Cryptos Por Odium
Cryptos Por Odium
Cryptosporidium
Disusun oleh :
Cryptosporidium
Pendahuluan
Cryptosporidium
adalah
parasit
protozoa
berbentuk
bulat
yang
mengundang banyak perhatian dua puluh tahun terakhir sebagai patogen bagi
manusia. Cryptosporidium ditemukan sebagai sebuah organisme bersel didalam
mukosa lambung tikus oleh Tyzzer tpada tahun 1907. Kasus pertama
cryptosporidiosis pada manusia di tahun 1976 melibatkan anak perempuan
berumur tiga tahun dari daerah pedalaman di Tennessee yang menderita
gastroenteritis selama dua minggu. Pada awal tahun 1980an, keterkaitan antara
kasus
cryptosporidiosis
dan
orang
dengan
immunodeficient
menjadikan
berbagai
: Protista
FIlum
: Apicomplexa
Kelas
: Conoidasida
Subkelas
: Coccidiasina
Orde
: Eucoccidiorida
Suborde
: Eimeriorina
Keluarga
: Cryptosporidiidae
Genus
: Cryptosporidium
Siklus hidup
Ookista yang telah mengalami sporulasi, terdiri dari 4 sporozoit,
dikeluarkan melalui feses dari organisme yang terinfeksi dan mungkin mengalami
rute yang lain seperti melalui sekresi saluran pernafasan (1). Transmisi dari
Cryptosporidium parvum dan Cryptosporidium hominis umumnya terjadi melalui
kontak dengan air yang telah terkontaminasi. Banyak wabah yang terjadi di
Amerika Serikat terjadi di taman air, kolam renang umum, dan pusat pelayanan
umum (2). Setelah tertelan(dan mungkin terhirup) oleh hospes (3) eksistasi terjadi
(a). Empat sporozoit dikeluarkan dari tiap ookista, menembus sel epitelial (b,c)
usus dan jaringan yang lain seperti saluran pernafasan. Sporozoid akan
berkembang menjadi tropozoit. Kemudian mengalami multiplikasi aseksual
(skizogoni atau merogoni) (d,e) yang menghasilkan meront tipe I. Merozoit yang
dihasilkan meron tipe satu dapat mereinfaksi sel dan mengulang kembali siklus
asekseual atau menginfeksi sel dan berkembang menjadi meront tipe II (f). Tiap
meron tipe II akan membebaskan 4 buah merozoit. Diyakini bahwa hanya
merozoit tipe II inilah yang akan berkembang mengalami multiplikasi seksual
(gametogoni) menghasilkan mikrogamont(g) dan makrogamont(h). Mikrogamet
yang keluar dari mikrogamont akan membuahi makrogamont yang matang dan
menghasilkan zigot (i), yang akan berkembang menjadi ookista berdinding tebal
(j) dan ookista berdinding tipis (k). Ookista akan bersporulasi (berkembang
menjadi sporozoit yang infektif). Keluarnya sporozoit dari ookista yang
berdinding tipis akan menyebabkan autoinfeksi. Sementara ookista berdinding
tebal akan dikeluarkan melalui feses dan apabila tertelan akan segera menginfeksi
hospes lainnya.
ditemukan
sekitar
2%
(range
0,3-22%)
pada
orang
dengan
Gejala bisa terjadi dengan tiba-tiba 7 sampai 10 hari setelah infeksi dan
terutama terdiri dari kram perut dan sering mencret, mual, muntah, kehilangan
nafsu makan, demam, malabsorption (rendahnya penyerapan nutrisi oleh usus),
dehidrasi dan kelemahan bisa terjadi. Diare biasanya berair dengan lendir. Sangat
langka untuk menemukan darah atau sel darah putih dalam penyakit ini. Gejalagejala ini bisa menjurus ke berat badan turun dan kehabisan cairan tubuh. Ada
kalanya gejalanya tidak ada sama sekali. Namun, orang demikian itu masih bisa
menulari sesamanya. Orang yang sistem ketahanannya lemah bisa mendapat
gejala lebih parah yang berlangsung berminggu-minggu.
Pada orang yang sistem kekebalannya lemah, gejala bisa mulai secara
bertahap, dan diare bisa berbagai macam dari ringan sampai berat (hingga 3
sampai 4 galon pada tinja encer setiap hari pada orang dengan AIDS).
