabake CBLMB beda

    karo cerkak-cerkak liyane. Bab liya sing uga beda yaiku ngenani tegese tembung
    sing langsung diwenehna saengga pamacane ora prelu angel-angel mahami
    maksud saka ukara utawa tetembungan iku. Saliyane iku, sing ndadekake cerkak
    anggitane Mbah Brintik beda karo cerkak liyane yaiku saka alur-e sing digawe
    supaya wong tertarik kanggo maca sing luwih akeh maneh (wiwit awal nganti
    pungkasan).
    Minangka wong sing awam, R-11 nganggep menawa basa sing digunakake
    ing CBLMB gampang dingerteni senajan ana tetembungan sing durung dingerteni
    tegese, nanging menawa wis dironce dadi ukara bisa dingerteni karepe. Saka
    reroncean tembung sing kaya mangkono R-11 rumangsa nyaman merga daya
    tangkap digampangake kanthi reroncean sing nyengkuyung.

    Senajan tembung-

    tembunge akeh sing umum nanging ana uga saperangan sing rada beda kayata
    kerata basa, wangsalan, lan paribasan. Anane tetembungan iku bisa nuwuhake
    daya (efek) lucu.
    Semono uga pambijine R-12 ngenani basa sing digunakake ing CBLMB
    apik, lugu, ana kerata basane lan lumrah kaya sing dianggo sajronie masyarakat.
    Nanging ciri khas sing manjila saka CBLMB manggon ing karakter paragane.
    Saka pambiji sing diwenehake dening luwih saka 80% reseptor bisa diarani
    menawa CBLMB nduweni pambeda karo cerkak liyane. Pambedane CBLMB ana
    ing basa lan tetembungan sing digunakake pengarang. Anane wujud sing beda
    tinimbang cerkak liyane, CBLMB mujudake cerkak sing narik kawigaten. Saka
    pilihan tembung iku, reseptor ngrasakake daya (efek) ngguyokake.
    Nanging 16%

    reseptor sing ngandharake menawa CBLMB

    ora narik

    kawigaten. Alasane merga basa sing digunakake mbulet lan mbingungi sarta

    critane sejatine mung crita sing prasaja nanging merga diolah kanthi cara sing
    beda saengga bisa dadi cerkak sing bisa diarani rada abot.
    Saka panemu sing beda saka reseptor iku mau bisa dijupuk dudutan menawa
    CBLMB nduweni wujud sing beda. CBLMB mujudakake cerkak sing unik merga
    tembung lan ukarane akeh nggunakake dialek lan basa rinengga. Sing kaya iku
    arang utawa kepara ora abisa dipethuki ing cerkak-cerkak liyane.
    b. Isine
    Isi sing dimaksudake ing konteks iki yaiku ngenani samubarang sing
    dicritakake dening pengarang sing bisa nuwuhake pengaruh marang pamacane.
    Pengaruh-e marang pamacane iku bisa wujud rasa simpati utawa empati marang
    lakon sing dicritakake.
    Kesan sing dirasakake dening R-1 ngenani isine CBLMB yaiku seneng
    merga critane apik. Saka CBLMB iki bisa diolehi piwulang-piwulang becik
    ngenani urip ing sajrone masyarakat. Piwulang-piwulang iku mau bisa dijupuk
    saka konflik-konflik sing dumadi ing sajrone crita. saka anane konflik sing kaya
    mangkono, paling ora kanggo sabanjure menawa ana masalah sing saemper karo
    iku bisa ngerti kepriye carane mrantasi.
    Miturut R-2, CBLMB pancen apik nanging sing nyebabake cerkak iki apik
    dudu saka konflike kaya sing diandharake dening R-1. R-2 nduweni panemu seje
    ngenani apike CBLMB. CBLMB iki apik merga pungkasane crita sing ngambang
    lan isine nyritakake ngenani urip padinan.
    Pamawas sing diwenehna dening R-3 ora beda adoh karo R-2. marang
    CBLMB iki, R-3 menehi pambiji apik merga isine ngenani urip padinan lan kebak
    piwulang-piwulang becik. Piwulang iku bisa diolehi saka paragane sing bisa

    didadekake tuladha. Saliyane iku, menawa dicundhukake antarane judhul lan isine
    uga tepak. Saengga CBLMB mujudake crita sing utuh lan nengsemake.
    Menawa miturut R-3 CBLMB mujudakake cerkak sing nengsemake,
    nanging beda karo sing dirasakake dening R-4. Saka andharane, R-4 ngrasa yen
    CBLMB mbingungi, njelehi lan ora narik kawigaten. merga ana ing kawitane crita
    diwiwiti karo protese sawijining paraga saengga R-4 sing durung maca judhule
    rumangsa bingung lan ora ngerti marang karepe paraga iki mau.
    Dene sing dirasakake dening R-5 wis beda maneh. Bingung sing dirasakake
    dening R-4 malah ora dirasakake babar pisan dening R-5. R-5 malah rumangsa
    mesakake marang paraga Lurah. Pranyata R-5 rumangsa wigati marang CBLMB
    iki merga nalikane maca bisa kegawa marang swasana ing sajrone crita.
    R-6 wigati marang CBLMB merga critane ana gegayutan karo solah bawane
    masyarakat. Saliyane iku, R-6 uga penasaran lan nduweni pangarep-arep ing
    pungkasaning crita paraga Lurah bisa mrantasi masalahe. R-6 nduweni panemu
    sing kaya mangkono merga CBLMB iki cuthele ngambang.
    Kawigaten ngenani isine CBLMB sing diwenehake dening R-7 rada beda
    karo reseptor liyane. Bab iku mau merga saka pamawase, kisah sing dicritakake
    ing CBLMB meh padha karo kedaden sing tau dialami dening kluwargane R-7.
    Mula saka iku, R-7 bisa ngguyu dhewe nalikane maca critane. Saliyane iku,
    carane pengarang sing pinter ngronce konflik-konflik cilik dumadi konflik sing
    kompleks, saengga CBLMB iki kebak klawan konflik.
    Semono uga sing diandharake dening R-8. CBLMB narik kawigaten merga
    anane konflik-konflik ringan ing sajrone masyarakat dikemas dadi masalah sing

    rumit dening pengarang. Saengga nuwuhake kritikan saka pamacane. Saliyane


    iku, critane kaya-kaya pancen nyata dumadi ing kanyatan.
    Sing dirasakake dening R-7 lan R-8 beda karo sing dirasakake dening R-9.
    Merga masalah sing jupuk ngenani urip padinan saengga dianggep ora ana sing
    istimewa. Saka isine crita, R-9 ora wigati babar pisan merga critane wis lumrah
    dumadi ing masyarakat.
    Menawa R-9 nganggep prekara sing lumrah dumadi ing masyarakat ora
    narik kawigaten, suwalike R-10 malah wigati karo critane merga kanthi ngangkat
    bab sing katone sepele nanging ngandhut piwulang-piwulang becik. Saliyane iku,
    liwat CBLMB pengarang uga nyampekake pesen marang pimpinan supaya ora
    seneng mentingake awake dhewe wae, nanging uga kudu mikirake liyan, utamane
    wargane.
    Saka pamawase R-11, CBLMB critane ora monoton utawa kaku merga
    critane umum lan kerep dumadi ing masyraakat. Crita sing prasaja iku mau
    nyebabake gampang lumebu ing uteg lan bisa ditampa maksude kanthi cetha.
    Saengga nggampange lan narik kawigaten tumrap sing maca.
    R-12 nduweni pamawas sing padha karo R-4. kekarone padha-padha
    nganggep menawa CBLMB mujudake cerkak sing mbingungake. Sing
    mbedakake antarane R-12 karo R-4 yaiku ngenanikawigatene marang CBLMB.
    Anane kesan sing mbingukake nyebabake R-4 orang wigati babar pisan marang
    CBLMB iki. Dene miturut R-12, senajan critane mbingungake nanging isine narik
    kawigaten merga lumrah kaya sing ana ing masyarakat padesan.
    Adhedhasar pamawase mahasiswa basa Jawa, CBLMB bisa nggawa
    reseptor kerut ing sajrone crita. Nalikane maca, ora sethithik pamaca sing ngaku

    menawa melu prihatin, mangkel, nggumun, mesakake lan liya-liyane marang


    nasibe pak Lurah. Sanajan ta ana sing mung biyasa wae. Iku mau disebabake
    pancene pamacane kurang seneng lan minat marang sastra sing wujud cerkak
    (utawa gancaran).
    Saka babagan tema, ing kene pamaca menehi pambiji menawa tema sing
    dijupuk dening pengarang yaiku ngenani urip padinan sing prasaja nanging
    ngandhut piwulang-piwulang becik. Mula saka iku, cerkak iki saka segi isi
    nduweni kaluwihan tinimbang cerkak-cerkak liyane. Kawasisane pengarang milih
    tema sing arang ketengen lan digatekake dening pawongan umume bisa narik
    kawigatene pamacane. Saliyane iku, carane ngolah tetembungan sing apik bisa
    ndadekake tema sing prasaja dadi bab sing wigati lan prelu digatekake.

