Anda di halaman 1dari 53

ISOLASI CAWAN TUANG DAN

CAWAN GORES

LAPORAN UTAMA

Oleh :
: Tresna Eka
Putri
NRP
: 133020064
Meja
: 2
Kelompok : C
Asisten
: Noordiansyah
Nama

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
1

BANDUNG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
ISOLASI CAWAN TUANG DAN CAWAN
GORES
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui untuk
memenuhi Persyaratan Kelulusan Praktikum
Mikrobiologi Pangan Program Studi Teknologi
Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan,
Bandung 2014

Menyetujui,

Firmansyah, ST.
Noordiansyah
Koordinator Asisten
Asisten

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur

penulis

panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan

rahmat

dan

hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan


utama

ini,

tidak

lupa

pada

Nabi

besar

Muhammad SAW beserta keluarga-Nya, para


sahabat dan semua umat islam yang ikut
berjuang bersama-Nya. Penyusunan laporan
utama

ini

guna

memenuhi

persyaratan

kelulusan praktikum mikrobiologi pangan.


Laporan

utama

praktikum

mikrobiologi

pangan disusun berdasarkan percobaan yang


dilaksanakan
Pangan

di

Jurusan

Laboratorium
Teknologi

Mikrobiologi

Pangan

Fakultas

Teknik Universitas Pasundan.

Dalam menyelesaikan laporan ini penulis


banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak.

Maka

ucapan

terima

kasih

penulis

sampaikan kepada :
1. Allah SWT, karena memberikan kepercayaan
kepada penulis untuk menyelesaikan laporan
utama ini.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu
mendoakan dan memberi dukungan baik moril
maupun materil.
3. Adik penulis, Davor Ray Putra yang telah
mengganggu

penulis

selama

pengerjaan

laporan.
4. Bapak Dr. Ir. H. Dede Zainal Arief, M. Si dan
Ibu

Ir.

Neneng

koordinator

Suliasih,

MP.

praktikum

sebagai
laboratorium

Mikrobiologi Pangan.
5.Koordinator asisten Mikrobiologi Pangan Kang
Firmansyah,ST.
6.Asisten
yang

Pembimbing,

telah

Kang

membimbing

dan

Noordiansyah
memberikan

semangat untuk penulis dalam penyusunan


laporan utama ini.
7. Seluruh asisten yang telah membimbing
dalam pelaksanaan praktikum.
8.

Teman-teman,

Emas

(Hindun),

Anggie

(Oneng), Adinda (Minah), Azizah (Bajaj), Kimei,


Bona, Meme, Vita, Winjum, Devi, Devian yang
telah

memberikan

semangat

dan

kerjasamanya.
9.

Teman

Filmansah

semeja,
yang

Anggi

telah

Nugraha

bekerjasama

dan
untuk

menyelesaikan setiap praktikum.


10. Teman Kelompok C, Muthia, Novia, Risti dan
seluruh teman-teman kelompok C yang telah
memberikan

dukungan,

candaa,

kerjasama

selama praktikum.
11. Deviana, Innosanda, Della, Harumi, Siswi,
Sarah, Wanda, Indah yang telah memberikan
semangat.
11.

Semua

pihak

yang

membantu

dalam

penyelesaian laporan utama ini yang tidak bisa


disebutkan satu persatu.

Tidak lupa penulis meminta kritik dan saran


karena dalam penyusunan laporan utama ini
masih memiliki banyak kekurangan.
Semoga laporan utama ini berguna bagi
penulis khususnya dan umumnya bagi semua
pihak yang dapat memanfaatkannya.

Bandung, November 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR.....................................
i
DAFTAR ISI .............................................
iv
DAFTAR TABEL .........................................
vi
DAFTAR
GAMBAR..
..vii
DAFTAR LAMPIRAN
..viii
I PENDAHULUAN ..............................................
1
1.1. Latar Belakang Percobaan ...........................
1
1.2. Prinsip Percobaan..........................................
4
1.3. Tujuan Percobaan..........................................
4

II ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR


PERCOBAAN .....................................................
.5
2.1. Bahan yang Digunakan ...............................
.5
2.2. Alat yang Digunakan....................................
.5
2.3. Metode Percobaan ......................................
.6
III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
............................................................................
.9
3.1. Hasil Pengamatan........................................
.9
3.1.1. Hasil pengamatan Isolasi Cawan Gores.. . .
.9
3.1.2. Hasil pengamatan Isolasi Cawan Tuang....
.9
3.2. Pembahasan ...............................................
10
IV KESIMPULAN DAN SARAN .........................
31
4.1. Kesimpulan .................................................
31
4.2. Saran ...........................................................
31
DAFTAR PUSTAKA ...........................................
32

LAMPIRAN.........................................................
34

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1. Hasil Pengamatan Isolasi Cawan Gores.


8
Tabel 2. Hasil Pengamatan Isolasi Cawan Tuang
.................................................................
8
Tabel 3.

Penggolongan Bakteri Berdasarkan

Suhu
.................................................................
17

10

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Prosedur Percobaan Isolasi Cawan
Tuang..................................................................
6
Gambar 2. Prosedur Percobaan Isolasi Cawan
Gores..................................................................
7
Gambar 3. Fase Pertumbuhan Mikroba ..............
26
Gambar 4. Bagian-bagian Mikroskop..................
38

11

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pengenalan Mikroskop.....................
34
Lampiran 2. Pemakaian Mikroskop......................
35
Lampiran 3. Sel Total...........................................
39
Lampiran 4. Sel Hidup dan Sel Mati....................
41
Lampiran 5. Pewarnaan Gram.............................
43

12

Lampiran 6. Pembiakan Lapuk............................


