Disusun Oleh :
Novita Lusiana
NIM G4A014079
Pembimbing :
dr. Yulia Fitriani, Sp. M
Latar Belakang
Trakoma adalah suatu penyakit tertua
yang terkenal di dunia sejak dahulu.
Penyakit ini dikenal sebagai penyebab
trikiasis sejak abad ke 27 SM dan
mengenai semua ras.
Dengan 400 juta penduduk dunia yang
terkena, penyakit ini menjadi salah
satu penyakit kronik yang paling
banyak dijumpai.
Latar Belakang
Trakoma yang membutakan terdapat
pada banyak daerah di afrika,
beberapa daerah di asia, diantaranya
suku aborigin di Australia, dan di
brazil utara.
Masyarakat dengan trakoma yang
lebih
ringan
dan
tidak
dapat
membutakan terdapat di daerahdaerah yang sama, dan beberapa
daerah amerika latin serta kepulauan
Definisi
Trakoma merupakan salah satu jenis
penyakit mata yang menular yang
disebabkan oleh Chlamidia trachomatis
serotipe A, B, Ba, atau C yang termasuk
dari konjungtivitis folikular kronik.
Trakoma juga termasuk infeksi mata yang
berlangsung lama yang menyebabkan
inflamasi dan jaringan parut pada
konjungtiva dan kelopak mata serta
kebutaan
Anatomi Konjungtiva
Ket. Gambar :
1. Limbus
2. Konjungtiva bulbi
3. Konjungtiva
forniks
4. Konjungtiva
palpebra
5. Pungtum
lakrimalis
6. Konjungtiva
marginalis
Fisiologi Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa tipis dan
transparan, yang membungkus permukaan anterior dari
bola mata dan permukaan posterior dari palpebra.
Lapisan permukaan konjungtiva, yaitu lapisan epitel
berhubungan dengan epidermis dari palpebra dan
dengan lapisan permukaan dari kornea, yaitu epitel
kornea.
Konjungtiva berperan dalam produksi mukus, yang
penting dalam menjaga stabilitas tear film dan
transparansi kornea.
Konjungtiva juga mampu melindungi permukaan okular
dari patogen, baik sebagai barrier fisik, maupun sebagai
sumber sel-sel inflamasi
Etiologi
Disebabkan
oleh
Chlamydia
trachomatis serotipe A, B, Ba dan C.
Chlamydia adalah gram negatif, yang
berbiak intraseluler.
Patogenesis
Kelainan di kornea dapat berupa epithelial
keratitis, subepithelial keratitis, infiltrate
disertai neovaskularisasi (pannus), ulkus
kornea, sikatriks folikel-folikel di limbus
yang disebut Herberts Pits.
Entropion dan
trikiasis, terjadi akibat
sikatrik konjungtiva yang hebat, dimana
bulu-bulu mata menggores kornea dan
mengakibatkan ulkus kornea, kadangkadang perforasi kornea.
Patogenesis
Infeksi menyebabkan inflamasi, yang
predominan limfositik dan infiltrat
monosit dengan plasma sel dan
makrofag dalam folikel. Selain itu,
terdapat gambaran tipe folikel
dengan pusat germinal dangan
pulau- pulau proliferasi sel B yang
dikelilingi sebukan sel T.
Patogenesis
Infeksi konjungtiva yang rekuren
menyebabkan inflamasi yang lama
yang
menyebabkan
konjungtival
scarring.
Scarring diasosiasikan dengan atropi
epitel konjungtiva, hilangnya sel
goblet, dan pergantian jaringan
normal, longgar dan stroma vaskular
subepitel
dengan
jaringan
ikat
kolagen tipe IV dan V.
Pembagaian Trakoma
Menurut WHO
1. Trakoma Folikuler
Trakoma
dengan
adanya
5
atau
lebih folikel dengan
diameter 0,5 mm
di daerah sentral
konjungtiva tarsal
superior
Bentuk
ini
umumnya
ditemukan
pada
anak-anak, dengan
prevalensi puncak
pada 3-5 tahun
3. Sikatrik Trakoma
Ditandai
dengan
adanya
sikatrik
yang
mudah
terlihat
pada
konjungtiva tarsal.
Memiliki
resiko
trikiasis
ke
depannya, semakin
banyak
sikatrik
semakin
besar
resiko
terjadinya
trikiasis.
4. Trikiasis
Ditandai
dengan
adanya bulu mata
yang mengarah ke
bola mata.
Potensial
untuk
menyebabkan
opasitas kornea
5. Opasitas Kornea
Ditandai
dengan
kekeruhan kornea
yang terlihat di
atas pupil.
Kekeruhan kornea
menandakan
prevalensi
gangguan
visus
atau
kebutaan
akibat trakoma
Gejala Klinis
Banyak infeksinya bersifat asimptomatis.
