PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada era pasar bebas diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang
siap menghadapi persaingan global terbuka. Persaingan global terbuka
dibutuhkan tenaga kerja lokal yang dapat bersaing dengan pekerja asing.
Dengan adanya hal tersebut, tantangan utama yang harus dihadapi mahasiswa
sebagai calon tenaga kerja lokal adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya
sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
Salah satu upaya peningkatan SDM, khususnya dalam pendidikan
tinggi adalah melalui kegiatan On The Job Training (OJT). On The Job
Training (OJT) memungkinkan mahasiswa memperoleh kemampuan yang
praktis dengan dihadapkan pada aplikasi dunia kerja diluar kampus. Sehingga
diharapkan melalui On The Job Training (OJT) tersebut akan diperoleh calon
lulusan yang mandiri.
Atas dasar pemikiran tersebut, On The Job Training (OJT) menjadi
salah satu kurikulum wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa D-2 Jurusan
Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Pendidikan Diluar
Domisili Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya selama dua bulan dengan
beban kredit sebesar 13 Satuan Kredit Semester (SKS) atau 30 jam per
minggu. Dengan syarat kelulusan yang ditetapkan, mata kuliah On The Job
Training (OJT) telah menjadi salah satu pendorong utama bagi tiap
mahasiswa untuk mengenal kondisi di lapangan kerja dan untuk melihat
keselarasan antara ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku perkuliahan
dengan aplikasi praktis di dunia kerja.
1.2
Tujuan
kesempatan
kepada
mahasiswa
untuk
mengaplikasikan
program
Permasalahan khusus
Permasalahan khusus yang dibahas dalam laporan On The Job Training
(OJT) di PT Envilab Indonesia sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengidentifikasi bahaya yang ditimbulkan pada proses
analisis di Laboratorium PT Envilab Indonesia dengan metode Job Safety
Analysis?
2. Bagaimana melakukan penilaian risiko terhadap potensi potensi bahaya
yang ada?
3. Bagaimana cara pengendalian risiko terhadap potensi potensi bahaya
yang ada?
1.4
Batasan Permasalahan
Adapun batasan permasalahan dalam laporan On The Job Training (OJT)
di PT Envilab Indonesia sebagai berikut:
1. Penelitian selama On The Job Training (OJT) di lakukan di ruang analisis
Laboratorium PT Envilab Indonesia.
BAB II
DATA UMUM PERUSAHAAN
2.1
Profil Perusahaan
berdasarkan
surat
keputusan
menteri
nomor
C-23539
Produk
PT Envilab Indonesia menerima jasa pengujian parameter
lingkuangan yaitu pengujian udara terdiri dari : udara ambien, udara
emisi dan udara lingkungan kerja; serta pengujian air terdiri dari : air
minum, air bersih, air badan air, air limbah, air limbah domestik dn air
laut.
Tabel 2.1 Ruang Lingkup Pengujian
Bahan-Bahan /
Produk yang Diuji
Udara ambien dan
udara tempat kerja
Jenis Pengujian /
Sifat yang Diukur
Sulfur Dioksida (SO2)
Nitrogen Dioksida
(NO2)
Spesifikasi/Identitas Metoda
Pengujian
SNI 19-7119.7-2005
SNI 19-7119.2-2005
Bahan-Bahan /
Produk yang Diuji
Jenis Pengujian /
Sifat yang Diukur
Oksidan (O3)
Amonia (NH3)
Debu (partikel
tersuspensi total )
Timbal (Pb)
Sulfur Dioksida (SO2)
Nitrogen Oksida
(sebagai NO2)
Nitrogen Oksida (NOx)
Amonia (NH3)
Hidrogen Klorida
(HCl)
Hidrogen Fluorida
(HF)
Karbon Monoksida
(CO)
Karbon Dioksida
(CO2)
Oksigen (O2)
Opasitas
Chemical Oxygen
Demand (COD)
Biochemical Oxygen
Demand (BOD)
Total padatan
tersuspensi (TSS)
Minyak & Lemak
Amonia (NH3)
Hidrogen Sulfida
(H2S)
Ph
Suhu
Total padatan terlarut
(TDS)
Residu Klorin
Free Klorin
Fluorida (F)
Nitrit NO2)
Klorida (Cl)
Sulfat (SO4)
Kesadahan total
Oksigen terlarut (DO)
Cromium VI
Nitrat (NO3)
Spesifikasi/Identitas Metoda
Pengujian
SNI 19-7119.8-2005
SNI 19-7119.1-2005
SNI 19-7119.3-2005;
SK Gub Jatim 128/1997
SNI 19-7119.4-2005
SNI 19-7117.3.1-2005;
SNI 19-7117.10-2005
SNI 19-7117.5-2005
SNI 19-7117.10-2005
SNI 19-7117.6-2005
SNI 19-7117.8-2005
SNI 19-7117.9-2005
SNI 19-7117.10-2005
SNI 19-7117.10-2005
SNI 19-7117.10-2005
SNI 19-7117.11-2005
SNI 6989.73:2009
SNI 6989.72:2009
SNI 06-6989.3-2004
SNI 06-6989.10-2004
SNI 06-6989.30-2005
SNI 6989.75:2009
SNI 06-6989.11-2004
SNI 06-6989.23-2005
SNI 06-6989.27-2005
EI 36.027 (by calculation)
EI 36.026 (spektrofotometri)
SNI 06-6989.29-2005
EI 36.028 (spektrofotometri)
SNI 06-6989.9-2004
EI 36.029 (spektrofotometri)
SNI 6989.19:2009
SNI 6989.20:2009
EI 36.030 (spektrofotometri)
SNI 06-6989.12-2004
SNI 06-6989.14-2004
SNI 6989.71:2009
SNI 19-6964.7-2003
Bahan-Bahan /
Produk yang Diuji
Lingkungan /
tempatkerja
2.2.2
Jenis Pengujian /
Sifat yang Diukur
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Cadmium (Cd)
Kromium (Cr)
Nikel (Ni)
Mangan (Mn)
Barium (Ba)
Besi (Fe)
Kobal (Co)
Seng (Zn)
Kebisingan
Spesifikasi/Identitas Metoda
Pengujian
EI 36.031 (spektrofotometri)
SNI 6989.8:2009
SNI 6989.6:2009
SNI 6989.16:2009
SNI 6989.17:2009
SNI 06-6989.18-2004
SNI 6989.5:2009
SNI 06-6989.39-2005
SNI 6989.4:2009
SNI 6989.68:2009
SNI 06-6989.7-2004
SNI 7231:2009
Pemasaran
Wilayah Pemasaran PT Envilab Indonesia adalah semua
perusahaan atau instansi pemerintah yang memerlukan pengujian
parameter lingkuangan.