45
Lampiran 7. Pewarnaan Negatif..........................
47
Lampiran 8. Pewarnaan Spora............................
53
Lampiran 9. Tetesan Bergantung........................
55
Lampiran 10. Pemeriksaan Air............................
57
Lampiran 11. Uji Mutu Makanan .........................
64
Lampiran 12. Zat Anti Mikroba ...........................
69
Lampiran 13. Pembentukan AMK dari Glukosa...
71
Lampiran 14. Pembentukan Indol dari Pepton.....
73
Lampiran 15. Perubahan Air Susu.......................
75
Lampiran 16. Pembentukan Gas oleh Bakteri.....
78

13

Lampiran 17. Pembentukan H2S dari Pepton.......


80
Lampiran 18. Isolasi Cawan Tuang dan Gores.....
82
Lampiran 19. Peragian Gula................................
85
Lampiran 20. Sterilisasi Alat dan Bahan..............
87
Lampiran 21. Pembiakan Serratia marcescens
dan Sarcina Lutea
.........................................................
89
Lampiran 22. Penguraian Enzim..........................
91

14

I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar
Belakang,

(2) Tujuan Percobaan, dan (3)

Prinsip Percobaan.
1.1.

Latar Belakang

Populasi mikroba di alam sekitar kita besar


lagi kompleks. Beratus-ratus spesies berbagai
mikroba

biasanya

menghuni

bermacam-

macam bagian tubuh kita, termasuk mulut,


saluran pencernaan, dan kulit. Mereka terdapat
dalam
Sebagai

jumlah

yang

contoh,

luar
sekali

biasa

besarnya.

bersin

dapat

menyebarkan beribu-ribu mikroorganisme.

15

Alam sekitar kita, udara, tanah, dan air juga


dihuni kumpulan mikroorganisme. Penelitian
yang layak mengenai mikroorganisme dalam
berbagai habitat ini memerlukan teknik untuk
memisah-misahkan populasi campuran yang
rumit

ini,

atau

biakan

campuran

menjadi

spesies-spesies yang berbeda-beda sebagai


biakan murni. Biakan murni terdiri dari suatu
populasi sel yang semuanya berasal dari satu
sel individu.

16

Pemanfaatan mikroorganisme dalam bidang


teknologi semakin banyak digunakan misalnya
dalam menghasilkan berbagai produk seperti
bahan

pangan,

obatan,

dan

industri,
lain

pertanian,

sebagainya.

obat-

Pemilihan

mikroorganisme yang tepat untuk suatu tujuan


tertentu

dan

pemanfaatan

mikroorganisme

secara maksimal perlu didukung oleh suatu


metode isolasi dan identifikasi yang baik.
Isolasi adalah merupakan cara memisahkan
mikroorganisme

tertentu

dari

lingkungan,

sehingga dapat diperoleh biakan yang sifatnya


murni, sehingga biakan tersebut disebut kultur
murni.
Pekerjaan memindahkan mikroba dari medium
lama ke medium yang baru harus dilaksanakan
secara teliti. Terlebih dahulu harus diusahakan
agar

semua

dengan

alat-alat

medium

dan

yang

sangkut

pekerjaan

paut

inokulasi

(penanaman) itu benar-benar steril, hal ini


untuk

menghindarkan

kontaminasi,

yakni

masuknya mikroorgasnisme yang tidak kita


inginkan.

Dalam mengisolasi suatu mikroorganisme,


dilakukan dengan cara yang aseptis untuk
menghindari terjadinya kontaminasi dengan
mikroorganisme

lain.

Kebanyakan

mikroorganisme dapat diisolasi dan diinokulasi


dalam biakan murni dengan memindahkan
suatu koloni secara cermat, mensuspensikan
kembali

dalam

cairan

dan

menanamnya

kembali pada medium yang selektif.


Isolasi dan inokulasi merupakan percobaan
yang sangat penting, karena melihat kondisi
lingkungan

di

sekitar

kita

yang

banyak

terdapat mikroorganisme baik yang patogen


maupun

yang

non

patogen,

sehingga

pemisahan dan identifikasi bakteri yang satu


dengan lainnya juga dibutuhkan.
Flora mikroba di lingkungan mana saja pada
umumnya terdapat dalam populasi campuran.
Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai
sebagai satu spesies tunggal di alam. Untuk
mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies
tersebut

harus

dapat

dipisahkan

dari

organisme lain yang umum dijumpai dalam

10

habitatnya, lalu ditumbuhkan menjadi biakan


murni. Sesungguhnya ada beberapa metode
untuk memperoleh biakan murni dari suatu
biakan campuran. Dua diantaranya yang paling
sering digunakan yaitu: Metode cawan gores
dan Metode cawan tuang.
1.2.

Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan isolasi cawan tuang

dan gores adalah untuk mengetahui cara-cara


mengisolasi (mendapatkan) biakan yang baik
dan memisahkan satu jenis mikroba yang lain
yang beraal dari bermacam-macam mikroba
dengan teknik cawan gores dan cawan tuang.
1.3.

Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan isolasi cawan tuang

dan

cawan

pengenceran

gores
terhadap

yaitu

berdasarkan

organisme

sehingga

individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya


dengan anggapan bahwa setiap koloni terpisah
yang

tampak

pada

cawan

petri

setelah

diinkubasi berasal dari 1 sel tunggal.