    4.1.2.2

    Reaksi (respon)

    Saka asil wawancara respon utawa reaksi-ne reseptor marang CBLMB yaiku
    ana sing seneng merga critane apik lan ngandhut piwulang-piwulang becik
    kanggo urip, ana sing bangga lan seneng karo tumindake lurah sing adil lan nyoba
    golek pamecahan masalah senajan ta pungkasane dicacat, ana sing nggumun
    merga pranyata ana kedadeyan sing kaya mangkono ing masyarakat lan ora tau
    kepikir sadurunge dening pamaca.
    Tabel 4.4
    Wujud reaksi (respon)-ne reseptor marang CBLMB
    Reaksi (respon)

    No.
    Responden

    Apik

    Seneng

    R-1

    R-2

    R-3

    Nggumun Ora seneng

    Katrangan
    Nggumun merga ana kedadeyan sing
    kaya ing CBLMB
    Rumangsa terhibur
    Narik kawigaten amerga ngandhut
    piwulang

    R-4
    R-5
    R-6

    R-7

    R-8

    R-9

    R-10
    R-11

    R-12

    Ora menarik
    Isa kerut ing crita
    Penasaran
    Rada bingung karo tembung sing
    digunakake; pengin ngerti cerkak
    liyane
    Pikiran rasane kebuka
    Mung merga perkara bingkisan njaluk
    diendhegna saka jabatan minangka
    ketua RT/RW
    Uteg rasane bali fresh
    Priatin marang kahanan masyarkate
    Critane serius mergane ana kesan sing
    mbingungake

    Respon-e reseptor marang CBLMB antarane siji lan sijine beda-beda.


    Nanging kabeh mau mujudake wujud reaksi sing diwenehna pamaca marang
    gambaran urip lan panguripan sing dicritakake pengarang ing cerkak kasebut.
    Saliyane ng-respon marang cerkake, pamaca uga menehi respon marang crita
    sing dicritakake.
    Respon-e dening R-1 marang CBLMB yaiku rasa nggumun. Merga ana
    kedadeyan (konflik) sing ora tau kanyana babar pisan ing pikirane. Saking
    nggumune R-1 nganti ngguyu dhewe ing batin. Sadurunge iku, R-1 rumangsa
    bingung merga durung ngerti maksud saka judhul CBLMB.
    Dene sing dirasakake dening R-2 yaiku atine ngrasa seneng merga critane
    apik. Iku mau merga anane owah-owahan sing sakawit ora ngrasakake apa-apa
    banjur rumangsa seneng sabubare maca CBLMB.
    Beda maneh sing diandharake dening R-3, R-3 seneng marang CBLMB
    merga ngandhut piwulang-piwulang becik. Saliyane iku, R-3 uga nduweni
    pangrasa sing padha kaya R-1 yaiku nggumun nanging alasan sing diwenehake
    beda. R-3 nggumun merga rumangsa mongkog (bangga) saupamane isih ana
    lurah sing tanggung jawab kaya paragane CBLMB.

    Menawa R-1, R-2 lan R-3 seneng marang CBLMB suwalike sing dirasakake
    dening R-4. R-4 babar pisan ora seneng marang CBLMB merga saka rumangsane
    critane mbingungake lan mulek. Mula saka iku kahanane ora ana owah-owahan
    babar pisan. Senajan mangkono, R-4 nduweni panemu sing apik ngenani CBLMB
    iki. Miturut pamawase, CBLMB ngandhut piwulang sing becik tumrap urip lan
    panguripan.
    Biji apik diwenehake R-5 marang CBLMB. Merga saka nalikane maca
    critane, R-5 bisa kerut ing swasanane crita. Pranyata R-6 uga menehi pambiji sing
    padha. Saliyane iku, R-6 uga rumangsa penasaran marang nasibe lurah sabanjure.
    Rasa penasaran iku tuwuh merga ing pungkasane crita dening pengarang digawe
    modhel ending terbuka saengga pamacane kudu nafsirake tutugane crita nganggo
    imajinasi-ne dhewe-dhewe. Dene owah-owahan sing dirasakake dening R-6
    sawise maca CBLMB yaiku prasaane luwih tenang merga kehibur karo isine crita
    sing apik.
    Padha kaya sing diandharake dening reseptor

    liyane, R-7 uga menehi

    pambiji sing apik marang CBLMB. R-7 ngandharake menawa sarana maca
    CBLMB rasa pangrasane owah. Saka rumangsane, sadurunge maca CBLMB
    kahanane nglokro nanging sabubare maca malih semangat. Ora mung iku,
    pranyata R-7 sing ora seneng maca malih kepengin maca cerkak liyane sabubare
    maca CBLMB critane apik.
    Reseptor

    sabanjure R-8 ngandhakake menawa seneng marang CBLMB

    merga sabubare maca critane pikirane kebuka. Senajan seneng marang critane
    nanging saka pamawase critane lumrah ngenani pola pikire wong ndesa sing
    seneng iren-irenan.

    Dene R-9 malah nggumun campur mangkel sabubare maca CBLMB merga
    paraga pak RT ing CBLMB nganggep lurah kurang becik mung merga perkara
    cilik. R-9 uga terkesan marang paraga Lurahmerga nduweni sipat rela berkorban
    kanggo wargane uga bijaksana.
    Owah-owahan sing dirasakake dening R-10 sabubare maca CBLMB yaiku
    utege kaya-kaya refresh. Nanging R-10 uga mesakne marang lurahe merga mumet
    mikir wargane nganti dibelani tuku bingkisan kanggo wargane.
    Yen R-10 mesakake marang paraga lurah, seje maneh sing dirasakake
    dening R-11. Rasa prihatin tuwuh nalikane ngerteni kahanan masyarakat sing
    kaya ing CBLMB. Sawise maca CBLMB pangarasane R-11 ora patia ana owahowahan. Mung rumangsa seneng merga ana sing lucu lan bisa nglegakake
    pikirane.
    Senajan critane serius lan nuwuhake kesan mbingungake, nanging R-12
    seneng marang CBLMB merga isine lumrah kaya sing ana ing masyarakat
    padesan. Saliyane iku, menawa didadekake minangka karya pinilih, dikira ya
    pantes wae merga nduweni ciri khas sing manjila.

    4.1. Jlentrehan Ngenani Resepsi


    Saka andharan ngenani resepsi ana ing sub bab 4.1 mau nuduhake menawa
    resepsi pamaca marang CBLMB bisa bisa arupa panampa kanthi cara ilmu sing
    tau diolehi nalikane kuliah (intelektual) lan adhedhasar rasa pangrasane
    (emosional).
    Sabubare maca CBLMB, panliti menehi pambiji menawa cerkak kasebut
    nduweni kandhutan lelucon. Sahingga bisa menehi hiburan marang sapa wae sing