Perusahaan yang bekerjasama dengan PT Envilab Indonesia
diantaranya :
1.
2.
3.
4.
5.
2.3
Lain-lain
PT Envilab Indonesia merupakan suatu perusahaan yang bergerak
dibidang jasa pengujian parameter kualitas lingkungan, diantaranya bergerak
dalam uji emisi, uji udara ambien dan jasa pengujian kualitas udara dalam
ruangan. Selain itu, PT Envilab Indonesia juga menyediakan jasa pengujian
lingkungan yaitu air (air limbah, air permukaan, air tanah), padat (lumpur,
tanah, sedimen), dll. PT Envilab Indonesia berkomitmen memberikan hasil
pengujian yang lebih baik (valid), lebih cepat (tepat waktu) dan diterima
customer (acceptable) sesuai metode pengujian yang yang telah ditetapkan
dan persyaratan customer.
Data pengujian dapat dikatakan valid apabila memenuhi standar
perencanaan dan pelaksanaan pengambilan contoh uji, penanganan, preparasi,
pengujian termasuk pengendalian mutu internal, verifikasi dan verifikasi data
ketidaksesuaian
yang
mungkin
terjadi.
merupakan
kedekatan
antara
hasil-hasil
secara
menyeluruh
BAB III
TEORI DASAR
3.1
Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan suatu tahapan yang dilakukan dengan
cara mengidentifikasi hal-hal tertentu (hazard) dalam pekerjaan yang dapat
menyebabkan sebuah risiko terjadi (Kolluru, 1996 dalam Farhan Ferdiansyah,
2011). Menurut Australian Standard/New Zealand Standard 4360 : 2004
dalam Farhan Ferdiansyah (2011), identifikasi bahaya adalah langkah dalam
proses manajemen risiko untuk mengidentifikasi apa penyebab atau
kemungkinan terjadinya kegagalan dan bagaimana skenario dari kegagalan
tersebut terjadi.
Identifikasi bahaya dimulai dengan melakukan identifikasi semua
sumber bahaya pada area yang berpotensi bahaya. Dalam melakukan sebuah
identifikasi bahaya dibutuhkan metode yang logis dan terstruktur untuk
memastikan bahwa tidak ada area lain yang terlewatkan. Struktur tersebut
dijadikan sebagai dasar untuk menanyakan pertanyaan dengan cara yang
imajinatif tentang apa yang mungkin terjadi dan bagaimana hal itu dapat
terjadi (Cross, 1998 dalam Farhan Ferdiansyah, 2011).
Ada beberapa metode efektif yang dapat digunakan dalam melakukan
identifikasi bahaya. Beberapa contoh metode identifikasi bahaya, yaitu :
1. Preliminary Hazard Analysis (PHA)
Preliminary Hazard Analysis adalah suatu metode yang dilakukan
sebagai analisis awal (Budiono, 2003 dalam Farhan Ferdiansyah, 2011).
Preliminary Hazard Analysis dilakukan jika tidak ada suatu informasi
mengenai sistem (Colling, 1990 dalam Farhan Ferdiansyah, 2011).
2. Hazard and Operability Study (HAZOPS)
Hazard and Operability Study adalah suatu metode analisis yang lebih
detail pada desain dan operasi (Budiono, 2003 dalam Farhan Ferdiansyah,
2011). Hazard and Operability Study digunakan untuk mengidentifikasi
dan mengevaluasi proses yang berhubungan dengan safety dan bahaya
pada lingkungan, serta memproses masalah yang dapat berdampak pada
efisisensi operasi (Kolluru, 1996 dalam Farhan Ferdiansyah, 2011).
3. Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)
Failure Modes and Effects Analysis adalah suatu metode analisis yang
mendalam sebagai akibat kegagalan peralatan dan pengaruhnya (Budiono,
2003 dalam Farhan Ferdiansyah, 2011). Failure Modes and Effects
Analysis secara sistematis menilai komponen dari suatu sistem tentang
bagaimana sistem tersebut dapat mengalami kegagalan, kemudian
mengevaluasi efek yang terjadi dari kegagalan tersebut dan tingkat
bahaya yang dihasilkan akibat kegagalan sistem, serta bagaimana
kegagalan tersebut dapat dicegah atau diminimalisasi (Colling, 1990
dalam Farhan Ferdiansyah, 2011).
4. Fault Tree Analysis (FTA)
Fault Tree Analysis adalah suatu model analisis desain, prosedur, dan
kesalahan pada fakr manusia (Budiono, 2003 dalam Farhan Ferdiansyah,
2011). Fault Tree Analysis dapat digunakan untuk memprediksi dan
mencegah terjadinya kecelakaan atau alat investigasi setelah terjadinya
kecelakaan (Geotsch, 1996 dalam Farhan Ferdiansyah, 2011).
5. Job Safety Analysis (JSA)
Menurut Soeripto (1997) dalam Farhan Ferdiansyah (2011), Job Safety
Analysis adalah suatu cara yang digunakan untuk memeriksa metode kerja
dan menentukan bahaya yang sebelumnya telah diabaikan dalam
merencanakan pabrik atau gedung dan di dalam rancang bangun masinmesin, alat-alat kerja, material, lingkungan tempat kerja, dan proses kerja.
Terdapat 4 langkah dalam membuat Job Safety Analysis :
a. Memilih (menyeleksi) pekerjaan yang akan dianalisa. Pekerjaan tidak
dapat dipilih secara acak, pekerjaan dengan pengalaman kecelakaan
terburuk seharusnya di analisis terlebih dahulu. Dalam memilih
dan
mencegah
kemungkinan
terjadinya
kecelakaan.
