Anda di halaman 1dari 10

Militer Venezuela: Terbentuknya Sebuah Penyimpangan

http://kajian-indoprogress.blogspot.com/2006/12/militer-venezuelaterbentuknya-sebuah.html
Marta Harnecker
Di bawah kepemimpinan Hugo Chavez Fras, seorang mantan pejabat
militer, sebuah "proses revolusioner Bolivarian" tengah berlangsung di
Venezuela, terutama sejak Chavez memenangkan pemilu presiden pada
1998. Ketika perubahan progresif yang genuin tengah berlangsung, Chavez
selain dibenci negara-negara kaya dan berkuasa, "revolusi Bolivarian" ini
juga ditolak oleh beberapa kalangan kiri. Penyebabnya, tak lain karena
revolusi ini dipimpin oleh seorang perwira militer dan karena militer
memainkan peran signifikan dalam proses perubahan tersebut. Selain itu,
militer juga memainkan peranan penting pada sejumlah lembaga-lembaga
negara serta perencanaan pemerintah.
Alasan bagi penolakan ini adalah standar kebijaksanaan kiri bahwa militer
adalah bagian integral dari mesin penindas negara borjuis. Militer selalu
dan pasti dipengaruhi oleh ideologi borjuis, dan oleh karena itu tidak layak
memainkan

peran

revolusioner

dalam

masyarakat

kapitalis.

Tetapi,

mungkin ini adalah sebuah penafsiran yang mekanistik. Adalah lebih baik
jika kita menghindari generalisasi dan menganalisa militer di setiap negara
dalam realitas khusus kita. Jika kita mengambil pendekatan ini, kita lihat
bahwa militer Venezuela tidak memainkan peran negatif. Selama lebih dari
empat tahun dimana militer menduduki ruang-ruang kunci dalam kancah
perpolitikan Venezuela, mereka membela keputusan-keputusan yang dibuat
secara demokratik oleh rakyat Venezuela. Mereka juga merupakan aktor
dominan dalam mendukung Chavez kembali ke tampuk kekuasaan setelah
dikudeta pada April 2002 oleh sekelompok perwira tinggi senior - banyak di
antara mereka menemukan dirinya sebagai tentara yang tidak memimpin tunduk mendahului kepentingan-kepentingan utama dalam percobaan
kudeta.(1)
Di samping itu, personil militer juga memimpin proyek-proyek sosial yang
penting yang diorgansir oleh pemerintah. Mereka ditempatkan berdasarkan
kemampuan kerjanya, keahlian teknisnya, dan pengetahuan organisasi
guna melayani sektor-sektor miskin dalam masyarakat. Yang paling penting
adalah tanggung jawab mereka dalam menyukseskan Plan Bolivar 2000,

sebuah program yang bertujuan meningkatkan standar hidup kelompok


miskin, melalui, di antara hal-hal lainnya, membersihkan jalan dan
sekolah, meningkatkan kelestarian lingkungan untuk memerangi penyakit
endemik, dan memperbaiki infrastruktur sosial baik di perkotaan maupun
di pedesaan. Tujuan dari Plan adalah menemukan solusi terhadap
permasalahan-permasalahan

sosial

seperti

pengangguran

dan

menggabungkan (incorporating) organisasi-organisasi komunitas dalam


usaha bersama memecahkan masalah yang ada.
Juga penting dicatat, Plan ini baru digelar pada tahun pertama Chavez
berkuasa. Tahun-tahun, ketika ia harus menghadapi kekuatan-kekuatan
yang sangat tidak menguntungkannya(2). Sebagian besar dari para
gubernur dan walikota adalah anggota kelompok oposisi, dan pada saat
yang sama Kongres Nasional dan Mahkamah Agung juga berseberangan
jalan dengannya(3).
Dengan perimbangan kekuatan yang timpang itu, kader-kader politik
Chavez memutuskan bahwa tugas pertama dan mendesak adalah dalam
lapangan

politik

yakni,

memungkinkannya

dalam

menuntut

amandemen

menerapkan

mandat

konstitusi

agar

popularnya

dan

serangkaian dengannya, melakukan pemilihan untuk memperbarui mandat


tersebut.
Kemenangan Chavez adalah hasil dari harapan rakyat yang sangat tinggi,
dan karena itu secepatnya dibutuhkan tindakan-tindakan untuk segera
memenuhi aspirasi-aspirasi rakyat. Satu-satunya aparatus yang memiliki
struktur nasional dan layak untuk menjalankan misi presiden Chavez (di
samping gereja Katolik) adalah militer.
Angkatan

