Anda di halaman 1dari 47

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
3.1

Air
Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan.

Semua makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tak akan ada kehidupan.
Demikian pula manusia tak dapat hidup tanpa air. Kebutuhan air kita
menyangkut dua hal yaitu: pertama air untuk kehidupan kita sebagai
makhluk hayati dan kedua air untuk kehidupan kita sebagai manusia yang
berbudaya.
Tubuh kita sebagian besar terdiri atas air. Proses kimia yang terjadi
dalam tubuh kita, yaitu yang disebut metabolisme, berlangsung dalam
medium air. Molekul air juga ikut dalam banyak reaksi kimia metabolisme.
Air merupakan alat untuk mengangkut zat dari bagian tubuh yang satu ke
bagian lain. Misalnya : darah, yang sebagian besar terdiri atas air,
mengalir ke seluruh bagian tubuh yang satu ke bagian lain. Misalnya
darah, yang sebagian besar terdiri atas air, mengalir ke seluruh bagian
tubuh dan membawa oksigen yang terikat pada sel darah merah ke
semua sel dalam tubuh. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh.
Di samping kebutuhan air untuk kehidupan hayati secara langsung,
air kita perlukan dalam produksi bahan makanan kita. Tanaman padi kita
memerlukan banyak air, produksi ikan di kolam yang kita pelihara,
maupun di perairan alamiah, hanya mungkin dengan adanya air. Industri
kita juga memerlukan air, yaitu dalam segala proses produksi dalam
industri tersebut.
Untuk keperluan industri dan pabrik pada umumnya persyaratan air
bermacam - macam yang disesuaikan dengan tujuan penggunaannya.
Khusus dalam industri, kriteria kualitas air dibedakan sesuai dengan jenis
produk yang dihasilkan. Persyaratan spesifikasi air proses ini tidak mutlak,
tetapi dapat dipakai sebagai pedoman dalam penyediaan air untuk suatu
proses.
Kualitas air ditentukan oleh banyak faktor, yaitu zat yang terlarut,
zat yang tersuspensi, dan makhluk hidup, khususnya jasad renik di dalam
Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan
PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

16

air. Air murni, yang tidak mengandung zat terlarut, tidak baik untuk
kehidupan kita. Sebaliknya zat yang terlarut ada yang bersifat racun.
Apabila zat yang terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup dalam
air membuat kualitas air menjadi tidak sesuai untuk kehidupan kita, air itu
disebut tercemar.
3.1.1 Sumber Air
Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna
atau potensial bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang
pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan.
Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia membutuhkan air tawar.
97% air di bumi adalah air asin, dan hanya 3% berupa air tawar
yang lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier
dan es kutub. Air tawar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di
dalam tanah berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada di atas
permukaan tanah dan di udara.
Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih
terus berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa bagian
di dunia dan populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan
peningkatan

permintaan

kepentingan

global

terhadap

dalam

air

bersih.

mempertahankan

Perhatian
air

untuk

terhadap
pelayanan

ekosistem telah bermunculan, terutama sejak dunia telah kehilangan lebih


dari

setengah

lahan

basah

bersama

dengan

nilai

pelayanan

ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang tinggi biodiversitasnya saat ini


terus berkurang lebih cepat dibandingkan dengan ekosistem laut ataupun
darat.
Sumber sumber air yang terdapat di alam, yaitu :
Air Atmosfer
Air Hujan
Air Laut
Air Permukaan
Air Tanah

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

17

3.1.2 Air Atmosfer


Air atmosfer adalah air yang terdapat dalam lapisan atmosfer di
bumi, air di atmosfer berada dalam bentuk awan. Jenis air ini mempunyai
tingkat kemurnian yang tinggi, namun hingga saat ini belum ditemukan
cara-cara yang murah untuk pengambilan air dari sumber tersebut.
3.1.3 Air Hujan
Air hujan adalah air yang terbentuk dari proses kondensasi
(perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat) uap air di atmosfer
menjadi butiran air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di
daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong
udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau
penambahan uap air ke udara. Butir hujan memiliki ukuran yang beragam
mulai dari yang mirip penekuk (butiran besar), hingga butiran kecilnya.
Air hujan sebenarnya berasal dari penguapan air permukaan bumi
dan

lautan.

Karena

terjadinya

perubahan

suhu,

maka

terjadi

pengembunan dan akhirnya jatuh lagi ke bumi sebagai air hujan. Dalam
lintasan jatuhnya, air hujan mengabsorpsi gas-gas dan uap-uap yang
berada di udara, terutama oksigen, nitrogen, dan karbon dioksida yang
merupakan komponen-komponen utama dari udara. Selain dari itu
partikel-partikel dan bakteri di udara terbawa juga oleh hujan. Air hujan
tidak dapat dipastikan jumlahnya namun demikian jika sumber lain tidak
dapat diadakan maka air hujan dapat dimanfaatkan untuk penggunaan
tertentu. Air hujan disebut juga air suling alam.
3.1.4 Air Laut
Air laut merupakan air permukaan yang banyak mengandung
garam, terutama NaCl, MgCl2, Na2SO4, KCl, dan CaCl2. Kadar garam dari
air laut bervariasi. Pada daerah tropis yang banyak mengandung hujan,
kadar garam lebih rendah dibandingkan dengan daerah subtropis. Karena
banyak penguapan, maka kadar garam di permukaan laut lebih tinggi

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

18

dibandingkan di dasar laut. Perbedaan kadar garam ini menyebabkan


adanya perbedaaan berat, sehingga menyebabkan terjadinya konveksi air
laut yang menimbulkan arus vertikal.
Kadar zat padat terlarut (Total Dissolved Solid) dalam air laut
berkisar antara 30.000 36.000 mg/L, yang unsur unsurnya antara lain :

Gambar 3.1 Kandungan dalam air laut

Tingkat salinitas air laut dan air yang di pengaruhi air laut
dinyatakan dengan kadar (dalam mg/L) zat padat terlarut, ion klorida (Cl -)
atau kadar garam (NaCl). Ditinjau dari salinitasnya, dapat diadakan
penggolongan beberapa jenis air berkadar garam tinggi, yaitu :
1. Air payau yang di jumpai di daerah pedalaman yang mempunyai
kadar garam sekitar 1.000 5.000 mg/L
2. Air dengan salinitas sedang, yang mempunyai kadar 2.000
10.000 mg/L
3. Air dengan salinitas tinggi, yang di jumpai di daerah pantai,
dengan kadar garam sekitar 10.000 30.000 mg/L
4. Air laut dengan kadar garam sekitar 30.000 36.000 mg/L

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

19

3.1.5 Air Permukaan


Yang termasuk air permukaan, misalnya air sungai, air kolam, air
danau dan lain lain, dapat merupakan kumpulan air hujan yang jatuh dan
mengalir di atas permukaan tanah atau campuran antara air permukaan
dan tanah atau air tanah yang mengalir keluar pada permukaan tanah
pada musim kemarau.
Dengan terjadinya erosi oleh aliran permukaan tanah dapat
mengakibatkan terangkutnya zat-zat organik maupun anorganik dalam
partikel bakteri bakteri tanah dan organisme lainnya serta dapat
melarutkan garam garam dan zat lain yang sifatnya larut dalam air.
Zat-zat tersebut akan terbawa oleh aliran sungai dan apabila aliran
sungai tersebut terkumpul dalam suatu danau, maka dapat terjadi
penambahan kandungan jenis zat-zat lain, misalnya algae dan sisa sisa
perombaan yang mengakibatkan rasa, warna, dan bau.
3.1.6 Air Tanah
Air tanah pada umumnya mengandung garam garam terlarut. Jenis
serta kadar garam garam terlarut yang terkandung dalam air tanah sangat
tergantung pada lintasan aliran tanah. Umumnya kadar zat- zat yang
terkandung dalam air tanah lebih tinggi dari pada air permukaan. Hal ini
disebabkan oleh lamanya kontak antara air dan zat zat yang dapat larut
dalam lapisan tanah.
Air tanah mengabsorpsi pula gas gas hasil dekomposisi zat organik
dan gas-gas tersebut berupa CO2, H2S, dan NH3. Air tanah yang mengalir
melalui daerah yang kaya akan zat zat organik yang sifatnya dapat terurai
dapat kehilangan kandungan oksigen terlarutnya karena oksigen tersebut
digunakan mikroorganisme untuk perombakan zat organik. Di antara
sumber-sumber air yang disebutkan di atas, air permukaan dan air tanah
merupakan sumber air yang paling luas penggunaanya sebagai sumber
air untuk berbagai keperluan, baik untuk keperluan industri ataupun
keperluan lainnya.

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

20

3.2
Limbah
3.2.1 Pengertian Limbah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999
Limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha kegiatan
manusia yang mengandung bahan berbahaya dan memiliki sifat dalam
konsentrasi atau jumlah tertentu baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup yang akan
berdampak pada kesehatan dan kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Menurut peraturan pemerintah RI NO.18 tahun 1999 limbah B3
adalah semua bahan/senyawa baik padat, cair ataupun gas yang
mempunya

potensi

merusak

terhadap

kesehatan

manusia

serta

lingkungan akibat sifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut.


Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila setiap bahan sisa
(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity
dan corrosivity). Yang bila di uji dengan toksikologi dapat diketahui
termasuk limbah B3. Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat di
klasifikasikan menjadi :
1. Primary sludge
Limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan
banyak mengandung bio massa senyawa organik yang stabil dan
mudah menguap.
2. Chemicial sludge
Limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi.
3. Excess actived sludge
Limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur

aktif

sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dan


hasil proses tersebut.
4. Digested sludge
Limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobik
maupun anaerobik dimana padatan atau lumpur yang dihasilkan cukup
stabil dan banyak mengandung padatan organik.

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

21

Secara umum, limbah dapat dibedakan menjadi tiga kelompok


berdasarkan wujudnya, yaitu :
1. Limbah padat
Limbah padat atau bisa disebut sampah merupakan limbah yang
terbanyak di lingkungan. Istilah sampah diberikan kepada barangbarang atau bahan-bahan buangan rumah tangga atau pabrik yang
tidak digunakan lagi atau tidak terpakai dalam bentuk padat.
2. Limbah cair
Menurut PP No. 82 Tahun 2001, limbah cair adalah sisa dari suatu hasil
usaha atau kegiatan yang berwujud cair. Jenis-jenis limbah cair dapat
digolongkan berdasarkan sifatnya, yaitu fisika dan sifat agregat,
parameter

logam,

anorganik

nonmetalik,

organik

agregat

dan

mikroorganisme.
3. Limbah gas
Jenis limbah gas yang berada di udara terdiri dari bermacam-macam
senyawa kimia. Misalnya, karbon monoksida (CO), karbon dioksida,
nitrogen oksida, sulfur dioksida, asam klorida (HCl), amonia, metan,
klorin.

3.2.2 Jenis - jenis Limbah


a. Pengelompokan Limbah Berdasarkan Sumbernya :
Limbah domestik (rumah tangga)
Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan
pemukiman penduduk (rumah tangga) dan kegiatan usaha
seperti pasar, restoran, dan gedung perkantoran.
Limbah industri
Limbah industri merupakan sisa atau buangan dari hasil proses
industri.
Limbah pertanian
Limbah pertanian berasal dari daerah atau kegiatan pertanian
maupun perkebunan.
Limbah pertambangan

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

22

Limbah pertambangan berasal dari kegiatan pertambangan.


Jenis limbah yang dihasilkan terutama berupa material tambang,
seperti logam dan batuan.
Limbah pariwisata
Kegiatan wisata menimbulkan limbah yang berasal dari sarana
transportasi yang membuang limbahnya ke udara, dan adanya
tumpahan minyak dan oli yang dibuang oleh kapal atau perahu
motor di daerah wisata bahari.
Limbah medis
Limbah yang berasal dari dunia kesehatan atau limbah medis
mirip dengan sampah domestik pada umumnya. Obat-obatan
dan beberapa zat kimia adalah contoh limbah medis.
b. Pengelompokan Limbah Berdasarkan Jenis Senyawanya :
Limbah organik
Limbah organik merupakan limbah yang berasal dari makhluk
hidup (alami) dan sifatnya mudah membusuk/terurai.
Limbah anorganik
Limbah anorganik merupakan segala jenis limbah yang tidak
dapat atau sulit terurai/busuk secara alami oleh mikroorganisme
pengurai.
c. Pengelompokan Limbab Berdasarkan sifat senyawanya :
Limbah mudah meledak
Limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan.
Limbah mudah terbakar
Limbah yang apabila berdekatan dengan api, percikan api,
gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau
terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam
waktu yang lama
Limbah reaktif
Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak
stabil pada suhu tinggi.

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

23

Limbah beracun
Limbah yang mengandung racun berbahaya bagi kesehatan
manusia dan lingkungan sekitar. Limbah B3 dapat menimbulkan
kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan, kulit atau mulut.
Limbah yang menyebabkan infeksi
Limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang
mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia
yang di amputasi dan cairan tubuh manusia yang terinfeksi.
Limbah yang bersifat korosif
Limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan
baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah
yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat
basa.
3.2.3 Ciri ciri Air Limbah
Secara umum sifat air limbah cair domestik terbagi atas tiga
karakteristik, yaitu :
3.2.3.1 Karakteristik Fisik
1. Padatan (solid)
Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang
dapat larut, mengendap atau tersuspensi. Bahan ini pada
akhirnya akan mengendap didasar air sehingga menimbulkan
pendangkalan pada dasar badan air penerima.
2. Bau (odor)
Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganisme yang
menguraikan zat-zat organik yang menghasilkan gas-gas
tertentu juga karena adanya reaksi kimia yang menimbulkan gas.
Standar bau dinyatakan dalam bilangan ambang bau (Threshold
Odor Number) yang menunjukkan pengenceran maksimum
daricontoh air (limbah) hingga dihasilkan campuran yang tidak
berbau lagi.
3. Warna (color)
Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan
PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

24

Warna dibedakan menjadi true color dan apparent color. Warna


yang bisa diukur adalah true color, yaitu warna yang disebabkan
oleh buangan terlarut pada air limbah tersebut. Sedangkan
apparent color disebabkan oleh warna-warna bahan yang
terlarut maupun yang tersuspensi. Secara kualitatif, keadaan
limbah dapat ditandai warna-warnanya. Air buangan yang baru di
buang biasanya berwarna keabu-abuan. Jika senyawa organik
yang ada mulai pecah oleh aktivitas bakteri dan adanya oksigen
terlarut direduksi menjadi nol, maka warna biasanya berubah
menjadi semakin gelap. Standar warna sebagai perbandingan
untuk contoh air adalah standar Pt-Co, dan satuan warna yang
digunakan adalah satuan Hazen. Untuk air minum warnanya
tidak boleh lebih dari 50 satuan Hazen.
4. Temperatur
Temperatur air limbah mempengaruhi badan penerima jika
terdapat

temperatur

yang

cukup

besar.

Hal

ini

akan

mempengaruhi kecepatan reaksi serta tata kehidupan dalam air.


Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimiawi dan biologi.
5. Kekeruhan (turbidity)
Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang akan membatasi
pencahayaan ke dalam air. Kekeruhan terjadi karena adanya
zat-zat koloid yang melayang dan zat-zat yang terurai menjadi
ukuran yang lebih (tersuspensi) oleh binatang , zat-zat organik,
jasad renik, lumpur, tanah, tanah, dan benda-benda lain yang
melayang.
3.2.3.2 Karakteristik kimia
1. BOD (Biologycal Oxygen Demand)
Biological Oxygen Demand (BOD) Pengujian BOD adalah
pengujian yang paling umum digunakan dalam pengolahan air
limbah. Jika terdapat oksigen dalam jumlah yang cukup maka

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

25

pembusukan biologis secara aerobik dari limbah organik akan terus


berlangsung sampai semua limbah terkonsumsi. Air limbah menjadi
produk akhir sel-sel baru serta bahan-bahan organik stabil dan
hasil akhir lainnya.
2. DO (Dessolved Oxygen)
Kelarutan oksigen (O2) dalam air sangat di pengaruhi oleh
temperatur, tekanan udara dan gerak dari air (turbulensi). Oksigen
yang terlarut dalam air ini sangat diperlukan untuk kehidupan
tumbuh-tumbuhan dan hewan air. Kadar oksigen dalam air juga
tergantung kepada bersih atau kotornya air itu. Oleh karena itu
oksigen juga sering di pakai sebagai parameter untuk menentukan
tingkatan pencemaran air, khususnya air limbah.Untuk keperluan
air minum dan kehidupan aquatik, makin tinggi kadar oksigen
makin baik tetapi untuk keperluan secara teknik (misalnya untuk
pengisisan ketel) kadar oksigen yang terlalu tinggi tidak di
kehendaki.
3. COD (Chemicial Oxygen Demand)
COD adalah jumlah oksigen (mg O 2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu liter sampel air,
dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat
organik yang secara alamiah dapat di oksidasikan melalui proses
mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
didalam air.
Analisa

COD

berbeda

dengan

analisa

BOD

namun

perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dapat di


tetapkan. Pada tabel dibawah ini tercantum perbandingan angka
tersebut untuk beberapa jenis air.
Jenis Air

BOD/COD

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

26

Air buangan domestik (penduduk)

0,40-0,60

Air buangan domestik setelah

0,60

pengendapan primer
Air buangan domestik setelah

0,20

pengolahan secara biologis


Air sungai

0,10
Tabel 3.1 Perbandingan rata-rata angka BOD/COD

Angka perbandingan yang lebih rendah dari yang seharusnya,


misalnya untuk air buangan penduduk (domestik) < 0,20,
menunjukan

adanya

zat-

zat

yang

bersifat

racun

bagi

mikroorganisme. Tidak semua zat-zat organik dalam air buangan


maupun air permukaan dapat di oksidasikan melalui tes COD atau
BOD.
Tabel dibawah ini menunjukan jenis zat organik/anorganik yang
tidak dapat atau dapat dioksidasikan melalui tes COD dan BOD.
Dapat dioksidasikan
Jenis zat organik/anorganik
Zat organik yang Biodegradable a):

melalui tes
COD
BOD
X
X

(protein, gula, dan sebagainya)


Selulosa dan sebagainya

N-Organik yang Biodegradable:

Xb)

Xc)

(protein, dan sebagainya)


N-Organik yang Biodegradable: NO2
-, Fe2+, S2-, Mn3+
NH4 bebas (nitrifikasi)
Hidrokarbon aromatik dan rantai

Tabel 3.2 Jenis zat organik/ anorganik yang tidak dapat atau dapat di
oksidasikan melalui tes COD dan BOD.

