Tegangan
Tegangan
Strain: = L/L
Elastisitas atau Young Modulus. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan
stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).
mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik yang
dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan.
Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis.
Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah tegangan
ini.
Regangan luluh y(yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
Regangan elastis e(elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini
akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastis p (plastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini tetap
tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, T = e+p. Perhatikan beban
dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban
dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah
regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Pada gambar 5 ditunjukkan dengan titik C (), merupakan besar tegangan maksimum yang
didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah (breaking strength)
Pada gambar 5 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang
diuji putus atau patah.
Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan plastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, tegangan luluh
biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen sebesar
0.2%, regangan ini disebut offset-strain (gambar 6).
Gambar 6 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal, N/m2) dan
strain adalah besaran tanpa satuan.
3. Istilah lain
Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi hasil uji
tarik.
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi
sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila
regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan
disebut getas (brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase
perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience),
dengan satuan strain energy per unit volume (Joule/m3 atau Pa). Dalam Gambar1, modulus
kelentingan ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan tersebut putus.
Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness). Dalam gambar 5,
modulus ketangguhan sama dengan luas daerah dibawah kurva OABCD.
Pengerasan regang (strain hardening)
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan berbanding regangan
setelah memasuki fase plastis.
Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah dibahas di atas tidak
dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan dan regangan sejati, yaitu tegangan dan
regangan berdasarkan luas penampang bahan secara real time. Detail definisi tegangan dan
regangan sejati ini dapat dilihat pada gambar 7.
Keterangan :
P = Proporsional stress = pertambahan tegangan sebanding dengan pertambahan regangan
E = Elasticity stress = titik dimana terjadi deformasi elastis
Y = Yield stress = tempat terjadinya penambahan regangan tanpa penambahan beban
U = Ultimate stress = tegangan maksimum yang dapat dicapai bahan
B = Breaking stress = titik dimana material tersebut patah
Pada titik nol sampai batas proporsional, tegangan berbanding lurus dengan regangan dan
membentuk garis lurus yang curam (semakin curam garis tersebut maka semakin kaku
materialnya). Pada titk nol sampai yield point merupakan daerah elastis. Pada titik yield
material akan mengalami pertambahan regangan tanpa disertai penambahan beban.
Untuk material tertentu umumnya tidak memperlihatkan batas yield yang jelas. Maka untuk
menentukannya digunakan metode offset. Dengan metode ini, kekuatan ditentukan sebagai
tegangan dimana bahan memperlihatkan batas penyimpangan/deviasi tertentu dari keadaan
proporsional tegangan dan regangan.
Cara metode offset adalah dengan menarik garis lurus sejajar dengan kurva tegangan dan
regangan (pada daerah proporsional) dan berjarak 0,002 atau 0,2% dari 0. Garis tersebut akan
memotong kurva tegangan dan regangan. Titik hasil perpotongan tersebut adalah titik yield
offset. Titik yield/luluh tersebut bukan dari hasil pengujian sifat fisik bahan maka dinamakan
titik luluh offset.
Pada kurva/diagram tegangan regangan terdapat 2 daerah yaitu daerah elastis (dari 0 sampai
yield point) dan daerah plastis (dari yield sampai breaking point). Adapun sifat mekanik
dalam setiap daerah tersebut, yaitu :
- Sifat Mekanik Pada Daerah Elastis
a. Kekuatan elastisitas = kemapuan untuk menerima beban tanpa terjadi deformasi plastis.
b. Modulus Young (Modulus elastisitas) = didefinisikan sebagai ukuran kekakuan suatu
material, semakin kecil regangan elastis yang terjadi, maka semakin kaku material itu.
c. Modulus Resilience (Modulus kelentingan) = didefinisikan sebagai kemampuan material
untuk menyerap energi dari luar tanpa terdeformasi plastis. Energi yang diserap untuk
meregang satu satuan volume sampai batas elastisnya.
d. Kekerasan = kemapuan material untuk menerima penetrasi dan gesekan. Kekerasan
berbanding dengan elasttisitas sehingga benda yang punya elastisitas tinggi maka
kekerasannya rendah
- Secara Umum Sifat Mekanik dari Logam Dibagi Menjadi :
a). Batas proposionalitas (Proportionality Limit)
Adalah daerah batas dimana tegangan dan regangan mempunyai hubungan proporsionalitas
satu dengan lainnya. Setiap penambahan tegangan akan diikuti dengan penambahan regangan
secara proporsional dalam hubungan linier : s = E e
b). Batas elastis (Elastic limit)
Adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada panjang semula bila tegangan luar
dihilangkan. Daerah proporsionalitas merupakan bagian dari batas elastik. Bila beban terus
diberikan tegangan maka batas elastis pada akhimya akan terlampaui sehingga bahan tidak
kembali seperti ukuran semula. Maka batas elastis merupakan titik dimana tegangan yang
diberikan akan menyebabkan terjadinya deformasi plastis untuk pertama kalinya.
Kebanyakan material tenik mempunyai batas elastis yang hampir berhimpitan dengan batas
proporsionalitasnya.
c). Titik Luluh (Yield Point) dan Kekuatan Luluh (Yield Strength)
Adalah batas dimana material akan terus mengalami deformasi tanpa adanya penambahan
beban. Tegangan (stress) yang mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh ini
disebut tegangan luluh (yield stress). Gejala luluh umumnya hanya ditunjukkan oleh logamlogam ulet dengan struktur kristal BCC dan FCC yang membentuk interstitial solid solution
dari atom-atom karbon, boron, hidrogen dan oksigen. Interaksi antar dislokasi dan atom-atom
tersebut menyebabkan baja ulet seperti mild steel menunjukan titik luluh bawah (lower yield
point) dan titik luluh atas (upper yield point).
Untuk baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas pada umumnya tidak
memperlihatkan batas luluh yang jelas. Sehingga digunakan metode offset untuk menentukan
kekuatan luluh material. Dengan metode ini kekuatan luluh ditentukan sebagai tegangan
Adalah kemampuan material untuk menyerap energi dari luar tanpa terjadinya kerusakan.
Nilai modulus resilience (U) dapat diperoleh dari luas segitiga yang dibentuk oleh area
elastik diagram tegangan-regangan. Perumusannya : U = 0.5se atau U = 0.5se2/E.
Sources: http://blog.ub.ac.id/andi/