darat

Venezuela,

khususnya

perwira-perwira

muda,

melaksanakan tugas-tugasnya dalam memmbangun kembali masyarakat


dengan sangat antusias. Mereka terlibat langsung dengan problem-problem
yang diderita oleh kelompok yang sangat miskin dan secara mendalam
terlibat dalam penyelesaian masalam-masalah rakyat miskin. Perwiraperwira militer ini kini merupakan sektor yang sangat radikal dalam proses
revolusi Bolivarian.
Gejala peran aktif militer di Venezuela ini, tidak umum terjadi di kawasan
Amerika

Latin.

Hal

ini menimbulkan

pertanyaan:

"mengapa

militer

Venezuela memberikan dukungan yang kuat terhadap proses transformasi

sosial besar-besaran dan juga terlibat aktif dalam penyelesaian masalahmasalah rakyat miskin?" Analisis selanjutnya didasarkan pada wawancarawawancara terkini dengan sembilan perwira angkatan darat Venezuela.
Wawancara dan analisis ini kini telah diterbitkan dalam sebuah buku:
"Venezuela: Militares Junto al Pueblo." (4).
Terdapat sejumlah faktor yang membedakan personil militer Venezuela dari
rekan-rekannya di kawasan Amerika Latin lainnya. Pertama, militer
Venezuela sangat dipengaruhi oleh filosofi Simon Bolivar, figur paling
terhormat di Amerika Latin dalam perjuangan pembebasan nasional dari
penjajahan Spanyol. Meskipun Bolivar tidak pernah berbicara tentang
perjuangan kelas, ia menuntut agar perbudakan segera dihapuskan dan
dalam karya-karyanya ia selalu menunjukkan keberpihakannya pada
kepentingan rakyat banyak. Sumbangan terbesarnya, mungkin adalah
pemahamannya tentang pentingnya integrasi Amerika Latin. Ia sedari awal
telah mengerti bahwa negaranya tidak akan memiliki masa depan kecuali
mereka bergabung dalam perjuangan melawan negara-negara Eropa dan
Amerika Serikat. Setelah dua dekade abad ke-19 ia meramalkan bahwa
"atas nama kebebasan, Persatuan Negara-negara Amerika Utara tampaknya
telah ditakdirkan melalui pelestarian wabah kemiskinan." Bolivar juga
percaya

bahwa

demokrasi

mengandung

sebuah

sistem

politik

yang

memberikan kebahagiaan tertinggi kepada rakyat. Menurut Bolivar, tak ada


militer yang ingin menggunakan senjatanya dengan maksud menentang
rakyat.
Kedua, sebelum generasi Hugo Chavez, sebagian besar perwira militer
memperoleh latihan tidak hanya dalam sekolah-sekolah Amerika (di
Amerika Serikat) yang keji dan brutal tapi, juga dilatih di Akademi Militer
Venezuela. Pada 1971, di bawah rencana Andres Bello Plan, akademi militer
mengalami perubahan secara radikal, dengan menempatkan statusnya
sejajar dengan universitas. Dengan adanya perubahan ini, kader-kader
militer diharuskan belajar ilmu politik dan membaca tulisan tentang
demokrasi dan tentang realitas Venezuela. Dalam kelas strategi militer,
mereka mempelajari Clausewitz, strategi-strategi militer Asia dan strategi
militer

Mao

Zedong.

