Anda di halaman 1dari 6

KOGNITIF BAB 1

Fenomenologis merupakan ilmu yang mempelajari proses penyadaran tentang


pengalaman yang di alami, atau tentang fenomena yang tampak, dimana dalam hal ini yaitu
fenomena perilaku manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia akan mengalami suatu pengalaman, dan mungkin
saja akan melihat atau memandang sesuatu yang akan memuculkan sebuah pertanyaan. Manusia
akan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut yang nantinya akan dijelaskan melalui sudut
pandangannya. Dalam hal ini tentu saja dapat dikatakan subyektif.
Dengan membaca sebanyak-banyaknya akan membuat kita memiliki banyak pengetahuan
yang tentunya tidak subyektif.

HAPER BAB 1 - relasi


Manusia merupakan mahluk sosial, dimana manusia akan menjalin sebuah relasi yang
menjadi kebutuhannya. Dorongan untuk melakukan relasi dengan orang lain sangat berpengaruh
dengan tujuan yang ingin dicapai.
Kebutuhan dasar saya dalam menjalin relasi yaitu untuk motivasi berprestasi dan
hubungannya dengan dorongan perilaku sosial. Dimana disini saya berteman dengan yang
menurut saya lebih dalam bidang akademik dan tentunya berprestasi.
Dimana dengan pertemanan itu akan membuat saya lebih termotivasi untuk mencapai
prestasi yang lebih dan bahkan lebih dari teman saya. Hubungannya dengan perilaku sosial, saya
membuat hubungan pertemanan saya lebih dekat dan lebih intens untuk bertemu karena dengan
sering bertemu membuat saya lebih banyak waktu untuk berinteraksi dan mendengarkan
pengalamannya sehingga membuat saya lebih semangat untuk belajar dan dapat melakukannya
lebih baik lagi.
Selain itu, saya juga mengikuti magang di salah satu unit terapan, hal ini saya lakukan
untuk mendapatkan ilmu yang tidak saya dapatkan di kehidupan sehari-hari maupun dalam
perkuliahan. Dimana saya yakin bahwa ilmu ini akan membawa saya pada kehidupan yang lebih
baik dengan memiliki ilmu yang mungkin tidak semua orang tau. Menurut saya berprestasi
sangat diperlukan dalam menjalankan kewajiban sebagai seorang siswa bahkan menjadi seorang
mahasiswa. Hubungannya dengan dorongan perilaku sosial, dengan mengikuti magang di unit
terapan tersebut saya kenal banyak orang pintar, dan saya bisa banyak belajar dari mereka. Saya
bisa lebih banyak berinteraksi dengan mereka dan mendapatkan feedback yang membuat saya
bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Jadi menurut saya bukan hal yang egois/buruk apabila kita menjalin sebuah relasi untuk
mendapatkan ilmu dan untuk menjadi individu yang termotivasi untuk berprestasi karena
menjalin sebuah relasi merupakan kebutuhan setiap individu, hanya saja bagaimana individu
tersebut menilai atau memandang tujuan relasi tersebut.
So, jangan pernah puas akan ilmu yang kamu miliki sekarang, ilmu di luar perkuliahan
juga akan sangat berguna ketika kalian lulus kuliah dan ilmu itu juga akan menuntunmu ke arah
yang lebih baik.