Analisis Risiko
Analisis risiko adalah sebuah bentuk sistematika dalam penggunaan
informasi yang telah tersedia untuk mengidentifikasi bahaya (hazard) dan
untuk memperkirakan suatu risiko terhadap individu, populasi, bangunan, dan
lingkungan (Kolluru, 1996 dalam Farhan Ferdiansyah, 2011). Tujuan
melakukan analisis risiko adalah untuk membedakan antara risiko kecil
dengan risiko besar dan menyediakan data untuk membantu evaluasi dan
penanganan risiko. Terdapat 3 metode dalam melakukan analisis risiko, yaitu:
Kategori
Deskripsi
Kecelakaan tersebut hamper dapat dipastikan
5
Critical
terjadi, kemungkinan 75%, aspek muncul dalam
sehari
Suatu keadaan dimana bahaya kemungkinan
besar terjadi atau kemungkinan terjadi diatas rata4
Likely
rata 51% s/d 75%, aspek muncul sekali dalam
seminggu
Suatu keadaan dimana bahaya dapat terjadi
3
Possible
kadang-kadang, atau kemungkinan terjadi ratarata 50%, aspek muncul sekali dalam sebulan
Suatu keadaan dimana bahaya dapat terjadi pada
saat-saat tertentu saja, kemungkinan dibawah
2
Unlikely
rata-rata atau kemungkinan terjadi 25% s/d 49%,
aspek muncul sekali dalam setahun
Suatu keadaan dimana bahaya terjadi sangat kecil
terjadi, atau hamper tidak mungkin terjadi atau
1
Rate
tingkat kemungkinan dibawah 25%, aspek
muncul sekali dalam lima tahun
Sumber: SOP/01/IBPR/VIII/2010 PT. Marunda Grahamineral dalam Dzulfiqar,
Penerapan Risk Management , suatu Laporan Khusus, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta, 2011, hlm.56.
Kategori
Fatality
Major
Moderate
Minor
Deskripsi
Ada kematian, kerusakan harta benda diatas U$
10.000, penutupan usaha, kerusakan lingkungan
yang eksternal serius jangka panjang
LTI dengan cacat permanen, kerusakan harta
benda U$ 5000 s/d 10.000, kerusakan lingkungan
eksternal serius jangka pendek
LTI dengan tanpa cacat permanen, kerusakan
harta benda U$ 500 s/d 5000, kerusakan eksternal
ringan
Minor injury/sakit tanpa gangguan fungsi,
Tabel 3.3 Kategori risiko, nilai risiko, kode risiko dan tindakan
pengendalian
Kategori
risiko
Extreme
(sangat
tinggi)
High
(tinggi)
Nilai risiko
Kode
risiko
16-25
9-15
Tindakan pengendalian
Hentikan, isolasi, segera laporkan
keatasan, perbaiki segera mungkin
dalam waktu 2x24 jam
Segera laporkan keatasan, putuskan
lanjutan
dengan
catatan
atau
perbaikikan segera maksimum 2
minggu
Laporkan keatasan, perbaiki dalam
waktu maksimum 1 bulan
Harus dilakukan perbaikan dengan
skala prioritas rendah
Moderate
5-8
M
(sedang)
Low
2-4
L
(rendah)
Negligible
Dapat diterima, perbaiki sesuai dengan
(sangat
1
N
kondisi dan situasi yang terjadi
rendah)
Sumber: SOP/01/IBPR/VIII/2010 PT. Marunda Grahamineral dalam Dzulfiqar,
Penerapan Risk Management , suatu Laporan Khusus, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta, 2011, hlm.58.
Evaluasi Risiko
Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 2004
dalam Farhan Ferdiansyah (2011), evaluasi risiko merupakan suatu proses
membandingkan estimasi level risiko dengan kriteria yang telah disusun
terlebih dahulu dan mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat
potensial dan hasil yang tidak menguntungkan untuk menilai dan menentukan
prioritas pengendalian risiko berdasarkan kriteria yang ditetapkan mengenai
batasan risiko mana yang bisa diterima, risiko mana yang harus dikurangi
atau dikendalikan dengan cara yang lain.
3.5
Pengendalian Bahaya
Menurut PERMENAKER No. 05 / MEN / 1996, pengendalian bahaya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai macam
metode, yaitu:
a. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,
isolasi, ventilasi, higiene, dan sanitasi (engineering control).
b. Pendidikan dan pelatihan.
c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus,
insentif, penghargaan, dan motivasi diri.
d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.
e. Penegakan hukum.
Menurut Suardi (2005) dalam Farhan Ferdiansyah (2011), dalam
melakukan
langkah-langkah
untuk
mengatasi
bahaya
yang
timbul,
a. Eliminasi adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi
pilihan pertama dalam melakukan pengendalian risiko. Eliminasi berarti
menghilangkan peralatan yang dapat menimbulkan bahaya.
b. Substitusi, prinsip dari alat kendali ini adalah mengendalikan sumber
risiko dengan sarana atau peralatan lain yang tingkat risikonya lebih
rendah atau tidak ada.
c. Rekayasa Engineering dilakukan dengan mengubah desain tempat kerja,
peralatan, atau proses kerja untuk mengurangi tingkat risiko. Ciri khusus
dari tahap ini adalah melibatkan pemikiran yang lebih mendalam
bagaimana membuat lokasi kerja yang lebih aman dengan melakukan
pengaturan ulang lokasi kerja, memodifikasi peralatan, melakukan
kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuensi
dalam melakukan kegiatan berbahaya.
d. Pengendalian Administrasi, dalam tahap ini menggunakan prosedur,
standar operasi kerja, atau panduan sebagai langkah untuk mengurangi
risiko. Akan tetapi banyak kasus yang ada, pengendalian administrasi
tetap membutuhkan sarana pengendalian risiko lainnya.
e. Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan
untuk mencegah paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini
disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan alat
pengendali lainnya. Dengan demikian perlindungan keamanan dan
kesehatan personel akan lebih efektif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Pelaksanaan
Kegiatan On The Job Training (OJT) dilaksanakan sejak
tanggal 5 Januari 2015 sampai dengan 27 Februari 2015 di ruang
analisis Laboratorium PT Envilab Indonesia, Jalan Tridharma 03
Ruko KIG Blok A-28 dan B-20, Gresik.
4.1.2
Hasil pelaksanaan
A. Identifikasi bahaya, Penilaian risiko dan Pengendalian bahaya
pada analisis minyak dan lemak
Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian bahaya
yang dilaksanakan selama On The Job Training (OJT) di PT
Envilab Indonesia pada analisis minyak dan lemak.
Prosedur analisis:
1.
4.
5.
pelarut.
