Anda di halaman 1dari 3

JURNAL FISIKA LABORATORIUM BAHAN

Perpindahan Kalor pada Besi dan Kayu


Mochammad Rahmat A, Yofanita N, Setiawan A, Kunti N
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: mochammad11@mhs.physics.its.ac.id
Abstrak Telah dilakukan percobaan Perpindahan Kalor
pada Besi dan kayu yang bertujuan untuk menentukan nilai
konduktifitas (k) kayu, dan menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju perpindahan panas. Pada percobaan ini
dihitung terlebih dahulu tinggi dari masing-masing bahan.
Setelah itu, dilakukan proses pemanasan selama 7 menit.
Kemudian besi dan kayu yang sudah dipanaskan, diukur suhu
ujung bagian atas dan bawah menggunakan pirometer. Sehingga
dapat dihitung laju kalor pada silinder besi dan kayu. Percobaan
ini menggunakan variasi bahan dengan ukuran yang berbeda.
Dari percobaan ini disimpulkan bahwa faktor internal yang
mempengaruhi laju perpindahan panas yaitu luas permukaan,
tebal, dan koefisien konduktivitas material. Sedangkan faktor
eksternal adalah suhu ruangan, cara pengambilan sampel, dan
waktu pengukuran. Besar nilai konduktivitas rata-rata pada
kayu bagian bawah dengan ketebalan 1 cm adalah 0.12069 J/mK.
Sedangkan untuk kayu dengan ketebalan 1,5 cm adalah
0,3192307 J/mK. Dan untuk kayu dengan ketebalan 2 cm adalah
0,874391 J/mK. Besar nilai konduktivitas rata-rata pada kayu
bagian atas dengan ketebalan 1 cm adalah 0, 1849137 J/mK.
Sedangkan untuk kayu dengan ketebalan 1,5 cm adalah 0,
202564 J/mK. Dan untuk kayu dengan ketebalan 2 cm adalah
0.0754143 J/mK.
Kata Kunciperpindahan panas, laju kalor.

I.

PENDAHULUAN

erpindahan panas dapat didefinisikan sebagai


berpindahnya energi dari suatu daerah ke daerah
lainnya sebagai akibat dari beda suhu antar daerahdaerah tersebut.
Karena beda suhu terdapat di seluruh alam semesta, maka
aliran panas bersifat seuniversal yang berkaitan dengan tarikan
gravitasi. Tetapi tidak sebagaimana halnya gravitasi, aliran
panas tidak di kendalikan oleh sebuah hubungan yang unik,
namun oleh kombinasi dari berbagai hukum fisika yang tidak
saling bergantungan. Kepustakaan perpindahan panas pada
umumnya mengenal tiga cara perpindahan panas yaitu,
konduksi (conduction, juga dikenal dengan istilah hantaran),
konveksi (convection, juga dikenal dengan istilah aliran),
radiasi (radiartion)[1].
Partikel-partikel dalam zat padat sangat berdekatan dan
diikat dengan kuat oleh gaya tarik antarpartikel. Karena itu,
partikel-partikel dalam zat padat hanya dapat bergetar dan
berputar di tempatnya, tetapi tidak berpindah. Mula-mula
partikel-partikel pada ujung A yang dipanasi bergetar lebih
cepat, sementara partikel-partikel pada ujung B bergerak lebih
lambat. Partikel-partikel pada ujung A yang bergetar cepat
menumbuk partikel-partikel terdekatnya dan memindahkan
kalornya. Partikel-partikel ini mulai bergetar lebih cepat dan
pada gilirannya menumbuk partikel-partikel terdekatnya
sambil memindahkan kalornya. Demikian seterusnya hal ini