    maca. Saliyane iku panliti uga bisa njupuk piwulang-piwulang becik sing
    kinandhut ing sajrone CBLMB.
    Miturut reseptor sing jupuk, asil sing kudu diolehi saka panliten yaiku
    pambiji miturut tingkat intelektual adhedhasar kawruh ngenani sastra sing wis
    diolehi nalika kuliyah. Nanging dhata sing diolehi beda karo pangira-ngirane
    panliti. Amarga anggone menehi pambiji, reseptor sing uga reseptor isih ana
    sing menehi pambiji adhedhasar tingkat emosionale.
    Dene paprincen asil sing diolehi yaiku, adhedhasar intelektual, wujud
    panampane reseptor bisa arupa refleksi lan rekreasi. Saka rong perangan iku sijisijine nduweni bageyan dhewe-dhewe. Refleksi kabage dadi presuposisi lan
    afeksi. Dene rekreasi kabage miturut alur lan isine. Refleksi minangka sarana
    mbalekake kahanan awak utawa pikiran sing spaneng bisa diprici wujud
    presuposisi (pangira-ngira) lan tumindak (afeksi). Adhedhasar judhule, pamaca
    nduweni presuposisi (pangira-ngira) sing beda-beda. Ana sing ngira menawa
    cerkake bakal nyritakake wulan pasa, parcel, hadhiah, salam tempel lan ana uga
    sing ngira menawa bakal crita ngenani Bupati sing ana gandheng cenenge karo
    politik (main suap). Dene adhedhasar piwulang-piwulang sing kinandhut ing
    CBLMB, reseptor uga malih nduweni ancang-ancang kanggo tumindak (afeksi)
    sing becik utawa luwih becik. Ancang-ancang iki mau sawijining wujud saka
    refleksine reseptor marang urip adhedhasar CBLMB.
    Miturut panemune mahasiswa basa Jawa, CBLMB uga bisa didadekake
    sarana kanggo rekreasi. Bab iku mau bisa diolehi saka alur lan isine cerkak.
    Nanging menawa dideleng saka alure sing prasaja (maju) padha kaya ing crita
    umume, pamaca akeh pengin nyipta maneh cerkak sing isine saemper kaya

    CBLMB sing mbahas ngenani urip padinan lan pamrentah sing diwungkus kanthi
    cara sing prasaja nanging narik kawigaten.
    Miturut rasa pangrasane (emosional) reseptor , wujud resepsine pamaca bisa
    diperang adhedhasar impresi lan respone pamaca.

    Impresi iku bisa tuwuh saka

    wujud (tampilan) lan isi sing dicritakake. Iki bisa dideleng saka asil wawancara
    karo reseptor sing ngandharake menawa wujud CBLMB ora lumrah kaya cerkakcerkak liyane., merga ing cerkak iki akeh nggunakake tetembungan saka dialeke
    pengarang lan ana ing pacelathon antarane paragane asring dislemiti basa
    rinengga sing werna-werna. Kayata wangsalan, paribasan (bebasan), kerata basa
    lan liya-liyane. Saliyane iku, carane crita pengarang uga asring nyebabake
    pamacane ngguyu.
    Dene saka isi, CBLMB sing nyritakake ngenani prekara sing diadhepi lurah
    nalikane ngadhepna Riyaya iki bisa nggawa pamacane kerue marang swasana ing
    sajrone crita. Saengga ora arang pamaca sing banjur prihatin, mesakake, malah
    kepara melu ngrasakake apa sing dirasakake dening pak Lurah.
    Saliyane impresi, wujud resepsi adhedhasar emosionale pamaca bisa uga
    arupa respon. Respon reseptor marang CBLMB ana werna-werna. Ana sing
    seneng, biyasa, lan ora seneng babar pisan. Iku mau merga pancen pamaca
    nduweni panampa lan ukuran sing beda-beda. Ana sing rumangsa nggumun, lucu,
    bangga (mongkog), seneng, mesakake, malah ana uga sing tansaya bingung.

    Pambijine Reseptor marang CBLMB Adhedhasar Angket Evaluasi sing


    Dibagekake
    Asil pambijine reseptor marang CBLMB adhedhasar pitakonan ing angket
    evaluasi oleh-olehane diandharake ana ing ngisor iki.

    I.

    Pambiji Umum
    Mahasiswa angkatan 2005

    Mahasiswa angkatan 2006

    4,33

    Mahasiswa angkatan 2007

    Mahasiswa angkatan 2008

    5,67

    Rata-rata

    5,5

    Saka asil pambijine reseptor ngenani CBLMB ing ndhuwur bisa diarani
    menawa cerkak iki luwih saka apik.

    II.

    Pambiji Adhedhasar Titikan Sing Katon


    Faktor Kebaruan

    Skor

    Kategori

    Penggunaan Bahasa

    4.1

    Cukup

    Orisinalitas

    3.5

    Kurang

    Ketegangan

    4.9

    Benar

    Minat

    4.5

    Lebih

    Emosi

    5.5

    Lebih

    Dipercaya

    4.1

    Benar

    Penokohan

    4.9

    Benar

    Tarikan

    5.3

    Kurang

    Tempo

    3.1

    Benar

    Plot

    2.5

    Tidak Benar

    Tema

    2.9

    Benar

    Struktur

    3.0

    Benar

    Faktor Daya

    Faktor Pembentukan

    Adhedhasar oleh-olehan angket sing wis diwenehake sabubare panliti


    menehi pitakon wawancara marang reseptor , asil sing diolehi saka faktor-faktor

    pambiji ngenani ciri (titikan) bisa diarani menawa CBLMB apik lan nduweni
    kaistimewan.
    Panganggone basa ana ing CBLMB miturut reseptor meh/nyedhaki
    sampurna. Bab iki mau merga pengarang isih akeh nggunakake tetembungan saka
    dialeke lan rada sakarepe dhewe, saengga pamaca kadhangkala rada ewuh
    mahami maksud lan karepe tembung utawa ukara saroning crita.
    Saka segi orisinalitas, asil sing diolehi saka pamaca isih kurang merga
    pancen pamaca nduweni cara nyawang lan tanggepan sing beda-beda. Ana sing
    nyawang minangka pamaca biyasa, pamaca kritik, pamaca kreatif lan liyane.
    Dene aka segi ketegangan, rata-rata pamaca ngarani menawa cerkak iki
    pancen bisa nuwuhake rasa tegang kanggo pamacane. Iki mau bisa tuwuh saka
    konflik sing dumadi ana sajroning cerkak iku dhewe. Anane konflik-konflik
    singdumadi ana ing sajrone cerkak iki bisa nggawa pamacane kerut lan melu
    emosi. Bab iku raket banget gandheng cenenge karo prastawa sing dumadi,
    prastawa sing dumadi iku ora adoh karo sing dumadi ing urip sanyatane merga
    paraga lan wateke pancen nggambarake gambare watek manungsa. Saka paragane
    pamaca pancen seneng lan sarujuk, nanging merga ending utawa pungkasane crita
    ngambang, nyebabake pamaca rada cuwa.
    Padha kaya jinise, cerkak iki pancen cekak baget merga mung nyritakake
    kahanan sing dumadi ana ing wektu iku uga lan ora nyritakake wektu sadurunge
    utawa sawise, sahingga tempone cepet banget.
    Akeh pamaca sing mbiji CBLMB iki apik. Saka isine, pamaca akeh sing
    menehi kawigaten luwih kanggo mikir lan menehi analisa sing luwih marang
    cerkak iki. Iku mau cundhuk karo tema sing dijupuk dening pengarang minangka

    asil pamikiran sing cetha. Saengga unsur-unsure uga katon sambung sinambung
    antarane siji lan sijine.

    Panliten ngenani resepsi iki wis nate ditindakake ananging sing dadi objek
    panlitene beda. Saliyane objeke, ancangan sing digunakake uga beda. Menawa
    panliten sadurunge nggunakake ancangan diakronis, ana ing panliten iki
    nggunakake ancangan sinkronis. Panliten sadurunge sing dadi objek yaiku
    gendhing Genjer-Genjer kanthi irah-irahan Kasus Lagu Genjer-genjer di
    Jawa Timur pada Masa Orde Lama, Orde Baru dan Masa Reformasi sing
    ditindakake dening Sugeng Adipitoyo (Prasasti, 2003: 60-71).
    Saliyane iku, ana uga analisis resepsi sing ditindakake dening Sarumpaet
    (Endraswara, 2003: 127) marang kajian sastra anak-anak. Ana ing andharane,
    panliti bisa nampilake undag-undagane buku sastra sing disenengi dening bocah.