Gabungkan ekstrak dalam labu Erlenmeyer yang telah
ditimbang
6.
Destilasi pelarut dalam penangas air pada suhu 70 C.
7.
Saat terlihat kondensasi pelarut berhenti, pindahkan
labu dari penangas air. Kemudian oven pada suhu 70 C
8.
selama 30 45 menit.
Dinginkan dalam desikator selama 30 menit pastikan
labu kering dan timbang sampai diperoleh berat tetap.
Pada uraian proses analisis minyak dan lemak diatas, bahaya
kegiatan
selanjutnya
yaitu
proses
ekstraksi
pada
proses
pengovenan
hasil
uji
dapat
Sehingga pada bahaya ini berada pada tingkat risiko 4 (low) yang
artinya harus dilakukan perbaikan dengan skala prioritas rendah.
Upaya pengendalian bahaya agar pekerja selalu terlindungi
diantaranya pelatihan analisis minyak dan lemak kepada pekerja
yang bersangkutan, dengan adanya pelatihan ini maka pekerja
akan lebih kompeten dalam melakukan proses analisa. Pekerja
juga diharapkan untuk melaksanakan Medical chek up untuk
mengetahui kondisi kesehatan pekerja dan dapat terus dipantau
perkembangan kondisi kesehatan pekerja. Penggunaan Instruksi
kerja atau prosedur kerja yang jelas merupakan salah satu upaya
pengendalian, dengan kejelasan instruksi kerja maka potensi
bahaya dapat dicegah atau diminimalisir. Selalu memiliki sifat hati
hati dalam bekerja dan waspada terhadap potensi bahaya
merupakan
upaya
yang
harus
diterapkan
pekerja
agar
diri
(APD)
merupakan
upaya
terahir
dalam
terlarut.
2.
Persiapan cawan
a. Panaskan cawan yang telah bersih pada suhu 180C 2C
selama 1 jam di dalam oven.
b. Pindahkan cawan dari oven dengan penjepit dan dinginkan
dalam desikator.
c. Setelah dingin segera timbang dengan neraca analitik.
d. Ulangi langkah 1). Sampai 3). Sehingga diperoleh berat
3.
tetap.
Pengujian padatan terlarut total
a. Aduk dengan magnetic stirer contoh uji sampai homogen.
b. Pipet 50 mL sampai 100 mL contoh uji ke dalam alat
penyaring yang telah dilengkapi dengan alat pompa
penghisap dan kertas saring.
c. Operasikan alat penyaringnya.
d. Setelah contoh tersaring semuanya bilas kertas saring
dengan air suling sebanyak 10 mL dan dilakukan 3 kali
pembilasan.
e. Lanjutkan penghisapan selama kira-kira 3 menit setelah
penyaringan sempurna.
f. Pindahkan seluruh hasil saringan termasuk air bilasan
kedalam cawan yang telah mempunyai berat tetap.
g. Uapkan hasil saringan yang ada dalam cawan sehingga
kering pada penangas air.
kegiatan
selanjutnya
yaitu
pengeringan
atau
terahir
pekerja
sebelum
terjadinya
insiden
kecelakaan.
C. Identifikasi bahaya, Penilaian risiko dan Pengendalian bahaya
pada analisis NOx emisi
Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian bahaya
yang dilaksanakan selama On The Job Training (OJT) di PT
Envilab Indonesia pada analisis NOx emisi
Prosedur analisis:
1. Pindahkan contoh uji ke cawan penguap, bilas labu dengan
sedikit aquadest.
2. Tambahkan bilasan ke dalam cawan penguap, ulangi
pembilasan sampai tiga kali.
gesekan
dapat
menimbulkan
kebakaran/ledakan;
lanjutan
dengan
catatan
atau
perbaikan
segera
bahaya pada tingkat 3 yaitu aspek muncul sekali dalam satu bulan
dengan keparahan pada tingkat 2 yaitu tanpa gangguan fungsi atau
kerusakan harta benda U$ 10 s/d 500. Sehingga pada bahaya ini
berada pada tingkat risiko 6 (moderate) yang artinya memerlukan
perbaikan dalam waktu maksimum 1 bulan.
Bahaya pemipetan pada penambahan larutan uji(Larutan
penjerap, larutan KOH 5,6%, larutan NaOH 25%) dengan bahaya
tumpahan
atau
percikan
bahan
kimia,
penulis
menilai
Sehingga pada bahaya ini berada pada tingkat risiko 2 (low) yang
artinya harus dilakukan perbaikan dengan skala prioritas rendah.
Sedangkan pada bahaya pengukuran absorbansi menggunakan
alat spektofotometri, dengan bahaya tergores atau kejatuhan
pecahan kuvet, kemungkinan terjadinya bahaya pada tingkat 2
yaitu aspek muncul sekali dalam setahun dengan keparahan pada
tingkat 2 yaitu tanpa gangguan fungsi atau kerusakan harta benda
U$ 10 s/d 500. Sehingga pada bahaya ini berada pada tingkat
risiko 4 (low) yang artinya harus dilakukan perbaikan dengan
skala prioritas rendah. Kecuali bahaya iritasi kontak dengan kulit,
mata dan pernafasan, penulis menilai kemungkinan terjadinya
bahaya pada tingkat 4 yaitu aspek muncul sekali dalam seminggu
dengan keparahan pada tingkat 2 yaitu tanpa gangguan fungsi atau
kerusakan harta benda U$ 10 s/d 500. Sehingga pada bahaya ini
berada pada tingkat risiko 8 (moderate) yang artinya memerlukan
perbaikan dalam waktu maksimum 1 bulan.
Upaya pengendalian bahaya agar pekerja selalu terlindungi
diantaranya pelatihan analisis NOx emisi kepada pekerja yang
bersangkutan, dengan adanya pelatihan ini maka pekerja akan
lebih kompeten dalam melakukan proses analisa. Pekerja juga
diharapkan untuk melaksanakan
Medical chek up
untuk
upaya
yang
harus
diterapkan
pekerja
agar
diri
(APD)
merupakan
upaya
terahir
dalam
jika
kontak
dengan
kulit,
mata
dan
pernafasan;
arus
pendek
dan
tersetrum,
akibat
konsleting
KH2PO4
,4-Amino
potensi bahaya
meledak,
kemungkinan
Medical chek up
untuk
upaya
yang
harus
diterapkan
pekerja
agar
diri
(APD)
merupakan
upaya
terahir
dalam
dari warna endapan dalam contoh uji menjadi agak putih atau
contoh uji menjadi jernih.