berlangsung sampai ujung dingin B yang dipegang, yang


semula partikel-partikelnya bergetar lambat, menjadi bergetar
lebih cepat. Sebagai hasilnya ujung B yang semula dingin
menjadi panas. Dari uraian di atas dengan jelas menyatakan
bahwa kalor berpindah dari satu partikel ke partikel lainnya
tanpa partikel-partikel tersebut berpindah. Jadi, dapat
disimpulkan konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu
zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel tersebut. Ini
karena jarak antarpartikel dalam zat padat sangat dekat
dibandingkan dengan jarak antar partikel dalam zat cair
maupun zat gas[2].
Zat padat adalah konduktor yang lebih baik daripada zat
cair maupun gas. Hal ini dikarenakan di dalam zat padat, jarak
antarpartikel lebih dekat daripada dalam cairan dan gas.
Dengan demikian, energi kalor dapat dipindahkan secara
konduksi dengan lebih cepat. Akan tetapi, daya hantar kalor
berbagai zat berbeda. Umumnya, logam adalah penghantar
kalor yang baik secara konduksi. Logam memiliki banyak
elektron bebas. Elektron-elekron bebas dalam logam inilah
yang berperan, sehingga logam memiliki konduksi kalor yang
sangat baik. Elektron-elektron bebas ini bebas untuk bergerak
dalam ruang-ruang di antara partikel-partikel sebelum
bertumbukan dengan elektron-elektron bebas lain dan
memindahkan sebagian energi kalor-kalornya ke elektronelektron lain. Proses ini berlangsung lebih cepat daripada
konduksi oleh getaran molekul-molekul dalam benda. Oleh
karena itu, logam mengonduksikan kalor jauh lebih cepat
daripada zat-zat padat bukan logam yang tidak memiliki
elektron-elektron bebas.Zat-zat bukan logam, seperti kayu,
kaca, kertas, wol, dan plastik adalah penghantar kalor yang
buruk. Penghant ar kalor yang baik disebut konduktor,
sedangkan penghantar kalor yang buruk disebut isolator[3].
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju
kalor
konduksi,antara lain beda suhu (T = T1 T2) semakin besar
beda suhu, maka semakin cepat perpindahan kalor. Ketebalan
dinding (d), semakin tebal dinding, maka semakin lambat
perpindahan kalor. Luas permukaan (A), semakin besar luas
permukaan, maka semakin cepat perpindahan kalor.Dan
konduktivitas termal, zat (k), adalah ukuran kemampuan zat
menghantarkan kalor, semakin besar nilai k, maka semakin
cepat perpindahan kalor [4].
Perpindahan
panas dengan cara konveksi ialah
pengangkutan kalor oleh gerak dari zat yang dipanaskan atau
perpindahan panas berdasarkan gerakan fluida dalam hal ini
adalah udara, artinya panas tubuh dapat dihilangkan
bergantung pada aliran udara yang melintasi tubuh manusia.
Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Contoh,
kita akan merasa nyaman bila terkena hembusan angina pada
saat kita berkeringat. Pada perpindahan kalor secara konveksi,
energi kalor ini akan dipindahkan ke sekelilingnya dengan
perantaraan aliran fluida. Oleh karena pengaliran fluida

JURNAL FISIKA LABORATORIUM BAHAN


melibatkan pengangkutan masa, maka selama pengaliran
fluida bersentuhan dengan permukaan bahan yang panas, suhu
fluida akan naik. Gerakan fluida melibatkan kecepatan yang
seterusnya akan menghasilkan aliran momentum. Jadi masa
fluida yang mempunyai energi terma yang lebih tinggi akan
mempunyai momentum yang juga tinggi. Peningkatan
momentum ini bukan disebabkan masanya akan bertambah[5].
Sedangkan perpindahan panas dengan pancaran (radiasi)
ialah perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu zat ke
zat yang lain atau perpindahan panas berdasarkan gelombang
eletromagnetik,tubuh manusia mendapat panas dari pancaran
panas yang lebih tinggi dan tubuh manusia akan dapat
memancarkan panasnya secara radiasi ke setiap objek yang
mempunyai suhu lebih dingin dari manusia. Semua benda
memancarkan kalor. Keadaan ini baru terbukti setelah suhu
meningkat. Pada hakekatnya proses perpindahan kalor radiasi
terjadi dengan perantaraan foton dan juga gelombang
elektromagnet. Terdapat dua teori yang berbeda untuk
menerangkan bagaimana proses radiasi itu terjadi. Semua
bahan pada suhu mutlak tertentu akan menyinari sejumlah
energi kalor tertentu. Semakin tinggi suhu bahan tadi maka
semakin tinggi pula energi kalor yang disinarkan. Contoh,
Kita akan merasa lebih panas berada di bawah atap seng saat
matahari terik, hal ini disebabkan suhu seng jauh diatas suhu
tubuh manusia sehingga akan memancarkan panasnya ke
tubuh kita melalui rambatan panas[6].
II. METODE