    BAB V
    DUDUTAN LAN PAMRAYOGA

    5.1. Dudutan
    Sabubare nliti ngenani resepsi lan tanggapane mahasiswa basa Jawa marang
    CBLMB, bisa didudut menawa wujud resepsi lan interpretasi sing diwenehna
    marang CBLMB ora mung adhedhasar tingkat intelektual, nanging uga ana sing
    menehi pambiji adhedhasar tingkat emosional. Kamangka reseptor sing dijupuk
    saka golongan akademisi sing kudune bisa nampa lan menehi pambiji kanthi
    dhasar kawruh ngenani sastra sing wis diolehi nalikane kuliyah.
    Bab sing kaya mangkono iku bisa diarani menawa saka pambijine
    mahasiswa basa Jawa marang CBLMB dumadi sawijining bab sing beda sing ora
    kanyana bisa tumeka saka golongan akademisi kaya dene mahasiswa pendidikan
    basa Jawa. Yaiku menehi pambiji marang karya sastra adhedhasar tingkat
    emosionale. Kamangka, menawa dikaji saka kawruh ngeneni sastra sing tau
    diolehi dening mahasiswa minangka reseptor nalikane kuliyah kaya-kaya pambiji
    marang sawijining karya sastra adhedhasar emosional iku ora bakal ditemoni.
    Amarga pancen wis samesthine mahasiswa iki mau menehi pambiji marang karya
    sastra adhedhasar daya intelektuale yaiku ngenani teori lan kritik sastra.
    Saka asil resepsine mahasiswa basa Jawa iku, bisa diarani menawa pambiji
    sing diwenehake kalebu unik. Dene proses kena apa bisa dumadi bab sing kaya
    mangkono yaiku merga isih akeh mahasiswa sing seneng maca cerkak lan karya
    sastra liyane minangka sarana kanggo hiburan. Saengga ora nggumunake menawa
    sajrone maca karya sastra iku mau, mahasiswa ora nggunakake kawruh ngenani

    kritik sastra kanggo ngudal lan mbiji karya sing diwaca. Sanajan ana uga
    mahasiswa sing kritis, peka lan tliti marang kahanan-kahanan sing dumadi ing
    sawijining karya sastra, nanging cacahe ora akeh kaya dene sing mung ndhasarake
    pambijine marang rasa pangrasane utawa swasana ati lan pikirane (emosional).

    5.2. Pamrayoga
    Isih akeh banget sastra utamane sastra Jawa sing prelu ditliti nganggo
    ancangan resepsi, utamane kanggo sastra-sastra kuna. Panliten sing ditindakake
    bisa kanthi ancangan sinkronis utawa diaronis. Mula disuwun kawigatene para
    maos, utamane sutresna basa lan sastra Jawa supaya gelem nindakake panliten iki.
    Saka asil panliten ngenani resepsi iki, kaajab bisaa paring sumbangan marang
    lestari lan ngrembakane sastra Jawa.
    Panliti rumangsa isih akeh banget kekurangan ing kana kene, mula disuwun
    kanggo para maos supaya maklumi sakabehing kaluputane panulis.

    KAPUSTAKAN

    Adipitoyo, Sugeng. 2003. Kasus Lagu Genjer-Genjer di Jawa Timur pada


    Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Masa Reformasi dalam Prasasti: Jurnal
    Ilmu Sastra dan Seni. Surabaya: Fakultas Bahasa dan Seni
    Aminudin. 2005. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Cetakan Ketiga. Bandung:
    CV. Sinar Baru
    Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
    Jakarta: Rineka Cipta
    Asihwardji, Danuyasa (Ed). 1996. Ensiklopedi Psikologi: Pembahasan dan
    Evaluasi Lengkap Berbagai Topik, Teori, Riset, dan Penemuan Baru dalam
    Ilmu Psikologi. Jakarta: Arcan
    Azwar. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
    Echols, John M. Dan Hassan Shadily. 2000. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:
    Gramedia
    Ellis, Henry C. 2004. Fundamental of Cognitive Psychology (seven edition). 2004
    Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
    Widyatama
    Fokkema, D.W. 1998. Teori Sastra: Abad Kedua Puluh. Jakarta: Gramedia
    http://www.SastraIndonesia.com/2009/05/teks-pembaca-interpretasi/
    http://www.munarislampung.wordpress.com/2008/11/06
    Jabrohim (Ed). 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha
    Widya
    Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia
    Junus, Umar. Dari Kata Ke Ideologi. Sariyan, Awang (Penyunting). 1985. Dari
    Kata Ke Ideologi: Persoalan Stilistik Melayu. Kuala Lumpur: Fajar Bakti
    Sdn. Bhd
    Kartono, Kartini (Ed). 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja
    Grafindo Persada
    Luxemburg, Jan van, dkk. 1989. Tentang Sastra. Jakarta: Intermasa
    Luxemburg, Jan van, dkk. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia

    Mbah Brintik. 2004. Bingkisan Lebaran Saka Pak Bupati, dalam Jaya Baya No.
    33 Minggu III/April/2004: hlm. 34-36 dan 46
    Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya
    Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
    University Press
    Pei, Mario. 1971. The Lexicon Webster Dictionary. America: The EnglishLanguange Institute of America, Inc.
    Pratodokusumo, Partini Sardjono. 2005. Pengkajian Sastra. Jakarta: Gramedia
    Purwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
    Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Gramedia
    Stenberg, Robert J. 2008. Psikologi Kognitif (Edisi ke-4). Yogyakarta: Pustaka
    Pelajar
    Sugiono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
    Sumardjo, Jakob dan Saini. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
    Surachmad. 1985. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar: Metode dan Teknik.
    Bandung: Tarsito
    Teeuw. A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta:
    Pustaka Jaya
    Tim Penyusun. 2005. Buku Panduan Skripsi: Fakultas Bahasa dan Seni.
    Surabaya: Departemen Pendidikan Nasional Unniversitas Negeri Surabaya,
    Fakultas Bahasa dan Seni
    Wallace, Patricia M.,Jeffrey H. Goldstein. 1997. An Introduction to Psychology
    (Fourth Edition). Brown & Benchmark Publishers
    Wulyo. 1990. Kamus Psikologi. Lamongan: Bintang Pelajar

    Lampiran 1

    PEDOMAN WAWACARA

    1. Pitakonan-pitakonan katujokake kanggo

    ngolehake dhata ngenani

    panampane reseptor marang CBLMB.


    2. Pitakonan-pitakonan katujokake kanggo
    penangkepe reseptor marang CBLMB.

    ngolehake dhata ngenani

    Lampiran 2
    FORMULIR EVALUASI
    Pernahkah Anda baca cerpen ini sebelum ini? Tuliskan tanda X pada lingkaran
    yang berkenan.
    pernah
    tidak

    I.

    Penilaian umum
    Bubuhkan tanda X pada angka yang menurut Anda dapat diberikan kepada
    cerpen ini.
    1

    sangat
    buruk
    II.

    7
    sangat
    bagus

    Penilaian Berdasarkan Beberapa Kriteria


    Anda diminta menyatakan penilaian Anda tentang cerpen ini berdasarkan
    dua belas kriteria yang diberikan di bawah. Anda baca dengan cepat dan
    kemudian bubuhkan tanda X pada lingkaran yang Anda rasa patut.
    Biarkan urutan tak benar sama sekali dan benar sekali saling bertukar
    tempat.
    1. Penokohan/perwatakan
    Cerpen ini memberikan sketsa tentang watak manusia yang dapat
    dikenal.

    tak benar
    sama sekali

    tak benar

    benar

    benar sekali

    2. Penggunaan bahasa
    Dalam cerpen ini terdapat penggunaan bahasa yang sempurna
    dengan cara yang persis dan jelas.

    benar sekali

    benar

    tak benar

    tak benar
    sama sekali

    3. Minat
    Cerpen ini menaik sekali hingga saya berpikir lebih lanjut, dan/atau
    saya ingin menganalisisnya.
    tak benar
    sama sekali

    tak benar

    benar

    benar sekali

    4. Struktur
    Unsur-unsur dalam cerpen ini padat dan dapat diintregasikan
    dengan unsur-unsur lain di dalamnya untuk membentuk suatu yang
    koheren.
    benar sekali

    benar

    tak benar

    tak benar
    sama sekali

    benar

    benar sekali

    5. Ketegangan
    Saya bersimpulan cerpen ini tegang.
    tak benar
    sama sekali

    tak benar

    6. Tarikan
    Saya rasa secara pribadi saya tertarik kepada tokoh-tokoh dalam
    cerpen ini atau/dan cara penyelesaian didalamnya.
    benar sekali

    benar

    tak benar

    tak benar
    sama sekali

    benar

    benar sekali

    7. Emosi
    Cerpen ini merangsang emosi saya.
    tak benar
    sama sekali

    tak benar

    8. Tempo
    Cerpen ini berjalan dengan tempo yang sangat cepat.
    benar sekali

    benar

    tak benar

    tak benar
    sama sekali

    9. Orisinalitas
    Cerpen ini menghedaki saya menggunakan perspektif baru atau
    perspektif yang berbeda.
    tak benar
    sama sekali

    tak benar

    benar

    benar sekali

    10. Tema
    Cerpen ini memperlihatkan satu tema atau pemikiran yang dengan
    jelas dikembangkan dalam perkembangan ceritanya.
    benar sekali

    benar

    tak benar

    tak benar
    sama sekali

    11. Plot
    Cerpen ini mempersembakan suatu perkembangan penyelesaian
    yang jelas.
    tak benar
    sama sekali

    tak benar

    benar

    benar sekali

    12. Dapat dipercaya (tentang adanya)


    Peristiwa dalam cerpen ini menurut saya dapat dipercaya.

