Anda di halaman 1dari 15

Mutia Ulfah

BAB I
PENDAHULUAN
Fungsi utama uterus adalah sebagai tempat bertumbuh dan berkembangnya
janin. Namun, uterus juga memiliki fungsi lain diantaranya pada siklus menstruasi
uterus berperan dengan peremajaan endometrium, berkontraksi terutama pada
proses persalinan dan setelah persalinan1.
Uterus

juga

berfungsi

dalam

fisiologi

pemeliharaan

kehamilan,

penerimaan graft janin, dan memulai proses kelahiran serta pemeliharaan


persalinan. Gangguan, aktivasi, atau perangsangan endometrium uterus pada masa
kehamilan dapat menyebabkan abortus atau kelahiran lebih awal 2. Fungsi-fungsi
tersebut merupakan fungsi esensial untuk proses reproduksi pada wanita tetapi
tidak diperlukan untuk kelangsungan proses fisiologis wanita.
Pada saat wanita hamil, hampir seluruh tubuh wanita mengalami
perubahan, terutama pada organ kandungan dan juga organ lain. Uterus akan
mengalami pertumbuhan yang fenomenal pada trimester pertama berlanjut
sebagai respon terhadap stimulus kadar estrogen dan progesteron yang tinggi 3.
Ukuran uterus akan membesar akibat hipertopi dan hiperplasia otot polos, serabutserabut kolagennya menjadi higroskopis agar uterus mampu mengakomodasi
pertumbuhan janin. Ukuran uterus pada kehamilan cukup bulan adalah 30 x 25 x
20 cm.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan


1
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Mutia Ulfah
Selain bertambah besar, uterus juga mengalami perubahan berat, bentuk,
dan posisi. Pada masa kehamilan, berat uterus akan naik secara luar biasa, dari
sekitar 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir masa kehamilan 1. Perubahan
bentuk uterus yang terjadi pada minggu ke-7 kehamilan adalah menjadi sebesar
telur ayam negeri; pada minggu ke-10 uterus menjadi sebesar buah jeruk; pada
minggu ke-12 uterus mencapai ukuran grapefruit 3. Hingga kehamilan minggu
ke-40 terjadi perubahan yang sangat besar pada uterus baik dari segi panjang,
lebar, kedalaman, berat, dan volume.
Setelah proses persalinan, uterus akan kembali ke bentuk semula seperti
saat sebelum hamil. Proses ini disebut dengan proses involusi. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos3.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan


2
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Mutia Ulfah
BAB II
INVOLUSI UTERUS
DEFINISI
Involusi

adalah

perubahan

retrogresif

pada

uterus

yang

menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi


pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya
dianggap sebagai perubahan puerperium 4.
Involusi Uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot
polos uterus 5.
Involusi

uterus

meliputi

reorganisasi

dan

pengeluaran

desidua/

endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan


penurunan ukuran dan berat serta perubahan lokasi uterus yang ditandai dengan
warna dan jumlah lokia 4.
MEKANISME NORMAL KONTRAKSI UTERUS
Mekanisme terjadinya kontraksi pada uterus adalah melalui 2 cara yaitu :
(1) Kontraksi oleh ion kalsium

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan


3
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Mutia Ulfah

Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos mengandung sejumlah besar


protein pengaturan yang lain yang disebut kalmodulin. Terjadinya
kontraksi diawali dengan ion kalsium berkaitan dengan kalmodulin.
Kombinasi kalmodulin + ion kalsium bergabung dan sekaligus
mengaktifkan miosin kinase yaitu enzim yang melakukan fosforilasi
sebagai respon terhadap miosin kinase.

Bila rantai ini tidak mengalami fosforilasi, siklus perlekatan-pelepasan


kepala miosin dengan filamen aktin tidak akan terjadi. Tetapi bila rantai
pengaturan mengalami fosforilasi, kepala miosin memiliki kemampuan
untuk berikatan secara berulang dengan filamen aktin dan bekerja melalui
seluruh proses siklus tarikan berkala sehingga mengghasilkan kontraksi
otot uterus.