2
Keterangan:
Q = laju perpindahan kalor (J)
k = konduktivitas termal bahan (J/mK)
A = luas penampang bahan (m2)
T = perbedaan suhu ujung-ujung logam (K)
l = panjang atau tebal bahan (m)

Gambar 1. Peralatan dan bahan percobaan


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Data
Berdasarkan percobaan Perpindahan Kalor pada Besi dan
kayu yang telah dilakukan,diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1 Temperatur Ujung Besi yang Disusun dengan Kayu 1 cm

Pada percobaan Perpindahan Kalor ini, peralatan dan


bahan yang digunakan adalah 2 silinder besi dengan luas
penampang dan tinggi yang sama (tinggi 2 cm),3 buah silinder
kayu (dengan variasi tinggi 1, 1,5 dan 2 cm), kompor listrik
600 W, pirometer, catut, kasa, sarung tangan dan penggaris.
Dalam percobaan ini, silinder besi dan kayu digunakan
sebagai bahan atau material yang akan dihitung besar laju
kalornya. Kompor listrik 600 W digunakan untuk
memanaskan silinder besi dan kayu. Pirometer digunakan
untuk mengetahui suhu yang ada pada silinder besi dan kayu.
Penggaris digunakan untuk mengukur luas dan tebal pada besi
serta tebal dan diameter pada kuningan. Sedangkan sarung
tangan serta catut digunakan untuk mengambil silinder besi
dan kayu yang sudah dipanaskan selama 7 menit dari kompor
listrik.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam percobaan
Perpindahan Kalor, antara lain sebagai berikut. Langkah
pertama, peralatan dan bahan disiapkan. Langkah kedua,bahan
disusun 3 rangkap, dengan susunan besi, kayu, besi.
Kemudian dipanaskan selama 7 menit. Selanjutnya masingmasing ujung besi diukur temperaturnya dengan pirometer,
suhu keempat ujung besi dicatat. Langkah-langkah di atas
dilakukan pula dengan kayu yang berbeda.
Dari data-data temperatur ujung-ujung besi tersebut,
dihitung konduktivitas termal kayu dengan persamaan
dibawah ini.

q=kA

T
L

.............................................................1

No

T1(0C)

1
2
3

T2(0C)

80
72
56

T3(0C)

75
65
55

T4(0C)

35
36
54

32
35
53

Tabel 2 Temperatur Ujung Besi yang Disusun dengan Kayu 1,5 cm

No

T1(0C)

1
2
3

T2(0C)

70
58
51

T3(0C)

60
50
50

T4(0C)

45
35
37

35
34
36

Tabel 3 Temperatur Ujung Besi yang Disusun dengan Kayu 2 cm

No

1
2
3

T1(0C)

T2(0C)

62
57
61

51
54
45

T3(0C)

T4(0C)

35
35
36

34
34
35

B. Perhitungan
Untuk menghitung nilai konduktivitas termal kayu,
digunakan persamaan 1, dengan cara membandingkan q 1, q2,
dan q3. q1 untuk perpindahan panas pada besi paling bawah. q 2
untuk kayu, dan q3 untuk besi paling atas.

q 1=q 2 ..................................................................2

JURNAL FISIKA LABORATORIUM BAHAN

q 2=q 3 ..................................................................3
Dari persamaan 2 dan 3, akan didapatkan nilai
konduktivitas termal kayu. Kemudian kedua nilai
konduktivitas termal kayu itu dibandingkan. Berikut ini hasil
perhitungannya.
Tabel 4 Nilai Perhitungan k untuk Kayu 1 cm
N
o

K1 (J/mK)

K2 (J/mK)

1
2
3

0,0625
0,12069
0,5

0,0375
0,017241
0,5

3
berapa Joule panas yang dipindahkan, cukup dengan
membandingkan dengan bahan yang lain.
Tabel 1-3 menunjukkan hasil pengukuran pada percobaan.
Dari data-data tersebut terlihat perbedaan suhu yang sangat
besar antara T1-T2 dan T3-T4. Perbedaan suhu ini akan
berakibat pada perbedaan nilai konduktivitas termal kayu yang
diteliti. Padahal seharusnya nilai dari perhitungan tersebut
menunjukkan hasil yang sama. Karena berasal dari satu bahan
yang sama.
Hal ini terjadi karena besi paling bawah mengalami
pemanasan paling tinggi. Selanjutnya panas dialirkan pada
kayu yang diketahui sebagai isolator. Dari sini panas tidak
disalurkan secara sempurna ke besi paling atas. Sehingga besi
paling atas suhunya hampir sama dengan suhu ruangan.