    tak benar
    sama sekali

    tak benar

    benar

    benar sekali

    Lampiran 3
    DATA RESEPTOR
    1. Nama
    : Dwi Siswanto
    Umur
    : 20 tahun
    Jenis Kelamin : Laki-laki
    Angkatan
    : 2007 A
    Asal
    : Madiun
    2. Nama
    : Ginanjar W.L.
    Umur
    : 21 tahun
    Jenis Kelamin : Laki-laki
    Angkatan
    : 2007 B
    Asal
    : Madiun
    3. Nama
    : Bambang Santuku
    Umur
    : 22 tahun
    Jenis Kelamin : Laki-laki
    Angkatan
    : 2007 B
    Asal
    : Tulungagung
    4. Nama
    : Puguh Tiranggono
    Umur
    : 22 tahun
    Jenis Kelamin : Laki-laki
    Angkatan
    : 2006 A
    Asal
    : Tulungagung
    5. Nama
    : Taufan Setyawan
    Umur
    : 24 tahun
    Jenis Kelamin : Laki-laki
    Angkatan
    : 2005 A
    Asal
    : Trenggalek
    6. Nama
    : Sumiatin
    Umur
    : 22 tahun
    Jenis Kelamin : Perempuan
    Angkatan
    : 2005 A
    Asal
    : Madiun
    7. Nama
    : Latif Nur Hasan
    Umur
    : 21 tahun
    Jenis Kelamin : Laki-laki
    Angkatan
    : 2006
    Asal
    : Madiun

    8. Nama
    : Nadhif Dwi Saputra
    Umur
    : 23 tahun
    Jenis Kelamin : Laki-laki
    Angkatan
    : 2006
    Asal
    : Ponorogo
    9. Nama
    : Andini Lestari
    Umur
    : 18 tahun
    Jenis Kelamin : Perempuan
    Angkatan
    : 2008 A
    Asal
    : Gresik
    10. Nama
    : Putri Duma
    Umur
    : 20 tahun
    Jenis Kelamin : Perempuan
    Angkatan
    : 2008 A
    Asal
    : Jombang

    11. Nama
    : Elfira Septiana L.
    Umur
    : 19 tahun
    Jenis Kelamin : Perempuan
    Angkatan
    : 2008 A
    Asal
    : Lamongan
    12. Nama
    : Hendrik Wahyu Ditya
    Umur
    : 22 tahun
    Jenis Kelamin : Laki-laki
    Angkatan
    : 2005
    Asal
    : Pare

    Lampiran 4
    RINGKESAN ASIL WAWANCARA
    Reseptor I (Wawan07A)
    Kawitan aku maca cerkak kuwi, aku ngira yen cerkak iki bakal mbahas
    ngenani bingkisan, nanging durung ngerti menawa bakal ana konflik sing kaya
    apa, malah bisa diarani aku bingung merga durung ngerti maksud saka judhul iku.
    Nalikane maca, aku isa ngguyu dhewe merga ya rada nggumun kok ya ana
    kedadeyan sing kaya ngono iku. Dak kira crita ing cerkak iki ora kaya cerkakcerkak sing biyasane dak waca. Yen panganggone basa ing cerkak iki ana sing
    lucu, apa maneh sing nepaki caturan antarane pak Lurah karo sing wedok.
    Pancen, sadurunge maca cerkak iki mau, perasaanku rilek. Nanging
    sabanjure aku malah rumangsa nggumun. Aku ora tau mikir lan mbayangna
    sadurunge yen bakale ing critan iki ana konflik sing kaya mangkono. Saka cerkak
    iki aku oleh inspirasi menawa sadurunge mutusake samubarang perlu anane
    pamikiran sing mateng. Saliyane iku menawa dadi pemimpin iku kudu ngerti
    marang karepe wong ngisor (RT/RW/Wargane).
    Yen miturut pamawasku, cerkak iki nyritakake ngenani urip padinan. Basa
    sing nggunakake kanggo crita kok dak kira akeh banget basa sing durung tak
    ngerteni, utamane ngenani basa-basa rinengga. Dalane crita raket banget, tegese
    saka wiwitan crita yaiku nalikane pak Lurah diprotes nganti tumekane pemecahan
    masalah iku runtut banget. Sing rada nyolok iku ya tetembungan sing gawe. Ing
    kana kene diselipi tembung sing dak kira rada asing sing bisa marakake lucu dene
    ukarane katon baku merga tinata apik.
    Crita iki miturutku narik kawigaten, mergane unik. Saliyane iku uga
    swasana sing dicritakake serius nanging ana lucune. Ing tengah-tengahe konflik
    ana pembuktian-pembuktian sing nguwatake alasane pak Lurah. Lan sing luwih
    penting, aku bisa ngerti akeh saka kahanan lan konflik-konflik sing ana ing critane.
    Menawa cerkak iki didadekake minangka karya pinilih dak kira kok ya
    pantes. Merga ngandhut pelajaran-pelajaran penting sing bisa didadekake tuladha
    kanggo urip ing tembe mburi. Saliyane iku critane asik merga saka judhule sing
    sederhana yaiku bingkisan ee... lha kok pranyata penjabarane amba banget.

    Reseptor II (Ginanjar07B)
    Pertama aku maca judhule, bingkisan saka pak Bupati dak kira ya
    bingkisan saka atasan kanggo bawahane. Nalikane maca cerkak iki atiku
    rumangsa seneng merga pancen critane apik, sesuai karo keadaan sehari-hari.
    Perkara penggunaan basane, ana sebagian sing durung tak ngerteni utamane sing
    parikan lan sapanunggalane iku lho... nanging, senajan mangkono dak kira kok ya
    istimewa ta ya... panganggone basa-basa sing mangkono iku mau nggarai aku
    mikir merga pengin ngerti maksude lan basa-basa rinengga liyane sing luwih
    akeh.
    Sadurunge maca cerkak iki mau perasaanku biyasa wae, nanging sabubare
    aku rumangsa terhibur. Sanajan aku seneng marang dalane crita nanging aku blas
    ora terinspirasi.
    Yen miturutku, crita iki mau kok kurang sambung antarane awal, tengah
    lan endinge. Dene temane ya nyritakake ngenani kehidupan sehari-hari. Alure
    runtut lan pilihan tembunge akeh sing durung tak ngerteni.
    Crita iki narik kawigaten kanggoku. Segi kemenarikane iku saka pilihan
    tembunge sing akeh nganggo basa rinengga lan saka endinge sing nggantung, tak
    terduga.
    Menawa cerkak iki didadekake karya pinilih, aku setuju mergane apik
    (ending terbuka).
    Reseptor III (Bambang07B)
    Aku ngira nalika maca judhule crita iki bakal nyritakake ngenani hadiah
    sing diwenehna Bupati. Nalika maca, kesan sing dak rasakake seneng merga
    caturan antarane pak Lurah karo bu Lurah lan nalikane pak Lurah sambat lucu
    saengga aku isa ngguyu. Nanging aku ya nggumun merga rumangsa bangga
    saupamane isih ana Lurah sing tanggung jawab kaya sing ana ing cerkak iki.
    Basa sing digunakake ing cerkak iki informatif, cetha lan gampang
    dingerteni. Saliyane iku uga apik merga ana parikane. Efek saka panganggone
    basa iku isa gawe guyu lan isa nambahi kosakata anyar tumrap sing maca.
    Sadurunge maca crita iki mau perasaanku biyasa wae. Bedane sawise aku
    maca aku malih ngerti lan bisa melu ngrasakake apa sing dirasakake dening

