Anda di halaman 1dari 6

Minggu, 14 Februari 2010

GLT Krosok
Proses tembakau krosok (Green Leaf Threshing) pada prinsipnya adalah
memisahkan lamina dari stem daun tembakau. Proses tembakau sangat
penting karena :
1. Tidak hanya mengetahui masalah grade (mutu) tembakau
2. Tahu proses yang dialami tembakau sebelum menjadi rokok
3.

Bahan evaluasi proses pembelian pada musim berikutnya meliputi mutu, keseragaman dan
kebersihan tembakau yang kita beli
Tujuan umum dari GLT adalah mengubah green tobacco menjadi siap untuk aging dan
diproses di primary. Sedangkan tujuan khusus dari proses GLT adalah :

1. Menyederhanakan grade tembakau untuk memudahkan proses blending


2. Menyeragamkan MC dan temperature, packing, density dan berat (persiapan proses aging)
3. Memisahkan lamina dari stem, memisahkan tembakau off blend termasuk mouldy
4. Memisahkan Foreign Material (FM)
5. Menstandarkan bentuk packing dan berat untuk memaksimalkan penggunaan gudang
penyimpanan.
Output dari hasil proses krosok meliputi 3 hal, yaitu :
1. Product : Lamina (packed)
2. By Product : Tobacco Fines Diet (TFD), Stem
3. Waste : Tobacco Fines Small (TFS), dust
Proses Green Leaf Threshing (GLT) terbagi atas 4 tahap, yaitu :
1. PRE THRESHING
Pada tahap pre threshing, material tembakau akan diurai dan dikondisikan supaya
kandungan air (MC) dan temperature sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan untuk proses
threshing. Maksud dari pengkondisian MC dan temperature tersebut agar material tembakau
lebih elastis dan tidak hancur pada saat dilakukan proses thresher.
Material tembakau krosok yang telah direclass, disimpan pada GRS (Green Receiving
Storage) dan selanjutnya akan dilakukan proses GLT. Sebelum dilakukan proses GLT, material
tembakau yang akan diproses (sesuai dengan komposisi blend yang diinginkan) ditempatkan
1

pada Buffer Green Stock. Selanjutnya, material tembakau krosok ditata pada feeding table sesuai
dengan komposisi blend dalam dua meja yang sejajar, dimana komposisi blend pada dua meja
tersebut harus seimbang. Tembakau yang telah ditata tersebut masuk ke dalam tipping dan tie
leaf cutter untuk dilakukan pemotongan pada bagian ujung daun tembakau berdasarkan ukuran
tertentu. Prosentase pemotongan biasanya 30% atau 1/3 dari panjang daun untuk bagian tips dan
70% atau 2/3 dari panjang daun untuk bagian butts. Kemudian tembakau butts masuk ke tie leaf
cutter untuk dilakukan pemotongan pada pengikat atau untingan tembakau. Bagian tips dan butts
dipisah melalui jalur conveyor yang berbeda.
Tips line
Tembakau tips yang keluar dari tipping dan tie leaf cutter kemudian masuk ke weighing
conveyor untuk ditimbang supaya kecepatan flow rate-nya bisa diatur. Kemudian tembakau tips
masuk ke tips conditioning agar tembakau tips tersebut dapat diuraikan dan dinaikkan kadar air
dan temperaturnya supaya lebih elastis dan tidak hancur. Setelah keluar dari tips conditioning,
tembakau tips ditarik ke atas oleh air legg. Untuk material tips yang berat (tidak tersedot air
legg), material masuk ke butts line sebelum masuk Direct Conditionong Cylinder (DCC). Setelah
melalui air legg, material tips disebar ke tips picking table sebanyak satu meja untuk
pengambilan NTRM dan tembakau yang off blend. Pada GLT Pandaan, posisi air legg terletak
setelah tips picking table. Tembakau ringan yang ikut tertarik akan masuk ke dalam holding
band silo, sedangkan tembakau yang berat akan masuk kedalam distributor conveyor butts.
Holding band silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara apabila terjadi kemacetan
proses.
Namun, pada GLT Ngoro tidak menggunakan holding band silo. Setelah tembakau tips
melalui tips picking table, tips tersebut diayak menggunakan vibratory shaker untuk memisahkan
fines (scrap) dan bergabung dengan fines (scrap) dari butts. Setelah material tips melalui
vibratory shaker, tips langsung masuk ke combine conveyor dan bergabung dengan lamina pada
butts setelah masuk proses threshing.
Butts line
Tembakau butts yang keluar dari tipping dan tie leaf cutter, berjalan melalui conveyor
dimana kemungkinan ada untingan/bundle tembakau yang tidak terpotong sehingga diperlukan
tenaga kerja manual untuk membuka bundle/untingan yang tidak terbuka tersebut. Setelah itu,
tembakau butts berjalan melalui weighing conveyor untuk ditimbang dan diatur kecepatan flow
2