5. Bilas kaca arloji dan masukkan ke dalam gelas piala.
6. Pindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 50 mL (saring bila
perlu) dan tambahkan air bebas mineral sampai tanda tera dan
dihomogenkan.
7. Contoh uji siap diukur serapannya.
Pada uraian proses analisis Logam Cu diatas, bahaya
keselamatan kerja yang pertama dimulai saat proses destruksi
contoh uji yaitu penggunaan bahan HNO3 pekat yang ditambahkan
pada contoh uji berupa bahaya korosif dan oksidator yang kuat,
HNO3 pekat dapat menimbulkan gas atau uap sehingga rawan
untuk terhirup serta apabila terkena panas, gesekan atau kontak
dengan bahan kimia lainnya akan cepat bereaksi karena
merupakan oksidator yang kuat. Pada proses destruksi juga
memrlukan pemanasan menggunakan hot plate sehingga dapat
menimbulakn luka bakar ringan apabila pekerja tersentuh
permukaan hot plate yang sedang beroperasi.
Uraian kegiatan selanjutnya yaitu proses pengujian contoh uji
menggunakan spektrofotometer AAS memiliki bahaya luka bakar
ringan apabila tersentuh flame AAS, bahaya sesak nafas dan
afiksial karena proses pembakaran menggunkan gas asetilen,
bahaya ledakan dan kebakaran akibat kebocoran gas asitelin atau
pecahnya tabung asetilen, bahaya luka pada tangan dan tubuh
lainnya akibat tergores atau kejatuhan pecahan lampu katoda Cu
dan bahaya gangguan penglihatan akibat nyala api dari flame yang
cukup terang.
Pada proses destruksi contoh uji, dengan bahaya luka bakar
ringan, penulis menilai kemungkinan terjadinya bahaya pada
tingkat 3 yaitu aspek muncul sekali dalam satu bulan dengan
keparahan pada tingkat 2 yaitu tanpa gangguan fungsi atau
kerusakan harta benda U$ 10 s/d 500. Sehingga pada bahaya ini
Medical chek up
untuk
upaya
yang
harus
diterapkan
pekerja
agar
larutan
pereaksi
Natrium
Hipoklorit,
lalu
tera
menggunakan aquades.
3. Tunggu hingga 30-60 menit.
4. Ukur serapan masing-masing contoh uji pada 630 nm pada
spektrofotometer.
Pada uraian proses analisis NH3 Udara Ambien diatas, bahaya
keselamatan kerja yang pertama dimulai saat pembuatan larutan
uji yaitu penimbangan bahan kimia NAOH, Natrium Nitropuside
dan Na2PO4.12H2O berupa bahaya iritasi jika kontak dengan kulit,
mata dan pernafasan, apabila pekerja tidak hati-hati saat
penimbangan sehingga mengakibatkan tumpahan bahan kimia
yang dapat berpotensi kontak dengan kulit, mata hingga tertelan.
Pembuatan larutan uji lainnya menggunakan proses pemipetan,
karena menggunakan bahan kimia cair pekat sebagai bahan utama,
yaitu pemipetan H2SO4 berupa bahaya iritasi, korosif, dan
flamable; pemipetan NaOCl berupa bahaya korosif, dan berbahaya
bagi lingkungan; pemipetan Methanol berupa bahaya Flammable,
iritasi saluran nafas atas, mata dan kulit;, apabila pekerja tidak
hati-hati saat pemipetan sehingga mengakibatkan tumpahan bahan
kimia yang berpotensi kontak dengan kulit, mata hingga tertelan,
khusus untuk pembuatan larutan uji Fenol, proses diawali dengan
peleburan Fenol dengan penangas air yang memiliki bahaya
gangguan syaraf, iritasi, dan korosif apablia kontak dengan kulit,
mata hingga tertelan dan juga bahaya terkena luka bakar ringan
akibat tersentuh permukaan penangas air.
Selanjutnya pada proses penambahan larutan uji seperti larutan
penjerap(H2SO4 encer), larutan kerja Hipoklorit(NaOH dan
NaOCl),
larutan
kerja
Fenol(Fenol,
Methanol,
Natrium
proses
pengukuran
absorbansi
menggunakan
atau
percikan
bahan
kimia,
penulis
menilai
lanjutan
dengan
catatan
atau
perbaikan
segera
upaya
yang
harus
diterapkan
pekerja
agar
diri
(APD)
merupakan
upaya
terahir
dalam
7-10 mL/menit.
5. Buang 25 mL tampungan pertama.
6. Selanjutnya tampung 50 mL contoh uji yang sudah direduksi
ke dalam tabung reaksi bertutup.
7. Tambahkan 2 mL larutan pewarna, Kocok.
8. Ukur absorbansinya dalam kisaran waktu antara 10 menit
sampai 2 Jam setelah penambahan larutan pewarna pada
panjang gelombang optimal di sekitar 543 nm.
9. Kadar yang terukur adalah kadar nitrat dan nitrit.
10. Lakukan pengukuran blanko:
Ke dalam 25 ml air laut buatan di dalam gelas piala 250 ml,
lakukan langkah 3 sampai dengan 8.
11. Untuk kontrol kontaminasi pada kertas saring, lakukan juga
langkah 3 sampai dengan 8.
12. Lakukan analisis duplo.
13. Pembuatan spike matriks :
a) Ke dalam 20 mL contoh uji tambahkan 5 mL larutan kerja
2 mg/l. Kadar standar yang diperoleh 0,4 mg/l. Lakukan
langkah 3 sampai dengan 8.
uji
lainnya
menggunakan
proses
pekerja
tidak
hati-hati
saat
pemipetan
sehingga
atau
percikan
bahan
kimia,
penulis
menilai
pada
proses
penambahan
larutan
(larutan
Medical chek up
untuk
upaya
yang
harus
diterapkan
pekerja
agar
diri
(APD)
merupakan
upaya
terahir
dalam
Monohidrat,
FeSO 4.7H2O),
larutan
Asam
proses
penimbangan(Ag2SO4,
K2Cr2O7,
,10-
lanjutan
maksimum 2 minggu.
dengan
catatan
atau
perbaikan
segera
Proses pengujian
a. Pipet 1 mL contoh uji dan teteskan pada media Petrifilm.
b. Kemudian masukkan ke dalam incubator selama 24 jam
dengan suhu 20 oC.