Keterangan :
a) Biodegradable : dapat dicerna atau diuraikan

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

27

b) Mulai setelah 4 hari, dapat dicegah dengan pembubuhan


inhibitor
c) Dapat dioksidasikan karena adanya katalisator Ag 2SO4

3.2.4 Sumber Air Limbah


Berdasarkan komposisinya air limbah mengandung berbagai
macam bahan atau zat-zat yang dapat mengganggu dan membahayakan
lingkungan dan kehidupan manusia. Kandungan zat-zat berbahaya yang
terdapat dalam air limbah tersebut tergantung dari sumber air limbah itu
sendiri. Beberapa sumber air limbah antara lain :
1. Air limbah rumah tangga
Sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat adalah
berasal dari perumahan dan daerah perdagangan. Adapun sumber
lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah daerah perkantoran atau
lembaga serta daerah fasilitas rekreasi. Untuk daerah-daerah tertentu
banyaknya air limbah diukur secara langsung.
2. Air limbah industri
Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi
tergantung dari jenis dan besar-kecilnya industri, pengawasan pada
proses industri, derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah
yang ada. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh
industri yang tidak menggunakan proses basah diperkirakan sekitar
50m3/Ha/hari. Sebagai patokan dapat dipergunakan pertimbangan bahwa
85-95% dari jumlah air yang dipergunakan adalah berupa air limbah
apabila industri tersebut tidak menggunakan kembali air limbah. Apabila
industri tersebut memanfaatkan kembali air limbahnya, maka jumlahnya
lebih kecil.
3. Air limbah rembesan dan tambahan
Apabila turun hujan di suatu daerah, maka air yang turun secara
cepat akan mengalir masuk ke dalam saluran pengering atau saluran air
hujan. Apabila saluran ini tidak mau menampungnya, maka limpahan air
hujan akan digabung dengan saluran air limbah, dengan demikian akan
merupakan tambahan yang sangat besar. Oleh karena itu, perlu diketahui

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

28

curah hujan yang ada sehingga banyaknya air yang akan ditampung
melalui saluran air hujan atau saluran pengering dan saluran air limbah
dapat diperhitungkan.
Selain air yang masuk melalui limpahan, maka terdapat air hujan
yang menguap, diserap oleh tumbuh-tumbuhan dan ada pula yang
merembes ke dalam tanah. Air yang merembes ini akan masuk ke dalam
tanah yang akhirnya menjadi air tanah. Apabila permukaan air tanah
bertemu dengan saluran air limbah, maka bukanlah tidak mungkin terjadi
penyusupan air tanah tersebut ke saluran air limbah melalui sambungansambungan pipa atau melalui celah-celah yang ada karena rusaknya pipa
saluran.
3.2.5 Dampak Limbah Bagi Kesehatan dan Lingkungan
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia,

sehingga

limbah.penanganan

perlu
limbah

dilakukan
ini

tentunya

penanganan
tidak

hanya

terhadap
sekedar

mengolahnya/ mendaur ulangnya langsung tanpa memperhatikan jenis


limbah dan cara penangannanya klarena dari setiap limbah yang ada
mempunyai cirri berbeda terhadap dampak yang ditimbulkannya. Berikut
adalah dampak limbah dalam beberapa sektor :
1. Limbah Industri Pangan
Sektor Industri/usaha kecil pangan yang mencemari lingkungan
antara lain ; tahu, tempe, tapioka dan pengolahan ikan (industri
hasil laut). Limbah usaha kecil pangan dapat menimbulkan
masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah
besar karbohidrat, protein, lemak , garam-garam, mineral, dan sisa
sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan
pembersihan. Sebagai contohnya limbah industri tahu, tempe,
tapioka industri hasil laut dan industri pangan lainnya, dapat
menimbulkan bau yang menyengat dan polusi berat pada air bila
pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat. Air buangan
(efluent) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

29

Biological Oxygen Demand ( BOD) tinggi dan mengandung polutan


seperti tanah, larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila
efluent dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu
seluruh keseimbangan ekologi dan bahkan dapat menyebabkan
kematian ikan dan biota perairan lainnya.
2. Limbah Industri Kimia & Bahan Bangunan
Industri kimia seperti alkohol dalam proses pembuatannya
membutuhkan air sangat besar, mengeakibatkan pula besarnya
limbah

cair

yang

dikeluarkan

kelingkungan

sekitarnya.

Air

limbahnya bersifat mencemari karena didalamnya terkandung


mikroorganisme, senyawa organik dan anorganik baik terlarut
maupun tersuspensi serta senyawa tambahan yang terbentuk
selama proses permentasi berlangsung. Industri ini mempunyai
limbah cair selain dari proses produksinya juga, air sisa pencucian
peralatan, limbah padat berupa onggokan hasil perasan, endapan
CaSO4, gas berupa uap alkohol. kategori limbah industri ini adalah
llimbah bahan beracun berbahaya (B3) yang mencemari air dan
udara. Gangguan terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan efek
bahan kimia toksik :
a. Keracunan yang akut, yakni keracunan akibat masuknya
dosis tertentu kedalam tubuh melalui mulut, kulit, pernafasan
dan akibatnya dapat dilihat dengan segera, misalnya
keracunan H2S, CO dalam dosis tinggi. Dapat menimbulkan
lemas dan kematian. Keracunan Fenol dapat menimbulkan
sakit perut dan sebagainya.
b. Keracunan kronis, sebagai akibat masuknya zat-zat toksik
ke dalam tubuh dalam dosis yang kecil tetapi terus menerus
dan berakumulasi dalam tubuh, sehingga efeknya baru
terasa dalam jangka panjang misalnya keracunan timbal,
arsen, raksa, asbes dan sebagainya.

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

30

3. Limbah Industri Sandang Kulit & Aneka


Sektor sandang dan kulit seperti pencucian batik, batik printing,
penyamakan kuit dapat mengakibatkan pencemaran karena dalam
proses pencucian memerlukan air sebagai mediumnya dalam
jumlah yang besar. Proses ini menimbulkan air buangan (bekas
Proses) yang besar pula, dimana air buangan mengandung sisasisa warna, BOD tinggi, kadar minyak tinggi dan beracun
(mengandung limbah B3 yang tinggi).
4. Limbah Industri Logam & Ekektronika
Bahan buangan yang dihasilkan dari industri besi baja seperti
mesin

bubut,

cor

logam

dapat

menimbulkan

pemcemaran

lingkungan. Sebagian besar bahan pencemarannya berupa debu,


asap dan gas yang mengotori udarasekitarnya. Selain pencemaran
udara oleh bahan buangan, kebisingan yang ditimbulkan mesin
dalam industri baja (logam) mengganggu ketenangan sekitarnya.
kadar bahan pencemar yang tinggi dan tingkat kebisingan yang
berlebihan dapat mengganggu kesehatan manusia baik yang
bekerja dalam pabrik maupun masyarakat sekitar. Walaupun
industri baja/logam tidak menggunakan larutan kimia, tetapi industri
ini memcemari air karena buanganya dapat mengandung minyak
pelumas dan asam-asam yang berasal dari proses pickling
untukmembersihkan bahan plat, sedangkan bahan buangan padat
dapat dimanfaatkan kembali. Bahaya dari bahan-bahan pencemar
yang mungkin dihasilkan dari proses- proses dalam industri besibaja/logam terhadap kesehatan yaitu :
Debu, dapat menyebabkan iritasi, sesak nafas
Kebisingan, mengganggu pendengaran, menyempitkan
pembuluh

darah,

ketegangan

otot,

menurunya

kewaspadaan, kosentrasi pemikiran dan efisiensi kerja.


Karbon Monoksida (CO), dapat menyebabkan gangguan
serius, yang diawali dengan napas pendek dan sakit kepala,
berat,

pusing-pusing

pikiran

kacau

dan

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

melemahkan

31

penglihatan dan pendengaran. Bila keracunan berat, dapat

mengakibatkan pingsan yang bisa diikuti dengan kematian.


Karbon Dioksida (CO2), dapat mengakibatkan sesak nafas,
kemudian sakit kepala, pusing-pusing, nafas pendek, otot

lemah, mengantuk dan telinganya berdenging.


Belerang Dioksida (SO2), pada konsentrasi 6-12 ppm dapat
menyebabkan

iritasi

pada

hidung

dan

tenggorokan,

peradangan lensa mata (pada konsentrasi 20 ppm),

pembengkakan paru-paru/celah suara.