Para

mahasiswa

ini

acapkali

melanjutkan

pendidikannya ke universitas untuk mengambil spesialisasi dan bertukar


pengalaman dengan mahasiswa-mahasiswa lain yang non militer. Jika

beberapa dari mereka belajar ke Amerika Serikat, mereka telah dibentengi


dengan gagasan-gagasan progresif.
Ketiga, perwira militer generasi Chavez ini, tidak pernah menghadapi
kekuatan gerilya yang besar sebagaimana militer di negara Amerika Latin
lainnya. Sebaliknya, ketika dilatih pada 1970an, saat itu militer Venezuela
dalam seluruh tindakannya bersifat pasif dan hanya ada sedikit sel-sel
gerilya yang aktif. Ketika tentara melakukan patroli di wilayah pertanian di
perbatasan, apa yang mereka temukan bukanlah sebuah kekuatan gerilya
melainkan kemiskinan. Mereka melihat dengan mata kepalanya sendiri
bahwa terdapat kesamaan ideologi di kalangan elite Amerika Latin - bahwa
rakyat miskin menjadi semakin miskin karena mereka pemabuk, karena
mereka tidak memiliki inisiatif atau tidak mau bekerja, karena mereka
bodoh - sebuah kepercayaan yang salah. Para prajurit ini mulai memahami
bahwa di balik kemiskinan tersebut berdiri tegak oligarki yang menumpuk
kekayaan bangsanya, yang bersama Amerika Serika terus menyebarkan
kebijakan-kebijakan yang menyebabkan pembiakan kemiskinan di seluruh
negeri.
Keempat, tidak ada diskriminasi dalam tubuh angkatan darat Venezuela;
setiap orang berpeluang merengkuh pangkat tertinggi. Juga tidak seperti di
negara lain, di Venezuela tidak ada kasta dalam militer. Sebagian besar dari
pejabat-pejabat militer senior adalah anak miskin perkotaan dan dari
keluarga petani; dan berdasarkan pengalamannya mereka tahu bahwa
rakyat menjalani kehidupan yang sulit setiap harinya. Tentu saja, tidak
berarti karena mereka berasal dari keluarga yang sederhana, mereka kebal
terhadap

kooptasi

oligarki

melalui

sebuah

manuver

yang

canggih,

khususnya ketika secara tak terelakkan terjalin hubungan di antara oligarki


tersebut dengan pejabat militer yang berpangkat tinggi. Beberapa perwira
militer lupa dengan asal-usul sosialnya dan kemudian takluk di bawah
kepentingan kelas dominan.
Kelima, faktor yang berdampak pada generasi Chavez ini adalah pergolakan
sosial yang terjadi pada 27 Februari 1989. Pergolakan ini bertujuan untuk
menolak

langkah-langkah

paket

kebijakan

ekonomi

neoliberal

yang

dipaksakan oleh pemerintahan Carlos Andres Perez, yang antara lain, harus
mengurangi belanja publik, deregulasi harga, liberalisasi perdagangan,
promosi investasi asing, dan privatisasi perusahaan-perusahaan milik
negara. Penyebab utama pemberontakan rakyat itu adalah meningkatnya

biaya transportasi umum yang dipicu oleh tinggi harga bensin. Rakyat dari
keluarga miskin turun ke jalan-jalan dan mulai membakar bis, menjarah
pusat perbelanjaan, dan menghancurkan toko-toko dan supermarket.
Militer pun datang untuk mengembalikan "ketertiban." Pemberontakan yang
kemudian dikenal dengan istilah "Caracazo," karena tempatnya berlokasi di
pusat ibukota (walaupun pergolakan yang sama juga terjadi di beberapa
kota lainnya) berakhir dengan sebuah pembantaian besar-besaran.(5)
Peristiwa ini menjadi sangat penting dalam membentuk kesadaran politik
baru di kalangan perwira-perwira yunior.
Keenam, bahkan sebelum Caracazo, kesenjangan kemakmuran yang sangat
luar biasa di Venezuela, kesenjangan yang diperkuat oleh perilaku korupsi
telah menghalangi negara itu untuk menyelesaikan masalah-masalah
sosialnya, meskipun boom minyak sanggup mendatangkan keuntungan
yang sangat besar. Kondisi ini memunculkan dalam tubuh militer sebuah
arus perubahan yang bergerak menentang kemapanan (status quo). Pada
Desember 1982, arus ini berkembang menjadi sebuah gerakan bawah tanah
yang disebut Movimiento Bolivariano Revolucionario 200 dan pertama-tama
berkembang dalam internal militer dan akhirnya menjangkau sektor sipil.
Gerakan ini memperoleh inspirasi dari tiga sumber utama: Simon Bolivar,
Simon Rodriquez, and Ezequiel Zamora. Kita telah membicarakan tentang
sosok Bolivar. Simon Rodriquez adalah guru dan teman Bolivar, seorang
pendidik yang baik dan pembaru yang gigih membela keaslian Amerika
Latin

yang

multietnik.