Pada uraian proses analisis Total Coli diatas, bahaya
Medical chek up
untuk
upaya
yang
harus
diterapkan
pekerja
agar
diri
(APD)
merupakan
upaya
terahir
dalam
uraian
proses
analisis
Plankton
diatas,
bahaya
pecahan
kaca
preparat
dan
bahaya
gengguan
Medical chek up
untuk
upaya
yang
harus
diterapkan
pekerja
agar
Pembahasan
kecelakaan,
mempunyai
kemungkinan
dalam
melakukan
identifikasi
bahaya
ini
telah
bahaya
yang
dilakukan
dengan
cara
diterapkan
di
PT
Envilab
Indonesia
adalah
dengan
4.3
dilakukan
untuk
Tanggal
Lembar No
Leader
Diperiksa Oleh
Tanda Tangan
Anggota
Disetujui Oleh
Tanda Tangan
Pekerjaan
1
1. Analisis
minyak
dan
lemak
Rincian pekerjaan
2
3
Penimbangan bahan Sodium Sulfat
kimia
( Na2SO4 )
Neraca anaitik
Pekerja
Proses ekstraksi
Pelarut n-Hexane
Pekerja
Lemari asam
Bahaya
4
Iritasi jika kontak
dengan kulit,
mata dan
pernafasan
Mudah terbakar
Beracun
Gangguan sistem
saraf
Iritasi saluran
pernapasan atas
dan mata
Meledak
Penyebab
5
Tumpahan
bahan kimia
Penilaian
risiko
P
6
4
7
2
Tekanan yang
tinggi pada
corong pisah
Tingkat
risiko
(P x S)
Pengendalian
8
9
8(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
APD
5(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
Pengerjaan
8(M)
dilakukan di
lemari asam
APD
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
Destilasi pelarut
2. Analisis
Total
Bahaya
Penyebab
Penilaian
risiko
P
4
Luka bakar
ringan
5
Tersentuh
permukaan
penangas air
( waterbath )
6
3
7
2
Aliran pendek
listrik
Kabel
terkelupas
Tersentuh
permukaan
dalam oven
Tergores atau
kejatuhan
pecahan
desikator
Tangan pekerja
atau tombol
Penstabilan suhu
hasil uji
Pekerja
Desikator
Luka
tangan/bagian
tubuh yang lain
Proses filtrasi
dengan pompa
Pekerja
Pompa penghisap
Tersengat listrik
Tingkat
risiko
(P x S)
Pengendalian
8
9
6(M) Pelatihan
Safety sign
Pemasangan
exhaust fan
Kejelasan instruksi
kerja
APD
2(L) Pelatihan
Safety sign
terkait bahaya
Pengecekan berkala
APD
6(M) Pelatihan
Safety sign
terkait bahaya
Kejelasan Intruksi
kerja
APD
4(L) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
APD
8(M) Pelatihan
Safety sign
Pekerjaan
1
Dissolv
ed Solid
( TDS )
Rincian pekerjaan
Bahaya
2
penghisap
Luka bakar
ringan
Aliran pendek
listrik
Penilaian
risiko
P
Tingkat
risiko
(P x S)
5
power yang
basah ketika
menyalakan
pompa
penghisap
Tersentuh
permukaan
dalam oven
Tersentuh
permukaan
penangas air
( waterbath ),
Letupan hasil
uji yang
mengenai
tangan atau
bagian tubuh
yang lain
Kabel
terkelupas
Penyebab
Pengendalian
9
terkait bahaya
Pengecekan berkala
APD
6(M) Pelatihan
Safety sign
terkait bahaya
Kejelasan instruksi
kerja
APD
6(M) Pelatihan
Safety sign
terkait bahaya
Kejelasan instruksi
kerja
Pemasangan
exhaust fan
APD
2(L) Pelatihan
Safety sign
terkait bahaya
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
Penstabilan suhu
hasil uji
3. Analisis
udara
NOx
emisi
Pembuatan larutan
uji
Bahaya
Pekerja
Desikator
Luka
tangan/bagian
tubuh yang lain
Pekerja
H2SO4
Lemari asam
Iritasi, Korosif
dan flamable
Pekerja
H2O2 30%
Lemari asam
Iritasi, Harmful,
korosif
Pekerja
KOH
Neraca analitik
Pekerja
NaOH
Neraca analitik
Gesekan dapat
menimbulkan
kebakaran/
ledakan
Iritasi, korosif
Iritasi, korosif
Penyebab
5
Penilaian
risiko
P
Tingkat
risiko
(P x S)
Pengendalian
4(L)
Tergores atau
kejatuhan
pecahan
desikator
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
8(M)
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
Gesekan atau
kontak dengan
bahan kimia
lain
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
8(M)
9(H)
8(M)
8(M)
9
Pengecekan berkala
APD
Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
APD
Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
APD
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
Pekerja
Fenol
Penagas air
(waterbath)
Neraca analitik
Lemari asam
Penambahan
larutan/reagen
Bahaya
Penyebab
Penilaian
risiko
P
Tingkat
risiko
(P x S)
Pengendalian
4
Iritasi kulit, mata
dan saluran
pernafasan,
korosif,
karsinogenik
Gangguan syaraf,
iritatif dan korosif
5
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
Terhirup asap
atau uap bahan
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
6
4
7
2
8
8(M)
9(H)
9(H)
Tersentuh
permukaan
penangas air
( waterbath )
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat pemipetan
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat pemipetan
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
6(M)
8(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
8(M)
bahaya
Medical check-up
APD
Pekerja
Larutan penjerap
Iritasi, Korosif,
flamable, dan
Harmful
Pekerja
Larutan KOH 5,6 %
Iritasi, korosif
Pekerja
Larutan Phenol
Disulphonic Acid
Korosif,
mutagenic
9(H)
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
Penguapan contoh
uji
Pegukuran
Pekerja
absorbansi hasil uji Spektrofotometri
Kuvet
Penilaian
risiko
P
Tingkat
risiko
(P x S)
5
saat pemipetan
8(M)
6(M)
Aliran pendek
listrik
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat pemipetan
Tersentuh
permukaan
penangas air
( waterbath ),
Letupan hasil
uji yang
mengenai
tangan atau
bagian tubuh
yang lain
Kabel
terkelupas
Tergores atau
kejatuhan
pecahan kuvet
Bahaya
4
Iritasi, korosif
Penyebab
Pengendalian
9
Pelatihan
Safety sign
terkait bahaya
Kejelasan instruksi
kerja
Pemasangan
exhaust fan
APD
2(L) Pelatihan
Safety sign
terkait bahaya
Pengecekan berkala
APD
4(L) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Pekerjaan
1
16. Analisis
Fenol
Rincian pekerjaan
2
Proses Destilasi
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat pengujian
Konsleting
elektromanl
e
Konsleting
kipas
pendingin
Konsleting
pompa
pendingin.