11

II ALAT,

BAHAN

DAN

PROSEDUR

PERCOBAAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Alat
yang Digunakan, (2) Bahan yang Digunakan,
dan (3) Prosedur Percobaan.
2.1. Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini
adalah cawan petri steril, jarum oase, tabung
reaksi, korek api dan pembakar spirtus.
2.2. Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam percobaan
ini adalah Nutrient Agar dan biakan murni
Serratia marcescens.

12

2.3.

Prosedur Percobaan

2.3.1. Isolasi Cawan Gores

Gambar 1. Prosedur Isolasi Cawan Tuang


Cawan

petri

dibagi

menjadi

empat

bagian dengan diberi nomor I, II, III, IV.


Inokulum

digoreskan

dipermukaan

medium

13

agar nutrient, dalam cawan petri dengan jarum


oase.

Diantara

garis-garis

goresan

akan

terdapat sel-sel yang terpisah-pisah sehingga


dapat tumbuh menjadi koloni-koloni terpisah.

2.3.2. Isolasi Cawan Tuang

14

I
0
III
II

Pada atas cawan buat


beberapa daerah lalu
tandai dengan 0, I, II,
III.
Tuang NA cair, lalu
ratakan dan diamkan
sampai membeku

I
0
III
II
Gesekan Serratia
marcescens secara
berurutan dari 0-III dengan
bentuk gesekan zig-zag

Gambar 2. Prosedur Isolasi Cawan Gores


Dengan

menggunakan

lup

inokulasi,

pindahkan satu lup penuh suspensi ke tabung,


setelah itu tabung yang sudah tercampur
dihomogenkan agar bercampur secara merata,
seterlah itu dipindahkan kedalam cawan petri
berdasarkan ukuran masing-masing 10-1, 10-2,
10-3. Lalu diinkubasi pada suhu 35C selama 48

15

jam. Setelah diinkubasi, cawan-cawan tersebut


diperiksa jika ada koloni yang terisolasi. Dari
cawan yang berisikan koloni-koloni terisolasi,
dapat diisolasi biakan murni mikroorganisme
dengan

memindahkan

sebagian

dari

satu

koloni kedalam tabung berisi medium steril.

III

HASIL

PENGAMATAN

DAN

PEMBAHASAN

16

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil


Pengamatan dan (2) Pembahasan.
3.1. Hasil Pengamatan
3.1.1. Hasil Pengamatan Isolasi Cawan Gores
Tabel 1. Isolasi Cawan Gores
Gambar
Kesimpulan

I
0
III
II

Semakin jauh goresan,


semakin

murni

biakannya.

(Sumber: Tresna Eka Putri, Meja 2, Kelompok C,


Tahun 2014)
3.1.2. Hasil Pengamatan Isolasi Cawan Tuang
Tabel 2. Isolasi Cawan Tuang
PCA 10-1
PCA 10-2

PCA 10-3

koloni = 179 koloni = 328 koloni = 317


(Sumber : Tresna Eka Putri, Meja 2, Kelompok
C, Tahun 2014)
Syarat:
1. Jika koloni

30 maka ambil yang paling

pekat

17

2. Jika 30< koloni < 300 maka gunakan


syarat :
A = koloni / Pengenceran
terbesar
koloni / Pengenceran
terkecil
Jika A

2 maka ambil rata-rata

Jika A > 2 maka ambil yang paling


pekat
3. Jika koloni

300 ambil yang paling encer

Pada hasil pengamatan isolasi cawan tuang


terjadi LA, syarat 1 ambil yang paling pekat.
sel/ml =
koloni
Pengenceran
sel/ml =
179
10-1
sel/ml =
1,79 x 103 cfu/ml
3.2. Pembahasan
Medium
pertumbuhan
mikroba
merupakan suatu bahan yang terdiri dari
campuran nutrient yang diperlukan mikroba
untuk pertumbuhan. Dengan menggunakan
medium pertumbuhan, aktivitas mikroba dapat
dipelajari dan dengan medium tumbuh dapat
dilakukan isolasi mikroba dengan struktur
murni (Hadioetomo, 1990).

18

Pembiakan mikroba dalam laboratorium


memerlukan medium yang berisi zat hara serta
lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan
mikroorganisme. Zat hara yang digunakan oleh
mikroba untuk pertumbuhan, sintesis sel,
keperluan energi dalam metabolisme, dan
pergerakan, lazimnya medium biakan berisi air,
sumber energi, zat hara sebagai sumber
karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen,
hidrogen, serta unsur-unsur lainnya (Lim,
1998).
Telah diketahui bahwa mikroorganisme
tersebar di alam dengan berbagai macam jenis
dan sifat fisiologis yang beragam, dimana
mikroorganisme
tersebut
mempunyai
kebutuhan akan nutrien yang berbeda-beda
pula. Namun demikian susunan kimia selnya
hampir sama atau lebih sama yaitu terdiri atas
air yang merupakan bagian terbesar yaitu 8090%, sedangkan sisanya berupa komponen
lainnya seperti protoplasma, dinding sel,
membran protoplasma, cadangan makanan
(lemak, polisakarida, polifosfat, protein dan
lain-lain) yang berat keringnya kurang lebih 020% (Bohari, 2011).
Klasifikasi
medium
berdasarkan
fungsinya digolongkan menjadi 7 golongan,
yaitu:

