Modul Praktikum
Metalurgi Proses 2015
Pasir Cetak dan Pengecoran
LABORATORIUM METALURGI PROSES
Pendahuluan
Salah satu bentuk pemrosesan mineral hingga menjadi logam barang jadi adalah
melalui pengecoran, yaitu proses pembentukan logam dengan cara memasukan logam cair
kedalam cetakan berongga dan dilanjutkan dengan proses solidifikasi. Pengecoran biasa
dilakukan baik untuk komponen otomotif ataupun komponen logam industri lainnya.
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis cetakan yg memiliki
karakteristik hasil serta proses pembuatan yang berbeda-beda. Berikut ini merupakan jenisjenis metode pengecoran:
Sand Casting
Investment Casting
Gravity Casting
Pada praktikum kali ini mahasiswa diharapkan akan menguasai dasar-dasar teori
pengecoran Aluminium dengan bentuk-bentuk benda yang telah ditetapkan, melalui teknik
pengecoran yang paling mudah untuk dilakukan yakni menggunakan metode sand casting
atau pasir cetak.
MODUL 1
PRAKTIKUM PASIR CETAK
1.1. Tujuan Percobaan
Setelah
melakukan
praktikum
pengolahan
pasir
cetak
ini,
mahasiswa
diharapkan dapat mengetahui sifat-sifat pasir cetak dan hubungannya antara sifat-sifat pasir
cetak dengan proses penuangan yang meliputi:
1. Distribusi besar butir pasir.
2. Kadar air atau kadar aditif dalam pasir cetak.
3. Hubungan antara permeabilitas, kekuatan geser, dan kekuatan tekan terhadap kadar
air serta bahan aditif dalam pasir cetak.
4. Mampu bentuk (flowability) dari pasir cetak.
5. Perbedaan karakteristik antara pasir basah (green sand), pasir kering (dry
sand), dan pasir kering tanpa dengan pemanasan (holding sand).
1.2
Dasar Teori
Saat ini pasir cetak masih banyak dipakai pada industri-industri pengecoran. Hal
ini dikarenakan pasir cetak memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1. Mudah didapat dan murah (sebagai faktor ekonomis).
2. Dapat digunakan kembali (dengan catatan harus diganti dengan pasir baru
sebanding 20%).
3. Mempunyai kekuatan yang cukup tinggi
4. Dapat digunakan untuk penuangan benda-benda besar diatas 50 kg
5. Memiliki refraktori dan ketahanan kimia yang baik
Gambar 1.2. Interface antara cairan logam dengan cetakan logam dan cetakan pasir
Pada Gambar 1.2, menunjukkan perbedaan interface antara cairan logam pada
cetakan logam dan interface cairan logam pada cetakan pasir. Diketahui bahwa
penggunaan cetakan pasir memiliki keuntungan dalam kontrol laju pendinginan bila
dibandingkan dengan penggunaan cetakan logam
cepat dan dapat menimbulkan beberapa kerugian pada produk hasil pengecorannya.
Kemudian bila dilihat dari segi biaya, diketahui bahwa penggunaan pasir cetak akan
membutuhkan modal awal (untuk die maupun perlengkapan penyokong) dan tenaga
kerja yang lebih sedikit.
penggunaan metode sand casting amat cocok untuk industri manufaktur kecil.Karena
keunggulan-keunggulan tersebut maka pasir lebih banyak digunakan untuk membuat
cetakan dibandingkan dengan bahan lainnya. Data pada tahun 1991, di Michigan A.S,
kurang lebih 1.000.000 ton pasir digunakan (dan direklamasi secara berulang) untuk
menghasilkan produk logam dengan berat yang kurang lebih sama yaitu 1.000.000 ton
(Rundman, Karl, B., Metal Casting, Dept. of Material Science and Engineering
Michigan Tech. Univ.). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 yang berisi perbandingan
beberapa jenis cetakan logam beserta dengan biaya produksinya.
Sifat-sifat Cetakan
Terdapat beebrapa sifat yang diharapkan dimiliki oleh cetakan pasir yang akan dibuat.
Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Kuat
Mampu menahan tekanan dan berat logam cair yang akan dituang ke cetakan dan
2.
terlarut
tuangan akibat
gas
dapat
dikurangi/dihindari.
3.
4.
bertujuan untuk mendapatkan permeabilitas yang diinginkan dan sifat permukaan yang
baik (akurasi dimensi tinggi dan permukaannya halus).