Minyak pelumas, buangan dapat menghambat proses
oksidasi biologi dari sistem lingkungan, bila bahan pencemar

dialirkan keseungai, kolam atau sawah dan sebagainya.


Asap, dapat mengganggu pernafasan, menghalangi
pandangan, dan bila tercampur dengan gas CO 2, SO2, maka
akan memberikan pengaruh yang nenbahayakan seperti
yang telah diuraikan diatas.
Berbagai pabrik industri dianatara bahan bakunya banyak
mempergunakan zat-zat kimia organik maupun anorganik.
Sebagai hasil pengolahannya selai menghasilkan produkproduk yang berguna bagi kehidupan manusia, juga fakta
menunjukkan bahwa limbah-limbah negatif bagi kesehatan
manusia dan kelestarian lingkungannya.
Diantara efek limbah berbahaya terhadap kesehatan manusia
adalah karena sifat toksik bahan yang dikandung dalam limbah
tersebut. Berbagai jenis penyakit yang dapat terjadi karena limbah
berbahaya adalah; penyakit pneumoniosis, silicosis, byssinosis,
siderosis, talkosis dan berbagai jenis keracunan lainnya. Penyakitpenyakit yang ditimbulkan dari limbah berbahaya dapat bersifat
akut dan kronis. Terutama limbah berbahaya toksis, dimana proses
reaksinya sangat kompleks.

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

32

Secara umum rantai reaksi menimbulkan efek terhadap kesehatan


manusia dapat di bagi dalam tiga face, yaitu: (1) face paparan atau
eksposisi, (2) face tokso-kenetik, dan (3) face tokso dinamik.
Face paparan dapat terjadi secara oral, melalui

saluran

pencemaran, atau melalui kulit. Pada face tokso-kinetik ada dua proses
yang memainkan peranan penting, yaitu;
1. Transpor yang meliputi absorbsi yang disebut, dan ekskresi.
2. Perubahan metabolik yang disebut juga botransformasi yang
sering menyebabkan ketidakaktifan zat yang diserap. namun
perubahan biokimiawi dalam organisme dapat mengakibatkan juga
pembentukan senyawa aktif dan dengan demikian mengakibatkan
bioaktivasi.
Face tokso-dinamik meliputi interaksi antara molekul zat aktif atau
zat racun dan tempat kerja spesifik, yaitu reseptor. Interaksi ini
menghasilkan induksi suatu stimulus (rangsangan) yang dimulai dari
proses biokimia dan biofisika dan akhirnya menyebabkan efek bagi
kesehatan manusia.
3.2.6 Pengolahan Air Limbah
Baku mutu lingkungan adalah ambang batas atau batas kadar
maksimum suatu zat atau komponen yang diperbolehkan berada di
lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif. Baku mutu
lingkungan mencakup baku mutu limbah padat, baku mutu air laut, baku
mutu emisi, baku mutu limbah cair, dan baku mutu air pada sumber air.
Secara praktis semua air limbah mungkin sekali akan menemukan
jalannya menuju aliran air yang terdekat, perairan-perairan di atas
permukaan tanah yang lain ataupun di dalam tanah. Meskipun apabila
tempat pembuangannya berada di atas tanah. Meskipun apabila tempat
pembuangannya berada di atas permukaan tanah. Ia dapat saja tetap
mencapai mata air (water table) di dalam tanah. Apabila zat-zat pencemar
tidak diperbolehkan mengganggu kebersihan aliran-aliran, danau-danau ,
sungai, kuala-kuala air pasang surut atau perairan di tepi pantai, mereka
harus dibuang dari air yang mengangkutnya atau dirobah bentuknya
Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan
PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

33

secara memadai. Pembuangan zat-zat pencemar ini atau perobahan


bentuknya ke dalam keadaan yang tidak berbahaya merupakan fungsi
proses sarana pembenahan air limbah. Tingkat pembenahan yang akan
diberikan tergantung pada sifat dan volume relatif aliran-daerah
penampung dan pada penggunaan-penggunaannya di mana air-air
demikian dimanfaatkan untuk perekonomian air di daerah tersebut.
Limbah baru mungkin saja dan selalu dibuang ke dalam aliran aliran air
besar, danau dan perairan pasang surut sedangkan terdapat banyak
daerah yang menerima limbah yang belum dibenahi untuk irigasi. Namun
cara pembuangan demikian, hanyalah dapat dilaksanakan secara
memuaskan pada keadaan-keadaan yang menguntungkan dan itupun
setelah dengan hati-hati mengikuti kaidah-kaidah yang mengatur metodemetode ini.
Pembuangan dan perubahan bentuk bahan-bahan pencemar
dilaksanakan dengan cara-cara yang berbeda-beda. Berbicara secara
luas, sudah cukuplah membenahi limbah hingga suatu tingkat yang akan
mencegahnya menjadi suatu kesulitan. Tingkat pembenahan yang tinggi
akan mencakup pembuangan benda-benda padat, oksidasi bahan yang
mengandung karbon menjadi karbondioksida, dan nitrifikasi, yaitu oksidasi
amoniak yang disarikan dari pemecahan zat-zat yang bersifat nitrogen
organik menjadi nitrit dan nitrat.
Sangat penting sekali untuk menyadari bahwa pembenahan air-air
sampah kebanyakan

hanya

menghasilkan pembuangan sebagian-

sebagian atau perubahan bentuk bahan-bahan pencemar. Malahan


setelah dilakukannya pembenahan demikian, air-air yang sudah agak
dimurnikan

itu

tetap

saja

dibuang

dengan

cara

pelarutan

atau

pembuangan dan akhirnya oleh assimilasi lingkungan sekelilingnya. Aspek


pembuangan

ini

perlu

ditekankan,

oleh

karena

banyak

instalasi

pembenahan yang mahal telah didirikan tanpa menghiraukan metode


pembuangan yang mutakhir. Pembenahan dan pembuangan akhir
haruslah selalu dianggap sebagai suatu rencana yang terpadu sedangkan

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

34

tingkat pembenahan harus dihubungkan dengan cara pembuangan


sarana-aliran.
Proses pembenahan limbah yang

paling

umum mencakup

pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :


1. Penyaringan
2. Pembuangan pasir
3. Pembuangan minyak dan pelumas
4. Sedimentasi zat-zat oraganik dan zat mineral yang terurai halus
5. Peredaran udara dan oksidasi
6. Penyelesaian akhir.
Penghilangan bau dan pemberantasan kuman atau sterilisasi
dilaksanakan pada kasus-kasus yang langka.
Hampir semua proses, khususnya proses-proses yang tergantung
pada peralatan mekanis atau pembenahan kimiawi, meningkatkan
penempatan endapan lumpur yang harus dibenahi dan dibuang secara
terpisah. Proses-proses yang berlain-lain itu secara kasar dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pengolahan secara mekanis yang terdiri dari penyaringan,
pengambilan buihnya, pengambangan dan sedimentasi.
2. Pembenahan secara kimiawi meliputi pengentalan, penghilangan
bau dan sterilisasi (mematihamakan).
3. Pembenahan secara biologis yang tergantung pada aktivitas
sekelompok organisme baik yang hidup dalam lingkungan alamiah
mereka seperti pada batang-batang air atau lapisan tanah atau
dalam lingkungan yang diciptakan secara buatan seperti dalam
saringan-antara, tangki septik atau tangki-tangki imhoff, instalasi
pembenahan

lumpur

atau

saringan-saringan

kecil/halus.

(bersusun).
Secara umum penanganan air limbah dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Pengolahan air limbah awal/Pendahuluan
(Preliminary Treatment) Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha
untuk melindungi alat-alat yang ada pada instalasi pengolahan air
limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan, penghancuran, atau
pemisahan air dari partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

35

pengolahan air limbah. Partikel-partikel yang dimaksudkan seperti


pasir, kayu, sampah, plastik, dan lain-lain.
2. Pengolahan air limbah Primer
(Primary Treatment) Tujuan pengolahan air limbah yang dilakukan
pada tahap ini adalah untuk menghilangkan partikel-partikel padat
organik dan an-organik melalui proses fisika, yaitu proses
sedimentasi dan proses flotasi. Sehingga partikel padat akan
mengendap (disebut sludge), sedangkan partikel lemak dan minyak
akan berada di atas/permukaan (disebut grease).
3. Pengolahan air limbah Sekunder
(Secondary Treatment) Pada tahap ini air
mikroorganisme

dengan

tujuan

untuk

limbah

menghancurkan

diberi
atau

menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah.