19

a)
Medium umum, media yang ditambahkan
bahan-bahan yang bertujuan menstimulasi
pertumbuhan mikroba secara umum. Contoh
Nutrien
Agar
(NA)
untuk
menstimulasi
pertumbuhan bakteri, Potato Dextose Agar
(PDA) untuk menstimulir pertumbuhan fungi.
b)
Medium khusus, merupakan medium
untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba
dan
kemampuannya
untuk
mengadakan
perubahan-perubahan kimia tertentu misalnya,
medium tetes tebu untuk Saccharomyces
cerevisiae.
c)
Media diperkaya (enrichment media),
media
yang
ditambahkan
bahan-bahan
tertentu untuk menstimulasi pertumbuhan
mikroba yang diinginkan. Hal ini dilakukan
untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba
yang jumlahnya sedikit dalam suatu campuran
berbagai mikroba contoh Chocolate media dan
Yeast-Extract-poptasium Nitrat Agar.
d)
Media selektif, merupakan media yang
ditambahkan bahan-bahan tertentu yang akan
menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak
diinginkan yang ada dalam suatu spesimen.
Inhibitor yang digunakan berupa antibiotik,
garamk dan bahan-bahan kimia lainnya.

20

e)
Media differensial, merupakan media
yang ditambahkan bahan-bahan kimia atau
reagensia tertentu yang menyebabkan mikroba
yang tumbuh memperlihatkan perubahanperubahan spesifik sehingga dapat dibedakan
dengan jenis lainnya.
f)
Medium penguji (Assay medium), yaitu
medium dengan susunan tertentu yang
digunakan untuk pengujian senyawa-senyawa
tertentu dengan bantuan bakteri misalnya
medium
untuk
menguji
vitamin-vitamin,
antibiotika dan lain-lain.
g)
Medium perhitungan jumlah mikroba
yaitu medium spesifik yang digunakan untuk
menghitung jumlah mikroba dalam suatu
bahan, misalnya medium untuk menghitung
jumlah bakteri E. coli air sumur.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan pada satu substrat yang disebut
medium. Medium yang digunakan untuk
menumbuhkan
dan
mengembangbiakkan
mikroorganisme
tersebut
harus
sesuai
susunannya dengan kebutuhan. Jenis-jenis
mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa
mikroorganisme dapat hidup pada medium
yang
sangat
sederhana
yang
hanya
mengandung garam anorganik ditambah

21

sumber
karbon
organik,
seperti
gula,
sedangkan
mikroorganisme
lainnya
memerlukan medium yang sangat kompleks
yaitu berupa medium ditambahkan darah atau
bahan-bahan
kompleks
lainnya
.
(Anonim,2009)
Suatu
medium
yang
mengandung
substansi kompleks seperti ekstrak daging,
trifton, darah dan juga dapat disebut medium
buatan atau medium kompleks. Sebagai
lawannya kita aduk medium yang masingmasing medium yang ditentukan. Medium
sintetik mungkin sangat rumit atau sangat
berbeda
sesuai
dengan
mikroorganisme
tertentu yang hendak ditumbuhkan untuk
sebagian besar medium sintetik hanya
digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme
dilaboratorium penelitian. Banyak medium
saringan lain yang serupa dengan kaldu yang
mengandung makanan (Pelozar, 1996).
Mikroorganisme
dapat
menggunakan
makanan dalam bentuk padat dan dapat pula
yang hanya menggunakan bahan-bahan dalam
bentuk cairan atau larutan. Mikroorganisme
yang
menggunakan
makanannya
dalam
bentuk
padat
tergolong
tipe
holozoik.
Mikroorganisme yang dapat menggunakan
makanannya dalam bentuk cairan atau larutan
disebut
holofitik.
Ada
beberapa
mikroorganisme yang dapat menggunakan

22

makanannya dalam bentuk padatan, tetapi


makanan tersebut sebelumnya harus dicerna,
di luar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler
(Anonim, 2009).
Peran utama nutrien adalah sebagai
sumber energi, bahan pembangun sel, dan
sebagai
aseptor
elektron
dalam
reaksi
bioenergetik
(reaksi
yang
menghasilkan
energi). Oleh karenanya bahan makanan yang
diperlukan terdiri dari air, sumber energi,
sumber karbon, sumber aseptor elektron,
sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan
nitrogen. Selain itu, secara umum nutrient
dalam media pembenihan harus mengandung
seluruh elemen yang penting untuk sintesis
biologik oranisme baru (Anonim, 2009).
Tiap
sel
harus
mensintesis
sendiri
konstituen tubuhnya dari zat-zat sederhana
yang
ditemukan
dalam
lingkungannya.
Kebanyakan dari zat-zat ini berupa makanan
dalam bentuk suspensi atau larutan yang
ditemukan dalam air laut, sungai, danau, air
selokan (gorong), atau bahan-bahan organik
lain
yang
mengalami
penguraian,
dan
sebagainya. Sifat kimia dan fisika dari habitat
ini menentukan jenis organisme yang dapat
tumbuh atau hidup di lingkungan itu (Anonim,
2009).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan bakteri adalah penyediaaan

23

nutrien yang sesuai untuk kultivasi bakteri,


faktor fisika, dan faktor kimia. Meskipun
medium yang digunakan amat beragam,
namun sebagai
makhluk hidup bakteri
mempunyai kebutuhan dasar yang sama, yaitu
meliputi air, karbon, dan mineral.
Kemampuan
mikroorganisme
untuk
tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu hal
yang penting untuk diketahui. Pengetahuan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam
mengendalikan mikroba.
A. Faktor Abiotik
Berikut ini faktor-faktor abiotik
mempengaruhi pertumbuhan mikroba :

yang

1. Air
Air merupakan kompunen utanma dalam
sel mikroba dan medium. Fungsi air ialah
sebagai sumber oksigen untuk bahan organik
sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi
sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam
proses metabolise.