rate-nya. Kemudian tembakau butts masuk ke Direct Conditioning Cylinder (DCC) untuk
mengkondisikan material tembakau butts sesuai dengan MC dan temperature yang diinginkan
sehingga material tembakau butts dapat terurai. Setelah keluar dari DCC, material butts masuk
ke distributor conveyor untuk dibagikan ke 4 meja butts picking table untuk pengambilan NTRM
dan tembakau butts yang off blend.
Setelah keluar dari picking table, tembakau butts dikondisikan kembali MC dan
temperaturnya dalam Smart Conditioning agar material butts lebih elastis dan tidak hancur pada
waktu proses threshing. Pada GLT Pandaan, tembakau butts yang keluar dari smart conditioning
akan dilewatkan pada metal detector guna mengidentifikasi unsur logam yang mungkin terikut
pada tembakau. Tembakau yang mengandung logam akan terpisah dari yang tidak mengandung
logam, lalu tembakau itu dibersihkan melalui manual picking pan. Tembakau yang tidak
mengandung logam langsung masuk ke proportional feeder. Sedangkan pada GLT Ngoro, setelah
keluar dari smart conditioning tembakau butts masuk ke proportional feeder dimana berfungsi
untuk membagi material tembakau butts pada mesin thresher.
Krosok Pre-Threshing
Input/Green
Output After Conditioning
MC (%)
MC
(%)
Temperatur (C)
Temperatur (C)
14 + 2
35 + 2
18 + 2
55 + 5
2. THRESING
Pada tahap threshing ini, tembakau butts akan mengalami proses pencabikan untuk
memisahkan lamina dari stemnya. Adapun 4 tahap dalam proses threshing di GLT Ngoro:
a.

Tahap pertama
Tembakau butts dicabik-cabik atau dipisahkan lamina dan stemnya dengan menggunakan

tiga buah mesin thresher dimana didalamnya terdapat basket diamond. Hasil thresingnya
kemudian dipisahkan antara material berat dengan yang ringan melalui alat yang disebut Multi
Separator sebanyak lima kali. Tembakau berat akan masuk ke thresher tahap selanjutnya
sedangkan yang ringan akan diayak ke vibratory shaker yang kemudian dilanjutkan ke arah
combine conveyor. Pada Multi Separator (MS) I, lamina yang ringan langsung masuk ke
vibratory shaker A. Lamina ringan pada MS II dan III masuk ke vibratory shaker B dan pada MS
IV dan V, lamina masuk ke vibratory shaker C.
b. Tahap kedua

Material tembakau berat hasil threshing tahap pertama masuk ke dalam mesin thresher
sebanyak 1 buah yang juga menggunakan basket diamond. Material hasil thresh dipisahkan
antara yang berat dan yang ringan oleh mesin MS (Multi Separator) sebanyak 3 kali. Material
berat akan masuk ke tahap thresh selanjutnya,sedangkan material ringan diayak oleh vibratory
shaker D, lalu masuk ke lamina produk yang mengarah ke combine conveyor.
c.

Tahap ketiga
Material tembakau berat hasil threshing tahap 2 melewati satu buah mesin thresher yang

memiliki basket diamond. Setelah itu dipisahkan antara yang berat dan yang ringan
menggunakan Multi Separator sebanyak dua kali. Material yang berat akan masuk ke tahap
thresh selanjutnya, sedangkan yang ringan diayak lewat vibratory shaker E dan kemudian masuk
ke laminar produk yang mengarah ke combine conveyor.
d. Tahap keempat
Material tembakau berat hasil dari tahap ketiga melewati satu buah thresher lagi yang
menggunakan basket round, lalu dipisahkan antara material yang berat dan ringan oleh Multi
Separator sebanyak 1 kali. Material ringan akan melewati vibratory shaker E bersatu dengan
lamina hasil threshing tahap ketiga dan kemudian masuk ke lamina produk yang mengarah ke
combine conveyor. Sedangkan material berat yang berupa stem masuk ke stem transport yang
kemudian masuk ke Apron stem dryer (by product room). Akan tetapi, sebelum melalui conveyor
stem transport, stem terlebih dahulu melalui air legg yang fungsinya untuk menarik lamina (flag)
yang mungkin masih terikut pada stem yang kemudian masuk ke Multi separator tahap ketiga.
Vibratory shaker A-E tersebut memisahkan lamina partikel besar dan partikel kecil yang
berupa scrap. Scrap tersebut bersatu dengan scrap dari tips yang akhirnya masuk ke vibratory
shaker F. Pada vibratory shaker F, lamina partikel besar masuk ke combine conveyor sedangkan
partikel kecil yang berupa fines, masuk ke Fines Screw Dryer.