Ia

berpendapat,

dibutuhkan

pengintgrasian

masyarakat adat dan budak hitam ke dalam masyarakat masa depan benua
tersebut. Rodriquez adalah seorang penganjur utama bagi diciptakannya
lembaga-lembaga asli untuk disesuaikan dengan dunia kita sendiri, dan ia
menolak peniruan solusi-solusi Eropa, dengan meyakinkan bahwa, "Kita
harus mencipta atau kita keliru." Sedangkan Ezequiel Zamora adalah
seorang jenderal liberal yang berjuang menentang konservatisme selama
perang federal pada 1850. Ia juga mendorong perjuangan sampai mati
menentang oligarki dan pembagian tanah kepada petani hanya berdasarkan
kemurahan hati tuan tanah.
Caracao

mempercepat

rencana

Movimiento

muda,

dan

tiga

tahun

kemudian, pada 4 Februari 1992, diorganisirlah sebuah pemberontakan


militer melawan presiden Perez. Tetapi gerakan ini berakhir dengan
kegagalan. Namun demikian, dari gerakan ini lahirlah seorang Hugo Chavez

Frias, yang saat itu berpangkat letnan kolonel dan merupakan pemimpin
utama Movimiento, sebagai pusat dari seluruh pertunjukan teater nasional
bangsanya. Pemimpin yang kharismatik hanya membutuhklan dua menit
tayang di televisi untuk mencatatkan personalitasnya ke dalam pikiran
rakyat.

Dalam

ruang

yang

singkat

itu,

ia

menyampaikan

pertanggungjawabannya atas peristiwa tersebut dalam sebuah negara


dimana tak ada pemimpin lainnya sebelum dirinya, yang menyerap sikap
yang demikian memesona. Ia menyerukan kepada para pemberontak untuk
menyerah tapi, ia menekankan dalam bahasa yang masyhur, "Waktunya
akan tiba!" Ini adalah pesan yang jelas kepada rakyat bahwa ia tidak
menyerah dalam perjuangan. Terima kasih kepada sikapnya ini karena ia
telah membangun opini positif di kapangan rakyat sekelilingnya, di sebuah
negara dimana skeptisisme politik dan para politisi gadungan bertebaran di
masyarakat, termasuk kelas menengah.
Komitmen awal Chavez ini telah meratakan jalan bagi kemenangannya
dalam pemilu presiden pada 1998. Dalam pemilu ini, ia diterima baik oleh
banyak temannya di militer, yang menjadikan militer Venezuela menjadi
unik - karena kini mereka dalam posisi yang diuntungkan dalam
menyelesaikan tugas-tugas pemerintahan baru. Sambil jalan, militer terus
memperbaiki

kebanggaannya

dan

mengatasi

prasangka

negatif

yang

tertanam akibat peristiwa Caracazo. Dengan dukungan Chavez dan


program-programnya, militer diperkenankan untuk mempraktekkan apa
yang mereka pelajari di sekolahnya. Dari pengalaman praktek itulah mereka
lalu bertransformasi dari pendukung oligarki menjadi pembela sistem
demokrasi.
Di

banyak

negara

Amerika

Latin,

setiap

usaha

untuk

melakukan

transformasi sosial yang besar harus berhadapan dengan keberadaan


hukum yang sangat kompleks, dimana tujuannya adalah melindungi sistem
tersebut dari setiap perubahan yang berdampak pada kepentingan kelas
berkuasa. Untuk menghancurkan penghalang ini guna terjadi perubahan di
Venezuela, tugas pertama dari pemerintahan yang baru terpilih adalah
mengumumkan sebuah proses demokratik untuk mengubah aturan main
warisan masa lalu dan terbukti berdampak pada negara baru. Aturan main
yang baru itu berupa sekumpulan institusi yang memungkinkan perubahan
sosial terjadi. Maka sebuah Dewan Konstitusi pun dibentuk pada 1999
dengan beranggotakan 131 orang. Dewan ini akan bekerja selama enam

bulan dan akhirnya mengusulkan sebuah rancangan bagi konstitusi baru,


yang kemudian disetujui oleh mayoritas lebih suara (129 suara). Rancangan
ini kemudian diusulkan kepada rakyat Venezuela, dimana hasilnya 70
persen menyatakan setuju.
Konstitusi baru ini berpusat pada keadilan sosial, kebebasan, partisipasi
politik rakyat, perlindungan terhadap warisan nasional (yang berdampak,
oposisi terhadap neoliberalisme), dan memperkukuh kedaulatan nasional
Venezuela. Prinsip kesamaan di bawah hukum termasuk masyarakat adat,
dimana

kini

mereka

mengembangkan
spiritual,

dan

pemujuaannya.