Tabel 4 Nilai Perhitungan k untuk Kayu 1,5 cm


N
o

K1 (J/mK)

K2 (J/mK)

1
2
3

0,5
0,4
0,057692

0,5
0,05
0,057692

Tabel 4 Nilai Perhitungan k untuk Kayu 2 cm


N
o

K1 (J/mK)

K2 (J/mK)

1
2
3

0,6875
0,157895
1,777778

0,0625
0,052632
0,111111

Ket: K1 adalah hasil perhitungan k dari persamaan 2,


sedangkan K2 adalah hasil perhitungan k dari persamaan 3.
C. Pembahasan
Hal yang menjadi fokus utama pada percobaan ini adalah
menentukan nilai konduktivitas termal dari kayu. Untuk itu
ada beberapa variabel yang ditentukan tetap. Adapun variabelvariabel tersebut adalah luas penampang, dan waktu
pemanasan bahan. Sedangkan variabel yang diubah-ubah
adalah tinggi kayu.
Untuk mengetahui konduktivitas termal kayu, bahan ini
diberikan perbedaan suhu di antara kedua ujungnya. Hal
tersebut dilakukan dengan cara menempatkan kayu di antara
dua silinder besi, seperti diketahui bahwa besi adalah
konduktor. Ujung silinder besi paling bawah(T1) bersentuhan
langsung dengan elemen pemanas, dari sini panas disalurkan
ke ujung besi yang bersentuhan dengan ujung kayu(T 2).
Selanjutnya panas mengalir ke ujung lain kayu yang
bersentuhan langsung dengan besi atas (T3). Dan ujung besi
paling atas (T4) bersentuhan langsung dengan udara bebas.
Cara seperti ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan
perhitungan. Karena darisini kita tidak perlu menghitung

IV. KESIMPULAN
Dari percobaan ini disimpulkan bahwa faktor internal yang
mempengaruhi laju perpindahan panas yaitu luas permukaan,
tebal, dan koefisien konduktivitas material. Sedangkan faktor
eksternal adalah suhu ruangan, cara pengambilan sampel, dan
waktu pengukuran. Besar nilai konduktivitas rata-rata pada
kayu bagian bawah dengan ketebalan 1 cm adalah 0.12069
J/mK. Sedangkan untuk kayu dengan ketebalan 1,5 cm adalah
0,3192307 J/mK. Dan untuk kayu dengan ketebalan 2 cm
adalah 0,874391 J/mK. Besar nilai konduktivitas rata-rata
pada kayu bagian atas dengan ketebalan 1 cm adalah 0,
1849137 J/mK. Sedangkan untuk kayu dengan ketebalan 1,5
cm adalah 0, 202564 J/mK. Dan untuk kayu dengan ketebalan
2 cm adalah 0.0754143 J/mK.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada asisten Fisika
Laboratorium Bahan yang telah membantu dalam percobaan
ini, baik pada saat sebelum dilaksanakannya percobaan
maupun pada saat pembuatan jurnal. Tidak lupa saya
mengucapkan terima kasih juga kepada teman-teman satu
kelompok dalam percobaan Perpindahan Kalor.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]

Kreith,Frank dan Arko prijono.prinsip-prinsip perpindahan panas.Edisi


ketiga. Erlangga:Jakarta.1997.
Holman,
J.P.,
dan
jasjfi.Perpindahan
Kalor.Edisi
keenam.Erlangga:Jakarta.1997
Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P., Fundamental of Heat and Mass
Transfer, John Wiley & Sons, 2002.
McCabe, Smith dan Harriots, Unit Operations in Chemical
Engineering, Mc Graw Hill,1985.
http://ITB Central Library.com
http://E-Learning USU-inherent/perpindahan panas.html

Anda mungkin juga menyukai