Orang dengan Immunocompromised (imun redah), anak-anak, dan orang
tua, dapat mengembangkan bentuk cryptosporidiosis yang lebih parah. 4 % dari
mereka biasanya tidak memiliki gejala-gejala, 29 % mempunyai infeksi
sementara, 60 % mengalami diare kronis, dan 8 % mengalami infeksi parah
seperti infeksi kolera. Infeksi diare-sementara berakhir dalam waktu 2 bulan dan
Cryptosporidium tidak lagi ditemukan di dalam kotoran. Diare kronis adalah diare
yang berlangsung selama 2 tahun atau lebih, bentuknya terlihat dari volume air
kotoran pasien yang setidaknya mengeluarkan 2 liter diare berair per hari.
Kadang juga dapat kehilangan hingga 25 liter per hari. pasien AIDS dapat
mengalami 10 kali buang air besar per hari. Mereka mengalami malabsorpsi
parah dan dapat kehilangan 10% berat badan. Banyak dari mereka tidak pernah
sepenuhnya menghapuskan Cryptosporidium dari tubuh mereka.
Ketika Cryptosporidium menyebar ke luar usus karena penyakit ini dapat
menjadi dominan akibat tubuh kekurangan imun pada pasien AIDS mereka
dapat mencapai paru-paru, telinga, pankreas, dan bagian perut lainnya. Parasit
dapat menulari biliary tract (sekitar lever), menyebabkan biliary cryptosporidiosis.
dan
Amerika
Serikat
telah
terjadi
kali
wabah
penjangkitan
masyarakat yang menggunakan utilitas lokal yang memenuhi semua standar air
minum negara dan federal (Jnarek, 1995).
Makanan juga dapat menjadi sumber penularan apabila orang yang
terinfeksi maupun asymptomatic carrier mengkontaminasi makanan tersebut.
Dokumentasi pertama dari tipe penjangkitan ini terjadi di sebuah wilayah di
Maine, dimanan anak-anak yang meminum sari apel yang terontaminasi feses
hewan
mengakibatkan
cryptosporidiosis
(Junarek,
1995).
Ookista
dari
seperti khlor memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam jangka waktu
yang lama dan masih dalam kondisi siap menginfeksi.
Cryptosporidium melekat pada mikrofili usus halus atau hidup bebas pada
kripta mukosa usus menyebabkan malabsorpsi dan diare akibat kerusakan bagaian
mukosa. Pada orang yang memiliki kekebalan tubuh penyakit tidak terlalu parah
dan bisa sembuh sendiri karena sistem imun dapat melawan infeksi. Sedangkan
pada penderita penderita immunodefisiensi penyakit ini dapat menjadi parah
karena sisitem imunnya yang rusak.
Ketika Cryptosporidium menyebar ke luar usus karena penyakit ini dapat
menjadi dominan akibat tubuh kekurangan imun pada pasien AIDS, mereka dapat
mencapai paru-paru, telinga, pankreas, dan bagian perut lainnya. Parasit dapat
menulari biliary tract (sekitar lever) menyebabkan billary cryptosporidiosis. Hal
ini menyebabkan choelecystitis dan cholangitis.
Infeksi Cryptosporidium dimulai ketika ookista tertelan dan
menetap
terjadi di usus kecil, seperti halnya infeksi dengan anggota genus toxoplasma,
Isospora, dan sarkositis. Setelah menetap, empat sporozoit dilepaskan dari
masing-masing ookista, dan siklus aseksual dimulai oleh invasi perbatasan
microvilli sel epitel usus. Intraseluler, sporozoit berkembang menjadi meronts,
yang melepaskan delapan merozoit, bentuk kedua yang menyerang sel-sel epitel
usus. Kedua siklus seksual dan aseksual terjadi di usus, sehingga dalam produksi
sepenuhnya sporula, ookista menular. Penyakit manusia terutama terletak di
jejunum, namun pada organisme pasien immunocompromised dapat ditemukan di
seluruh epitel dari saluran pencernaan dan pernapasan, dari faring, sinus, dan
paru-paru ke rektum.
Perubahan histologis dalam epitel termasuk atrofi vilus gastrointestinal,
dan epitel merata. Plasma sel spesifik, limfosit, dan infiltrasi makrofag dari lamina
propria dapat terjadi, tetapi itu bukan merupakan fitur penyakit yang menonjol.