memiliki

etnisnya,

identitas

tempat-tempat
Mungkin

hak

aspek

untuk
budaya,

suci,
yang

mempertahankan
nilai-nilai,

termasuk
terpenting

dan

kepercayaan

praktek-praktek
dari

pengalaman

penyusunan konstitusi ini adalah bahwa inlah "Magna Charta" yang


memperkenalkan konsep tentang kedaulatan rakyat.
Seluruh warga negara laki-laki dan perempuan, memiliki hak untuk bebas
berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa publik, apakah langsung atau
melalui perwakilan mereka yang terpilih, laki-laki atau perempuan.
Penerapan partisipasi rakyat dan kontrol terhadap administrasi publik
dibutuhkan untuk menjamin secara penuh pembangunan kolektikf dan
individu. Negara menjamin dan masyarakat bertugas menyumbang bagi
terbukannya jalan untuk kondisi-kondisi yang lebih baik dalam prakteknya.
Selanjutnya konstitusi menyatakan, "pemilih memiliki hak untuk menerima
dari perwakilan publik mereka laporan yang transparan secara periodik
mengenai

apa

ditindaklanjuti

yang

mereka

kepada

kerjakan,

publik."

Pemilih

dimana

program

secara

empatik

itu

harus

menuntut

penghormatan kepada bangsa dan kedaulatannya, lebih jelasnya menolak


pangkalan militer asing. Itu juga berarti deklarasi tentang kebutuhan bagi
sistem peradilan yang benar-benar netral, penyelenggaraan keadilan tanpa
harus diusulkan kepada pemimpin lembaga peradilan atau birokrat. Dalam
kasus masyarakat adat, otoritas mereka diakui melalui penerapan hukumhukum lokal di basis di mana mereka memiliki kepercayaan tradisional
yang diwariskan, mengikuti aturan main mereka, agar mereka tidak
bertentangan dengan konstitusi. Hakim harus dipilih setelah melalui proses
seleksi berdasarkan kepantasan seluruh partisipan. Oleh karenanya hukum
harus menjamin partisipasi seluruh warga negara dalam proses pemilihan
dan penentuan nama hakim. Eksekutif nasional bertugas memberikan

laporan tahunan kepada dewan tentang politik, ekonomi, sosial dan aspekaspek administratif dalam pekerjaannya. Deputi juga harus melaporkan
kembali kepada pemilih mereka dan menjawab pertanyaan mereka,
sehingga rakyat memiliki kontrol permanen walaupun pemilu telah
berakhir.
Di samping tiga cabang kekuasaan pemerintahan (eksekutif, legislatif dan
yudikatif), konstitusi juga menciptakan dua cabang lainnya: kekuasaan
warganegara dan kekuasaan elektoral. Yang pertama diterapkan melalui
Republican Ethics Council, terdiri dari People's defender, Jaksa Penuntut
Umum dan general comptroller of the republic. Dewan Nasional harus
disetujui oleh anggota. The peoples defender bertanggung jawab atas
promosi, pertahanan, dan kontrol serta jaminan bagi ditegakkannya
konstitusi melalui pengakuan warga negara secara kolektif atas kepentingan
sebagian. Kekuasaan elektoral ditegakkan melalui Dewan Pemilu Nasional
(National

Electoral

Council),

yang

bertindak

secara

arbitrer

untuk

mengontrol pemilu dan menjamin transparansi pelaksanaannya.


Konstitusi ini merupakan sekutu terbesar revolusi Chavez. Ini karena,
sebagaimana yang kita lihat, militer Venezuela menjalankan secara serius
tugasnya untuk membela apa yang diputuskan rakyat secara demokratis.
Sekali militer berkomitmen untuk membela konstitusi, seterusnya ia akan
berkomitmen untuk membela perubahan yang dilakukan Chavez. Dengan
demikian, perubahan dan konstitusi baru itu adalah sejajar. Ketika militer
garis lama mencoba menggerakkan kudeta melawan Chavez pada 2002,
Jenderal Baduel, seorang yang secara tegas mengajurkan militer untuk
menghormati aturan main hukum, berhasil menggunakan otoritasnya
berdasarkan konstitusi baru untuk menolak perintah yang diberikan oleh
komandannya yang memberontak. Konstitusi yang sama juga digunakan
oleh perwira yunior dan prajurit ketika mereka mengorganisir perlawanan
menentang kudeta dan tekanan komandan mereka dari bawah untuk
bergabung dalam barisan kudeta.
Kita bisa mencatat dua point terakhir untuk usaha kita menjelaskan
keunikan militer Venezuela. Program ekonomi Chavez adalah sebuah
program yang berwatak nasionalistik. Program ini jelas berlawanan dengan
kebijakan neoliberal, globalisasi yang berorientasi asing. Ia sebaliknya
bertujuan memajukan investasi nasional dan pembangunan lokal. Program
ini juga bertentangan dengan privatisasi di sektor minyak, dan mencoba