Luka bakar ringan Tersentuh
Labu destilasi
pada saat
proses destilasi
Bahaya
Pekerja
Elektromantel
Labu destilasi
Kondensor
H3PO4 (1+9)
Ind. MO
Penilaian
risiko
Tingkat
risiko
(P x S)
Arus Pendek
Tersetrum
Penyebab
Pengendalian
9
Hati hati dalam
bakerja
APD
8(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
APD
4(L) Safety sign terkait
bahaya
Daftar Riwayat
Peralatan
Pengecekan berkala
APD
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
Bahaya
Penyebab
5
Suhu dan
tekanan labu
destilasi
yang tinggi
Suhu
Kondensor
yang tinggi
Iritasi jika kontak Tumpahan atau
dengan kulit,
Percikan bahan
mata dan
kimia
pernafasan
6
2
7
3
Korosif,
Iritasi saluran
pernafasan, kulit
dan mata
Luka bakar
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia
Terhirup asap
atau uap bahan
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia
Meledak
Pembuatan larutan
Uji
Pekerja
NH4OH
Lemari asam
Pekerja
K2HPO4
Neraca analitik
Penilaian
risiko
Tingkat
risiko
(P x S)
Pengendalian
8
9
6(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Pemantauan Suhu
APD
8(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
APD
8(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
9(H)
bahaya
Medical
check-up
8(M)
APD
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
Penambahan
larutan/ reagen
3
Pekerja
KH2PO4
Neraca analitik
Pekerja
4-Amino Antipirin
Neraca analitik
Pekerja
K3Fe(CN)6
Neraca analitik
Pekerja
H3PO4
Lemari asam
Pekerja
Ind. MO
Neraca analitik
Pekerja
NH4OH 5N
Lemari asam
Pekerja
Buffer Phospat
Bahaya
4
Iritasi kulit, mata
dan saluran
pernafasan
Beracun, Iritasi
kulit, mata dan
saluran pernafasan
Beracun, Iritasi
kulit, mata dan
saluran pernafasan
Iritasi kulit, mata
dan saluran
pernafasan
Merupakan
pewarna kimia
tekstil
Iritasi jika kontak
dengan kulit,
mata dan
pernafasan
Iritasi kulit, mata
dan saluran
pernafasan
Penilaian
risiko
P
Tingkat
risiko
(P x S)
5
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia
Apabila
termakan
6
4
7
2
8
8(M)
8(M)
8(M)
8(M)
2(L)
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat pemipetan
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat pemipetan
8(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
8(M)
bahaya
Medical check-up
APD
Penyebab
Pengendalian
9
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
17. Analisis
Logam
Cu
Destruksi Sample
Tingkat
risiko
(P x S)
6
4
7
2
8
8(M)
8(M)
5
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat pemipetan
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat pemipetan
Tergores atau
kejatuhan
pecahan kuvet
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat pengujian
Tersentuh Hot
plate pada saat
proses
4(L) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Hati hati dalam
bakerja
APD
8(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
APD
6(M) Safety sign terkait
bahaya
APD
Bahaya
3
Pekerja
4 - Amino Antipirin
4
Beracun, Iritasi
kulit, mata dan
saluran pernafasan
Pekerja
K3Fe(CN)6
Beracun, Iritasi
kulit, mata dan
saluran pernafasan
Pegukuran
Pekerja
absorbansi hasil uji Spektrofotometri
Kuvet
Hot plate
HNO3
Lemari asam
Penilaian
risiko
Penyebab
Pengendalian
9
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
Pengujian Sample
5
destruksi
Korosif, oksidator
kuat
Tersentuh
flame AAS
pada saat
flame bekerja
Terhirup gas
asetilen
Kebocoran gas
asetilen atau
pecahnya
tabung asetilen
Bahaya
Spektrofotometri
AAS
Lampu Katoda Cu
Standart Cu
Penilaian
risiko
Tingkat
risiko
(P x S)
Meledak dan
kebakaran
Penyebab
Pengendalian
9
15(H) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
Pemasangan
Exhaust fan
APD
4(L) Safety sign terkait
bahaya
APD
8(M) Safety sign terkait
bahaya
Exhaust Fan
APD
5(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
Bahaya
Gangguan
Penglihatan
Penyebab
5
Tergores atau
kejatuhan
pecahan lampu
katoda Cu
Penilaian
risiko
P
Tingkat
risiko
(P x S)
Pengendalian
3(L)
6(M)
18. Analisis
NH3
Udara
Ambien
Pekerja
NaOH
Neraca analitik
Pekerja
Iritasi, Korosif
dan flamable
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
8(M)
Iritasi saluran
nafas atas, mata
dan kulit
Gangguan syaraf,
iritatif dan korosif
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
Tumpahan
atau percikan
8(M)
9(H)
9
Exhaust Fan
Pengecekan berkala
APD
Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Hati hati dalam
bakerja
APD
Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
APD
Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
APD
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
4
Luka bakar ringan
Pekerja
Larutan penjerap
Korosif,
berbahaya bagi
lingkungan
Iritasi saluran
nafas atas, mata
dan kulit
Iritasi saluran
nafas atas, mata
dan kulit
Flamable, Iritasi
saluran nafas atas,
mata dan kulit
Iritasi, Korosif
dan flamable
Pekerja
Larutan kerja
Hipoklorit
Korosif, Iritasi
saluran nafas atas,
mata dan kulit
Pekerja
Natrium Nitropusid
Na2PO4.12H2O
Methanol
Penambahan
larutan/reagn
Bahaya
Penilaian
risiko
P
Tingkat
risiko
(P x S)
5
bahan Kimia
Tersentuh
permukaan
penangas air
( waterbath )
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
6(M)
8(M)
8(M)
8(M)
8(M)
4(L) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
8(M) Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
Penyebab
Pengendalian
9
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
5
saat pemipetan
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat pemipetan
8(M)