2. Suplai Nutrisi

24

Mikroba sama dengan makhluk hidup


lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai
sumber energi dan pertumbuhan selnya.
Unsur-unsur dasar tersebut adalah :
karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur,
fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam
lainnya. Kekurangan sumber-sumber nutrisi ini
dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba
hingga pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian.
a.
Sumber Karbon (Carbon Source)
Setiap bakteri memiliki kebutuhan sumber
karbon yang berbeda. Berat unsur karbon
merupakan setengah dari berat kering bakteri.
Berdasarkan
sumber
karbon
yang
diperlukan bakteri digolongkan menjadi :
(1)
Golongan Khemoheterotrof : Golongan
bakteri yang memerlukan bahan-bahan organik
sebagi
sumber
karbon
seperti
protein,
karbohidrat dan lipid.
(2)
Golongan Khemoototrof : Golongan
bakteri yang sebagian sumber karbonnya
berasal dari CO2
(3)
Golongan Fototrof
: Golongan bakteri
yang memerlukan sumber karbon seluruhnya
dari CO2
b.
Sumber Nitrogen, Sulfur, Fosfor
Untuk
menyusun
bagian-bagian
sel
misalnya untuk menyintesis protein diperlukan
nitrogen
dan
sulfur
sedangkan
untuk

25

menyintesis DNA dan RNA diperlukan nitrogen


dan fosfor.
3. Suhu / Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting
di dalam mempengaruhi dan pertumbuhan
mikroorganisme. Setiap bakteri memilik daya
tahan terhadap suhu yang berbeda-beda.
Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang
berkaitan
dengan
pertumbuhan
mikroorganisme digolongkan menjadi tiga,
yaitu :
a. Suhu minimum yaitu suhu yang apabila
berada di bawahnya maka pertumbuhan
terhenti.
b.
Suhu optimum yaitu suhu dimana
pertumbuhan berlangsung paling cepat dan
optimum. (Disebut juga suhu inkubasi).
c. Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila
berada di atasnya maka pertumbuhan tidak
terjadi.
Sehubungan dengan penggolongan suhu di
atas, maka mikroba digolongkan menjadi :
Tabel 3. Penggolongan Mikroba Berdasarkan Suhu
Kelompo Suhu
k
Minimu
m
Psikrofil - 15 C.

Suhu
Optimu
m
10 C.

Suhu
Maksimu
m
20 C.

Psikrotrof - 1 C. 25 C. 35 C.

26

Mesofil

5
30
40 C.
10 C. 37 C.
Thermofil 40 C. 45
60
55 C. 80 C.
Thermotr 15 C. 42
50 C.
of
46 C.

a.

b.

c.

Berdasarkan ketahanan panas, mikroba


dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :
Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak
apabila dipanaskan pada suhu 60C selama 1020 menit.
Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan
suhu 100C selama 10 menit untuk mematikan
sel.
Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih
dari 60C selama 10-20 menit tapi kurang dari
100C selama 10 menit untuk mematikan sel.
4. Kelembaban
Air sangat penting untuk kehidupan bakteri
terutama
karena
bakteri
hanya
dapat
mengambil makanan dari luar dalam bentuk
larutan (holophytis). Semua bakteri tumbuh
baik pada media yang basah dan udara yang
lembab. Dan tidak dapat tumbuh pada media
yang kering. Mikroorganisme mempunyai nilai
kelembaban optimum.

27

Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan


bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi
diatas 85%, sedang untuk jamur dan
aktinomiset diperlukan kelembaban yang
rendah dibawah 80%. Kadar air bebas didalam
larutan merupakan nilai perbandingan antar
tekanan uap air larutan dengan tekanan uap
air murni, atau 1 / 100 dari kelembaban relatif.
Nilai kadar air bebas didalam larutan untuk
bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90
sampai 0,999 sedang untuk bakteri halofilik
mendekati 0,75.
Banyak mikroorganisme yang tahan hidup
didalam keadaan kering untuk waktu yang
lama seperti dalam bentuk spora, konidia,
arthrospora, kamidiospora dan kista. Seperti
halnya
dalam
pembekuaan,
proses
pengeringan
protoplasma,
menyebabkan
kegiatan metabolisme terhenti. Pengeringan
secara perlahan menyebabkan kerusakan sel
akibat
pengaruh
tekanan
osmosa
dan
pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat
terlarut.
5. Keasaman atau Kebasaan (pH)
Setiap organisme memiliki kisaran pH
masing-masing dan memiliki pH optimum yang
berbeda-beda. Bakteri memiliki jarak pH yang
sempit yaitu sekitar pH 6,5-7,5 atau pada pH
netral. Adapula bakteri yang dapat hidup

28

dibawah pH 4, tetapi ada juga bakteri yang


dapat hidup pada pH alkalis.
Oleh karena itu bakteri termasuk makhluk
hidup dimana proses biokimiawi, misalnya
proses metabolisme, memerlukan peranan
enzim maka, masing-masing bakteri juga
memiliki pH optimal untuk pertumbuhannya.
6. Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme
memiliki
karakteristik
sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan
oksigen. Mikroorganisme
dalam
hal
ini
digolongkan menjadi :
a. Aerobik : dapat tumbuh jika ada oksigen
bebas.
b. Anaerob : dapat tumbuh jikatidak ada
oksigen bebas.
c. Aerob Fakultatif : Anaerob fakultatif :
dapat tumbuh baik dengan atau tanpa
oksigen bebas.
d. Aerob Obligat : mutlak membutuhkan
oksigen bebas.
e. Anaerob
Obligat
:
mutlak
tidak
membutuhkan oksigen bebas.
7. Tekanan osmosis
Suatu
tekanan
osmose
akan
sangat
mempengaruhi bakteri jika tekanan osmose
lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan
mengalami
plasmolisis. Plasmolisis
yaitu