Tanda awal infeksi yang kurang spesifik adalah
vasodilatasi dari pembuluh darah konjungtiva.
Perubahan spesifik terjadi beberapa minggu setelah
infeksi, yaitu dengan munculnya folikel-folikel pada
konjungtiva forniks, konjungtiva tarsal dan limbus.
Folikel terlihat sebagai massa abu-abu dengan
diameter 0,2-3 mm.
Papil juga dapat terlihat pada fase ini, pada kasus
ringan terlihat titik-titik merah kecil dengan mata
telanjang.
Gejala Klinis
Dengan bantuan slit lamp, papil
terlihat sebagai pembengkakan kecil
konjungtiva, dengan vaskularisasi di
tengahnya.
Ketika
inflamasi
bertambah berat, reaksi papilar pada
konjungtiva
tarsal
diasosiasikan
dengan
penebalan
konjungtiva,
pertambahan vaskularisasipembuluh
tarsal, dan kadang kadang edema
palpebra.
Pemeriksaan Klinik
Ditemukan
folikel-folikel
dan
hipertropi
papiler
pada
tarsus
superior, pannus, Herberts Pits,
entropion-trikiasis,
atau
sikatriks
pada tarsus superior.
Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan dengan pengecatan Giemsa pada
kerokan konjungtiva
Didapatkan sel-sel polimorfonuklear, sel plasma,
sel-sel polimorfonuklear, sel plasma, sel leber
(makrofag yang besar dan berisi debris), sel folikel
(limfoblas), dan juga inklusion bodi pada
sitoplasma sel-sel konjungtiva yang disebut
Halberstaedler Prowasek Inklusion Bodies yang
bersifat basofil berupa granul.
Adanya sel limfoblas merupakan tanda diagnostik
trakoma yang didukung oleh adanya sel leber.
Penatalaksanaan
1. Lokal
. pemberian tetrasiklin 1% salep mata 2-4 kali
sehari minimal 3 bulan.
. Sulfonamide 15% tetes mata ataupun salep mata
diberikan bila ada penyulit.
2. Sistemik
. Pengobatan secara sistemik dengan tetrasiklin 4 x
250 mg sehari selama 3-4 minggu atau
Erithromisin 4 x 250 mg sehari selama 3-4 minggu.
. Azithromycin dosis tunggal untuk dewasa 1 gram
per kali sedangkan anak-anak 20 mg/kgbb/kali.
Komplikasi
Parut di konjungtiva adalah komplikasi yang sering
terjadi pada trakoma, dapat merusak kelenjar lakrimal
aksesorius dan menghilangkan duktus kelenjar lakrimal.
Luka parut itu juga mengubah bentuk palpebra superior
berupa membaliknya bulu mata kedalam (trikiasis) atau
seluruh tepian palpebra (entropion) sehingga bulu mata
terus menerus mengggesek kornea.
Kondisi ini sering mengakibatkan ulserasi kornea, infeksi
bakterial kornea, dan parut kornea.
Ptosis, obstruksi ductus nasolacrimalis, dan
dakriosistitis adalah komplikasi trakoma lainnya yang
sering dijumpai
Prognosis
Trakoma secara karakteristik
merupakan penyakit kronik yang
berlangsung lama.
Dengan kondisi higiene yang baik
(khususnya mencuci muka pada
anak-anak), penyakit ini dapat
sembuh atau bertambah ringan
sehingga komplikasi berat
terhindarkan.
Kesimpulan
1. Trakoma adalah suatu bentuk keratokonjungtivitis
kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Chlamydia trachomatis.
2. Grading trakoma menurut WHO adalah: trakoma
folikular, trakoma inflamasi berat, trakoma sikatrik,
trikiasis, dan opasitas kornea.
3. Azitromisin dan tetrasiklin adalah antibiotik yang
direkomendasikan WHO untuk trakoma.
4. Dengan kondisi higiene yang baik (khususnya
mencuci muka pada anak-anak), penyakit ini dapat
sembuh atau bertambah ringan sehingga komplikasi
berat terhindarkan.
Daftar Pustaka
Ilyas, Sidarta. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Riordan-Eva, P. 2013. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum.
Jakarta: EGC.
Salomon, A. W. dan Martin, J. H. 2014. Mass Treatment With
Single-Dose Azithromycin for Trachoma. N Engl J Med. Vol.
351: 1962-71.
Salomon, A. W. 2012. Diagnosis and Assesment of Trachoma.
Clinical Microbiology Review. Vol. 17: 982-1011.
Taylor, S. H. 2015. Trachoma. http://www.emedicine.com.
Diakses tanggal 29 Maret 2015.
Wijana, Nana. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi Tegal