5.
penuangan atau dapat juga disebut sebagai sifat pasir untuk melekat pada cetakan.
6.
Sifat kohesif
Dengan adanya sifat kohesif diharapkan kekuatan mekanis pasir cetak semakin
baik. Kekuatan mekanis yang berhubungan dengan sifat ini antara lain :
7.
Sifat collapsibility
Collapsibility merupakan sifat mampu ambruk/dapat dihancurkan dari cetakan
(terutama untuk pasir inti). Diperlukan agar pasir mudah direklamasi dan dapat
digunakan kembali
8.
Selain dari variabel-variabel di atas, sifat pasir cetak juga sangat tergantung dari
variabel-variabel seperti:
1. Kadar bahan pengikat (binder)
2. Kadar air
3. Kadar bahan yang dapat terbakar
4. Waktu pengadukan
5. Temperatur pemanasan
6. Distribusi pasir
7. Lama cetakan dibuat hingga waktu tuang
Tidak ada aturan mengenai distribusi pasir ideal yang terbaik dan cocok bagi
semua aplikasi. Distribusi pasir yang dianggap baik berbeda-beda tergantung pada
penggunaan cetakan pasir itu sendiri. Hal ini dikarenakan distribusi dan ukuran butir
pasir memainkan peran yang amat penting dalam menentukan sifat kekuatan, kehalusan
permukaan, dan permeabilitas dari cetakan pasir. Tata Surdia dalam bukunya Teknologi
Pengecoran Logam, menjelaskan bahwa bentuk distribusi pasir yang mendekati ideal
adalah ketika 2/3 dari keseluruhan jumlah pasir yang digunakan berada pada tiga (3)
nomor sleeve yang berurutan. Referensi mengenai bentuk dan distribusi pasir tersedia
pada literatur AFS Sand And Core Testing Handbook.
2. Binder, yang umum digunakan adalah bentonit, tanah lempung, dan resin yang
mampu meningkatkan plastisitas bila bertemu air. Adapun contoh lainnya adalah
asam furan yang biasa digunakan pada skala industri yang akan membuat pasir
terikat sangat baik sehingga tidak perlu dilakukan ramming
3.Air
4. Aditif
Bahan
pasir
cetak
yang
umum digunakan
adalah
pasir
silica.
Namun,
penggunaan bahan refraktori murah lainnya seperti chromite, olivine dan pasir karbon
(kokas petroleum) juga sering digunakan untuk proses pengecoran spesial. Sementara
bahan aditif lainnya seperti cereal atau tepung jagung yang digunakan untuk
meningkatkan fluiditas dan kolapsibilitas dari pasir cetak juga umum digunakan
bersamaan dengan bahan aditif lainnya, yaitu serbuk arang (coal) untuk
meningkatkan
kehalusan permukaan pasir cetak (Heine, Loper dan Rosenthal, Principles of Metal
Casting, 1976). Kemudian zat yang berfungsi sebagai pengikat adalah bentonit, yang bila
terkena air akan meningkat plastisitasnya dan mampu mengikat antara butir yang satu
dengan yang lain.
Terdapat suatu pengaruh yang dihasilkan oleh banyaknya kadar air yang digunakan
terhadap kekuatan pasir cetak. Pada Gambar 1.5, dapat dilihat hubungan antara kedua zat
tersebut:
1. Bila kadar bentonit semakin tinggi maka permeabilitas akan makin turun.
Kekuatan tekan kering makin naik dan kekuatan tekan basah naik.
2. Bila kadar air semakin tinggi maka permeabilitas naik kekuatan tekan
basah optimum pada kadar air 2,1 % kekuatan tekan kering akan naik
Kadar air memiliki pengaruh yang kompleks pada sifat yang dimiliki pasir cetak.
Selain mempengaruhi
sifat
plastisitas
dari
bentonit,
kadar
air
juga
akan
Inti atau core digunakan pada saat akan membuat suatu cetakan dengan bentuk
berongga. Pada pembuatan inti, harus digunakan pasir baru yang akan dilapisi oleh
resin sebanyak 2-3%, kemudian dikeringkan dengan menggunakan metode Hot Box.
Dalam suatu proses ideal, pasir inti dapat digunakan berulang walaupun nilai reklamasinya
kecil.
1.3
Prosedur Percobaan
Kalibrasi timbangan
2.