memberikan prioritas bagi penyelesaian-penyelesaian yang diderita oleh


bagian termiskin dari masyarakat. Lebih dari itu, keseluruhan program ini
sangat cocok dengan pekerjaan militer yakni, pembela kedaulatan dan
kemakmuran nasional. Inilah yang membuat kita mudah untuk memahami
mengapa aksi-aksi menentang Chavez - pemogokan oleh pekerja lapisan
menengah dan sabotase produksi minyak - berhasil digagalkan secara masif
oleh angkatan darat. Seterusnya momen tersebut digunakan militer untuk
mengonsolidasikan dukungannya kepada program-program Chavez.
Akhirnya, yang tak kalah pentingnya adalah kharisma personal Chavez
sendiri yang sulit diperkirakan. Chavez merupakan inspirasi terbesar yang
mendatangkan kekaguman dan rasa cinta di kalangan prajurit-prajurit
angkatan darat. Dirinya, baiknya secara legal dan emosional adalah
komandan tertinggi mereka. Selama kudeta April 2002, tepatnya pada
jabatan

dan

ingatan

tentara

dimana

ia

bertemu

dengan

para

pengunjungnya dari penjara ke penjara, dari Tiuna ke kepulauan Orchila,


tempat terakhir ia dipenjara - ia berhasil memperlihatkan daya juangnya
yang mengagumkan.
Bersama dengan rakyat dan kerapkali atas dorongan mereka, militer
Venezuela merupakan sedikit dari militer di Amerika Latin, yang mampu
bertindak secara matang. Dan dalam proses ini, mereka merasa sederajat
dalam menghadapi tantangan luar biasa yang dihadapi oleh kaum
revolusioner Bolivarian.***
La Havana, 1 April 2003
Catatan kaki:
(1) Tak banyak yang tahu bahwa hanya perwira-perwira senior yang
memiliki posisi riil seperti komandan staf umum angkatan darat Ramirez
Prez dan komandan umum angkatan darat Vasquez Velasco, yang terlibat
dalam kudeta ini. Beberapa jenderal menolak mendukung kudeta, jumlah
mereka sekitar 200 hingga 8.000 perwira (jenderal, admiral, kolonel, letnan
kolonel, dan perwira rendah). 80 persen perwira komando berpartisipasi
dalam Plan untuk menyelamatkan Chavez.
(2) Plan ini diumumkan secara terbuka pada 27 Februari 1999, sepuluh
tahun setelah Caracazo.

(3) Pemilihan gubernur dan walikota dilaksanakan setahun sebelum


pemilihan presiden.
(4) Marta Harnecker, "Militares Junto al Pueblo," Vadell hnos.,Caracas,
2003. Liha versi Inggrisnya dalam www.rebelion.org/harnecker.htm.
(5)

Jumlah

kasus

sebenarnya

tidak

diketahui.

Sejumlah

pejabat

pemerintahan mengakui bahwa sekitar 372 orang mati terbunuh tapi,


organisasi hak asasi manusia mencatat lebih banyak lagi yakni, 5.000.
*Marta Harnecker adalah Direktur of the centro de Investigaciones Memoria
Popular Lationamericana (MEPLA) di Havana, Cuba, sebuah organisasi yang
melakukan penelitian tentang sejarah gerakan rakyat di Amerika Latin. Ia
juga adalah penulis sejumlah buku dan artikel tentang gerakan kiri di
Amerika Latin, termasuk "Understanding the Venezuelan Revolution: Hugo
Chavez Talks to Marta Harnecker," yang diterbitkan oleh Monthly Review
Press.
Artikel ini diterjemahkan dari tulisan Marta Harnecker dengan judul asli,
"The Venezuelan Military: The Making of an Anomaly," oleh Coen Husain
Pontoh. Sebelumnya dimuat dalam jurnal Monthly Review, September 2003
dalam http://www.venezuelanalysis.com/articles.php?artno=1040

Anda mungkin juga menyukai