    paraga ana ing crita iki. Ora mung iku, aku uga ngrasa terhibur sabubare maca
    crita iki mau.
    Kanggoku crita iki bisa menehi inspirasi marang aku kanggo nggawe crita
    sing luwih apik maneh. Isi sing dikandhut ing crita iki uga bisa didadekake
    tuladha kanggo para pemimpin ing negara Indonesia.
    Miturut pamawasku crita iki mau alure jelas (cetha), temane ya ngenani
    sosial (urip padinan). Saka judhule ya apik, paraga sing ana uga bisa didadekake
    tuladha.
    Crita iki narik kawigatenku merga ngandhut nilai-nilai, kayata ing
    babagan pendidikan yaiku kita bisa blajar saka sipate pak Lurah (tanggung
    jawab), sosial yaiku pak Lurah sing ngerti marang wargane.
    Menawa dipilih dadi karya pinilih aku setuju merga endinge lucu, critane
    sejatine sederhana nanging disampaikan kanthi cara menarik, basa sing digawe
    apik kayata basa rinengga.
    Reseptor IV (Puguh06A)
    Pisanan sing dak pikir nalika maca judhule yaiku ngenani hadiah utawa
    penghargaan. Kesan sing tak rasakake mulek, marakake aku bingung merga ing
    awal ujug-ujug pak RT protes. Nalikane maca crita iki aku ora piye-piye (biasa)
    wae merga kata-katane mulek lan akeh nggunakake kata-kata campuran. Efek
    panganggone kata-kata sing kaya iku malah marakake bingung. Endinge tak kira
    kok ya ngambang banget.
    Sadurunge maca cerkak iki mau aku ngantuk, samarine maca perasaanku
    biyasa wae merga tak kira cerkak iki ora menarik. Cerkak iki uga ora menehi
    inspirasi blas kanggo aku.
    Saka sekabehane crita iki aku nyimpulake menawa tema sing diangkat
    yaiku ngenani kejujuran, alure runtut, basa sing digunakake ana dialek-dialek
    saka salah sawijining dhaerah tapi gak ngerti dhaerah ngendi. Tokoh-tokohe
    nggambarake sawenehe wong sing ana ing kasuyatan. Kayata: P. Lurah:
    menanamkan nilai-kejujuran, nduweni jiwa ngayomi; B. Lurah: wong wadon sing
    apik, senajan ngadhepi masalah sing ora entheng nanging tetep semangat
    ngadhepi urip; pak Kabul: menginginkan sesuatu sing dudu hake, ngandhalake

    kelemahane kanggo nggayuh kekarepane; P. Somad: nduweni solidaritas sing


    dhuwur, nanging negatife seneng memaksakan kehendak; P. Usreg: kurang bisa
    nriman, kaya unen-unene wong biyen diwenehi ati ngrogoh rempela.
    Aku ora tertarik blas marang crita iki merga critane biyasa wae saengga
    ora nuwuhake kesan piye-piye. Nanging sing positif ing cerkak iki ngandhut
    pelajaran-pelajaran.
    Aku setuju menawa cerkak iki dadi karya pinilih merga minangka karya
    sastra, cerkak iki cukup menghibur kanggo pamacane.
    Reseptor V (Topan05)
    Nalikane maca judhule, kawitan sing tak pikirake ngenani wulan pasa.
    Kesanku marang cerkak iki mengharukan merga aku rumangsa mesakake marang
    lurahe. Basa sing dianggo ing cerkak iki penuh paribasan, parikan, blakasuta,
    gampang dingerteni, lan seneng nyebut merk tuladhane merk obat-obatan. Saka
    panganggone basa iku mau ndadekake crita iki apik. Ora mung iku, merga
    tetembungan sing ana ing cerkak iku bisa menehi pengetahuan, nuwuhake kesan
    humor, lan kesan (swasana) ndesane bisa katon.
    Sadurunge maca crita iki mau rasane atiku wis seneng merga arep ketemu
    karo kanca-kancaku, nanging samarine maca cerkak iki aku kok malah prihatin
    marang nasibe pak Lurah. Aku uga malih tambah ngerti kepriye nasibe lurah sing
    lurus, pikirane lurah sing bener, lan resikone nalikane nglakoni apik. Yen
    miturutku meskipun kita berbuat baik, namun pasti ada saja orang yang menilai
    jelek.
    Senajan aku seneng marang crita iki nanging aku ora terinspirasi. Yen
    ditakoni apa sebabe, aku seneng marang sastra nanging dudu sing wujud critacrita ngene utawa sing luwih jelas aku seneng marang musik.
    Crita iki miturutku nyritakna ngenani urip padinan, dene tema sing
    diangkat yaku tema sosial, alure nggunakake alur maju. Yen ditilik saka judhule
    karo isine ya wis cocog. Paragane digambarake kathi cara sing apik, lengkap
    merga kepriye gambarane manungsa ing kasunyatan digambarake ana ing cerkak
    iki. Basa sing digunakake uga gampang dingerteni.

    Crita iki narik banget tumrapku, merga aku isa kerut ana ing critane. Aku
    rumangsa kuwatir marang nasibe pak Lurah piye sabanjure.
    Yen dinobatake minangka karya pinilih, aku setuju banget merga critane
    pancen apik banget.

    Reseptor VI (Sumiatin05)
    Pertama sing tak pikir nalikane maca judhule yaiku parcel. Kanggoku
    crita iki narik kawigatenku, merga ana gegayutane karo solah bawane masyarakat,
    nggunakake basa-basa kiasan, saliyane iku uga nggunakake paribasan. Ora cukup
    mung semono wae, crita iki uga unik dibandhingake cerkak liyane. Kesanku
    nalikane maca cerkak iki aku malih pengin ngerti piye sateruse critane, intine aku
    rumangsa penasaran lan ngarep-arep bakale pak Lurah bisa ngatasi masalahe.
    Sayange cuthele kok ngambang.
    Panganggone basa ing cerkak iki apik, basane gampang dipahami lan bisa
    nambahi pengetahuan ngenani basa rinengga. Dene pilihan tembunge apik, ana
    sanepa, bebasan, lan kerata basane. Efek saka panganggonae basa iku mau bisa
    menehi gambaran kanggo mangerteni jinis apa tembung iku mau lan pengin ajar
    luwih maneh ngenani basa rinengga. Merga basa sing digawe iku uga, aku enjoy
    lan nikmati tembung-tembung iku mau.
    Sadurunge maca cerkak iki mau aku ndredeg merga bubar playon utawa
    bisa diarani menawa rasane atiku gelisah lan kesel. Nanging sabubare maca
    cerkak iki mau rasane atiku malih luwih tenang, aku lali marang kedadeyan sing
    mentas wae marakake ndredeg. Aku uga malih nduweni kepenginan kanggo
    ngerteni karyane Mbah Brintik sing liyane. Dene inspirasiku kok malah aku
    pengin nambah kosakata ngenani basa rinengga lan basa-basa liyane saka cerkakcerkak
    Kira-kira karyane Mabh Brintik ana telu sing wis tau tak waca. Miturutku
    sing nuduhake ciri khase Mbah Brintik yaiku humoris, kadhang kala rada porno
    lan nduweni keunikan dibandhingna cerkak liyane. Carane crita lan basa sing
    digunakake bisa nyebabake sing maca berimajinasi.
    Saka crita iku mau aku bisa nyimpulake menawa minangka pemimpin, wis
    samesthine bisa ndeleng ngisorane (andhahane). Paribasan mung wong cilik

    saengga ora nuwuhake kecemburuan antarane wong sing siji karo liyane. Ana
    kalane tanggungjawabe pemimpin marang ngisorane luwih gedhe. Ana kalane
    uga pemimpin kudu lila ngorbanake apa sing diduweni kanggo kepentingane
    wong akeh supaya hubungan antarane pemimpin lan sing dipimpin bisa harmonis.
    Menawa cerkak iki dipilih dadi karya pinilih aku ya setuju, nanging aku
    nduwe saran. Kayane crita iki bakal luwih apik menawa digawe crita sambung
    saengga endinge ora ngambang.