3.
11
11
Proses Percobaan
1.
2.
3.
Masukan pasir pada mesh yang paling atas, kemudian tutup. Periksa agar mesh
yang digunakan sesuai dengan nomor sieve yang diijinkan.
4.
Mesh disusun mulai dari nomor sieve terkecil. Letakan pada bagian bawah
5.
6.
7.
Selisih antara point 1 dan 5 merupakan berat pasir pada tiap mesh
8.
Wn
Sn
Setelah Percobaan
1.
2.
12
12
Kalibrasi timbangan
2.
Siapkan pasir baru, pastikan pasir yang digunakan benar-benar baru, saring
3.
Hitung komposisi bahan tambahan (bentonit, serbuk arang, molases dan lainlain) yang akan dicampurkan dengan pasir.
Proses Percobaan
1.
Timbang berat pasir dan komposisi lainnya sesuai dengan komposisi yang sudah
ditentukan
2.
Campurkan dan aduk pasir dengan semua bahan tambahan, urutan penambahan
campuran adalah: bentonit, serbuk arang dan molasses.
3.
4.
Ambil campuran pasir dan timbang sebanyak 30 gram diatas wadah pasir
5.
6.
13
13
7.
Catat berat wadah pasir setelah proses percobaan dan hitung nilai berat pasir
8.
Hitung nilai % kadar air dengan cara mengurangi berat pasir pada awal
percobaan dengan setelah percobaan
Setelah Percobaan
1.
Bersihkan alat-alat yang digunakan dan pastikan alat infrared dryer dalam
keadaan mati
2.
Kalibrasi timbangan
2.
Siapkan pasir baru, pastikan pasir yang digunakan benar-benar baru, saring
3.
Hitung komposisi bahan tambahan (bentonit, serbuk arang, molases dan lain-lain)
yang akan dicampurkan dengan pasir
14
14
2.
Campurkan semua bahan tambahan dengan pasir menjadi sebuah adonan pasir cetak
3.
4.
5.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah sebanyak 3 sampel yang
kemudian akan digunakan untuk percobaan uji tekan
Proses Percobaan
1.
2.
3.
Setelah Percobaan
1.
Bersihkan alat-alat yang digunakan dan pastikan sampel tidak dalam keadaan rusak
sehingga dapat digunakan untuk percobaan uji tekan
2.
15
15
Kalibrasi timbangan
2.
Siapkan pasir baru, pastikan pasir yang digunakan benar-benar baru, saring
3.
Hitung komposisi bahan tambahan (bentonit, serbuk arang, molases dan lain-lain)
yang akan dicampurkan dengan pasir
4.
2.
Campurkan semua bahan tambahan dengan pasir menjadi sebuah adonan pasir
cetak
3.
4.
5.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah sebanyak 2 sampel yaitu
sampel basah dan sampel kering
6.
16
16
Proses Percobaan
1.
Hitung ketinggian dari sampel yang telah di-ramming, tinggi sampel standar
adalah 50 mm
2.
diletakkan dengan wadah khusus dan dijepit dengan cara dipompa agar
udara tidak melewati wadah tersebut)
3.
4.
5.
stopwatch
6.
Tutup lubang udara saat indikator menunjukkan nilai 2000, dan matikan
stopwatch
7.
Catat nilai yang ditunjukkan skala bagian dalam dengan skala bagian luar
dan waktu yang diperlukan (skala bagian dalam menunjukkan nilai tekanan
dan skala bagian luar menunjukkan nilai permeabilitas)
8.
1
7
9.
Setelah Percobaan
1.
2.
Kalibrasi timbangan
2.
Siapkan pasir baru, pastikan pasir yang digunakan benar-benar baru, saring
3.
Hitung komposisi bahan tambahan (bentonit, serbuk arang, molases dan lainlain) yang akan dicampurkan dengan pasir
4.
Siapkan oven dan alat universal strength machine dan alas koran
18
18
2.
Campurkan semua bahan tambahan dengan pasir menjadi sebuah adonan pasir
cetak
3.
4.
5.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah sebanyak 9 sampel yaitu 3
buah sampel basah, 3 buah sampel holding dan 3 buah sampel kering
6.
Sampel kering dibuat dengan mengeringkan sampel basah didalam oven dengan
temperatur 200oC selama 30 menit
7.
