Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN LIMBAH INDUSTRI


ACARA 1
PEMBUATAN BIOBRIKET
TAHUN AJARAN 2015/2016

Nama

: Andita Nirmala

NIM

: 12/333181/TP/10442

Hari/Tgl

: Senin, 16 Maret 2015

Kelompok

: A5

Co Asisten : Nadia Adelia

LAB. REKA DAN PENGENDALIAN PRODUK SAMPING


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

BAB I
LATAR BELAKANG

Limbah merupakan sisa hasil produksi yang tidak dapat digunakan lagi
dalam proses. Limbah menurut bentuk dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu
limbah padat, cair dan gas. Limbah padat sering menjadi penyebab kerusakan
lingkungan jika tidak diproses lebih lanjut. Oleh karena itu, diperlukan
pengolahan limbah yang baik untuk limbah padat supaya tidak mencemari
lingkungan dan dapat menghasilkan nilai tambah sehingga dapat menguntungkan
bagi pengolah.
Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, maka kebutuhan akan
jumlah energi semakin besar, termasuk energi panas untuk berbagai kebutuhan.
Salah satu bahan bakar yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi panas
adalah bio briket. Bio briket adalah briket yang terbuat dari bahan-bahan alami
sisa sampah organik seperti daun-daunan dan limbah padat seperti sampah.
Pengolahan biobriket yang baik dan tepat akan menguntungkan bagi pengolah
karena energi yang dihasilkan dapat setara dengan energi panas dari minyak. Bio
briket dipilih sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak karena murah,
mudah dibuat, dan dapat diperbaharui. Biobriket juga merupakan salah satu
alternatif untuk mengolah limbah padat hasil proses industri, karena dapat juga
menjadi bahan bakar yang berguna untuk proses terutama proses yang melibatkan
panas di dalamnya.
Oleh karena itu, praktikum pembuatan biobriket ini penting untuk
dilakukan supaya mahasiswa dapat mengetahui tahapan proses pembuatan briket
sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak menggunakan sampah organik
dan memahami perancangan eksperimen yang dilakukan dalam proses pembuatan
briket yang baik dan benar. Diharapkan dengan adanya praktikum ini, maka
kedepannya mahasiswa dapat menerapkan dan membuat inovasi biobriket dalam
dunia industri.

BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Blender
2) Kompor
3) Oven
4) Wadah (baskom)
5) Panci dan tutup (untuk pembakaran)
6) Cetakan briket (pipa pvc)
7) Spatula
8) Pengaduk kayu
9) Plastik
b. Bahan
1) Sampah organik kering ( kulit ari kedelai) 81,14 gram
2) Tepung kanji
3) Air
2. Cara Kerja
No
1.

Prosedur
Disiapkan sampah organik yang sudah Sampah
dikeringkan.

Hasil
organik

telah

disiapkan yaitu limbah kulit


ari kedelai kering seberat

2.

81,14 gram
sampah organik kering dimasukkan ke Sampah organik
dalam panci tertutup dan dibakar

berhasil

dimasukkan dalam panci dan


berhasil di bakar

3.

Api dimatikan, bila proses pengarangan Proses pegarangan berhasil


sudah selesai.

4.

Arang yang terbentuk dikumpulkan dan Arang


ditaruh dalam wadah

7.

dilakukan selama 20 menit


dikumpulkan

baskom

Disiapkan tepung kanji dan diencerkan Tepung


dengan air kemudian dipanaskan

dalam

disiapkan

kanji

berhasil
dengan

perbandingan 1 : 3 dengan air,


(tepung kanji 50 gram, air 150
ml)
8.

9.

kemudian

dipanaskan

diatas kompor sambil diaduk.


Kanji tersebut dicampurkan dengan Kanji berhasil dicampurkan
bubuk arang sehingga menjadi adonan

sedikit demi sedikit dengan

yang

arang

lengket.