HAPER PERTEMUAN 2 self disclosure


Manusia merupakan mahluk sosial. Dimana manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan
orang lain termasuk dalam menghadapi suatu permasalahan. Terkadang seseorang memerlukan
individu lainnya untuk mendengarkan permasalahannya dan memberi solusi. Self-disclosure
merupakan mengungkapkan kepada orang lain terhadap situasi dan memberikan informasi
tentang diri anda dan masa lalu anda. Dimana Self-disclosure juga merupakan pencitraan yang
sebelumnya tidak diketahui sehingga berbagi pengetahuan dengan orang lain.
Saya merupakan seseorang yang tidak bisa memendam sendiri apabila mempunyai
masalah. Yang saya lakukan yaitu menceritan permasalahan tersebut kepada orang yang saya
percaya yaitu sahabat saya.
Berawal dari berbagi cerita pengalaman satu sama lain, memiliki kesamaan, dan adanya
timbal balik diantara kami secara bertahap membuat saya merubah status teman menjadi
sahabat. Saya selalu menceritakan apa yang terjadi kepada saya baik dan buruk, begitupun
sahabat saya. Kami bercerita tanpa menutupi apapun dan sering kali kami menceritakan
keburukan pada diri sendiri. Tidak hanya permasalahan saat ini, saya juga sering menceritakan
pengalaman masa lalu yang tidak mengenakan. Saya merasa keterbukaan kami, memiliki alasan
dan berbalas. Selain itu, setiap permasalahan yang saya ceritakan kepadanya selalu mendapatkan
feedback yang membuat saya merasa lebih baik. Dengan begitu, memiliki self-disclosure yang
baik membuat saya tidak merasa stres dan kesulitan, memiliki kesadaran diri, membebaskan
tekanan yang ada dalam batin, dan memenuhi kebutuhan saya.
Jadi, tidak ada salahnya jika kita mengungkapkan kepada orang lain mengenai diri
sendiri. Dengan tujuan dari self-disclosure itu sendiri yaitu membangun building trust, sehingga
dengan terbentuknya building trust dengan orang lain, dapat membuat kita memperdalam suatu
hubungan, membebaskan tekanan yang ada dalam batin, menciptakan kesadaran diri dan
memperjelas kesadaran diri, meminimalisir stress dan kesulitan, serta memenuhi kebutuhan.

Presentation skill
Sebagai seorang mahasiswa, presentasi merupakan hal yang biasa dilakukan. Walaupun sering
dilakukan akan tetapi masih ada yang merasa tegang, grogi, dan nervous, sehingga materi
penting kurang tersampaikan. Presentasi merupakan cara membawakan atau menyampaikan
suatu ide/gagasan, usulan kegiatan/proposal, program, laporan, dll, di muka umum atau
sekelompok orang.
Saya merupakan seorang mahasiswa yang setiap mata kuliah terdapat pembagian tugas yang
mengharuskan untuk presentasi. Saya tidak memiliki presentation skill yang baik, karena setiap
presentasi saya merasa grogi dan nervous. Akan tetapi untuk menutupi itu semua saya selalu
bersikap rileks dan tidak tegang, menarik nafas dan mengeluarkan secara perlahan-lahan,
menyadari bahwa audience merupakan manusia seperi saya, memiliki keyakinan akan
kemampuan diri sendiri, dan yang terpenting yaitu menguasai materi. Saat presentai hal yang
terpenting yaitu intonasi suara dan memberi penekanan agar audience mengerti apa yang saya
sampaikan saat presentai, membuat presentai yang menarik dengan memberikan video dan
mematikan ruangan presentasi agar menarik perhatian audience, dan melakukan ice breaking.
Saat presentasi berlangsung, biasaya saya memberikan ruang gerak untuk diri saya agar saya
tidak terlihat grogi, melakukan kontak mata dengan audience dan meyakinkan audience terkait
materi yang saya sampaikan. Terkadang saya juga takut ketika sesi tanya jawab tiba, yang saya
lakukan yaitu tidak menyampaikan pembahasan yang tidak ada bukti dan sumbernya, dan tidak
terlalu sering menggunakan bahasa yang biasa saya gunakan saat presentasi. Sehingga materi
yang tersampaikan memiliki bukti yang cukup kuat dan audience bisa memahami materi yang
saya sampaikan.
Semoga cerita saya di atas dapat membantu pembaca yang memiliki masalah saat presentasi
seperti saya.

Self-image

Verbal dan Non-Verbal

Anda mungkin juga menyukai