3. DRYING
Proctor Lamina Dryer
Material tembakau tips dan butts yang sudah bergabung dalam combine conveyor
diteruskan pada proses drying menggunakan alat Proctor Lamina Dryer. Alat ini berfungsi

untuk mengkondisikan material tembakau agar memiliki spesifikasi MC dan temperatur yang
sesuai untuk proses aging. Dari hasil proses drying tersebut tembakau akan mengeluarkan aroma
yang khas dan bentuk fisiknya juga akan mengembang.
roctor Lamina Dryer terdiri dari tiga bagian (zona), yaitu:
a.

Drying Zone
Pada drying zone ini tembakau dikeringkan atau kandungan airnya diturunkan (MC = + 9 %,
suhu 70-75C). Drying zone terdiri dari 2 zone lagi, yaitu:
2 zone air up: menggunakan air up supaya material yang masih basah (MC nya masih tinggi)
benar-benar tersebar.
1 zone air down: menggunakan air down supaya tembakau yang akan masuk ke cooling zone
tidak berhamburan.

b. Cooling Zone
Tembakau diturunkan suhunya (MC = + 14%, suhu 40C) dengan menggunakan udara segar dari
luar dengan sistem air down. Suhu material diturunkan agar dapat menerima uap air saat
dikondisikan dalam ordering zone
c.

Ordering Zone
Pada zone ordering ini material tembakau dikondisikan dengan menggunakan steam dan water.
Tujuan dari zone ini untuk mengkondisikan material tembakau agar mempunyai spesifikasi MC
dan temperatur yang dibutuhkan untuk proses aging (MC 12 + 1%, suhu 43C).

erdasarkan metode pengeringannya, tembakau krosok dibedakan menjadi:


1. Air cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan
menggunakan aliran udara bebas (angin). Metode pengeringan ini
memerlukan bangunan khusus (curing shed). Pengeringan dengan meode
ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi
nikotin.
2. Flue cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan
mengalirkan udara panas melalui pipa (flue). Tembakau yang tergolong
jenis ini adalah tembakau Virginia FC. Prinsip pengeringan flue cured
sangat sederhana, berkurangnya kelembaban secara perlahan selama 24

60 jam pertama (masa penguningan) diikuti hilangnya kadar air secara


cepat hingga lamina mengering, yang diikuti mengeringnya gagang.
3. Sun cured, adalah proses pengeringan dengan menggunakan sinar
matahari secara langsung (penjemuran). Proses penjemuran untuk
tembakau krosok selama 7-10 hari. Metode ini juga dipakai untuk
pengeringan tembakau Oriental, yang menghasilkan kadar gula dan nikotin
yang rendah.
4. Fire cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan cara
mengalirkan asap dan panas dari bawah susunan daun tembakau.
Berbeda dengan flue cured, dimana bara api tidak dibiarkan membara,
melainkan dijaga agar tetap mengeluarkan asap. Bahan baku yang umum
digunakan agar menghasilkan asap yang cukup antara lain kayu akasia
yang dicampur dengan ampas dan bongkol tebu, sehingga diharapkan
menghasilkan aroma yang harum dan manis. Pengeringan dengan meode
ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi
nikotin.

PACKING

Setelah melalui Proctor Lamina Dryer, tembakau siap dikemas dalam carton box C48
dengan berat yang telah ditetapkan menggunakan Fish Burn Press yang berfungsi untuk
mengepak tembakau dalam karton box dengan berat tertentu. Tembakau dalam box kemudian
ditimbang ulang (re-weighing), kemudian box dilewatkan hold press supaya dimampatkan lagi.
Setelah itu, box diikat oleh alat yang disebut Automatic Strapping. Untuk analisa tingkat density
case (CDCV), box diputar 180 menggunakan Box Rotator. Kemudian box ditumpuk pada palet
dengan 3 tumpukan setelah diberi stacker menggunakan Outomatic Bale Stacker.

Anda mungkin juga menyukai