Sampel holding dibuat dengan cara mengeringkan sampel basah pada kondisi
ruangan selama 24 jam (sampel ini akan diuji pada keesokan hari.
8.
Sampel basah untuk pengujian nilai green strength, sampel holding untuk
pengujian holding strength, sementara sampel kering untuk dry strength.
Proses Percobaan
1.
2.
3.
4.
5.
Siapkan kertas koran untuk alas pada bagian bawah universal strength
machine
6.
Setelah itu nyalakan saklar alat, maka pengujian akan berlangsung dan
berhenti secara otomatis
7.
8.
9.
19
19
10.
11.
Setelah Percobaan
1.
2.
3.
Kalibrasi timbangan
2.
Siapkan pasir baru, pastikan pasir yang digunakan benar-benar baru, saring
3.
Hitung komposisi bahan tambahan (bentonit, serbuk arang, molases dan lain-lain)
yang akan dicampurkan dengan pasir
4.
Siapkan oven dan alat universal strength machine dan alas koran
1.
2.
Campurkan semua bahan tambahan dengan pasir menjadi sebuah adonan pasir
cetak
3.
4.
5.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah sebanyak 9 sampel yaitu 3
buah sampel basah, 3 buah sampel holding dan 3 buah sampel kering
6.
Sampel kering dibuat dengan mengeringkan sampel basah didalam oven dengan
temperatur 200oC selama 30 menit
7.
Sampel holding dibuat dengan cara mengeringkan sampel basah pada kondisi
ruangan selama 24 jam (sampel ini akan diuji pada keesokan hari)
8.
Sampel basah untuk pengujian nilai green strength, sampel holding untuk
pengujian holding strength, sementara sampel kering untuk dry strength.
Proses Percobaan
1.
Setelah 9 sampel dibuat pisahkan menjadi 3 kelompok yaitu sampel basah, sampel
holding dan sampel kering
2.
3.
4.
5.
Siapkan kertas koran untuk alas pada bagian bawah universal strength
machine
6.
7.
Pada pengujian kekuatan geser, pengujian tidak akan berhenti secara otomatis,
maka saat sampel mulai retak dan hancur, segera tekan tombol merah pada alat
8.
9.
10.
21
21
11.
12.
Bandingkan
hasil
dari
ketiga
pengujian
dan
bandingkan
pula
dengan
literatur.
13.
Bandingkan pula hasil nilai kekuatan geser dengan pengujian nilai kekuatan tekan.
Setelah Percobaan
1.
2.
3.
22
22
a.
Tujuan percobaan
Pada bagian
ini,
praktikan
diharapkan
untuk mengetahui
tujuan
Dasar teori
Bagian ini digunakan oleh praktikan untuk menjelaskan dasar teori
yang berkaitan dengan proses pembuatan pasir cetak, seperti sifat-sifat dari
pasir cetak dan bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatannya
c.
c.1 Alat-alat
c.2 Bahan
d.
e.
Literatur
*) Setiap pernyataan yang ditulis dalam dasar teori harus didasarkan pada
sumber yang jelas dan harus ditulis pada bagian referensi
a.
Tujuan percobaan
Pada bagian ini, praktikan diharapkan me-review kembali tujuan
praktikum yang sudah mereka lakukan
b.
Grafik
Segala hasil percobaan harus ditampilkan dalam bentuk grafik untuk
mempermudah perbandingan dengan literature dan hasil percobaan
23
23
ditampilkan adalah :
i.
ii.
iii.
iv.
dry,
kekuatan
tekan
dan geser
c.
vi.
vii.
Analisa
Setiap hasil percobaan yang dilakukan oleh praktikan harus mereka
analisa dan bandingkan dengan literatur maupun hasil dari kelompok
lain yang berbeda variabel. Analisa yang diharapkan pada laporan akhir
pasir cetak adalah :
i.
dengan
cara
membandingkan
hasil
percobaan
Sifat mekanis
Melakukan perbandingan dengan kelompok lain dan analisa
24
24
iv.
Analisa akhir
d. Literatur
Kertas A3
25
25
MODUL 2
PENGECORAN LOGAM & ANALISA CACAT
2.1
Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum pada modul ini mahasiswa
diharapkan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Memahami jenis-jenis cacat yang dapat terjadi pada logam serta cara-cara
penaggulangannya.
8.