Tiga jenis pendekatan yang umum digunakan pada tahap ini adalah
fixed film, suspended film, dan lagoon system.
4. Pengolahan air limbah akhir
(Final Treatment) Fokus dari pengolahan air limbah akhir ini adalah
untuk menghilangkan organisme penyebab penyakit yang ada pada
air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan klorin
(disinfektan) atau dengan menggunakan sinar ultraviolet.
5. Pengolahan air limbah Lanjutan
(Advanced Treatment) Pengolahan air limbah lanjutan diperlukan
untuk membuat komposisi air limbah sesuai dengan yang
diinginkan. Misalnya, untuk menghilangkan kandungan fosfor
ataupun amonia dari air limbah. Yaitu dengan menambahkan
pengental (Thickener), Sludge Digester, dan Drying Bed.Pada
dasarnya ada dua alternatif dalam penanganan air limbah, yaitu
membawa limbah cair ke pusat pengolahan limbah atau memiliki
sendiri Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Air limbah sebelum
dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan terlebih
dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang
efektif diperlukan rencana pengolahan yang baik. Adapun tujuan
dari pengelolaan air limbah itu sendiri, di antaranya mencegah

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

36

pencemaran pada sumber air rumah tangga, melindungi hewan dan


tanaman yang hidup dalam air, menghindari pencemaran tanah
permukaan, dan menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit
dan faktor penyakit. Proses pencegahan terjadinya pencemaran
lebih baik daripada proses penanggulangan terhadap pencemaran
yang telah terjadi.

Gambar 3.2 Contoh Proses pengolahan air limbah

3.2.7 Posfat (PO43-)


Dalam kimia, ortofosfat (bahasa Inggris: orthophosphate, inorganic
phosphate, Pi) atau sering disebut gugus fosfat adalah sebuah ion
poliatomik atau radikal terdiri dari satu atom fosforus dan empat oksigen.
Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan
PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

37

Dama bentuk ionik, dia membawa sebuah -3 muatan formal, dan


dinotasikan PO43-.
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen
dengan kandungan fosfor ekonortmis. Biasanya, kandungan fosfor
dinyatakan sebagai bone phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of
lime (TPL), atau berdasarkan kandungan P 2O5. Fosfat apatit termasuk
fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral
apatit (Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma.
Kadang kadang, endapan fosfat berasosiasi dengan batuan beku alkali
kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit.
Fosfat komersil dari mineral apatit adalah kalsium fluo-fosfat dan
kloro-fosfat dan sebagian kecil wavellite, (fosfat aluminium hidros).Sumber
lain dalam jumlah sedikit berasal dari jenis slag, guano, crandallite
[CaAl3(PO4)2(OH)5.H2O], dan millisite (Na,K).CaAl6(PO4)4(OH)9.3H2O. Sifat
yang dimiliki adalah warna putih atau putih kehijauan, hijau, berat jenis
2,81-3,23 dan kekerasan 5 H.
Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak
larut dalam air, tetapi dapat diolah untuk memperoleh produk fosfat
dengan menambahkan asam.
Fosfat dipasarkan dengan berbagai kandungan P 2O5, antara
4-42 %. Sementara itu, tingkat uji pupuk fosfat ditentukan oleh jumlah
kandungan N (nitrogen), P (fosfat atau P 2O5), dan K (potas cair atau K2O).
Fosfat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena
tidak larut dalam air sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan.
Fosfat untuk pupuk tanaman pangan perlu diolah menjadi pupuk buatan.
Di Indonesia, jumlah cadangan yang telah diselidiki adalah 2,5 juta
ton endapan guano (kadar P2O5= 0,17-43 %). Keterdapatannya di Provinsi
Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah dan NTT, sedangkan tempat lainnya adalah Sumatera Utara,
Kalimantan, dan Irian Jaya.

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

38

Fosfat berada dalam air limbah dalam bentuk organik. Sebagai


ortophosfat anorganik atau sebagai fosfat-fosfat kompleks. Fosfat
kompleks mewakili kira-kira separuh dari fosfat air limbah perkotaan dan
berasal dari penggunaan bahan-bahan detergen sintetis. Fosfat kompleks
mengalami

hidrolisa

selama

pengolahan

biologis

menjadi

bentuk

ortofosfat (PO43-).Dari konsentrasi rata-rata fosfor keseluruhan sebanyak


10 mg/l berada dalam air limbah.
Bentuk-bentuk penting fosfat dalam air limbah adalah pospor
organik, polyphosfat dan orthophospat. Polyfosfat banyak digunakan
dalam pembuatan detergen sintetis. Komponen fosfat dipergunakan untuk
membuat sabun sebagai pembentuk buih. Dan adanya fosfat dalam air
limbah dapat menghambat penguraian pada proses biologis.
Bermacam-macam jenis fosfat juga dipakai untuk penngolahan anti
karat dan anti kerak pada pemanas air (boiler). Pembuangan limbah yang
banyak mengandung fosfat ke dalam badan air dapat menyebabkan
pertumbuhan

lumut dan

eutrophication

sehingga

mikroalgae
air

menjadi

yang

berlebih

keruh

dan

yang

disebut

berbau

karena

pembusukan lumut-lumut yang mati. Pada keadaan eutrotop tanaman


dapat menghabiskan oksigen dalam sungai atau pada malam hari atau
bila tanaman tersebut mati dan dalam keadaan sedang mencerna (digest)
dan pada siang hari pancaran sinar matahari ke dalam air akan
berkurang, sehingga proses fotosintesis yang dapat menghasilkan
oksigen juga berkurang.
3.2.7.1 Dampak Posfat Bagi Lingkungan dan Kesehatan
Fosfat tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan
salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tapi,
keberadaan fosfat yang berlebihan pada badan air menyebabkan suatu
fenomena yang disebut eutrofikasi (pengkayaan nutrien). Sejatinya,
eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau mengalami
penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya
Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan
PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

39

biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi


eutrofik. Proses alamiah ini, oleh manusia dengan segala aktivitas
modernnya, secara tidak disadari dipercepat menjadi dalam hitungan
beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun saja.
Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam
air berada dalam rentang 35-100 g/L. Kondisi eutrofik sangat
memungkinkan alga, tumbuhan air berukuran mikro untuk tumbuh
berkembang biak dengan pesat. Hal ini bisa dikenali dengan warna air
yang menjadi kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhannya yang
menjadi semakin meningkat. Banyaknya eceng gondok yang bertebaran
di rawa-rawa dan danau-danau juga disebabkan fosfat yang sangat
berlebihan ini. Tanaman dapat menghabiskan oksigen dalam sungai pada
malam hari ini, bila tanaman tersebut mati dan dalam keadaan sedang
mencerna (digest) pada siang hari pancaran sinar matahari kedalam air
akan berkurang, sehingga prosesfotosintesis yang dapat menghasilkan
oksigen juga berkurang.
Makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa
tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan
lainnya dalam mata rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya
keseimbangan ekosistem air. Permasalahan lainnya, cyanobacteria (bluegreen algae) diketahui mengandung toksin sehingga membawa risiko
kesehatan bagi manusia dan hewan. Alga bloom juga menyebabkan
hilangnya

nilai

konservasi,

estetika, rekreasional,

dan

pariwisata.

Sehingga dibutuhkan biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk
mengatasinya.

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

40

Gambar 3.3 Proses Eutrofikasi

Masalah eutrofikasi baru disadari pada dekade awal abad ke-20


saat alga banyak tumbuh di danau-danau danekosistemair lainnya.
Problem ini disinyalir akibat langsung dari aliran limbah domestik. Melalui
penelitian jangka panjang pada berbagai danau kecil dan besar, para
peneliti akhirnya bisa menyimpulkan bahwa fosfor merupakan elemen
kunci diantara nutrient utama tanaman yaitu karbon (C), nitrogen (N), dan
fosfor (P) di dalam proses eutrofikasi. Sebuah percobaan berskala besar
yang pernah dilakukan pada tahun1968 terhadap.
Danau Erie (ELA Lake 226) di Amerika Serikat membuktikan
bahwa bagian danau yang hanya ditambahkan karbon dan nitrogen tidak
mengalami fenomena algal bloom selama delapan tahun pengamatan.
Sebaliknya, bagian danau lainnya yang ditambahkan fosfor (dalam bentuk

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

41

senyawa fosfat) di samping karbon dan nitrogen terbukti nyata mengalami


algae bloom.
Sebagai implementasinya, lahirlah peraturan perundangan yang
mengatur pembatasan penggunaan fosfat, pembuangan limbah fosfat dari
rumah tangga dan permukiman. Upaya untuk menyubstitusi pemakaian
fosfat dalam detergen juga menjadi bagian dari program tersebut.