29

keluarnya cairan dari sel bakteri melalui


membrane sitoplasma.
Sebaliknya tekanan osmose lingkungan yang
hipotonis akan menyebabkan sel membengkak
dan juga dapat mengakibatkan rusaknya sel.
Oleh karena itu dalam mempertahankan
hidupnya, sel bakteri harus berada pada
tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun
sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan
tekanan osmose dengan lingkugannya tidak
boleh terlalu besar.
8. Faktor kimia
Mengubah
permeabilitas
membran
sitoplasma sehingga lalu lintas zat-zat yang
keluar masuk sel mikroorganisme menjadi
kacau. Oksidasi, beberapa oksidator kuat dapat
mengoksidasi unsur sel tertentu sehingga
fungsi unsur terganggu. Misal, mengoksidasi
suatu enzim.
Terjadinya ikatan kimia, ion-ion logam
tertentu dapat megikatkan diri pada beberapa
enzim. Sehigga fungsi enzim terganggu.
Memblokir
beberapa
reaksi
kimia,misal
preparat zulfat memblokir sintesa folic acid di
dalam sel mikroorganisme. Hidrolisa, asam
atau basa kuat dapat menghidrolisakan
struktur sel hingga hancur. Mengubah sifat
koloidal protoplasma sehingga menggumpal
dan selnya mati.

30

Faktor zat kimia yang mempengaruhi


pertumbuhan:
1. Logam-logam berat
2. Klor dan senyawa klor
3. Fenol dan senyawa-senyawa sejenis
4. Zulfonomida
5. Alkohol
6. Detergen
7. Aldehid
8. Zat pewarna
9. Yodium
10.Peroksida
B. Faktor Biotik
Di alam jarang sekali ditemukan mikroba
yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu
berada dalam asosiasi dengan jasad-jasad
lain. Antar jasad dalam satu populasi atau
antar populasi jasad yang satu dengan yang
lain saling berinteraksi.
1.
Interaksi dalam satu populasi
mikroba
Interaksi antar jasad dalam satu populasi
yang sama ada dua macam, yaitu interaksi
positif maupun negatif. Interaksi positif
menyebabkan
meningkatnya
kecepatan
pertumbuhan
sebagai
efek
sampingnya.
Meningkatnya kepadatan populasi, secara
teoritis meningkatkan kecepatan pertumbuhan.
Interaksi positif disebut juga kooperasi.
Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu sel

31

mikroba menjadi koloni atau pertumbuhan


pada fase lag (fase adaptasi). Interaksi negatif
menyebabkan
turunnya
kecepatan
pertumbuhan dengan meningkatnya kepadatan
populasi. Misalnya populasi mikroba yang
ditumbuhkan dalam substrat terbatas, atau
adanya produk metabolik yang meracun.
Interaksi negatif disebut juga kompetisi.
Sebagai contoh jamur Fusarium dan Verticillium
pada tanah sawah, dapat menghasilkan asam
lemak dan H2S yang bersifat meracun.
2.
Interaksi antar berbagai macam
mikroba
Apabila
dua
populasi
yang
berbeda
berasosiasi, maka akan timbul berbagai
macam
interaksi.
Interaksi
tersebut
menimbulkan
pengaruh
positif,
negatif,
ataupun tidak ada pengaruh antar populasi
mikroba yang satu dengan yang lain. Nama
masing-masing
interaksi
adalah
sebagai
berikut:
a. Netralisme
Netralisme adalah hubungan antara dua
populasi yang tidak saling mempengaruhi. Hal
ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang
sangat rendah atau secara fisik dipisahkan
dalam mikro habitat, serta populasi yang
keluar dari habitat alamiahnya.
b. Komensalisme

32

Hubungan
komensalisme
antara
dua
populasi
terjadi
apabila
satu
populasi
diuntungkan
tetapi
populasi
lain
tidak
terpengaruh.
c. Sinergisme
Asosiasi (hubungan hidup) antara kedua
spesies, bila mengadakan kegiatan tidak saling
menganggu, akan tetapi kegiatan masingmasing justru merupakan urut-urutan yang
saling menguntungkan. Misalnya, ragi untuk
membuat tape terdiri atas kumpulan spesies
Aspergillus,
Saccharomyces,
Candida,
Hansenula, dan Acetobacter. Masing-masing
spesies mempunyai kegiatan-kegiatan sendiri,
sehingga amilum berubah menjadi gula, dan
gula menjadi bermacam-macam
asam
organik, alkohol, dan Iain-Iain. Asosiasi
komensalisme dan sinergisme tidak ada
perbedaan yang tegas.
d. Mutualisme
Hubungan hidup antara dua populasi
mikroba yang keduanya saling tergantung dan
sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme
sering disebut juga simbiosis. Simbiosis
bersifat sangat spesifik (khusus) dan salah satu
populasi anggota simbiosis tidak dapat
digantikan tempatnya oleh spesies lain yang
mirip.
e. Kompetisi

