disimpulkan,
hipertensi
adalah
peningkatan tekanan darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan.
Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang pada tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di
perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan
pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.
Hipertensi sering dijumpai pada individu diabetes mellitus (DM) dimana
diperkirakan prevalensinya mencapai 50-70%. Modifikasi gaya hidup sangat
penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Merokok
adalah faktor risiko utama untuk mobilitas dan mortalitas Kardiovaskuler.
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan
4
tambahan
aktivitas
vasokonstriksi.
Medulla
adrenal
mengakibatkan
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
G. Klasifikasi
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment
of High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *
Kategori
Sistolik (mmhg)
Diastolik (mmhg)
Normal
< 130
<85
Normal tinggi
130-139
85-89
Hipertensi
Tingkat 1 (ringan)
140-159
90-99
Tingkat 2 (sedang)
160-179
100-109
Tingkat 3 (berat)
180
110
Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila
tekanan sistolik dan diastolik turun dalam kategori yang berbeda, maka
yang dipilih adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata
dari dua kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali
kunjungan atau lebih setelah skrining awal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka
yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka
yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal".
Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg
6
atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
minggu.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan
tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir
setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus
meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis.
Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan (pregnancyinduced hypertension/PIH) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena
hipertensinya reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat
dari kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan
normal volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita sehat,
peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas
vascular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal
ini menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan
darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas
terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar
volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan
darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang
mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita
dan dapat menyebabkan kejang, koma, dan kematian.
H. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi
menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto
(Depkes, 2007) adalah diantaranya :
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient
ischemic attack (TIA).
kalium
serum
(meningkat
menunjukkan
aldosteron
yang
antihipertensi.
Terdapat
banyak
jenis
obat
antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat
diharapkan menghubungi dokter.
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan
cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh
terdapat
gejala
bronkospasme
10
11
12
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum
atau tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi
adalah diabetik)
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ).
Episode kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan
(diplopia, penglihatan kabur).
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,
afek, proses pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan
kekuatan genggaman tangan dan /atau reflex tendon dalam. Perubahanperubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai
berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat,
dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya hipertensi.
7. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang
timbul pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri
ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya. Nyeri abdomen/massa (feokromositoma)
8. Pernafasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea,
dispnea nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi
napas tambahan (krekles/mengi). Sianosis.
9. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral
transien. Hipotensi posturnal.
10. Pembelajaran dan Penyuluhan
13
14
C. Rencana Keperawatan
No
1
Diagnosa Keperawatan
Pola nafas tidak efektif
Tujuan
Setelah diberikan asuhan
Intervensi
1.1. Kaji frekwensi
berhubungan dengan
kedalamam pernafasan
upaya pernafasan
a. RR 16-20 x/mnt
termasuk penggunaan
otot-otot bantu
pleuritik.
nafas
normal
adventisius, spt
:krekels,mengi, gesekan
ronchi
pleural
verbal
tidak
keluhan sesak
oksigen
kontra indikasi
1.4. Kolaborasi pemberian
Rasional
1. Kedalaman dan kecepatan
pernafasan
2.1. Pantau TD, catat adanya 1. Normalnya autoregulasi
15
berhubungan dengan
terus
otak
tekanan
1.
semakin berat.
GCS normal ( 15
)
2.
dan
nadi
yang
mmHg )
( RR 16-20 )
vaskularisasi serebral
lokal/menyebar.
Disritmia lainnya.
TTV normal
fluktuasi TD sistemik.
Kehilangan autoregulasi dapat
batas normal
3.
menerus
2.3. Pantau
pernapasan
meliputi
pola
dan
iramanya
teratur
bandingkan
dan
dengan
keadaan normalnya
2.5. Berikan
hipertensi
obat
anti
16
berhubungan dengan
Peningkatan afterload,
vasokontriksi pembuluh
darah.
vaskular.
tekanan
1. Perbandingan dari tekanan
2. Denyutan karotis
3. Akral hangat
dan perifer
pasien melakukan
aktivitas / keributan
mencerminkan
lingkungan. Batasi
dekompensasi/penurunan curah
jantung.
lamanya tinggal.
3.7 Kolaborasi :
penyakit hipertensi
dan tiazid
18
berhubungan dengan
4.3 Berikan
Mengungkapkan metode
yang
memberikan
pengurangan
2.
Mengikuti
farmakologi
diresepkan
tindakan
nonfarmakologi
untuk
menghilangkan
sakit
misal,
kompres
dingin
2.
Meminimalkan
stimulasi/meningkatkan
relaksasi
3.
3.
(panduan
4.
Menyatakan
imajinasi,
waktu senggang.
nyeri
berkurang
4.4 Minimalkan
aktivitas
Aktivitas yang
meningkatkan vasokontriksi
meningkatkan
sakit
kepala
misalnya,
mengejan
saat
batuk
BAB,
vaskular serebral.
5.
panjang,
membungkuk.
4.6 Kolaborasi :
6.
Menurunkan/mengontrol
Analgesik,Antiansietas
mis,
lorazepam,
diazepam
jantung,
TD, CVP
5.2 Catat
pemasukan
pengeluaran
dan
secara
mengeluarkan urine,
pembatasan cairan berlebih
20
1.
2.
BB stabil
3.
4.
akurat.
selama mengobati
hipovolemia/hipotensi atau
sama
renin-angiotensin.
obat
indikasi (diuretik)
sesuai
21
berhubungan dengan
terhadap aktivitas,
ketidakseimbangan antara
aktivitas yang
diinginkan/diperukan dengan
oksigen
kriteria hasil :
istirahat, peningkatan
1.
cairan
1. Menyebutkan parameter
Intoleransi aktivitas
Melaporkan
peningkatan dalam toleransi
yang berlebihan,
oksigen.
2.
Menunjukkan
penurunan
dalam
tanda-
pingsan
6.2 Instruksikan pasien
tentang teknik
penghematan energi ,
diri.
misalnya menggunakan
menggosok gigi,
melakukan aktivitas
dengan perlahan
melakukan aktivitas
penglihatan berhubungan
keperawatan, diharapkan
optikus
Menyatakan pengelihatan
aktivitas
7.1 Kaji kemampuan melihat
1. Untuk mengidentifikasi
pasien
semakin membaik
2.
mengalami penurunan
3.
pengelihatan
4.
pengelihatan
8.1 Jauhkan dari benda-
1.
Meminimalkan risiko
23
, penglihatan ganda
( diplopia )
kriteria hasil :
1.
cedera
2.
cukup
2.
benda tajam
Tidak
benturan
3.
4.
Meminimalkan terjadinya
Untuk meningkatkan
menjaga keamanan
PK : Gagal Jantung
Nadi 70 80
x/mnt
beraktivitas
9.1 Pantau adanya tanda
1. Pemantauan, penanganan
2.
3.
Sianosis tidak
ada
24
25
D. Implementasi
Implementasi / tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana
26
diukur
b. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
27
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta : EGC
Chung, E.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III,
diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta : EGC
Doenges,M. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Jakarta : EGC
Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit
Kanisius
Marvyn, Leonard. 1995. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet,
Jakarta : Penerbit Arcan
NANDA.2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC.
NANDA, 2007-2008. Diagnosa Nanda (Nic & Noc), Disertai Dengan Discharge
Planning.
Price, S, A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
volume 1. Jakarta ; EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta :EGC
Sobel, Barry J, et all.1999. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi,
Jakarta : Penerbit Hipokrates
Tom, S. 1995. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana
mengatasinya ?, Jakarta : Arcan
Peter.S. 1996. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta :
Arcan.
Tucker, S.M, et all . 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan,
diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta : EGC
28