Mekanisme patogenetik Cryptosporidium yang menyebabkan diare belum
ditetapkan. Gilin dan rekan menunjukkan bahwa Cryptosporidium menyebabkan
terutama diare osmotik, namun yang lain telah berspekulasi bahwa Camp produksi
dengan sekresi kolera setelah dari cairan dan bisa elektrolit dipicu oleh toksin
cryptosporodial. D-xylose abnormal penyerapan dan lemak malabsorpsi yang
umum.
1. Pada usus
Mekanisme crypthosporidiosis menyebabkan diare pada manusia belum
sepenuhnya dapat dimengerti, namun, Adanya kegagalan absobsi dan peningkatan
sekresi usus halus banyak dijumpai pada kasus tersebut.
Adhesi /invasi dari merozoit / sporozoit cryptosporidium parvum ke
membran apical dari sel epitel usus merangsang aktivitas dari beberapa seluler
kinase. Invasi seluler juga merangsang sel epitel untuk memproduksi
prostaglandin shyntase IL -8 dan TNF-. Adanya sel polymerase (oleh IL-8),
aktifasi makrofag (oleh TNF- ) diproduksinya prostaglandin (oleh prostaglandin
shyntasei ) dan perubahan fungsi ion diperkirakan merangsang sekresi usus untuk
merespon infeksi seluler terhadap cryptosporidium parvum. Infeksi seluler juga
pendataran dan juga bersatunya vili usus merupakan kemungkinan kedua yang
terjadi pada infeksi sel dan atau dalam respon imunologi seluler. Gambaran ini
berhubungan dengan malabsorpsi dan akan memperberat diare, sebagai tambahan
adanya proses-proses apoptosis sel-sel yang mati dan enteric nervous system juga
memberi peranan terhadap patofisiologi diare ini. Pada gambaran histopatologi
menunjukan adanya atropi villi, hyperplasia krypta dan infiltrasi ringan sampai
sedang (biasanya sel plasma atau netrofil tetapi dapat juga makrofag dan liphosit)
pada lamina propria.
2. Pada saluran empedu
Gambaran hispatologi yang diperoleh dari biopsy ampulla vateri
menunjukan infiltrasi submukosa, inflamasi periductis dengan oedema interstisial,
infiltrasi neutrofil dan hyperplasia / dilatasi kelenjar periduktus.
obat-obatan
yang
menekan
sistem
kekebalan
tubuh
kekebalan
dan
menghilangkan
diare
yang
disebabkan
oleh
disertai
pemberian
HAART
pada
penderita
pulmonary
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
parasit
Tidak ada vaksin yang efektif dan obat-obatan profilaksis untuk cryptosporidiosis,
sehingga langkah yang tepat sebagai pencegahan yaitu dengan mencegah adanya
kontak air minum atau makanan terhadap feses hewan maupun manusia. Ini
disebabkan oleh karena ookista Cryptosporidium memiliki resistensi yang tinggi
terhadap berbagai desinfektan dan antiseptik. Hanya ammonia (5% selama 120
menit atau 50% selama 30 menit), formol saline (10% selama 120 menit),
hidrogen peroksida (3% selama 30 menit), atau klorin dioksida (0,4mg/ liter
selama 15 menit) yang dilaporkan efektif. Pengeringan pada ookista dengan
pemaparan udara kering selama 4 jam juga dapat membunuhnya.
Ookista pada susu maupun makanan yang lain mungkin mati dengan cara
pasteurisasi (71,70C selama 5 detik), memanaskan air hingga 60 0C selama 30
menit, atau mendinginkannya pada suhu -700C selama 1 jam. Tidak ada
desinfektan kimia yang aman yang dapat membunuh parasit ini.
Penderita immunocompromised disarankan untuk menghindari kontak
dengan hewan, tempat rekreasi (danau, sungai atau kolam renang). Di beberapa
lokasi seperti rumah sakit, laboratorium dan pusat pelayanan kesehatan lainnya,
tindakan pencegahan juga meliputi tindakan isolasi terhadap penderita,
penanganan yang hati-hati dan memasak air yang akan dikonsumsi sampai
mendidih.
Secara umum pencegahan terhadap penyakit cryptosporidiosis yaitu:
1.
Cuci tangan dengan sabun dan air yang bersih setelah menggunakan
toilet, mengganti popok, serta sebelum dan sesudah makan, sesudah
anda menyentuh hewan peliharaan atau hewan lainnya, setelah
2.
berkebun,
Cucilah buah-buahan dan sayuran yang anda makan mentah, dan
3.
4.
Minumlah air yang bersih dan sehat, usahakan air minum yang sudah
5.
6.
DAFTAR PUSTAKA
[diakses