(2) Kontraksi yang disebabkan oleh hormon

Ada beberapa hormon yang mempengaruhi adalah epinefrin, norepinefrin,


angiotensin, endhothelin, vasoperin, oksitonin, serotonin, dan histamine.
Beberapa reseptor hormon pada membran otot polos akan membuka kanal
ion kalsium dan natrium serta menimbulkan depolarisasi membran.
Kadang timbul potensial aksi berulang yang telah terjadi. Pada keadaan
lain, terjadi depolarisasi tanpa disertai dengan potensial aksi dan
depolarisasi ini membuat ion kalsium masuk kedalam sel sehingga terjadi
kontraksi pada otot uterus 6 .

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan


4
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Mutia Ulfah

Dengan faktor-faktor diatas dimana antara 3 faktor itu saling


mempengaruhi antara satu dan yang lain, sehingga memberikan akibat
besar terhadap jaringan otot-otot uterus. Dengan demikian proses involusi
terjadi sehingga uterus kembali pada ukuran dan tempat semula.

Adapun kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual. Artinya, tidak


sekaligus tetapi setingkat. Sehari atau 24 jam setelah persalinan, fundus
uteri agak tinggi sedikit disebabkan oleh adanya pelemasan uterus segmen
atas dan uterus bagian bawah terlalu lemah dalam meningkatkan tonusnya
kembali. Tetapi setelah tonus otot-otot kembali fundus uterus akan turun
sedikit demi sedikit7 .

PROSES INVOLUSI UTERUS


Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm
dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada
saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan
16 minggu dengan berat 1000 gram.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab
untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus
pada masa prenatal tergantung pada hiperplasia, yaitu peningkatan jumlah selsel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa post
partum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan autolisis. Proses
involusi uterus adalah sebagai berikut :
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
5
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Mutia Ulfah
Autolisis. Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi didalam otot uterin. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot
yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula
dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang
berlebihan

akan

tercerna

sendiri

sehingga

tertinggal

jaringan

fibro

elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.


Atrofi

jaringan. Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen

dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap


penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain
perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan
terlepas

dengan

meninggalkan

lapisan

basal

yang

akan

beregenerasi

menjadi endometrium yang baru.


Efek Oksitosin ( Kontraksi ). Intensitas kontraksi uterus meningkat
secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitoksin yang dilepas
dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi
pembuluh darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan retraksi otot
uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu
mengurangi bekas luka implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka
bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
Selama 1 sampai 2 jam pertama post partum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjaga dan
mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitoksin biasanya
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
6
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Mutia Ulfah
diberikan secara intravena atau intramuskular segera setelah kepala bayi lahir.
Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitoksin
karena isapan bayi pada payudara 3 8.
Tinggi fundus diukur serta dicatat setiap hari dan fundus dipalpasi dua kali
sehari untuk memastikan bahwa uterus mengalami kotraksi dengan kuat serta
terletak ditengah. Ibu harus mengosongkan kandung kemihnya sebelum
pemeriksaan fundus dilakukan. kandung kemih yang penuh akan mendorong
uterus ke atas dan menghalangi kontraksi uterus yang kuat. Tinggi fundus
berkurang sebanyak kurang lebih satu centimeter per hari sampai fundus uteri
tidak teraba lagi lewat abdomen yang biasanya pada hari ke-11 atau ke-12 9.
Perubahan letak dan ukuran uterus pada periode postpartum dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tinggi Fundus dan Berat Uterus menurut Masa Involusi
Involusi Uterus
Bayi Lahir
Uri Lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu

Tinggi fundus Uteri


Setinggi Pusat
2 Jari di bawah pusat
Pertengahan Pusat Simfisis
Tidak Teraba di atas simfisis
Bertambah kecil
Sebesar Normal
Gambar 1. 1

Berat Uterus
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan


7
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Mutia Ulfah

Gambar 2.

Gambar 3.

Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk


pertumbuhan masif uterus selama masa kehamilan. Pada periode postpartum,
terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan
terjadinya autolisis atau perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang
berlebihan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan


8
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Mutia Ulfah
Perubahan lain yang terjadi pada uterus adalah perubahan kontraksi.
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir.
Selama satu sampai dua jam pertama postpartum, intensitas kontraksi uterus
berkurang dan menjadi tidak teratur 3.
Tonus otot yang berkontraksi dan berelaksasi secara periodik dapat
menimbulkan rasa nyeri setelah melahirkan. Rasa nyeri tersebut akan semakin
meningkat dengan kegiatan menyusui dan pemberian oksitosin tambahan karena
keduanya merangsang kontraksi uterus 3.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVOLUSI UTERUS


Proses serta lamanya involusi uterus pada ibu postpartum tidak sama. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi proses involusi uterus, diantaranya:
Senam nifas merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang sedang
menjalani masa nifas. Tujuan senam adalah mempercepat pemulihan kondisi
tubuh ibu setelah melahirkan, mencegah komplikasi yang mungkin terjadi selama
masa

nifas,

memperlancar

memperkuat
sirkulasi

otot

perut,

pembuluh

otot

darah

dasar
,

panggul,

membantu

dan

mem

memperlancar

terjadinya proses involusi uteri.


Mobilisasi dini ibu post partum merupakan suatu gerakan yang dilakukan
bertujuan untuk merubah posisi semula ibu dari berbaring , miring-miring, duduk
sampai berdiri sendiri setelah beberapa jam melahirkan. Tujuan memperlancar
pengeluaran lokia ( sisa darah nifas ), mempercepat involusi, melancarkan fungsi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan


9
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Mutia Ulfah
organ gastrointestinal dan organ perkemihan, memperlancar peredaran sirkulasi
darah .
Menyusui dini. Menyusui dini merupakan salah satu faktor pendukung
terjadinya proses involusi uteri karena dengan memberikan Air Susu Ibu
kepada bayi segera setelah melahirkan sampai satu jam pertama, memberikan efek
kontraksi pada otot polos uterus.
Gizi. Merupakan proses organisme dengan menggunakan makanan yang
dikonsumsi, secara normal melalui proses digesti, transportasi, penyimpanan
metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ - organ, serta
menghasilkan energi 10.
Pengosongan kandung kemih. Setelah proses persalinan, kandung kemih
harus tetap kosong untuk mencegah uterus berubah posisi dan atoni uteri 4.
Kandung kemih yang kosong membantu uterus tetap berkontraksi dengan baik
sehingga proses involusi uterus menjadi cepat.
Psikologis. Terjadi pada pasien post partum atau baby blues merupakan
perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima
kehadiran bayinya. Ditinjau dari faktor hormonal , kadar estrogen, progesteron,
prolactin, estriol yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Kadar estrogen yang
rendah pada ibu post partum memberikan efek supresi pada aktifitas enzim mono
aminoksidase yaitu enzim otak yang bekerja menginaktifkan baik noradrenalin
maupun serotonin yang memberikan efek pada suasana hati dan kejadian depresi
pada ibu post partum .
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
10
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Mutia Ulfah
Faktor usia. Elastisitas otot uterus pada usia lebih 35 tahun keatas akan
berkurang.
.Faktor

paritas.

Ukuran

uterus

primipara

dan

multipara

juga

mempengaruhi proses berlangsungnya involusi uterus 11 5.

PEMERIKSAAN UTERUS
Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi.
Penentuan lokasi uterus dilakukan dengan mencatat apakah fundus
berada diatas atau dibawah umbilikus dan apakah fundus berada pada garis tengah
abdomen atau bergeser kesalah satu sisi.
Penentuan ukuran Tinggi Fundus Uterus (TFU) dilakukan melalui
palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari
umbilikus atas atau bawah atau dengan menggunakan meteran kertas atau
pelvimeter. Untuk meningkatkan ketepatan pengukuran, pengukuran sebaiknya
dilakukan oleh orang yang sama 3.
Hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan pengukuran tinggi
fundus uteri adalah apakan kandung kemih dalam keadaan kosong atau tidak dan
bagaimana keadaan uterus, apakah uterus dalam keadaan kontraksi atau rileks.
Penelitian juga menunjukkan bahwa posisi wanita saat dilakukan pengukuran
tinggi fundus juga berpengaruh terhadap hasil pengukuran 3.
Ada dua cara pengukuran tinggi fundus uteri yang biasa dilakukan. Kedua
cara ini dibedakan berdasarkan penempatan meteran. Cara tersebut adalah 3:

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan


11
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Mutia Ulfah
a) Meteran dapat diletakkan di bagian tengah abdomen wanita dan pengukuran
dilakukan dengan mengukur dari batas atas simfisis pubis sampai ke batas
atas fundus. Meteran pengukur ini menyentuh kulit sepanjang uterus.
b) Salah satu ujung meteran diletakkan di batas atas simfisis pubis dengan satu
tangan; tangan lain diletakkan di batas atas fundus. Meteran diletakkan di
antara jari telunjuk dan jari tengah dan pengukuran dilakukan sampai titik
dimana jari mengapit meteran.
Penentuan konsistensi uterus. Ada dua ciri konsistensi uterus yaitu
uteruskeras teraba sekeras batu dan uterus lunak dapat dilekukkan , terasa
mengeras dibawah jari-jari ketika tangan melakukan masase pada uterus 4. Bila
uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam involusi disebut subinvolusi.
Subinvolusi sering disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta
dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan normal atau
terhambat , bila subinvolusi uterus tidak ditangani dengan baik, akan
mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau postpartum haemorrhage. Ciri-ciri
subinvolusi atau proses involusi yang abnormal diantaranya :

Tidak secara progresif dalam pengembalian ukuran uterus


uterus teraba lunak dan kontraksinya buruk
sakit pada punggung atau nyeri pada pelvik yang persisten
perdarahan pervaginam abnormal seperti perdarahan segar
lokia rubra banyak, persisten, dan berbau busuk 8.

BAB III
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
12
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Mutia Ulfah
RESUME
Sesaat setelah melahirkan plasenta atau Kala III berakhir, uterus telah
mengalami proses pengecilan uterus atau involusi uterus. Proses ini berguna untuk
mengembalikan uterus ke ukuran semula sebelum terjadinya kehamilan. Proses
involusi uterus ini dipengaruhi oleh Autolisis., Atrofi jaringan dan Efek Oksitosin
( Kontraksi ). Fakto faktor eksternal yang mempengaruhi involusi uterus adalah
Senam nifas , Mobilisasi dini , Menyusui dini, Gizi, Pengosongan kandung kemih,
Psikologis, Faktor usia dan Faktor paritas.
Untuk mengetahui apakah involusi uterus terjadi dengan baik, dilakukan
beberapa pemeriksaan uterus yaitu Penentuan lokasi uterus , Penentuan ukuran
Tinggi Fundus Uterus (TFU) dan Penentuan konsistensi uterus.
Hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan pengukuran tinggi
fundus uteri adalah apakan kandung kemih dalam keadaan kosong atau tidak dan
bagaimana keadaan uterus, apakah uterus dalam keadaan kontraksi atau rileks.
Penelitian juga menunjukkan bahwa posisi wanita saat dilakukan pengukuran
tinggi fundus juga berpengaruh terhadap hasil pengukuran Bila uterus mengalami
atau terjadi kegagalan dalam involusi disebut subinvolusi. Subinvolusi sering
disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus sehingga
proses involusi uterus tidak berjalan dengan normal atau terhambat , bila
subinvolusi uterus tidak ditangani dengan baik, akan mengakibatkan perdarahan
yang berlanjut atau postpartum haemorrhage. Ciri-ciri subinvolusi atau proses
involusi yang abnormal diantaranya : Tidak secara progresif dalam pengembalian
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
13
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Mutia Ulfah
ukuran uterus, uterus teraba lunak dankontraksinya buruk, sakit pada punggung
atau nyeri pada pelvik yang persisten, perdarahan pervaginam abnormal seperti
perdarahan segar, lokia rubra banyak, persisten, dan berbau busuk..

DAFTAR PUSTAKA
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
14
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Mutia Ulfah
1.
2.
3.
4.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.


Cunningham. (1995). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Bobak, 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta, EGC
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4

Volume 2. Jakarta, EGC, 2007


5. Ambarwati, Eny Retna & Diah Wulandari. 2008. Asuhan
Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendekia Offset.
6. Guyton & Hall. (1994). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta. EGC.
7. Christian, Gary D., (1996), Analytical Chemistry, edisi ke - ,
John Wiley & Sons Inc., New York.
8. Wiknjosastro, Hanita. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
9. Farrer, Hellen. (1999). Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
10.
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar
Ilmu Gizi. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan


15
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 20 Oktober 27 Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai