Pada usia ini anak masih sukar terhadap kecelakaan, terutama karena peningkatan kemampuan motorik orang
tua harus terus memberikan bimbingan pada anak dalam situasi yang baru dan mengancam keamanan.
menurun.
2. Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan aktivitas yang dapat ia selesaikan.
3. Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi, dan kerja sama untuk mencapai tujuan.
4. Hubungan sosial menjadi sumber pendukung yang penting semakin meningkat.
b. Rasa takut dan stesor
1. Sebagian perasaan takut yang terjadi sejak masa kanak-kanak awal dapat terselesaikan atau berkurang,
namun, anak dapat menyembunyikan rasa takutnya untuk menhindari dikatakan sebagai pengecut atau bayi.
2. Rasa takut yang sering terjadi
a. Gagal di sekolah
b. Gertakan
c. Guru yang mengintimidasi
d. Sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua
3. Stresor yang sering terjadi
a. Stresor untuk anak usia sekolah yang lebih kecil, yaitu dipermalukan, membuat keputusan, membutuhkan
izin / persetujuan, kesepian, kemandirian, dan lawan jenis.
b. Stresor untuk anak usia sekolah yang lebih besar yaitu kematangan seksual, rasa malu, kesehatan,
kompetensi, tekanan dari teman seksual, rasa malu, kesehatan, kompetisi, tekanan dari teman sebaya, dan
keinginan untuk menggunakan obat-obatan.
4. Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu mengurangi rasa takut anak dengan berkomunikasi
secara empati dan perhatian tanpa menjadi overprotektif.
5. Anak perlu mengetahui bahwa orang orang akan mendengarkan mereka dan memahami perkataannya.
c. Sosialisasi
1. Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan kematangan seiring dengan peningkatan
keterlibatan anak dalam aktivitas yang lebih kompleks, membuat keputusan,dan kegiatan yang memiliki tujuan.
2. Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengeani tubuhnya, perkembangan sosial berpusat pada tubuh
dan kemampuannya.
3. Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang baru.
4. Aktivitas kelompok, termasuk tim oleh raga, biasanya menghabiskan banyak waktu dan energi.
d. Bermain dan mainan
1. Bermain menjadi lebih kompetetif dan kompleks selama periode usia sekolah.
2. Karakteristik kegiatan meliputi tim oleh raga, klub rahasia, aktivitas geng, pramuka atau organisasi lain.
Puzzle yang rumit, koleksi, permaianan papan, membaca, dan mengagumi pahlawan tertentu.
3. Peraturan dan ritual merupakan aspek penting dalam bermain dan permaianan.
4. Mainan, permainan, dan aktivitas yang mengingatkan pertumbuhan dan perkembangan meliputi:
a. Permainan kartu dan papan bertingkat yang rumit
b. Buku dan kerajinan tangan
V. Perkembangan Kognitif
a. Tinjauan (Piaget)
1. Anak berusia antara selama 7 dan 11 tahun berada dalam tahap konkret operasional, yang ditandai denga
penalaran induktif, tindakan logis, dan pikiran konkret yang reversibel.
2. Karakteristik spesifik tahap ini antara lain:
a. Transisi dari egosentris ke pemikiran objektif (yi., melihat dari sudut pandang orang lain, mencari validasi,
bertanya).
b. Berfokus pada kenyataan fisik saat ini disertai ketidakmampuan melihat untuk melebihi kondisi saat ini.
c. Kesulitan menghadapi masalah yang jauh, masa depan atau hipotesis.
d. Perkembangan berbagai klasifikasi mental dan aktivitas yang di minta.
e. Perkembangan prinsip konservasi (yi., volume, berat, massa, dan angka).
3. Aktivitas yang khas pada anak tahap ini antara lain:
a. Mengumpulkan dan menyortir benda (mis., kartu baseball, boneka, dan kelerang).
b. Meminta / memesan barang-barang menurut ukuran, bentuk, berat, dan kriteria lain.
c. Mempertimbangkan pilihan dan variabel ketika memecahkan masalah.
b. Bahasa
1. Anak mengembangkan pola artikulasi orang dewasa formal pada usia 7 sampai 9 tahun.
2. Anak belajar bahwa kata-kata dapat dirangkai dalam bentuk terstruktur.
3. Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan paling penting yang dikembangkan oleh anak.
Tindakan keamanan untuk Anak yang Ditinggal di Rumah Tanpa Orang Dewasa
Buatlah daftar nomor telepon darurat dan pastikan anak mengetahi cara menggunakannya.
Instruksikan anak untuk memberitahu kepada si penelpon bahwa orang tua tidak dapat menerima telepon
karena mereka sibuk daripada mengatakan orang tua tidak ada dirumah.
Ajarkan anak tentang pertolongan pertama dan tindakan keselamatan dasar (mis., kebakaran, keselamatan
terkait cuaca, dan memasak) yang sesuai.
Buatlah rutinitas setelah pulang sekolah, dan pastikan bahwa anak dapat memahaminya.
Instruksikan anak untuk mengunci setiap pintu dan tidak memperhatikan kunci rumah kepada orang lain.
Pertimbangkan memelihara hewan peliharaan untuk menemani anak.
Pulang ke rumah sesuai rencana. Jika terjadi penundaan yang penting maka telepon rumah anak untuk
menghilangkan anisetas.
(2) Anjurkan anak untuk mengatakan kepada perawat kapan prosedur harus dilakukan.
(3) Bantu anak membuat buku catatan kecil.
(4) Gunakan konsep, seperti kartu atau papan permainan, dalam penyuluhan atau permainan.
(5) Motivasi anak untuk mengerjakan tugas sekolah.
c. Berikan waktu untuk, dan dorong anak, mengungkapkan secara verbal (bicarakan waktunya).
4. Berikan intervensi psikososial dan emosional.
a. Berikan kesempatan untuk menyalurkan tekanan.
(1) Anjurkan interaksi dengan teman sebaya, penyuluhan kelompok, dan batasi lingkungan.
(2) Hindari ruangan yang digabung dengan usia lain.
b. Tingkatkan pencapaian kemampuan.
(1) Berikan pujian terhadap cara bermain yang kooperatif.
(2) Beri anak tugas yang dapat diselesaikan.
(3) Libatkan anak dalam perawatan.
DAFTAR PUSTAKA