Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


OTONOMI DAERAH DI INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Otonomi Daerah

Disusun oleh :
INTAN YULIANI
NPM. 3506100135
Kelas : IP VIII A
Non Reguler

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN POLITIK

(STISIP) BINA PUTERA BANJAR


Jl. Tanjungsukur Sumanding No.40 Telp. (0265) 741100

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT,


yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah
dengan judul, Kelebihan dan Kekurangan Otonomi Daerah, dapat
terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpah curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, beserta sahabat-sahabat-Nya yang telah
membawa kita dari zaman jahiliah ke alam yang terang-menderang
seperti sekarang ini.
Selama penyusunan makalah ini, bantuan dari berbagai pihak
sangat besar sekali artinya bagi penulis. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa restu dan
segalanya yang begitu berarti bagi penulis, sehingga terselesaikannya
penyusunan makalah ini.
Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, yang tiada bosan-bosannya memberikan pendapat dan saran,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Semua lembaga dan orang-orang yang telah membantu dan
memberikan semangat pada penulis, yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu.

Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan


pembaca, tentang Kelebihan dan Kekurangan Otonomi Daerah, yang
keberadaannya di arahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kritik
dan saran sangat dibutuhkan agar penyusunan makalah ini menjadi lebih
baik.

Banjar,

April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

1.1 Latar Belakang......................................................................

1.2 Rumusan Masalah................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................

2.1 Maksud dan Tujuan dari Otonomi Daerah............................

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Otonomi Daerah.......................

BAB III PENUTUP.................................................................................

11

3.1 Simpulan...............................................................................

11

3.2 Saran.....................................................................................

13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, auto
yang berarti sendiri dan nomous yang berarti hukum atau peraturan.
Ada dua ciri hakikat dari otonomi yakni legal self sufficiency dan
actual independence. Dalam kaitannya dengan politik atau
pemerintahan, otonomi daerah berarti self government atau the
condition of living under ones own laws. Jadi otonomi daerah adalah
daerah yang memiliki legal self sufficiency yang bersifat self
government yang diatur dan diurus oleh own laws. Karena itu
otonomi daerah menitik beratkan aspirasi daripada kondisi. Dari
pemahaman tentang otonomi daerah tersebut, maka otonomi daerah
pada hakikatnya adalah hak mengurus rumah tangga sendiri bagi
suatu daerah otonom. Hak tersebut bersumber dari wewenang
pangkal dan urusan-urusan pemerintah (pusat) yang diserahkan
kepada daerah. Istilah sendiri dalam hak mengatur dan mengurus
rumah tangga merupakan inti keotonomian suatu daerah: penetapan
kebijaksanaan sendiri, pelaksanaan sendiri, maka hak itu
dikembalikan kepada pihak yang memberi, dan berubah kembali
menjadi urusan Pemerintah pusat.

Berbicara otonomi daerah berarti berbicara tentang suatu


spekrtum yang luas, karena hampir semua bangsa di dunia ini
menghendaki adanya otonomi, yaitu hak untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri tanpa adanya campur tangan
dari intervensi pihak lain. Karena itu akan keperluan otonomi bukan
hanya sebatas pada pemerintah daerah saja, tetapi juga pemerintah
negara. Keperluan adanya otonomi dalam negara dilatarbelakangi
oleh pengalaman masa lalu, karena keberadaan negara hanya
dianggap sebagai instrument belaka dari kaum kapitalitas. Kondisi ini
kemudian melahirkan konsepsi Marx tentang Instrumental State.
Demikian halnya negara-negara social yang menghendaki adanya
otonomi dari pengaruh partai politik (partai komunis) yang cendrung
mengintervensi kehidupan negara. Dalam hubungan ini Negara
menhendaki otonomi untuk memperkecil dan bahkan menghilangkan
pengruh-pengaruh maupun intervensi kaum kapitalis atau sosialis.
Berbeda halnya dengan keperluan otonomi dalam
pemerintahan lokal, yaitu untuk memperbesar kewengan untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri. Karena itu keperluan
otonomi pada tingkat lokal pada hakikatnya adalah untuk
memperkecil intervensi pemerintah pusat dalam urusan rumah
yangga daerah. Dalam negara kesatuan otonomi daerah itu
diberikan oleh pemerintah daerah pusat, sedangkan pemerintah
daerah hanya menerima penyerahan dari pemerintah pusat. Berbeda

halnya dengan otonomi daerah di negara federal, yaitu otonomi


daerah telah melekat pada negara-negara bagian, sehingga urusan
yang dimiliki oleh pemerintah federal pada hakikatnya adalah yang
diserahkan oleh negara bagian.
Konstelasi tersebut menunjukkan bahwa dalam negara
kesatuan kecendrungan kewenangan yang besar berada di central
government, sedangkan dalam negara federal kecendrungan
kewenangan yang besar berada pada local government. Hal ini
menyebabkan pemerintah daerah dalam Negara kesatuan seperti
Indonesia lebih banyak menggantungkan otonominya pada political
will pemerintah pusat, yaitu sampai sejauhmana pemerintah pussat
mempunyai niat baik untuk memperdayakan local
government.melalui pemberian wewenagn yang lebig besar.
Dengan demkian hubungan ini dikenal adanya otonomi
daerah yang terbatas dan otonomi daerah luas. Pada hakikatnya
kedua bentuk otonomi tersebut hanya dibedakan oleh kewenangan
yang dimiliki, yaitu untuk daerah yang memiliki otonomi terbatas
hanya memiliki kewenangan yang relatif kecil, sedangkan daerah
yang memiliki otonom yang laus cenderung memiliki kewenangan
yang besar.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terkait dengan kelebihan dan
kekurangan otonomi daerah, maka masalah yang timbul dirumuskan
berikut ini.
1. Apa yang menjadi maksud dan tujuan dari otonomi daerah?
2. Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari otonomi
daerah?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

Maksud dan Tujuan Otonomi Daerah


Otonomi daerah, sebagai salah satu bentuk desentralisasi
pemerintahan, pada hakikatnya ditujukan untuk memenuhi
kapentingan bangsa secara keseluruhan, yaitu upaya untuk lebih
mendekati tujuan-tujuan penyelenggaraan pemerintahan untuk
mewujudkan cita-cita masyarakat yang labih baik, suatu masyarakat
yang lebih adil dan lebih makmur. Pemberian, pelimpahan, dan
penyerahan sebagian tugas-tugas.
Keberadaan pembangunan daerah diarahkan untuk memacu
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka
kesejahteraan rakyat, mengalakkan prakarsa dan peran aktif
masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah
secara optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang
nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab, serta memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa.
Maksud dan tujuan pemberian otonomi daerah secara tegas
digariskan dalam GBHN adalah berorentasi pada pembangunan.
Yang dimaksud dengan pembangunan adalah pembangunan dalam
arti luas, yang meliputi segala segi kehidupan dan penghidupan.

Adlah kewajiban bagi daerah untuk ikut melancarkan jalannya


pembangunan sebagai sarana mencapai kesejahteraan rakyat yang
diterima dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Berdasarkan pada ide yang hakiki dalam konsep otonomi
daerah yang tercermin dalam kesamaan pendapat dan kesepakatan
the founding fathers tentang perlunya desentralisasi dan otonomi
daerah, ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi kepada daerag
setidak-tidaknya akan meliputi 4 aspek sebagai berikut:
1) Dari segi politik adalah untuk mengikut sertakan, menyalukan
inspirasi dan aspirasi masyarakat, baik untuk kepentingan daerah
sendiri, maupun untuk mendukung politik dan kebijaksanaan
nasional dalam rangka pembangunan dalam proses demokrasi di
lapisan bawah.
2) Dari segi menejemen pemerintahan, adalah untuk meningkatkan
daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan,
terutama dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat
dengan memperluas jenis-jenis pelayanan dalam berbagai bidang
kebutuhan masyarakat.
3) Dari segi kemasyarakatan, untuk meningkatkan partisipasi serta
menumbuhkan kemandirian masyarakat, dengan melakukan
usaha pemberdayaan (empowerment) masyarakat, sehingga
masyarakat semakin mandiri, an tidak terlalu banyak tergantung
pada pemberian pemerintah serta memiliki daya saing yang kuat
dalam proses penumbuhanya.

4) Dari segi ekomonomi pembangunan, adalah untuk melancarkan


pelaksanaan program pembangunan guna tercapainya
kesejahteraan rakyat yang semakin meningkat.

2.2.

Keuntungan dan Kekurangan Otonomi Daerah


Pada prinsipnya, kebijakan otonomi daerah dilakukan dengan
mendesentralisasikan kewenangan-kewenangan yang selama ini
tersentralisasi di tangan pemerintah pusat. Dalam proses
desentralisasi ini, kekuasaan pemerintah pusat dialihkan dari tingkat
pusat ke pemerintahan daerah sebagaimana mestinya sehingga
terwujud pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah kabupaten dan
kota di seluruh Indonesia. Jika dalam kondisi semula arus kekuasaan
pemerintahan bergerak dari daerah tingkat pusat maka diidealkan
bahwa sejak diterapkannya kebijakan otonomi daerah itu, arus
dinamika kekuasaan akan bergerak sebaliknya, yaitu dari pusat ke
daerah.
Kebijakan otonomi dan desentralisasi kewenangan ini di lihat
sangat penting, terutama untuk menjamin agar proses integrasi
nasional dapat dipelihara dengan sebaik-baiknya. Karena dalam
sistem yang belaku sebelumnya sangat dirasakan oleh daerahdaerah besarnya jurang ketidakadilan struktural yang tercipta dalam
hubungan antara pusat dan daerah-daerah. Untuk menjamin
perasaan diberlakukan tidak adil yang muncul di berbagai daerah

Indonesia tidak makin meluas dan terus meningkat pada gilirannya


akan sangat membahayakan integrasi nasional, maka kebijakan
otonomi daerah ini dinilah mutlak harus diterapkan dalam waktu yang
secepat-cepatnya sesuai dengan tingkat kesiapan da- erah sendiri.
Dengan demikian, kebijakan otonomi daerah dan
desentralisasi kewenangan tidak hanya menyangkut pengalihan
kewenangan dari atas ke bawah, tetapi perlu juga diwujudkan atas
dasar prakarsa dari bawah untuk mendorong tumbuhnya
kemandiriaan pemerintahan daerah sendiri sebagai faktor yang
menentukan keberhasilan kebijakan otonomi daerah itu. Dalam kultur
masyarakat Indonesia yang paternalistik, kebijakan desentralisasi
dan otonomi daerah itu tidak akan berhasil apabila tidak diimbangi
dengan upaya sadar untuk membangun keprakarsaan dan
kemandirian daerah sendiri.
Beberapa keuntungan dengan menerapkan otonomi daerah
dapat dikemukakan sebagai berikut ini.
a. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.
b. Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak yang
membutuhkan tindakan yang cepat, sehingga daerah tidak perlu
menunggu intruksi dari Pemerintah pusat.
c. Dalam sistem desentralisasi, dpat diadakan pembedaan
(diferensial) dan pengkhususan (spesialisasi) yang berguna bagi
kepentingan tertentu. Khususnya desentralisasi teretorial, dapat

lebih muda menyesuaikan diri pada kebutuhan atau keperluan


khusu daerah.
d. Dengan adanya desentralisasi territorial, daerah otonomi dapat
merupakan semacam laboratorium dalam hal-hal yang
berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat bermanfaat bagi
seluruh negara. Hal-hal yang ternyata baik, dapat diterapkan
diseluruh wilayah negara, sedangkan yang kurang baik dapat
dibatasi pada suatu daerah tertentu saja dan oleh karena itu
dapat lebih muda untuk diadakan.
e. Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari
Pemerintah Pusat.
f. Dari segi psikolagis, desentralisasi dapat lebih memberikan
kewenangan memutuskan yang lebuh beser kepada daerah.
g. Akan memperbaiki kualitas pelayanan karena dia lebih dekat
dengan masyarakat yang dilayani.

Di samping kebaikan tersebut di atas, otonomi daerah juga


mengandung kelemahan sebagaimana pendapat Josef Riwu Kaho
(1997) antara lain sebagai berikut ini.
a. Karena besarnya organ-organ pemerintahan maka struktur
pemerintahan bertambah kompleks, yang mempersulit
koordinasi.
b. Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam
kepentingan dan daerah dapat lebih mudah terganggu.
c. Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong
timbulnya apa yang disebut daerahisme atau provinsialisme.

d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena


memerlukan perundingan yang bertele-tele.
e. Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang
lebih banyak dan sulit untuk memperoleh keseragaman atau
uniformitas dan kesederhanaan.

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, terkait dengan kelebihan
dan kekurangan otonomi daerah, maka simpulan dapat diuraikan
berikut ini.

10

1. Pemberian kewenangan yang seharusnya diberikan oleh


pemerintah pusat kepada pemerintaah daerah (hubungan
kewenangan) adalah sebagai konsekuensi logis untuk
tercapainya maksud dan tujuan pemberian otonomi kepada
daerah, serta untuk imbalan terhadap kewajiban dan tanggung
jawab pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi
daerahnya.
2. a). Kelebihan dari Otonomi Daerah
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya otonomi daerah para pelaksana tingkat daerah akan
lebih mudah mengambil keputusan. Hal ini secara tidak
langsung telah mendidik para pengambil keputusan pada
tingkat bawah untuk bertanggung-jawab atas keputusan
yang diambil. Selain itu, dengan adanya otonomi daerah
akan terbangun kesadaran publik bahwa mereka memiliki
pemerintahan dan bukan pemerintahan yang memiliki
masyarakat, karena rakyat merupakan konsep kebangsaan,
yaitu kedaulatannya berada di tangannya.
b). Kekurangan dari Otonomi Daerah
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
permasalahan di seputar otonomi daerah yang tidak kunjung
selesai dan bahkan telah memunculkan ide beberapa
daerah untuk melepaskan diri dari wilayah Indonesia.
Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah dinilai

11

kurang adil pembagiannya, karena ternyata daerah hanya


memperoleh sebagian kecil dari potensi yang dimilikinya. Di
sisi lain pemerintah daerah juga diperhadapkan pada
berbagai tantangan baik internal maupun eksternal.
Tantangan internal yang dihadapi oleh pemerintah antara
lain adalah lemahnya sumber daya aparatur pemerintah
daerah, sementara masyarakat telah mengalami
perkembangan yang cukup pesat, sehingga tuntutan
terhadap pengelolaan pemerintahan daerah yang sangat
demokratis akan mewarnai perjalan pemerintahan itu sendiri.
Sedangkan secara eksternal pemerintah daerah
diberhadapkan pada arus perubahan yang semakin cepat
dan mengglobal yang harus direspons oleh pemerintah
daerah..

3.2. Saran
Berdasarkan bahasan pada paparan tersebut, adapun saran
terhadap keuntungan dan kekurangan otonomi daerah, yaitu
berkaitan dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk keberhasilan
otonomi daerah adalah perlu kepemimpinan yang kuat pada tingkat
pertama dengan visi yang jelas. Selain itu otonomi daerah
memerlukan profesionalisme dalam pemerintahan serta memerlukan

12

solidaritas kolektif antara aparatur dengan sektor masyarakat,


swasta maupun kelompok sosial budaya.
Selain itu di sisi lain, berbagai masalah dan tantangan
tersebut tidak dapat dihindari oleh pemerintah daerah di Indonesia
masa depan. Karena itu, agar menjaga pemerintah daerah tetap
eksis dan survive dalam kompetisi global, maka tidak ada jalan lain
selain harus melakukan reformasi. Reformasi pemerintah daerah
dalam memasuki abad 21 mempunyai makna perubahan dan
pembaruan atas berbagai kelemahan yang menimbulkan
permasalahan-permasalahan masa lalu dan juga sebagai langkah
antisipatif dalam menghadapi tuntutan perubahan global yang sarat
dengan berbagai tantangan yang kesemuanya menunjukkan adanya
arus balik kekuasaan pusat ke daerah. Karena itu, salah satu
sasaran reformasi pemerintah daerah adalah untuk membentuk
organisasi pemerintah daerah yang mampu menjawab
permasalahan yang terjadi selama ini dan juga mampu memenuhi
tuntutan perubahan global.
DAFTAR PUSTAKA

Marbun, BN. Otonomi Daerah 1945-2005. Jakarta: CV Muliasari, 2005.


Mughni, A. Syafig. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Papringan
Yogyakarta, 2007.
Sarundajang, SH. Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999.
Widjaja, AW. Titik Berat Otonomi. Jakarta: CV Rajawali, 1992.

13

Anda mungkin juga menyukai