Selanjutnya

adonan

diaduk aduk agar semua bahan

lengket

tercampur rata dan cukup lengket.

merata.

Disiapkan cetakan briket.

Cetakan

menjadi

adonan

yang

tercampur

briket

sederhana

terdiri wadah, plastik pelapis


dan tutup berhasil disiapkan
10.

Setelah

cetakan

adonan

yang

dalamnya

11.

siap,
telah

dengan

dimasukkan
disiapkan

cara

ke

dipadatkan,

Adonan

arang

berhasil

dimasukkan dalam briket,


dipadatkan

dengan

cara

setelah padat dan terbentuk dikeluarkan

ditekan kuat dengan tutup,

dari cetakan.

dikeluarkan dari cetakan

Setelah dikeluarkan dari cetakan, briket

Briket berhasil dicetak dan

dikeringkan dengan menggunakan oven

dikeringkan

pada suhu 105 C selama 15 menit

selama 15 menit pada suhu


105 C

dengan

oven

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Gambar biobriket hasil praktikum tampak depan

Gambar 2. Gambar biobriket hasil praktikum tampak belakang

Gambar 3. Hasil Percobaan Pembakaran Arang


B. Pembahasan
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis,
baik berupa produk maupun buangan. Selain digunakan untuk bahan pangan,
pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan lain-lain, biomassa juga dapat
digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umumnya yang digunakan
sebagai bahan bakar adalah biomassa yang memiliki nilai ekonomis rendah atau
limbah setelah diambil produk primernya. (Nahar, dkk. 2012)
Biobriket pada dasarnya adalah kumpulan sisa-sisa tanaman yang inti
sarinya telah diolah terlebih dulu guna diproses menjadi produk biofuel bernilai
ekonomi yang tinggi, seperti bietanol/biodiesel. Biobriket juga merupakan sisasisa pengolahan lahan pertanian atau kehutanan yang masih memiliki nilai kalori
dalam jumlah cuku, seperti bagas tebu, bungkil jarak pagar, serabut, dan
tempurung kelapa sawit-sisa sisa ampas tersebut masih mampu diolah menjadi
briket yang dapat dimanfaaatkan sebagai bahan bakar (Kong, 2010).
Biobriket merupakan salah satu jenis bahan bakar padat, yang dibuat dengan
cara mencampur arang dengan 10-25% biomassa, seperti kayu, bagasse (residu
dari pemrosesan gula), jerami, dan batang jagug. Sebuah agen desulfurisasi

Ca(OH)2 ditambahkan sesuai dengan jumlah konten sulfur dalam arang. Briket
dibuat dari bahan mentah yang dipadatkan dalan cetakan. Briket dapat dibuat
menjadi bentuk yang berbeda dan ukuran yang berbeda tergantung cetakannya.
Untuk tampilan, karakteristik panas dari briket tergantung dari tipe bahan dan
level dari kepadatan pada cetakannya (NIIR Board of Consultants and Engineer,
2015)
Untuk membuat briket, bahan baku harus memiliki nilai kalor yang tinggi.
Limbah biomassa berasal dari tumbuhan dan tanaman pertanian seperti sekam
padi, jerami padi, batok kelapa, dll, atau dapat juga berasal dari limbah industri
seperti serbuk gergaji (Nahar, dkk. 2010)
Prinsip dari pembuatan briket adalah memberikan tekanan pada arang dengan
atau tanpa bahan pengikat dan memadatkannya. Briket dapat berupa padatan dari
arang pada bentuk silinder berongga. Bahan pengikat contohnya molases, pati,
tanah liat, resin, kapur, dan lainnya. (Vandana, 2002).
Pembuatan briket memerlukan pengikat untuk dicampur dengan arang dan
pengepres untuk membentuk campuran menjadi adonan atau briket, yang
kemudian dikeringkan dengan oven untuk mengawetlannya atau untuk
menghilangkan kandungan air dari briket sehingga briket menjadi cukup kuat
untuk digunakan pada peralatan pembakar yang sama seperti arang (Speight,
2013)
Praktikum pembuatan biobriket ini diawali dengan mengeringkan kulit ari
kedelai sampai benar-benar kering kemudian ditumbuk halus dengan berat 150
gram. Pengecilan ukuran (penghalusan) dilakukan supaya lebih mempercepat
proses pengarangan, dan supaya briket tidak mudah pecah karena partikel dengan
ukuran kecil membuat arang lebih padat dan menjadi lebih rapat. Karena kulit ari
kedelai yang kurang tepat penimbangannya, maka hanya didapatkan kulit ari
kedelai kering halus seberat 81,14 gram yang diketahui dengan menimbangnya
menggunakan neraca analitik agar pengukuran akurat. Langkah selanjutnya adalah
dengan membakar kulit ari kedelai kering supaya menjadi arang dengan
memanaskannya dalam panci tanpa ditambahi apapun selama 15-20 menit sampai
kulit ari menghitam. Hal ini bertujuan untuk menerapkan proses pirolisis pada

kulit ari, yaitu proses pembakaran tanpa O2. Dalam pirolisis terdapat 3 tahapan
yaitu tahapan pertama, pada suhu dari 0-200

adalah penguapan air karena

diasumsikan pada suhu 200 maka air dalam kulit ari telah menguap seluruhnya.
Tahapan kedua ada pada suhu 200-500 yaitu terjadi pemisahan molekul senyawasenyawa organik yang terkandung pada biomassa yang akan diarangkan.
Selanjutnya pada proses 500-1200 yaitu proses pembentukan karbon padat dari
biomassa tersebut. Selama proses pembakaran, panci harus dijaga agar tidak ada
udara keluar masuk ke dalam wadah secara leluasa. Jika udara dapat keluar masuk
wadah maka pembakaran tidak akan menghasilkan arang melainkan abu.
Sebaiknya biomassa juga diaduk untuk meratakan proses pembakaran. Proses
pembakaran ini menggunakan kompor listrik supaya cepat terbentuk arang dari
biomassa yang digunakan. Setelah selesai diarangkan, maka kulit ari kedelai
ditaruh didalam baskom sebagai wadah. Tahapan selanjutnya adalah membuat lem
kanji yang digunakan untuk menyatukan arang dengan perbandingan tepung kanji
dan air 1:3 (kanji 50 gram, air 150 ml). Hal ini dilakukan supaya tepung kanji
mencair tetapi tidak terlalu encer sehingga dapat digunakan sebagai lem dengan
kualitas baik. Setelah tepung kanji dan air dicampurkan dalam beker glass, maka
diaduk perlahan dengan spatula agar homogen dan dipanaskan diatas kompor
supaya adonan memadat menjadi lem. Pada saat dipanaskan sebaiknya diaduk
supaya lem terbentuk merata dan homogen. Langkah selanjutnya adalah
mencampurkan lem kanji dengan arang kulit ari kedelai sedikit demi sedikit dan
diaduk menggunakan tangan sampai agak kalis supaya dapat dibentuk dengan
cetakan briket. Cetakan briket disiapkan yatu terdiri dari pipa pvc, penekan dan
plastik. Plastik digunakan supaya briket tidak menempel pada dinding pipa, dan
penekan digunakan sebagai pembentuk briket supaya padat. Adonan briket
dimasukkan dalam cetakan 1 cm dan dicetak dengan ditekan kemudian
dikeluarkan dan disusun dalam loyang. Selanjutnya adalah pengeringan briket
arang dengan dimasukkan dalam oven dengan suhu 105 selama 15 menit. Suhu
dan waktu yang digunakan dengan asumsi bahwa kandungan air dalam bahan
sudah teruapkan dengan baik. Pengeringan bertujuan untuk mengeringkan briket
supaya tidak mudah pecah dan kualitas briket menjadi prima.

Manfaat dari briket adalah untuk pengganti bahan bakar minyak, karena bahan
bakar minyak merupakan bahan bakar yang tidak terbaharukan, sedangkan briket
merupakan bahan bakar yang terbaharukan dan mudah didapatkan. Selain itu
untuk pemanfaatan limbah organik padat sehingga limbah organik padat tidak
mencemari

lingkungan

dan

dapat

menghasilkan

nilai

tambah

yang

menguntungkan. Selain itu karena proses pembuatannya yang murah dan mudah,
maka menghemat pengeluaran biaya untuk membeli bahan bakar disamping
menghemat penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar terkait dengan isu
lingkungan yang terjadi sehingga lingkungan tetap lestari dan terlindungi.
Kelebihan biobriket dibandingkan dengan bahan bakar lain seperti minyak
bumi dan batu bara adalah biobriket merupakan sumber energi yang terbarukan
sehingga dapat digunakan sebagai konversi energi dan dapat melestarikan
lingkungan. Selain itu lebih mudah dibuat karena prosesnya yang sederhana dan
lebih murah karena dapat menggunakan limbah organik industri sebagai biomassa
dan arangnya, yang juga sekaligus melestarikan lingkungan. Jika dibandingkan
dengan briket atau arang, biobriket memiliki energi panas yang lebih tinggi
sehingga menghasilkan panas yang lebih besar. Sedangkan kelemahannya adalah
dibandingkan dengan minyak dan batu bara, biobriket tidak dapat langsung
menyala, perlu pembakaran dengan proses 5-6 menit untuk mendapatkan bara api
yang stabil. Jika dibandingkan dengan arang, maka biobriket memiliki proses
pembuatan yang lebih kompleks, karena harus dicetak dan disatukan terlebih
dahulu, sedangkan untuk membuat arang hanya memerlukan api untuk membakar
kayu sampai hangus saja.
Perbedaan arang, briket dan bio briket adalah arang adalah residu hitam berisi
karbon tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan
komponen volatil dari hewan maupun tumbuhan. Arang umumnya dibuat dengan
memanaskan kayu, gula, tulang hewan atau benda lainnya. Arang memiliki
karakteristik berwarna hitam, ringan, mudah hancur, dan menyerupai batu bara.
Kandungan arang 85% - 95% karbon, sisanya adalah bahan kimia lain dan abu.
Proses pembuatan arang yaitu pengeringan, devolatilisas (dekomposisi akibat
pengeringan) dan pembakaran arang

Sedangkan briket adalah arang yang terbuat dari arang jenis lain yang
dihaluskan terlebih dahulu kemudian dicetak sesuai kebutuhan dengan campuran
perekat, misalnya tepung kanji. Tujuan pembuatan briket adalah untuk menambah
jangka waktu bakar dan menghemat biaya. Briket biasanya dibuat dari bahanbahan yang kecil seperti sekam padi, serbuk gergaji dan serasah, karena jika
bahan ini dibakar langsung, maka akan cepat habis dan tidak menghasilkan energi
yang maksimal dan tidak awet. Selain dari bahan-bahan kecil, briket dapat dibuat
dengan bahan dasar bahan non organik, yaitu batu bara.
Sedangkan bio briket adalah briket yang terbuat dari bahan-bahan hayati atau
biomassa, yaitu bahan-bahan alam yang dapat diperbaharui, mudah diperoleh,
,memiliki nilai kalor yang tinggi yaitu 4000 kkal/kg, dan murah. Perbedaan yang
paling signifikan dari briket dan biobriket adalah bahan, bio briket lebih
memanfaatkan bahan-bahan organik yang dapat diperbaharui. Biobriket
mempunyai

temperatur

penyalaan (ignition

temperature)

lebih

rendah

dan burn out time yang lebih pendek dibandingkan dengan briket batubara. Ketika
briket dipanasi temperaturnya naik, setelah mencapai temperatur tertentu, volatile
matter keluar dan terbakar disekitar briket. Temperatur ini disebut temperatur
nyala. Temperatur nyala turun jika campuran biomasa lebih banyak.
Hasil yang didapatkan adalah biobriket dengan bahan dasar kulit ari kedelai
yang dibuat memiliki tekstur padat, tidak pecah-pecah, permukaannya sudah
lumayan halus walaupun sedikit tidak rata pada bagian pinggir, sedikit basah
(kandungan air masih tinggi daripada yang seharusnya), dan ukuran dari briket
yang sudah baik. Selain itu, ketika dicoba dibakar, pembakaran berlangsung cepat,
tetapi lama api menyebar di seluruh permukaan biobriket cenderung lama. Selain
itu, asap yang dihasilkan juga sedikit. Berikut adalah perbandingan biobriket hasil
buatan kelompok A5 dengan buatan industri

Gambar 4. Briket hasil buatan industri


kelompok A5

Gambar 5. Briket hasil

Sumber : depokbebassampah.wordpress.com
Jika dibandingkan maka briket hasil industri memiliki tekstur yang lebih
padat, dan memiliki permukaan yang lebih halus, sedangkan hasil briket
kelompok A5 yang dibuat di lab memiliki permukaan yang cukup halus tetapi
tidak rata pada bagian pinggir. Hal ini dikarenakan pada pencetakan digunakan
plastik sehingga permukaan briket susah merata dan membentuk terpengaruh
bentuk plastik dan alat pencetak yang digunakan masih sederhana,. Sedangkan
pada industri, alat pencetak briket sudah merupakan mesin berkualitas baik. Selain
itu kadar air briket kelompok A5 agak tinggi karena hanya dikeringkan
menggunakan oven, padahal untuk mendapatkan briket dengan kualitas tinggi
yaitu memiliki kadar air rendah, maka perlu dilakukan pengeringan menggunakan
sinar matahari langsung. Tetapi karena tidak memungkinkan maka hanya
dilakukan pengeringan menggunakan oven saja. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa briket hasil buatan kelompok A5 yang dibuat di laboratorium memiliki
kualitas yang sudah cukup baik.
Inovasi biobriket dari limbah industri pertanian adalah biobriket berbahan
dasar kulit apel. Kulit apel yang digunakan adalah kulit apel malang sisa produksi
kripik apel malang. Inovasi ini bertujuan untuk mengurangi limbah kulit apel yang
diproduksi oleh produsen kripik apel dan menambahkan nilai pada limbah

tersebut. Secara umum, pemanfaatan biobriket kulit apel dalam skala rumah
tangga saja, belum diterapkan dalam skala industri karena belum diberdayakan
secara baik oleh pemerintah Kota Malang
Alat yang digunakan dalam pembuatan briket kulit apel adalah kulit apel
malang, tepung kanji, air dan cetakan. Cara membuatnya adalah sebagai berikut.
1. Kulit apel dibakar sampai hangus, lalu ditumbuk sampai halus dan diayak
2.
3.
4.
5.

dengan ukuran lolos 50 mesh dan 70 mesh.


Buat adonan dari tepung kanji (air dengan tepung kanji).
Campur serbuk kulit apel dengan adonan kanji.
Bentuk bola - bola kecil atau dicetak agar bentuknya bagus.
Jemur diterik matahari kurang lebih 1 hari (sampai benar - benar kering.

Untuk prinsip pembuatan biobriket kulit apel adalah sama untuk prinsip
pembuatan dari biobriket pada umumnya yaitu :
1. Pengarangan
Serbuk kulit apel dibuat arang dengan pengarangan manual (dibakar), bisa
menggunakan oven dan furnace untuk mendapatkan hasil yang lebih halus.
2. Pengayakan
Pengayakan dimaksudkan untuk menghasilkan arang kulit apel yang
lembut dan halus. Arang kulit apel diayak dengan saringan ukuran
kelolosan 50 mesh dan arang tempurung kelapa dengan ukuran 70 mesh.
3. Pencampuran media
Arang kulit apel yang telah disaring selanjutnya dicampur dengan lem
kanji sebanyak 10 % dari seluruh campuran.
4. Pencetakan Briket Arang
Setelah bahan-bahan tersebut dicampur secara merata, selanjutnya
dimasukkan ke dalam cetakan briket dan ditekan-tekan hingga padat.
Keunggulan biobriket apel lebih murah dan ekonomis, panas yang tinggi dan
kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran yang lama, tidak beresiko
meledak, sumber briket yang melimpah, ramah lingkungan dan aman bagi
kesehatan. Sedangkan kekurangannya adalah limbah kulit apel yang memiliki
kandungan air tinggi membuat proses pengeringan sebelum diarangkan menjadi

lebih lama dan karena kulit apel yang berukuran besar maka proses pengecilan
ukuran menjadi lebih kompleks.
Kompor briket adalah kompor yang dapat dipakai dengan menggunakan
briket sebagai sumber panasnya. Kompor ini memiliki ruang khusus untuk briket
yang seukuran dengan briket dan dapat digunakan untuk memasak/memanaskan
dengan membakar briket sehingga ruang pemanas dalam kompor akan panas
karena bara yang ditimbulkan oleh briket. Berikut adalah gambar dari kompor
briket.

Gambar 6. Kompor Briket


Sumber : www.briket-indonesia.50webs.com
Mesin pengepres hidrolik (mesin pembuatan briket) adalah alat yang
sederhana. Alat ii menggunakan pompa hidrolik seperti yang digunakan ketika
menaikkan mobil untuk mengganti bannya. Pada penekannya, sebuah piringan
datar berfungsi sebagai platformnya. Diatas plarform diletakkan ujung
pengeluaran dan bahan yang digunakan dibawah piston yang dipasang secara
tetap. Ketika penekan naik, ujung ujung platform bertemu dan menekan ke
lubang pengeluaran menekan bahan untuk membentuk sebagai briket. Sebuah
pengukur tekanan digunakan untuk mengukur tekanan yang diberikan. (Bloss dan
Pfisterer, 2013).

Berikut adalah mesin yang digunakan untuk pengepres atau pencetak


briket adalah sebagai berikut

Gambar 5. Mesin pencetak/pengepres briket


Sumber : www.tokomesinjakarta.com

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Tahapan

proses

pembuatan

biobriket

adalah

pembakaran

(pengarangan/pirolisis), pencampuran dengan bahan perekat atau zat aditif,


pengepresan dan pencetakan,selanjutnya pengeringan.
2. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah alat yang digunakan yaitu
kompor dan panci untuk pembakaran, dan cetakan untuk mencetak briket
menjadi bentuk tertentu.
B. Saran
Sebaiknya proses pengarangan dilakukan di ruang terbuka supaya asap tidak
menganggu jalannya praktikum dan lingkungan selain laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Bloss, W.H dan F. Pfisterer. 2013. Advances in Solar Technology. Pergamon Press.
Hamburg
Kong, Gan Thay. 2010. Peran Biomassa bagi Energi Terbarukan. Jakata : Elex
Media Komputindo.
Nahar, dkk. 2012. Pembuatan Biobriket dari Limbah Biomassa. Dalam Jurnal
Reaksi (Journal Science and Technology) Volume 10 Nomor 21 : 1-6.
NIIR Board of Consultants and Engineer. 2015. The Complete Book on Biomass
based Products (Biochemicals, Biofuels, Activated Carbon). Asia Pasific
Business Press. New Delhi.
Speight, James G. 2013. The Chemistry and Technology of Coal. CRC Press.
Florida.
Vandana, S. 2002. Alternative Energy. A.P.H Publishing Corporation. New Delhi.

Anda mungkin juga menyukai