    Reseptor VII (Latif06)


    Kesan sepisan nalikane aku lagi maca cerkak iki, tak kira crita sing bakal
    dicritakake ngenani crita sing nyenengake tibane lha kok beda. Dene nalikane
    maca cerkake, sing dak rasakake wiwit awal kebak kelawan konflik. Wiwit saka
    konflik cilik hingga dadi konflik gedhe. Lha konflik gedhe iku mau mujudake
    gabungan saka konflik cilik-cilik sing ana ing wiwitane crita saengga konflike bisa
    kompleks.
    Miturut panemuku, basa sing digunakake ing sajrone iki aku akeh sing
    durung tak ngerteni tegese amarga basa sing digunakake dudu basa Jawa baku
    utawa bisa diarani basa nggon-nggonan, tuladhane tembung srool. Ora mung
    iku wae pranyata ing sajone crita iki uga nggunakake wangsalan. Sing dadi angenangen saka basa sing digunakake ana bebasan sing unine emban cinde emban
    ciladan nanging ing crita iki kok malih dadi emban cinde emban oyot jan-jane
    sing bener iku sing endi? Sing rada wigati maneh yaiku ngenani basa tulise,
    tuladhane wae nalikane

    Pak Lurah ngresula, kok ya ditulis apa anane kaya

    nalikane diujarake. Saka basa sing digunakake iku mau, dak kira ora patia ana
    pengaruhe kanggoku. Ning iku yen dideleng saka segi konteks. Menawa saka
    tetembungan sing dak kira rada seje bisa marakake aku kepengin mangerteni
    tegese tembung iku.
    Rasa pangrasaku sadurunge maca cerkak iki mau nglokro merga pancene
    aku ora patia seneng maca. Dene nalikane maca aku malah kudu ngguyu merga
    rumangsaku critane lucu. Lucune ki mergane kisahe meh padha kaya kahanan
    kluwargaku. Lan maneh, pranyata maca cerkak iki bisa ngowahi kahananku sing

    sakawit nglokro malih dadi semangat merga pancene cerkake iki apik. Saka
    cerkak iki uga aku malih kepengin maca cerkak liyane.
    Inspirasi sing dak olehake saka cerkak iki, pranyata ora bisa nganggep bab
    siji sepele. Merga bab sepele iku bisa uga ndadekake prekara sing gedhe.
    Ngenani pangriptane, aku wis sering krungu jeneng Mbah Brintik. Aku
    uga wis nate maca cerkake saliyane cerkak iki mau. Saka pamawasku, Mbah
    Brintik ing saben-saben cerkake asring njupuk bab-bab cilik sing arang ketengen
    dening pawongan akeh supaya oleh kawigaten sing luwih. Saliyane iku uga
    nonjolake aspek sosial.
    Cerkak Bingkisan Lebaran Saka Pak Bupati iki ngangkat tema sosial
    sing ana ing pamrentahan Indonesia khususe Jawa. Dene isine ngenani masalahmasalah sing diadhepi dening Pak Lurah (minangka pimpinan) neng sajrone
    masyarakat lan menawa dideleng dening wong liya (anggauta masyarakat). Alure
    runtut dene basa sing digunakake kaya sing wis tak andharake ana ing ngarep
    mau.
    Aku sarujuk menawa cerkak iki didadekake karya pinilih, sebab
    miturutku pancene cerkak iki luwih. Kaluwihane iku ana ing masalah sing
    didadekake crita, yaiku ngenani masalah sing lumrah nanging diolah kanthi cara
    sing beda saengga nalikane wis dadi cerkak bisa dadi cerkak sing narik kawigaten.
    Reseptor VIII (Nadhif06)
    Cerkak kanthi irah-irahan Bingkisan Lebaran Saka Pak Bupati iki dak
    kira menawa cerkake ana gegayutane karo politik. Nalikane maca cerkake, aku
    nduweni pambiji menawa cerkak iki kalebu cerkak sing rada abot, mergane
    konflik-konflik ringan sing ana ing sajrone masyarakat dikemas dadi masalah sing
    rumit dening pangripta. Saliyane iku, crita sing dicritakake ing cerkak iki kayakaya nyata utawa pancene ana ing kanyatan.
    Saka segi basa, aku ngarani basa sing digunakake apik merga ana bebasan
    tuladhane sadawa-dawane lurung isih dawa gurung, wangsalan tuladhane
    ...ngembang duren, ndlongop... lan tetembungan sing nuduhake dialeke penulis.
    Saka panganggone basa sing kaya mau iku rumangsaku malah rada angel

    dipahami amerga kudu mbolan-mbaleni maca supaya ngerti apa sing dikarepake
    saka ukara lan tembung sing kawetu saka paraga ing cerkak iki.
    Sadurunge aku maca cerkak iki mau pikiranku biasa wae (normal) lan ora
    nduweni pikiran apa-apa. Dene sabubare maca, aku rumangsa pikiranku terbuka.
    Nanging miturutku crita sing kaya ing crita iki lumrah. Iki crita ngenani pola
    pikire wong ndesa yaiku seneng iren-irenan.
    Sanajan ta aku seneng marang critane nanging blas aku ora oleh inspirasi
    saka cerkak iki mergane ya kaya sing lagi wae tak andharake menawa critane
    lumrah nanging pengarange jeli nangkep prekara sing sepele iku mau.
    Ngenani pengarange, aku ngerti lan wis tau maca karyane sing liyane.
    Nanging sangertiku, asil karya saka pengarang iki akehe kapacak ana ing Panjebar
    Semangat. Sing katon saka pengarang iki yaiku nuduhake urip lan penguripane
    wong Jawa. Crita iki satemene biasa wae nanging diungkapake kanthi cara sing
    narik kawigaten saengga bisa nuwuhake kritikan saka pamacane.
    Tema cerkak iki yaiku ngenani kritikan marang penguwasa ing jaman
    saiki sing akeh banget ngarep-arep gratisan. Paraga Lurah ing cerkak iki wis
    nuduhake cara ngatasi masalah sing jarang banget dilakoni dening pimpinan ing
    jaman saiki. Crita iki nggunakake alur maju. Saka basa sing digunakake wis
    kaandharake ana ing ngarep mau.
    Menawane cerkak iki kapilih minangka karya pinilih, aku ya sarujuk
    sebab pengarang ing cerkak iki bisa ngemas masalah cilik (biasa) dadi masalah
    sing melok-melok lan kudu digatekake aneng masyarakat.
    Reseptor IX (Dini08A)
    Pisanan sing dak pikirake nalikane maca judhule yaiku sebuah bingkisan
    sing diwenehake dening Bupati marang wargane. Aku heran marang wong-wong
    ing crita iki. Mosok mung merga sebuah bingkisan njaluk diberhentikan saka
    jabatan minangka ketua RT/RW.
    Basa sing digunakake ing cerkak iki gampang dicerna, apik lan nyambung
    antarane tembung siji lan sijine. Nanging ana uga tembung sing marakake aku
    rada bingung, yaiku tembung mbombong. Saka basa lan tembung sing
    digunakake iku nuwahake efek lucu marang cerkak iki. Tuladhane yaiku dialog

    antarane pak Lurah lan bu Lurah. Aku nganggep menawa iku lucu, nanging jorok.
    Efek panganggone basa sing rada asing nyurung aku kanggo mikir.
    Sadurunge maca cerkak iki kahananku stabil, nanging nalikane maca aku
    malih heran campur mangkel merga mung merga bab cilik langsung nganggep
    menawa lurah kurang apik. Aku uga terkesan marang paraga lurah sing rela
    berkorban kanggo wargane.
    Sawise maca crita iki mau aku kepengin dadi kaya lurah ana ing crita iki
    sing rela berkorban lan bijaksana.
    Saka cerkak iki, aku ngira menawa sing paling onja saka cerkak iki saka
    segi tema yaiku ana gegayutane karo politik.
    Cerkak iki mau intine crita ngenani bingkisan lebaran, alure maju,
    paragane awit saka lurah sing bijaksana, sabar lan lucu. Semono uga bu Lurah
    sing uga sabar lan lucu, dene pak Usreg, gak sopan lan pak Somad sing egois.
    Basa ing cerkak iki gampang dipahami.
    Saka segi ketertarikan, aku gak sepiraa tertarik merga critane wis ora
    asing maneh ana ing masyarakat.
    Aku setuju yen cerkak iki dadi kaya pinilih merga critane pancen apik,
    yaiku ngenani protese rakyat marang pimpinane.

    Reseptor X (Duma08A)
    Sing ana ing pikiranku nalikane maca judhule ya entuk bingkisan.
    Nalikane maca aku terkesan marang pak Lurah sing kepengin melakukan
    perbuatan yang seadil mungkin. Masia wis usaha nanging tetep wae isih cacat
    miturut wargane. Aku rumangsa mesakake marang lurahe merga mumet mikir
    wargane nganti dibelani tuku bingkisan kanggo wargane.
    Basa sing digunakake basa Jawa biasa sing gampang dingerteni lan
    rumangsaku biasa wae kaya sing digunakake ana ing masyarakat. Ana uga
    guyonan-guyonan sing dak kira ya ajar-wajar ae. Sing rada beda ya ing wangsalan
    lan basa rinengga liyane, nanging uga wis diwenehi teges langsung dening
    pangriptane.

    Efek panganggone basa marang aku, bisa nggawa aku rumangsa dadi
    bagian saka crita iki mau. Dene guyonane bisa marakake ngguyu merga pancene
    ya lucu.
    Aku gak nduweni pikiran sing piye-piye sadurunge maca cerkak iki mau
    nanging sawise maca utegku kaya-kaya refresh.
    Inspirasi sing dak olehake saka cerkak iki yaiku apabila menjadi seroang
    pemimpin, kita harus adil meski dicacat harus tetap adil meski mengorbankan
    kepentingan pribadi di atas kepentingan orang banyak.
    Sadurunge aku wis tau maca karya-karyane Mbah Brintik. Sing nuduhake
    ciri khas saka cerkak-cerkake yaiku sepisan saka alur, maksude alure digawe
    supaya wong tertarik kanggo maca sing luwih akeh maneh (nganti pungkasane
    crita). Saliyane iku, tembung-tembung guyon sing jarang ditemokake ing karyakarya saka pengarang liyane.
    Cerkak iki temane ngenani kehidupan sosial, alure maju. Saka paragane
    sing dadi sorotanku mung pak Lurah minangka pimpinan sing adil, luwih
    mentingake kepentingane wong akeh nanging gengsian. Semono uga bu Lurah,
    saliyane gengsian uga durung tatag, merga uga dadi pimpinan kadhang kala isih
    mumet menawa ana masalah.
    Aku tertarik marang cerkak iki merga ngandhut pesen kanggo para
    pimpinan supaya ora seneng mentingake awake dhewe wae nanging uga kudu
    mikirake liyan (wargane). Basa sing digunakake uga gampang dingerteni mergane
    pancen ya umum nanging diselingi karo guyonan.
    Crita iki narik kawigaten lan ngandhut pesen lan ora adoh saka urip
    padinan. Mula aku sarujuk menawa cerkak iki kapilih minangka karya pinilih.

    Reseptor XI (Elfira08A)
    Bingkisan Lebaran Saka Pak Bupati, sing ana ing angen-angenku ing
    crita iki mesti ana unsur politike. Pranyata cerkak iki nggambarake kauripan
    masyarakat, saliyane iku uga nggambarake kahanan politik ing negara Indonesia.
    Saka pamawasku, cerkak iki ora patia monoton utawa kaku merga critane pancen
    umum lan asring dumadi ing masyarakat. Nalikane maca aku biasa wae, mung
    bisa didadekake minagka info yen ing sawijining masyarakat tartamu pranyata

    kahanan politike kaya ngono. Aku uga prihatin menawa kahanan masyarakat kaya
    ngono iki.
    Minangka wong sing awam, aku nganggep menawa basa sing digunakake
    ing cerkak iki gampang dingerteni. Senajan ana tetembungan sing durung tak
    ngerteni tegese, nanging menawa wis disusun dadi ukara aku bisa nangkep karep
    saka tembung iku mau. Tembung-tembunge akeh sing umum nanging ana uga
    sebagian sing rada beda kayata kerata basa, wangsalan lan paribasan sing ana ing
    cerkak iki. Saka panganggone basa sing kaya ngono iku mau aku rumangsa
    nyaman merga daya tangkap bisa digampangake kanthi reroncean tetembungan
    sing nyengkuyung. Dene ngenani tembung-tembung liyane malah bisa nuwuhake
    efek lucu. Tembung sing lucu iki bisa ndadekake pikiranku malih fresh.
    Kahanan awakku nalikane arep maca cerkak iki mau isih durung stabil.
    Nanging merga tetembungan lan basa sing digunakake gampang dingerteni, aku
    bisa langsung fokus marang critane. Sabubare maca cerkak aku ora ngrasakake
    owah-owahan sing signifikant. Nanging merga ana sing lucu, aku rumangsa
    seneng lan bisa rada nglegakake pikiranku.
    Saka cerkak iki, aku oleh inspirasi kepengin nggawe cerkak sing intine
    ngacu marang para pimpinan kanggo luwih tanggung jawab marang jabatan lan
    masyarakate. Ora winates iku wae, merga critane ngandhut unsur sing lucu lan
    kesan mbocahi marakake aku kepengin bisa ana ing antarane paragane.
    Cerkak iki pancen rada beda saka cerkak-cerkak liyane. Ana ing cerkak
    liya, ora ana guyonan, paribasan, wangsalan lan basa rinengga liyane. Tuladhane
    tembung mblakrak. Tembung iki wis umum banget ana ing sajrone masyarakat,
    uga ana singkatan sing ngacu marang tembung lurah, saka tembung iku mau
    tuwuh kosakata anyar.
    Cerkak iki ngangkat tema politik, basa sing digunakake uga gampang
    dingerteni, alure maju, setting sing digunakake ana ing pirang-pirang panggonan
    saengga ora mboseni. Saliyane iku cerkak iki uga ngandhut nilai-nilai kayata nilai
    moral yaiku: 1) menawa dadi pimpinan kita kudu bisa dadi pimpinan sing apik, 2)
    minangka anggauta masyarakat kita kudu ngregani wong liya lan aja nganti
    mangan barang sing dudu hake.

    Cerkak iki narik kawigatenku mergane critane gampang lumebu ing uteg,
    disisipi ukara-ukara sing ngguyokake, dialog antarane pak Lurah karo bu Lurah
    katone kaya alami kaya-kaya ora digawe-gawe.
    Cerkak iki pancen pantes dadi karya pinilih mergane tema sing diangkat
    ngenani politik nanging luwih ngacu marang guyonan politik (ora murni politik).

    Reseptor XII (Hendrik05)


    Hadhiah saka bupati, sing dak pikirake bingkisan yaiku amplop utawa
    salam tempel, dadi miturutku pisanan wayah maca judhule, crita iki bakal
    nyritakake ngenani suap saka Bupati. Dene nalikane maca, aku ngrasa menawa
    cerkak iki kalebu crita sing serius merga ana kesan sing mbingungake.
    Panganggone basa ing cerkak iki apik, lugu, lan ana kerata basane lan
    lumrah kaya sing digawe pawongan ing sajrone masyarakat. Efek panganggone
    basa iki mau marang aku yaiku aku malih bisa ngerti ngenani urip dadi lurah,
    kesan pisanan pancene rada mangkel karo paraga lurah nanging barang ngerti
    asline, pranyata paraga lurah iki malah bisa menehi inspirasi marang aku.
    Sadurunge maca cerkak iki pancene kahanan atiku rada sumpeg merga
    akeh pikiran. Sabubare maca, wis rada mendhingan lan bisa kanggo refreshing.
    Saka iki owah-owahan sing dak rasakake malih rada kreatif. Pikiranku uga fresh
    lan kahanan atiku uga malih ayem.
    Aku wis tau maca cerkak liya saka pengarang iki. Rumangsaku ciri khase
    cerkak anggitane Mbah Brintik yaiku luwih nengenake marang paraga lan
    karaktere. Critane natural lan apa anane.
    Nalikane pak Kabul mertamu ing omahe pak Lurah, pak Kabul katon
    mbesengut abang kupinge amarga ora diwenehi bingkisan saka pak Bupati dening
    pak Lurah. Kamangka ketua RT lan RW liyane diwenehi kabeh. Nanging pak
    Lurah kok mung mangsuli entheng wae.
    Rumangsa dadi pimpinane rakyat, pak Lurah nduweni alternatif kanggo
    mbungkusake wong-wong sing durung oleh bingkisan, nanging niyat apike pak
    lurah diwales karo suudzon saka wong-wong sing diwenehi mau.
    Cerkak iki narik kawigaten merga isine lumrah kaya sing ana ing
    masyarakat padesan.

    Rumangsaku pancen cerkak iki pantes didadekake karya pinilih merga


    cerkak iki mau cocog yen dipacak lan nduweni ciri khas sing manjila.

    Anda mungkin juga menyukai