33

Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba


yang keduanya mengalami kerugian. Peristiwa
ini ditandai dengan menurunnya sel hidup dan
pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2
populasi mikroba yang menggunakan nutrient
(makanan) yang sama atau dalam keadaan
nutrien terbatas.
f. Amensalisme
Satu bentuk asosiasi antar spesies mikroba
yang menyebabkan salah satu pihak dirugikan,
pihak lain diuntungkan atau tidak terpengaruh
apapun. Umumnya merupakan cara untuk
melindungi diri terhadap populasi mikroba lain.
Misalnya dengan menghasilkan senyawa asam,
toksin, atau antibiotika.
g. Parasitisme
Parasitisme terjadi antara dua populasi,
populasi satu diuntungkan (parasit) dan
populasi lain dirugikan (host / inang).
Umumnya parasitisme terjadi karena keperluan
nutrisi dan bersifat spesifik. Ukuran parasit
biasanya lebih kecil dari inangnya. Terjadinya
parasitisme memerlukan kontak secara fisik
maupun metabolik serta waktu kontak yang
relatif lama.
h. Predasi
Hubungan antara Amoeba dengan bakteri
disebut predatorisme. Amoeba merupakan
pemangsa (predator), sedangkan bakteri
merupakan mangsa. Kematian mangsa berarti

34

kehidupan
pemangsa
Berbeda
dengan
parasitisme adalah dalam hal ukuran besar
kecilnya saja; parasit lebih kecil daripada
hospes, sedangkan predator
lebih besar
daripada organisme yang dimangsa. Seperti
parasit, tidak dapat hidup tanpa hospes, maka
predator pun tidak dapat hidup tanpa mangsa.
Pertumbuhan
merupakan
salah
satu
karakteristik
yang
dimiliki
oleh
semua
mikroorganisme hidup. Menurut Benefield dan
Randall (1980) pertumbuhan bakteri sederhana
didefinisikan sebagai peningkatan jumlah
mikroorganisme per unit waktu. Kebanyakan
bakteri bereproduksi dengan cara membelah
diri, di mana akan terbentuk dua sel baru dari
satu sel induk. Waktu yang dibutuhkan untuk
membentuk dua sel baru tersebut dinamakan
waktu generasi. Waktu generasi bervariasi
tergantung
pada
spesies
dan
kondisi
pertumbuhan, ada yang hanya beberapa menit
ada yang sampai beberapa jam.
Jika bakteri ditanam dalam suatu larutan
biak, maka bakteri akan terus tumbuh sampai
salah satu faktor kebutuhannya mencapai
minimum dan pertumbuhan menjadi terbatas.
Kalau sepanjang peristiwa ini tidak terjadi tidak
terjadi penambahan nutrisi atau penyaluran
keluar produkproduk metabolisme, maka
pertumbuhan dalam lingkungan hidup seperti
ini mematuhi hukum hukum, yang tidak hanya

35

berlaku bagi organisme bersel tunggal saja,


tetapi juga untuk organisme bersel banyak
dengan pertumbuhan yang dibatasi secara
genetik.
Perkembangbiakan
bakteri
dapat
dinyatakan dalam grafik logaritma jumlah sel
hidup setiap waktu. Menurut Monod (1949)
terdapat beberapa tahap pertumbuhan, yaitu:

Gambar 3. Fase Pertumbuhan Mikroba


1. Fase lag atau adaptasi
Fase ini merupakan fase yang dilakukan
mikroorganisme untuk beradaptasi dengan
lingkungannya yang baru sebelum memulai
pertumbuhan. Waktu yang dibutuhkan untuk
berkembang biak cukup lama, kecepatan
pertumbuhan berada pada titik yang rendah

36

mendekati nol dengan waktu generasi yang


panjang. Ukuran serta kecepatan aktivitas
metabolisme berada pada kondisi maksimum.
Fase log akan pendek jika inokulum yang
dipakai adalah bakteri pada pertumbuhan
eksponensial dan media memiliki komposisi
yang sama dengan media pertumbuhan
sebelumnya. Inokulasi bakteri pada fase
stasioner atau inokulasi ke media dengan
komposisi berbeda akan menghasilkan fase lag
sepuluh sampai dua puluh jam lebih lama. Fase
lag mengindikasikan waktu yang diperlukan
bakteri
untuk
mensintesis
enzim
yang
dibutuhkan dalam metabolisme nutrisi baru.
2. Fase akselerasi
Setelah aklimatisasi sel akan mengalami
fase percepatan pertumbuhan eksponensial, di
mana nutrisi digunakan untuk membentuk
materi sel baru. Pada tahap ini waktu yang
dibutuhkan untuk berkembang biak semakin
pendek dan terjadi peningkatan kecepatan
pertumbuhan.
3. Fase eksponensial
Pada tahap ini waktu yang dibutuhkan
untuk berkembang biak atau waktu generasi
berada pada kondisi minimal atau konstan,
kecepatan pertumbuhan spesifik berada pada
kondisi maksimal atau konstan. Terjadinya

37

kondisi ini ditandai dengan nilai DNA/sel,


RNA/sel, protein/sel dan kerapatan sel berada
pada kondisi konstan, sedangkan untuk ukuran
sel biasanya minimum. Karena kecepatan
pembelahan diri relatif konstan maka tahap ini
paling cocok untuk menetapkan kecepatan
pembelahan diri dan kecepatan pertumbuhan.
Selain
dapat
juga
digunakan
untuk
mempelajari faktor faktor lingkungan dan
untuk
mengetahui
kemampuan
mikroorganisme dalam menggunakan substrat.
4. Penurunan fase pertumbuhan
Pada fase ini terjadi penurunan kecepatan
pertumbuhan spesifik yang disebabkan oleh
penurunan konsentrasi substrat dan akumulasi
hasil metabolisme yang bersifat toksik.
5. Fase stasioner
Pada
fase
ini
nutrien
telah
habis,
konsentrasi tinggi dari hasil metabolisme yang
bersifat toksik, serta mempunyai kepadatan
populasi yang tinggi. Fase stasioner merupakan
fase keseimbangan antara pertumbuhan dan
kematian sel. Sebenarnya dalam fase ini sel
berada pada tahap tidak melakukan aktivitas
(suspended animation) (Wilkinson, 1975).
6. Fase endogenus

38

Dengan berakhirnya fase stasioner akan


diikuti dengan mulainya fase kematian. Pada
fase ini proses metabolisme berhenti, laju
kematian meningkat dan ada kemungkinan sel
sel dihancurkan oleh pengaruh enzim yang
berasal dari sel itu sendiri (autolisis). Ketika
proses lisis terjadi nutrien intraselular terlepas
ke dalam medium yang kemudian dapat
digunakan oleh mikroorganisme lain yang
masih hidup.
Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk
memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungan sehingga diperoleh kultur murni atau biakan
murni. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu
dengan cara goresan (streak plate), cara tuang (pour plate),
cara sebar (spread plate), dan micromanipulator.
( Buckle,1998).
Ada beberapa metode yang digunakan
untuk
mengisolasi
biakan
murni
mikroorganisme yaitu :
1. Metode Cawan Gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau
dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi
memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang
diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang
sempurna akan menghasilkan koloni yang
terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan
media agar nutrien dalam cawaan petri dengan
jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garisgaris goresan akan terdapat sel-sel yang cukup

39

terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi


koloni (Winarni, 1997).
Cara penggarisan dilakukan pada medium
pembiakan padat bentuk lempeng. Bila
dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling
praktis. Dalam pengerjaannya terkadang
berbeda pada masing-masing laboratorium tapi
tujuannya sama yaitu untuk membuat goresan
sebanyak mungkin pada lempeng medium
pembiakan (Kus Irianto, 2006).
2. Metode Cawan Tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni
dari populasi campuran mikroorganisme adalah
dengan
mengencerkan
spesimen
dalam
medium agar yang telah dicairkan dan
didinginkan
( 50 oC )
yang
kemudian
dicawankan.
Karena
konsentrasi
sel-sel
mikroba di dalam spesimen pada umunya tidak
diketahui sebelumnya, maka pengenceran
perlu dilakukan beberapa tahap sehingga
sekurang-kurangnya satu di antara cawan
tersebut mengandung koloni terpisah di atas
permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini
memboroskan bahan dan waktu namun tidak
memerlukan keterampilan yang tinggi.
Pertumbuhan mikroorganisme tidak ada
kaitannya degan lamanya inkubasi dan suhu
penyimpanannya. Akan tetapi pertumbuhan
mikroorganisme berkaitan erat dengan jumlah
factor pengenceran yang dilakukan. Semakin

40

tinggi faktor pengenceran, maka semakin


banyak
mikroorganisme
yang
tumbuh,
sebaliknya jika faktor pengencerannya semakin
rendah
(semakin
encer
suatu
larutan
pengencer),
maka
semakin
sedikit
mikroorganisme yang tumbuh dan didapatkan
biakan yang murni.

IV KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini menguraikan mengenai
Kesimpulan dan
(2) Saran.

(1)

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan isolasi
cawan gores dapat disimpulkan bahwa

41

semakin jauh goresan maka biakan tersebut


semakin murni, sedangkan pada isolasi cawan
tuang didapatkan jumlah koloni sebanyak 17,9
x 102 cfu/ml.
4.2. Saran
Percobaan isolasi cawan tuang dan cawan
gores perlu diperhatikan kebersihan alat dan
bahan yang akan digunakan serta dalam
pengerjaannya harus aseptis dan dalam
pengerjaannya dibutuhkan ketelitian dan
keterampilan yang tinggi.

42

DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo, Ratna. 1990. Mikrobiologi Dalam
Praktek. Gramedia: Jakarta.
Hafsah. 2009. Mikrobiologi Umum. Universitas
Islam Negeri Alauddin:Makassar.
Lim,

D., 1998 Dasar-Dasar


Microbiology. WCB Mc
Missouri.

Mikrobiologi I.
Graw Hill,

Buckle,K. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan :


Malang.
Pelczar,

M.1986.
Dasar-dasar
Erlangga : Jakarta.

Mikrobiologi.

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.


Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi.
Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS :
Surabaya.
Anonim,
2009.
Iptek.
http://www.beritaiptek.com/images/ratno
n. Diakses : 15 November 2014
Anonim, 2009. Media pertumbuhan bakteri.
http://freebussines.blogspot.com/.
Diakses : 15 November 2014

32

Anonim, 2009. Media pertumbuhan bakteri.


http://www.blogger.com/blog-this-g.
Diakses : 15 November 2014
Anonim,
2009.
http://avalonstar.com/.
November 2014

Mikrobiologi.
Diakses : 15

Anonim, 2009. Sebuah Esensi Dasar Untuk


Kehidupan
Mikroba.http://zaifbio.wordpress.com/20
09/01/31/nutrisi-mikroba-sebuah-esensidasar-untuk-kehidupan-mikroba/.
Diakses : 15 November 2014
Bohari,
Mega.
2012.
Medium.
http://megabohari.blogspot.com/2011/12
/laporanlaporan-mikrobiologimedium.html. Diakses : 15 November
2014

33

34

Anda mungkin juga menyukai