2.2
Bentuk Praktikum
Praktikan akan menjalani praktikum pengecoran logam dan kemudian mencoba
membuat suatu presentasi untuk membahas keseluruhan proyek pengecoran yang telah
d i l akukan dan mencoba menganalisa kekurangan atau cacat yang ada pada produk
masing-masing.
26
26
1.
Pra praktikum
Pada masa pra-praktikum, setiap kelompok diberikan suatu model produk yang
harus mereka
desain
dan
akan
dicoba
dibuat
pada
saat
praktikum. Setiap
kelompok akan diawasi oleh seorang asisten yang berfungsi sebagai tutor dan
mencoba membantu praktikan dalam proses desain. Praktikan diwajibkan membuat
desain secara manual (menggambar teknik), dengan
mempermudah
proses
perhitungan
(Solidwork)
bantuan software
dan
untuk
membuat model
tiga
dimensinya lewat pola kayu. Semua desain harus dilengkapi dengan gating system.
2.
Praktikum
Pada saat praktikum, setiap kelompok akan mengubah desain pola kayu yang
sudah dibuat menjadi sebuah cetakan pasir dan kemudian mengecornya dengan logam
Aluminium. Pada saat praktikum, diharapkan praktikan dapat menerapkan ilmu yang
didapat saat praktikum pembuatan pasir cetak sebelumnya. Pada akhir praktikum, tiap
kelompok akan memiliki benda hasil proses pengecoran dan harus dianalisa.
3.
saat
presentasi
hasil
praktikum,
setiap
kelompok
diwajibkan
mempresentasikan produk yang telah dibuat, menjelaskan proses yang telah d i lalui
untuk membuatnya, termasuk pada saat proses desain dan pembuatan pola. Kemudian
dengan menunjukkan hasil pengecoran yang telah dibuat, tiap kelompok harus
menjelaskan cacat-cacat produksi apa saja yang terdapat pada produk tersebut dan nilai
efisiensi dari proses yang telah dilakukan. Lewat presentasi ini, praktikan diharapkan
27
27
dapat mengambil kesimpulan tentang suatu proses yang telah dilewati dalam membuat
suatu produk coran.
2.6
Dasar Teori
2.6.1 Definisi dan Pengertian
Proses pengecoran adalah proses pembentukan suatu material khususnya logam
dengan cara memasukan logam cair ke dalam cetakan berongga yang di lanjutkan
dengan proses pendinginan logam tersebut.
Proses Pengecoran memiliki beberapa keunggulan dan juga kekurangan dalam
pembentukan material. Keunggulan dan kekurangan pada proses pengecoran sebagai
berikut:
Keunggulan
Kekurangan
28
28
Proses penuangan harus berada pada temperatur di atas leleh agar mencegah proses
pendinginan dini pada material yang ingin di cor. Ada beberapa aspek yang harus di
perhatikan pada proses penuangan, seperti temperatur penuangan, laju penuangan dan
juga turbulensi yang terjadi.
2. Fluiditas
Pada proses penuangan berkaitan erat deengan fluiditas dari material cor. Hal yang
mempengaruhi fluditas sebagai berikut:
- Temperatur Penuangan
- Viskositas
- Komposisi logam
- Heat transfer
29
29
Pada proses penuangan, variabel waktu menjadi aspek penting karena berkaitan
langsung dengan solidifikasi. Untuk menghitung waktu optimum di butuhkan rumus
sebagai berikut:
30
30
Dari proses tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pendinginan berkaitan dengan
perubahan fasa yang terjadi dan adanya pendinginan fasa liquid sebelum terjadi
pembekuan pada fasa solid solution. Dan dari grafik tersebut dapat di lihat bahwa
variabel waktu dan temperatur merupakan hal paling penting dalam proses
pendinginan. Dalam menentukan waktu dapat di hitung melalui Chvorinov Rule.
1.Pre-Modeling
Pada tahap pre modelling di buat secara 3D dengan Solidwork, Auto CAD, dll. Model
yang di buat harus memenuhi bagian dari casting design dan komponen yang perlu di
tambahkan seperti riser, chiller atau ingates yang di butuhkan.
2.Flow Simulation
Pada tahap ini dapat dilakukan simulasi dari parameter aliran logam pada casting
desain. Parameter yang di uji seperti viskositas, heat transfer, dan juga transfer massa
pada komponen casting desain.
3. Solidification
Pada proses solidifikasi dapat di lihat bahwa proses pendinginan dari indikator warna
yang di hasilkan. Hal ini dapat di gunakan untuk mengetahui seberapa besar shrinkage
yang terjadi pada casting design yang di buat. Indikator warna biru menadakan
pendinginan yang terjadi dan warna merah merupakan indikator belum terjadi
pendinginan.
32
32
3
4
33
33
Keterangan :
1.
Sprue, merupakan saluran vertikal (torus) sebagai tempat masuk logam cair,
yang didesign agar tidak terjadi turbulensi.
2.
3.
4.
Sprue Base, coakan yang terdapat pada bagian bawah sprue untuk mencagah
terjadinya turbulensi logam cair saat di tuang.
5.
Bendacor
Keterangan:
IA
34
34
Catatan :
hm = a c/8
a
Ingate on mould top
b=0
c
hm =
a
hm = a c/2
35
35
R
E
A
1
Cm
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Sprue
atas
(d)
11
16
20
23
25
28
30
32
34
36
37
39
41
42
44
45
47
48
49
50
52
53
54
55
56
Sprue
bawah
(d)
8
11
14
16
18
20
21
23
24
25
26
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
37
38
39
40
1 runner
10
a
15
17
19
21
23
25
27
29
30
32
33
34
36
37
38
39
40
42
43
44
45
46
47
48
8
b
11
14 a
16
17
19
21
22
24
25
27
27
28
30
31
32
32
33
35
36
37
37
38
39
40
2 runner
12
h
16
20
23
25
28
30
32
35
36
38
40
41
43
44
46
47
48
50
52
53
54
55
56
58
7
a
10
12
13
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
29
30
31
32
32
33
34
6
b
8
10
11
12
14
15
16
17
17
18
19
20
21
22
22
23
24
24
25
26
27
27
27
28
8
h
12
14
16
18
20
22
23
24
25
26
28
29
30
31
32
34
35
35
36
37
38
38
40
41
36
36
A
R
E
A
2
1
cm
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Rectangular
ingate b
a
b
19
5
26 a
8
32
9
37 1 ingate11
42 3 ingate12
46
13
49
14
53
15
56
16
63
16
69
16
75
16
81
16
88
16
94
16
100
16
106
16
113
16
119
16
125
16
A
13
19
23
26
30
32
35
37
37
42
42
46
46
49
51
53
55
56
60
63
b
4
5
7
8
2 ingate
8
9
10
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
16
16
a
11
15
19
22
24
26
29
31
32
34
36
37
39
40
42
43
45
46
47
48
B
3
4
5
6
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
12
13
13
13
14
37
37
A
R
E
A
2
cm
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Triangular
ingate h
a
h
14
14
20 1 ingate
20
24
24
28 a
28
32
32
3 ingate
35
35
37
37
40
40
42
42
45
45
47
47
49
49
51
51
53
53
55
55
57
57
58
58
60
60
62
62
63
63
a
10
14
17
20
22
24
26
28
30
32
33
35
36
37
39
40
41
42
44
45
h
10
14
17
20
22
24
26
28
30
32
33
35
36
37
39
40
41
42
44
45
a
8
12
2 ingate
14
16
18
20
22
23
24
26
27
28
29
31
32
33
34
35
36
37
h
8
12
14
16
18
20
22
23
24
26
27
28
29
31
32
33
34
35
36
37
38
38
72
160
Kg
0,16
0,27
0,44
0,66
0,94
1,28
1,61
2,22
2,82
3,51
4,32
5,26
6,27
7,20
8,64
10,08
45
33
33
Deskripsi
Mitigasi
Misrun
Temperatur penuangan di
atur diatas temperatur leleh.
Dan waktu penuangan yang
optimal
Cold Shut
Di karenakan gagalnya
proses fusion di karenakan
ingate yang tidak optimal.
Sehingga menyebabkan
aliran dari 2 ingate yang
berbeda tidak bercampur
1. Di karenakan
meningkatnya temperatur
logam cair dan waktu holding
yang terlalu
lama. Maka temperatur
holding harus dijaga
2. Pemakaian scrap
tidakboleh terlalu banyak.
3. Kelembaban udara di
jaga.
4.
pengadukan laddle tidak
boleh terlalu dalam
Inklusi
34
34
1. Usahakan pembekuan
serentak, baik bagian yang
lebih tebal atau yang lebih
tipis
2. Penggunaan chiller yang
dimaksudkan agar terjadi
pembekuan terarah
3. Fungsikan Riser
(penambah) secara efektif
4. Logam cair sebersih
mungkin
Inklusi dapat menyebabkan
pembekuan menjadi tak
terarah
Inklusi menyebabkan
tempat berkumpulnya gas
Porositas
1. Cetakan sebelum di
gunakan harus di bakar
terlebih dulu
2.
kelembapan udara di jaga
3. pendinginan yang merata
4. komposisi logam cor harus
optimal
Hot Tears
1. Alloy Selection
2. Part & Mold Design
(Hindari bentuk bersudut dan
runcing)
3. Grain Refinement
(equiaxed grain structure,
fine grain size
mengurangi stress conc
akibat grain boundary
effects)
Srinkage
35
35
2.5
2.4.1. Alat-Alat:
Baskom
Mixe
r
Timbangan
Cangkul
Thermocoupl
e
Gerinda
Kacamata
Ladel
Mangkuk
Linggis
Sarung
Tangan
Burner
Masker
Dapu
r
Krusibel
induk
si
2.4.2. Bahan :
Pasir silika
Pasir resin
Ai
Gular tetes
Logam Al
Logam Cu
Fluk
s
Degasser
Therm
Bentonit/cla
y
al
coatin
g
36
36
2.5
Prosedur Percobaan
Untuk
menjaga
keamanan
dan
keselamatan
selama
proses
praktikum
pengecoran logam, semua pihak yang terlibat didalamnya baik praktikan maupun
asisten wajib menggunakan perlengkapan pelindung personal untuk mencegah hal
yang tidak diinginkan.
37
37
Facing Sand
1. Periksa semua peralatan, apakah dalam keadaan baik. Jika tidak, maka diperbaiki
dahulu kemudian diinventarisasi.
2. Periksa semua pola yang akan digunakan, apakah sudah lengkap atau belum.
3. Periksa bahan-bahan yang akan digunakan, apakah sudah cukup atau belum.
4. Timbang pasir muka dan bahan aditif sesuai dengan komposisi yang ditentukan
sebelumnya seberat 4 kg
5. Kemudian aduk semua bahan aditif lalu tambahkan air hingga merata.
6. Jika pasir telah siap, campuran pasir tersebut dikeluarkan untuk pembuatan
cetakan
38
38
Backing Sand
1. Untuk pembuatan pasir pendukung, masukkan pasir silika lama (hasil reklamasi) ke
dalam mixer
2. Aduk hingga halus, lalu tambahkan air secukupnya. Aduk c a m p u r a n p a s i r d a n
a i r hingga homogen dan kekuatannya layak untuk digunakan (gunakan parameter
keliatan pasir tersebut)
3. Keluarkan pasir dari mixer
1. Siapkan flask dan pisahkan antara cup dan drag, letakkan drag dengan posisi
terbalik pada alas yang rata dan taburkan tepung kanji/bedak.
2. Atur posisi pola pada tengah cetakan dan taburi dengan tepung kanji/bedak.
3. Bagi pasir muka menjadi dua bagian yang sama beratnya.
4. Tutupi pola dengan salah satu bagian pasir muka tadi dan padatkan terutama pada
bagian pola yang menyempit.
5. Lakukan pemadatan pasir muka hingga padat dan merata
6. Buat guratan pada pasir muka lalu tambahkan pasir pendukung
7. Isi drag hingga penuh sambil terus dipadatkan dengan rammer dan membuat
guratan sebelum menambahkan lapisan pasir lain.
8. Balik drag lalu pasang cup pada posisi yang tepat
39
39
9. Pasang belahan pola (jika menggunakan pola belah), gating system, dan riser pada
tempatnya lalu taburkan kanji/bedak.
10.
Tutup pola dengan sisa pasir muka yang telah dibagi tadi lalu padatkan
11.
Buat guratan pada pasir muka dan tambahkan pasir pendukung hingga cup
Pisahkan cup dan drag dengan hati-hati agar pasir tidak rontok dengan
mengetuk perlahan pola hingga terlepas dari cetakan. Setelah itu, angkat pola
dengan baut.
14.
Perbaiki bagian cetakan yang rusak dengan pasir repairing, yaitu pasir
16.
17.
Lakukan coating
18.
19.
20.
40
40
1. Periksa dapur apakah dalam keadaan bersih dan baik, jika tidak harus diperbaiki
dan dibersihkan dahulu
2. Jika menggunakan dapur krusibel, periksa bahan bakar yang tersedia minimal
tersedia dari kapasitas maksimal untuk satu kali pelelehan.
3. Jika memungkinkan, bersihkan dapur dari sisa sisa peleburan sebelumnya tanpa
merusak refraktorinya.
4. Untuk dapur induksi, harus diketahui riwayat penggunaan sebelumnya. Jika bahan
yang dilebur berbeda dari sebelumnya, maka dapur harus dibersihkan dahulu
dengan melebur scrap kuningan.
5. Periksa dan persiapkan alat bantu lainnya seperti penjepit dan pengangkat kowi,
pengangkat slag, plunger, pengaduk dan cetakan ingot.
6. Periksa bahan baku, bahan aditif, d a n paduan. Setelah itu, timbang k e t i g a
b a h a n t e r s e b u t sesuai dengan material balance dan kebutuhan dari cetakan
dan kemudian ditambah 10%. Bahan baku harus bersih dan kering untuk
menghindari adanya ledakan saat umpan dimasukan kedalam dapur, timbangan juga
harus dikalibrasi terlebih dahulu.
41
41
2.5.6 Peleburan
11.
12.
13.
Periksa temperatur logam cair dengan thermocouple jika telah mencapai temperatur
Proses tambahan sebagai variabel seperti degassing, dan pemberian cover flux
disesuaikan
42
42
11.
12.
13.
2.5.7 Penuangan
Penuangan dari dapur krusibel
43
43
11.
44
44
1. Periksa semua peralatan yang digunakan dan sesuaikan dengan inventaris yang telah
dibuat.
Jika
tidak
sesuai,
maka
menjadi
tanggung
jawab
praktikan untuk
mencocokkannya.
2. Bersihkan semua peralatan dan ruangan dari sisa-sisa sampah dan buang pada
tempatnya.
2.6 Variabel Percobaan Dan Pola
Pada praktikum ini, yang dijadikan sebagai variabel dan pembeda bagi tiap kelompok
adalah desain pola dan perlakuan pada saat peleburan maupun penuangan logam Aluminium.
Desain dari
bentuk pola yang digunakan. Tingkat kompleksitas dan kesulitan dari tiap produk memang
sedikit berbeda, namun hal ini tidak mempengaruhi penilaian, karena yang dinilai pada
praktikum kali ini adalah keseriusan mereka selama proses desain dan pengecoran serta
pemahaman mereka saat presentasi.
45
45
a. Tujuan percobaan
Pada bagian ini, praktikan diharapkan mengetahui tujuan dari praktikum yang
dilakukannya
b. Dasar teori
Bagian ini digunakan oleh praktikan untuk menjelaskan dasar teori yang berkaitan
dengan proses pengecoran logam dan produk yang dihasilkan. Bagian ini terdiri atas
tiga (3) bahasan utama yaitu:
i.
ii.
iii.
a. Tujuan percobaan
Pada bagian ini, praktikan diharapkan me-review kembali tujuan praktikum yang
sudah mereka lakukan
46
46
c. Analisa
Setiap hasil percobaan yang dilakukan oleh praktikan harus dianalisa dan
di bandingkan dengan literatur maupun hasil dari kelompok lain yang berbeda
variabel.
ii.
Proses peleburan
Beberapa variabel seperti penggunaan cover flux, alloying, dan degasser
yang digunakan pada saat peleburan harus dijelaskan. Oleh karena itu,
praktikan harus dapat mengerti jalannya peleburan dan guna dari masingmasing tahapan yang dilakukan
iii.
Teori pembekuan
Salah satu tujuan utama dari adanya penggunaan gating system adalah
untuk menciptakan suatu proses direct solidification, karenanya praktikan
harus mengerti tentang teori pembekuan dan pembekuan yang sebenarnya
terjadi pada hasil praktikumnya
iv.
v.
47
47
vi.
diharapkan praktikan
dapat mengerti fungsi dari pemaduan logam dan pengaruhnya pada proses
pengecoran
vii.
viii.
ix.
cacat-cacat
yang
terjadi,
penyebabnya
dan
cara
penanggulangannya
d. Literatur
Setiap pernyataan yang ditulis dalam analisa harus didasarkan pada sumber yang jelas
dan harus ditulis pada bagian referensi
48
48
49
49
DAFTAR PUSTAKA