3.3

Verifikasi Metode
Verifikasi metode merupakan upaya untuk mendapatkan dan

mendokumentasikan bukti yang menyatakan bahwa suatu metode uji atau


metode analisis dapat dipercaya dan dapat digunakan dalam suatu
laboratoirum dengan memberikan hasil yang benar dan akurat sesuai
dengan maksud dan tujuannya. Suatu metode uji sebelum digunakan
dalam pengujian rutin sebaiknya terlebih dahulu diuji keabsahannya.
Verifikasi

metode

dilakukan

untuk

melihat

kesesuaian

dan

kehandalan metode tersebut terhadap kondisi dari laboratorium uji yang


tentunya sangat beragam. Selain itu unjuk kerja metode dilakukan untuk
melihat sumber-sumber kesalahan yang dapat menyebabkan unjuk kerja
dari metode tersebut menjadi tidak baik sehingga dapat dilakukan
langkah-langkah pencegahan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat
mempengaruhi analisa.
Tujuan utama yang harus dicapai oleh laboratorium penguji adalag
dihasilkannya data hasil uji yang absah (valid). Secara sederhana hasil uji
yang absah dapat digambarkan sebagai hasil uji yang mempunyai akurasi
dan presisi yang baik. Metode uji memegang peranan yang sangat
penting dalam memperoleh hasil uji yang baik.
3.4

Parameter Verifikasi Metode

3.4.1 Liniearitas

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

42

Linearitas adalah kemampuan metode analisis untuk memperoleh


hasil percobaan yang berbanding lurus dengan konsentrasi analit di dalam
sampel. Parameter ini merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi
yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x). linearitas
dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi
yang berbeda dan selanjutnya ditentukan nilai kemiringan (slope) dan
intersep serta koefisien korelasi (Septyanita 2010). Koefisien korelasi yang
baik menurut Association of Official Analytical Chemist (AOAC) (2005)
menyatakan bahwa nilai koefisien korelasi yang baik adalah >0.9900.
3.4.2 Presisi
Presisi

merupakan

metode

yang

menyatakan

variasi

dari

laboratorium seperti perbedaan hari, analis, dan peralatan. Sumber lain


menyebutkan bahwa presisi merupakan ukuran keterulangan metode
analisis dan diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah
sampel yang berbeda signifikan secara statistik. Parameter presisi ini
meliputi keterulangan, presisi antara, dan reprodusibilitas. Keterulangan
yaitu dilakukan pada kondisi percobaan yang sama baik analis, peralatan,
tempat maupun waktu analisis. Presisi antara yaitu dilakukan pada kondisi
percobaan yang berbeda, baik analis, peralatan, tempat maupun waktu
analisis. Reprodusibilitas yaitu merujuk pada hasil-hasil analisis dari
laboratorium lain. Dokumentasi presisi mencakup simpangan baku,
simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV) (Septyanita
2010).
SD

% RSD =
Keterangan :
SD

= simpangan baku (standar deviation)

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

43

= nilai analisis ke-i


= rerata pengukuran

= jumlah pengulangan

RSD = simpangan baku relatif (relative standar deviation)


Besarnya nilai RSD yang diperoleh dapat menunjukan ketelitian
dari percobaan suatu metode uji :
RSD

sangat teliti

1% < RSD

2%

teliti

2% < RSD

5%

ketelitian sedang

RSD > 5%

tidak teliti
(AOAC 2005)

3.4.3 Akurasi
Akurasi adalah ketepatan metode analisis yang menyatakan
kedekatan antara suatu nilai yang sebenarnya atau nilai referensi dengan
nilai yang terukur. Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh
kembali pada suatu pengukuran dengan melakukan penambahan standar
pada sampel. Metode analisis dapat dibagi menjadi tiga kelompok
berdasarkan besarnya kesalahan relatif. Jika kesalahan relatif pada suatu
percobaan adalah 1% dari hasil yang benar, maka metode analisis sangat
akurat. jika percobaan menghasilkan kesalahan relatif antara 1-5%, maka
metode yang digunakan cukup akurat. Sedangkan, jika kesalahan relatif
yang diperoleh dari percobaan lebih besar dari 5%, maka akurasi suatu
metode analisis sangat rendah (Harvey 2000).

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

44

3.4.4 Instrument Detection Limit (IDL)


Instrument Detection Limit (IDL) adalah konsentrasi terendah yang
dapat terdeteksi oleh alat dimana konsentrasi yang terukur merupakan
sinyal noise dari blanko instrument yang digunakan. Dalam menentukan
Instrument Detection Limit (IDL), metode yang digunakan adalah
menggunakan bahan kimia atau tidak mengalami tahapan prosedur yang
lain, sehingga dapat dibedakan antara respon yang berasal dari sinyal
latar belakang. Nilai Instrument Detection Limit (IDL) ini digunakan untuk
menentukan konsentrasi analit yang diukur untuk menghasilkan suatu
sinyal dari analit.
3.4.5 Methode Detection Limit (MDL)
Tidak ada makna ilmiah yang sebenarnya untuk Methode Detection
Limit (MDL) sampai di definisikan dalam proses pengukuran dan metode
statistic untuk menganalisis data yang dihasilkan. Tanpa definisi statistik
yang tepat, tidak mungkin untuk menentukan nilai numerik untuk batas
deteksi, mengharapkan laboratorium yang berbeda untuk konsisten dalam
cara mereka menentukan batas deteksi, tidak mungkin menyatakan
secara ilmiah bahwa substandi yang telah (atau belum) terdeteksi.
MDL

dapat

didefinisikan

batas

deteksi

metode

sebagai,

konsentrasi minimum suatu zat yang dapat diukur dan dilaporkan dengan
keyakinan 99% bahwa konsentrasi analit lebih besar dari nol dan
ditentukan dari analisis sampel dalam matriks yang mengandung analit.
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, pendekatan ini didasarkan pada

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

45

desain konsentrasi tunggal dan dengan demikian telah menjadi sangat


diteliti oleh banyak di bidang lingkungan hidup untuk asumsi-asumsi yang
keliru. Meskipun hasil yang diperoleh dari estimator desain konsentrasi
tunggal jarang matematis dibenarkan, mereka jauh lebih kompleks.
MDL adalah konsentrasi terkecil analit yang diinginkan setelah
melalui metode analisis secara lengkap. Nilainya akan lebih besar dari
limit deteksi terendah. Manfaat dari penentuan MDL adalah kesalahan
negatif dapat di eliminasi. Kesalahan negatif ini adalah kesalahan yang
terjadi apabila suatu elemen dilaporkan tidak terdeteksi padahal senyawa
itu ada.
Menurut U.S Environmental Protection Agency (US. EPA) pada
pengukuran MDL dilakukan paling sedikit untuk untuk tujuh sampel larutan
yang harus disiapkan. Hasil yang diperoleh disusun menjadi sebuah tabel
dan dihitung nilai standar deviasinya (SD) dengan rumus berikut :
SD

Keterangan :
SD

= simpangan baku (standar deviation)

xi

= nilai analisis ke-i ( nilai yang terukur dari standar)


= rerata pengukuran (rerata nilai standar)

= jumlah pengulangan

Dengan menggunakan derajat bebas dari sekumpulan data dengan


tingkat kepercayaan 99% maka Methode Detection Limit (MDL) dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
MDL = SD x t(n-1 . alpha = 99)
Keterangan :
MDL = Methode Detection Limit
Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan
PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

46

SD

= Standar Deviasi

t(n-1)

= Tingkat kepercayaan 99% one slide stundents

distribution untuk derajat bebas n-1


Hasil perhitungan MDL harus dievaluasi menggunakan beberapa
pemeriksaan untuk menegaskan apakah nilai MDL masuk dalam semua
kriteria penting. Hasil perhitungan MDL tidak boleh lebih tinggi daripada
spike

level,

karena

tidak

akan

mungkin

secara

statistik

untuk

membedakan sampel yang di spike dari blanko. Ketidaksamaan dibawah


ini digunakan untuk mengevaluasi hasil perhitungan MDL :
MDL < spike level < 10x MDL
Jika kondisi ini dipenuhi berarti spike levelnya tepat, jika ini tidak
terpenuhi, maka nilai MDL harus dihitung kembali. US. EPA tidak akan
menerima data MDL jika kedua kondisi diatas tidak terpenuhi.
Sampel yang dispike dalam rentang yang dipersyaratkan untuk
penetapan MDL khususnya memiliki nilai Signal to Noise (S/N) dalam
rentang 2.5-10. Nilai S/N yang kurang dari 2.5 menginidikasikan bahwa
kesalahan acak dalam beberapa seri pengukuran terlalu tinggi dan hasil
penetapan MDL kemungkinan juga tinggi. Dalam hal ini, contoh harus
dispike pada level yang rendah. Dalam hal ini, contoh harus dispike dalam
level yang tinggi. Pada waktu tertentu, khususnya dengan teknik analisis
ketelitian tinggi, nilai S/N terlalu tinggi, nilai S/N bias saja lebih besar dari
10. Nilai S/N untuk beberapa seri pengukuran dapat dihitung dengan cara
berikut :

Keterangan :
Xavg = rata-rata pengukuran konsentrasi
SD = Standar Deviasi
Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan
PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

47

Nilai S/N adalah tes yang dibutuhkan untuk melihat keabsahan nilai
MDL, tetapi nilai S/N yang tinggi tidak mengindikasikan bahwa nilai MDL
tidak absah. Tidak ada persyaratan yang resmi untuk nilai S/N yang dapat
dipercaya, dan US. EPA tidak akan membuang hasil penetapan MDL
semata-mata berdasarkan nilai S/N yang terlalu tinggi atau rendah
biasanya mengindikasikan masalah tambahan pada MDLnya. Analis
diharapkan dapat memutuskan apakah digunakan atau tidak hasil
perhitungan MDL berdasarkan nilai S/N.
Salah satu kekurangan dari prosedur MDL ini adalah ia tidak
menerima dalam laporan pengaruh dari bias yang selalu tinggi atau
rendah dalam beberapa seri pengukuran. Pengaruh dari bias biasanya
paling menonjol diantara sampel-sampel selain blanko.
3.5

Spektrofotometer Visible
Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak.

Yang dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata
manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya
dengan panjang gelombang 400-800 nm dan memiliki energi sebesar
299149 kJ/mol.
Elektron pada keadaan normal atau berada pada kulit atom dengan
energi terendah disebut keadaan dasar (ground-state). Energi yang
dimiliki sinar tampak mampu membuat elektron tereksitasi dari keadaan
dasar menuju kulit atom yang memiliki energi lebih tinggi atau menuju
keadaan tereksitasi.
Pada spektrofotometer sinar tampak, sumber cahaya biasanya
menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram.
Wolfram merupakan salah satu unsur kimia, dalam tabel periodik unsur
wolfram termasuk golongan unsur transisi tepatnya golongan VIB atau
golongan 6 dengan simbol W dan nomor atom 74. Wolfram digunakan

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

48

sebagai lampu pada spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya yang


memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni 5930 C.
Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang
ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang
dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut warna komplementer.
Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila menyerap warna biru dari
spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap
semua warna yang terdapat pada spektrum sinar tampak.

Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :

Panjang

Warna warna yang

Warna komplementer

gelombang (nm)

diserap

(warna yang terlihat)

400 435

Ungu

Hijau kekuningan

435 480

Biru

Kuning

480 490

Biru kehijauan

Jingga

490 500

Hijau kebiruan

Merah

500 560

Hijau

Ungu kemerahan

560 580

Hijau kekuningan

Ungu

580 595

Kuning

Biru

595 610

Jingga

Biru kehijauan

610 800

Merah

Hijau kebiruan

Tabel 3.3 Warna pada berbagai panjang gelombang

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

49

Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis


adalah panjang gelombang dimana suatu zat memberikan penyerapan
paling tinggi yang disebut maks. Hal ini disebabkan jika pengukuran
dilakukan pada panjang gelombang yang sama, maka data yang diperoleh
makin akurat atau kesalahan yang muncul makin kecil.
Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar
tampak adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak
berwarna, sehingga analisis yang didasarkan pada pembentukan larutan
berwarna disebut juga metode kolorimetri.
Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna
dengan cara memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik
karena hanya bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini
disebut reagen pembentuk warna (chromogenik reagent).
Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh reagen
pembentuk warna:
1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah
sifatnya dalam waktu beberapa jam, dapat menyebabkan
timbulnya semacam cendawan bila disimpan. Oleh sebab itu
harus dibuat baru dan kurva kalibarasi yang baru harus dibuat
saat setiap kali analisis.
2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.
3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung
secara stoikiometrik.
4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana
dilakukan pengukuran.
5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen
yang dianalisa, sehingga warna yang terjadi benar-benar
merupakan ukuran bagi komponen tersebut saja.
6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen
lain dalam larutan yang dapat mengubah zat pereaksi atau

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

50

komponen komponen yang dianalisa menjadi suatu bentuk atau


kompleks yang tidak berwarna, sehingga pembentukan warna
yang dikehandaki tidak sempurna.
7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi
berwarna yang dikehendaki dengan komponen yang dianalisa,
dalam pelarut yang dipakai.
Setelah ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna maka
larutan tersebut harus memiliki lima sifat di bawah ini:
1. Kestabilan warna yang cukup lama guna memungkinkan
pengukuran absorbansi dengan teliti. Ketidakstabilan, yang
mengakibatkan

menyusutnya

warna

larutan

(fading),

disebabkan oleh oksidasi oleh udara, penguraian secara


fotokimia, pengaruh keasaman, suhu dan jenis pelarut. Namun
kadang-kadang dengan mengubah kondisi larutan dapat
diperoleh kestabilan yang lebih baik.
2. Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas
yang cukup tinggi (warna harus cukup tua) yang berarti bahwa
absortivitas molarnya () besar. Hal ini dapat dikontrol dengan
mengubah pelarutnya. Dalam hal ini dengan memilih pereaksi
yang memiliki kepekaan yang cukup tinggi.
3. Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh
variasi-variasi kecil kecil dalam nilai pH, suhu maupun kondisiskondisi yang lain.
4. Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang
dipakai.
5. Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum LambertBeer.

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

51

Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sampel


yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode
spektrofotometri visible.
3.6

Spektrofotometer UV (UltraViolet)
Spektrofotometri UV merupakan salah satu metode analisis yang

dilakukan dengan pangjang gelombang 100-400 nm atau 595299 kJ/mol.


Sinar ultraviolet atau sinar ungu terbagi menjadi dua jenis yaitu :

Ultraviolet jauh

Ultaviolet dekat

Ultraviolet jauh memiliki rentang panjang gelombang 10 200


nm, sedangkan ultraviolet dekat memiliki rentang panjang gelombang
200-400 nm. Cahaya UV tidak bisa dilihat oleh manusia, namun beberapa
hewan, termasuk burung, reptil dan serangga seperti lebah dapat melihat
sinar pada panjang gelombang UV.
Pada

spektrofotometer

UV

biasanya

menggunakan

lampu

deuterium atau disebut juga heavy hidrogen sebagai sumber cahaya.


Deuterium merupakan salah satu isotop hidrogen yang memiliki 1 proton
dan 1 neutron pada intinya. Deuterium berbeda dengan hidrogen yang
hanya memiliki 1 neutron tanpa proton. Air yang atom hidrogennya
merupakan isotop deuterium dinamakan air berat (D 2O).
Air berat digunakan sebagai moderator neutron dan pendingin pada
reaktor nuklir. Deuterium juga berpotensi sebagai bahan bakar fusi nuklir
komersial. Perlu diketahui air berat yang dibekukan (es) dapat tenggelam
dalam air karena massa jenisnya lebih besar dari massa jenis air. Hal ini,
tentu berbeda dengan es yang dibuat dari air (H 2O) yang mengapung bila
dimasukan dalam air karena massa jenisnya lebih kecil dari air.
Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri UV
adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut tidak tampak berwarna.
Jika zat tersebut berwarna maka perlu direaksikan dengan reagen tertentu
sehingga dihasilkan suatu larutan tidak berwarna. Namun biasanya zat
Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan
PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

52

yang berwarna lebih banyak dianalisis menggunakan spektrofotometri


sinar tampak.
Senyawa-senyawa organik sebagian besar tidak tidak berwarna
sehingga spektrofotometer UV lebih banyak digunakan dalam analisis
senyawa organik khususnya dalam penentuan struktur senyawa organik.
Larutan-larutan tidak berwarna yang dianalisis menggunakan
spektrofotometer UV tidak boleh ada partikel koloid ataupun suspensi.
Karena

adanya

partikel-partikel

koloid

ataupun

suspensi

akan

memperbesar absorbansi, akibatnya bila dihubungkan dengan rumus


yang diturunkan dari hukum Lambaert-Beer konsentrasi zat yang
dianalisis makin besar dan apabila digunakan untuk penentuan struktur
suatu senyawa maka pita pada spektrum akan melebar dari yang
sesungguhnya.
Analisis
menggunakan

menggunakan
ultraviolet

sinar

dekat,

ultraviolet

sedangkan

biasanya

analisis

dilakukan

menggunakan

ultraviolet jauh maka instrumen yang digunakan harus dalam keadaan


vakum.
Hal ini disebabkan jika digunakan ultraviolet jauh maka udara akan
ikut menyerap panjang gelombang yang digunakan. Akbatnya kesalahan
yang dilakukan makin fatal, karena jika udara ikut menyerap maka
absorbansi yang dihasilkan akan makin besar, jika hal ini dihubungkan
dengan hukum Lamber-Beer maka konsentrasi zat yang dianalisis lebih
tinggi dari yang seharusnya.
3.7

Spektrofotometer UV-Vis
Sesuai dengan namanya spektrofotometer UV-Vis merupakan

gabungan antara spektrofotometer UV dan Visible. Pada spektrofotometer


UV-Vis menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda yakni sumber
cahaya UV dan sumber cahaya visible.
Spektrofotometer UV-Vis merupakan spektrofotometer berkas
ganda sedangkan pada spektrofotometer VIS ataupun UV termasuk

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

53

spektrofotometer berkas tunggal. Pada spektrofotometer berkas ganda


blanko

dan sampel

dimasukan

atau disinari secara

bersamaan,

sedangkan spektrofotometer berkas tunggal blanko dimasukan atau


disinari secara terpisah. Spektrofotometer UV-VIS seperti yang tertera
pada gambar.

Gambar 3.4 Proses pembacaan dengan spektrofotometer

Kini spektrofotometer yang digunakan hanya menggunakan satu


lampu sebagai sumber cahaya. Lampu yang digunakan sebagai sumber
cahaya

yaitu

photodiode

yang

telah

dilengkapi

monokromator.

Monokromator disini berfungsi untuk mengubah cahaya yang berasal dari


sumber cahaya sehingga diperoleh cahaya hanya dengan satu jenis
panjang gelombang.
Zat yang dapat dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis yaitu zat
dalam bentuk larutan dan zat yang tampak berwarna maupun berwarna.
Jenis spektroskopi UV-Vis terutama berguna untuk analisis kuantitatif
langsung misalnya kromofor, nitrat, nitrit dan kromat sedangkan secara tak
langsung misalnya ion logam transisi. Langkah-langkah utama dalam
analisa dengan sinar UV/Vis :
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV/Vis
2. Harus dilakukan jika senyawa yang dianalisa tidak melakukan
penyerapan didaerah UV/Vis

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

54

3. Senyawa harus diubah menjadi bentuk lain yang dapat


melakukan penyerapan pada daerah yang dimaksud. Misalnya
mengubah menjadi berwarna atau tidak berwarna.
4. Pemilihan

panjang

gelombang

agar

diperoleh

panjang

gelombang maksimum.
5. Pembuatan kurva kalibrasi. Untuk keperluan ini dibuat sejumlah
larutan standar dengan berbagai konsentrasi.
6. Absorbans larutan standart ini diukur kemudian dibuat grafik A
versus C.
7. Hukum Lambert Beer terpenuhi, jika grafik berbentuk garis lurus
yang melalui titik nol.
8. Pengukuran sampel dilakukan pada kondisi yang sama seperti
pada larutan standar.
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia
analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik
secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara
materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri
disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya
visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan
molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga
sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari.
Dalam

interaksi

materi

dengan

cahaya

atau

radiasi

elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinan dihamburkan,


diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi
hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.
Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama
yaitu

di

dasarkan

pada

interaksi

antara

materi

dengan

radiasi

elektromagnetik. Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

55

pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi


dengan cahaya (baik yang dilihat maupun tidak terlihat). Sedangkan
pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun medan
magnet termasuk gelombang elektromagnetik.
Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai
sifat dualistik cahaya yaitu:
1) Sebagai gelombang
2) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.
Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui
misalnya panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Panjang
gelombang (l) didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak.
3.8

Bagian/Komponen Alat Spektrofotometer


Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting

yaitu :
a.

Sumber Cahaya

Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki


pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber
energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat,
dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat
rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan
bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l ) adalah
350 2200 nanometer (nm).
b.

Monokromator

Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan


cahaya

polikromatis

menjadi

beberapa

komponen

panjang

gelombang tertentu (monokromatis) yang bebeda (terdispersi).


c.

Cuvet

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

56

Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai


tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya
terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastic dengan bentuk tabung
empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran
di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan
cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar
UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di
daerah sinar tampak (visible).
d.

Detektor

Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap


cahaya

pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan

mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan


ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau
angka digital.
Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk
menentukan

konsentrasinya

dengan

menggunakan

hukum

Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya


melewati sampel (I), dan membandingkan ke intensitas cahaya
sebelum melewati sampel (Io). Rasio disebut transmittance, dan
biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga bisa
dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T.
3.9

Hukum Lambert Beer


Hukum Lambert Beer digunakan untuk radiasi monokromatik,

dimana absorbansi sebanding dengan tebal medium (b) dan konsentrasi


(c) senyawa yang mengabsorbsi. Hal ini dapat dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :
A = a.b.c ..(2.1)

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

57

Dimana a adalah faktor kesebandingan yang disebut absorptivitas.


Besarnya dan ukuran dari a tergantung pada satuan untuk b dan c. Untuk
larutan dari senyawa yang mengabsorpsi, b sering diberikan dalam
centimeter dan c dalam gram per Liter. Maka absorptivitas dalam satuan
L.g-1.cm-1 (Skoog, DA, 1996).
Ketika persamaan (2.1) dinyatakan dalam mol per liter dan tebal
medium dalam centimeter, absorptivitas disebut molar absorptivitas dan
diberi simbol khusus yaitu . Jadi, ketika b adalah centimeter dan c dalam
mol per Liter maka persamaannya adalah sebagai berikut :
A = .b.c.(2.2)
Dimana dalam satuan L.mol-1.cm-1 (Skoog, DA, 1996).
Beberapa

pengecualian

ditemukan

untuk

menyamaratakan

absorbansi sebagai garis lurus. Di sisi lain, penyimpangan dari


perbandingan langsung diantara absorbansi dan konsentrasi ketika b
adalah konstan seringkali ditemukan. Beberapa penyimpangan ini adalah
dasar dan menunjukkan keterbatasan yang nyata dari hukum ini (Skoog,
DA, 1996).
3.10

Metode Analisa (PO43- metode fosfovanadomolibdat)

3.10.1 Tujuan
Melakukan
fosfovanadomolibdat

verifikasi
secara

metode
spektrofotometri

kolorimetri
sinar

tampak

metode
pada

penetapan fosfat dalam air limbah, dengan panjang gelombang 470 nm.
3.10.2 Prinsip
Dalam larutan ortofosfat terlarut, amonium molbdat bereaksi dalam
kondisi asam membentuk asam heteropoli, asam molibdofosfat. Dengan
adanya vanadium, asam fosfovanadomolibdat terbentuk yang berwarna
Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan
PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

58

kuning. Ditentukan nilai absorbannya menggunakan spektrofotometer


pada panjang gelombang 470nm.
Reaksi:

Vanadium
-

12MoO3 + H2PO4 (H2PMo12O40)- (PO4VO316MoO3)4(kuning)


3.10.3 Alat dan Bahan
Alat :

Spektrofotometer UV-vis

Labu ukur 50 mL

Pipet Volumetrik dengan ukuran yang dibutuhkan

Neraca Analitis

Pipet Tetes

Bahan:

Aquabidest

Sampel

Pereaksi Ammonium Molibdovanadat

Larutan Induk PO43- 100 mg/L

Kertas saring Whatman no.42

3.10.4 Prosedur
3.10.4.1 Pengerjaan Sampel
1.

Saring sampel dengan kertas saring Whatman no.42

2. Kedalam labu ukur 50 mL, tambahkan 10 mL pereaksi Ammonium


Molibdovanadat Ke dalam labu ukur 50 mL yang berisi pereaksi
pewarna, masukan sampel yang telah disaring hingga tanda batas.
3. Baca absorbannya segera menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 470 nm.
3.10.4.2 Linearitas
Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan
PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

59

1. Ke dalam labu ukur 50 mL, tambahkan 10 mL pereaksi pewarna.


2. Buat deret standar dengan konsentrasi 0.00; 1.00; 2.00; 5.00;
10.00; dan 20.00 mg/L ke labu ukur yang berisi 10 mL larutan
pewarna.
3. Baca absorbannya menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 470 nm.
4. Buat kurva hubungan antara absorban dan konsentrasi.
3.10.4.3 Instrument Detection Limit (IDL)
1. Disiapkan larutan blanko untuk analisa fosfat (analisa 10 buah
blanko)
2. Dibaca absorbannya dengan menggunakan Spektrofotometer pada
panjang gelombang 470 nm.
3. Dihitung nilai rata-rata dan Standar Deviasinya.
4. Dihitung nilai IDL.

3.10.4.4 Methode Detection Limit (MDL)


1. Saring sampel dengan kertas saring Whatman no.42
2. Tambahkan 10 mL pereaksi pewarna ke dalam labu ukur 50 mL
3. Tambahkan 1 mL larutan induk 100 mg/L ke dalam labu ukur
yang berisi pereaksi pewarna.
4. Tambahkan sampel ke dalam labu ukur tersebut hingga tanda
batas.
5. Dibaca absorobannya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 470 nm.
6. Dihitung nilai rata-rata dan Standar Deviasinya
7. Dihitung nilai MDL.

3.10.4.5 Presisi

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

60

1. Saring sampel dengan kertas saring Whatman no.42


2. Ke dalam labu ukur 50 mL, tambahkan 10 mL pereaksi Amm
molbdovanadat.
3. Ke dalam labu ukur 50 mL yang berisi pereaksi pewarna,
masukan sampel yang telah disaring hingga tanda batas.
( analisa 10 buah sampel yang sama )
4. Baca absorbannya segera menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 470 nm.
5. Dihitung nilai rata-rata dan Standar Deviasinya.
6. Dihitung %RSD
3.10.4.6 Akurasi
1. Saring sampel dengan kertas saring Whatman no.42
2. Tambahkan 10 mL pereaksi pewarna ke dalam labu ukur 50 mL
3. Tambahkan 1 mL larutan induk 100 mg/L ke dalam labu ukur
yang berisi pereaksi pewarna.
4. Tambahkan sampel ke dalam labu ukur tersebut hingga tanda
batas.
5. Dibaca absorobannya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 470 nm.
6. Dihitung nilai rerata dan % Recovery.

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

61

Laporan Prakerin di Laboratoarium Analisa Kimia Lingkungan


PT. SUCOFINDO (Persero) SBU JUM Cibitung

62

Anda mungkin juga menyukai