8(M)
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat pemipetan
Tergores atau
kejatuhan
pecahan kuvet
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat pengujian
4(L) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Hati hati dalam
bakerja
APD
8(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
APD
Bahaya
4
Gangguan syaraf,
Iritasi saluran
pernafasan , mata
kulit,
Korosi, flamable
Iritasi saluran
pernafasan , mata
kulit
Pekerja
Larutan kerja fenol
Pekerja
Larutan Penyangga
Pegukuran
Pekerja
absorbansi hasil uji Spektrofotometri
Kuvet
Penilaian
risiko
Tingkat
risiko
(P x S)
Penyebab
Pengendalian
9
APD
Pekerjaan
1
19. Analisis
NO3
Air
Rincian pekerjaan
2
Pembuatan larutan
uji
Bahaya
Penyebab
Penilaian
risiko
P
Tingkat
risiko
(P x S)
3
Pekerja
NH4Cl
Neraca analitik
4
Iritasi kulit, mata
dan saluran
pernafasan
5
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia
6
4
7
2
Pekerja
Na2EDTA
Neraca analitik
Pekerja
NH4OH
Lemari asam
8(M)
9(H)
Pekerja
H3PO4
Lemari asam
Pekerja
Sulfanilamida
Neraca analitik
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia
Terhirup asap
atau uap bahan
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia
8(M)
8(M)
Tumpahan atau
Percikan bahan
8(M)
Pekerja
NED-dihidroklorida
Pengendalian
8
9
8(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
8(M) Pemasangan
exhaust fan
APD
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
Bahaya
3
Neraca analitik
4
pernafasan
Pekerja
HCl
Lemari asam
Sangat Korosif,
toksik, iritatif
Proses Reduksi
Sample
menggunakan kolom
reduksi
Pekerja
CuSO4
Neraca analitik
Pekerja
Kolom reduksi
NH4Cl-EDTA
Butiran Cd-Cu
Sample
Iritatif, Mutagenik
sel somatik
mamalia
Iritasi jika kontak
dengan kulit,
mata dan
pernafasan
Beracun dan
karsinogenik
Iritasi saluran
pernafasan atas
dan mata, Kulit
Penilaian
risiko
P
Tingkat
risiko
(P x S)
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia
Terhirup asap
atau uap bahan
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat proses
reduksi
8(M)
9(H)
8(M)
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat pemipetan
8(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
APD
8(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
APD
Penyebab
Pengendalian
9
kimia
Pekerjaan
1
29. Analisis
COD
Rincian pekerjaan
2
3
Pegukuran
Pekerja
absorbansi hasil uji Spektrofotometri
Kuvet
Pembuatan larutan
uji
Pekerja
Kristal Ag2SO4
Neraca analitik
Pekerja
H2SO4
Lemari asam
Pekerja
K2Cr2O7
Neraca analitik
Bahaya
Penyebab
Penilaian
risiko
P
4
Luka tangan atau
bagian tubuh yang
lain
5
Tergores atau
kejatuhan
pecahan kuvet
6
2
7
2
Tumpahan atau
Percikan bahan
kimia pada
saat pengujian
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
Karsinogenik,
korosif
Tingkat
risiko
(P x S)
Pengendalian
8
9
4(L) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Hati hati dalam
bakerja
APD
8(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
APD
8(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
8(M)
bahaya
Medical check-up
APD
8(M)
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
Pekerja
Kalium Hidrogen
Ftalat (KHP)
Penambahan
Pekerja
larutan/reagen/bahan Serbuk Mercury
kimia padatan
sulfat, HgSO4
Bahaya
Penyebab
Penilaian
risiko
P
Tingkat
risiko
(P x S)
Pengendalian
4
Beracun, Iritasi,
Bahaya bagi
lingkungan
5
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
6
4
7
2
8
8(M)
Iritasi saluran
pernafasan, kulit
dan mata,
mutagenik untuk
jenis bakteri
Iritasi saluran
pernafasan, kulit
dan mata
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
8(M)
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
8(M)
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
8(M)
Tumpahan
atau percikan
bahan Kimia
Tumpahan
atau Percikan
bahan kimia
8(M)
9(H) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
Pekerja
Asam Sulfamat
Pemanasan sampel Pekerja
uji dengan refluks Reaktor COD
tertutup
Tabung reaksi
Bahaya
4
Karsinogenik,
berbahaya
(korosif) jika kena
kulit
Iritasi mata, kulit,
hidung, membrane
mukosa dan
sistem pernafasan
Korosif, flamable
Iritasi mata, kulit,
dan saluran
pernafasan
Penyebab
5
Tumpahan
atau Percikan
bahan kimia
pada saat
pemipetan
Tumpahan
atau Percikan
bahan kimia
pada saat
pemipetan
Tumpahan
atau Percikan
bahan kimia
pada saat
pemipetan
Tumpahan
atau Percikan
bahan kimia
Tersentuh
tabung reaksi
atau bagian
pemanas
reactor COD
saat
Penilaian
risiko
P
Tingkat
risiko
(P x S)
6
4
7
2
8
8(M)
8(M)
8(M)
8(M)
6(M) Pelatihan
Safety sign
terkait bahaya
Kejelasan instruksi
kerja
APD
Pengendalian
9
bahaya
Medical check-up
APD
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
5
pengambilan
atau peletakan
tabung reaksi
Tergores atau
kejatuhan
pecahan
tabung reaksi
Meledak
Tekanan gas di
dalam tabung
reaksi yang
tinggi
Iritasi saluran
pernafasan, kulit
dan mata
Tumpahan atau
percikan saat
memasukkan
larutan
penitran ke
dalam buret
Bahaya
Memasukkan
Pekerja
Larutan penitran ke Buret
dalam buret
Larutan ferroin
ammonium sulfat
( FAS ) 0,1 N
Penilaian
risiko
Tingkat
risiko
(P x S)
Penyebab
Pengendalian
9
4(L) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Hati hati dalam
bakerja
APD
2(L) Pelatihan
Safety sign terkait
bahaya
Tutup tabung
sesekali dibuka
APD
6(M) Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Menggunakan
corong gelas saat
penambahan
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
Proses titrasi
42. Analisis
Total
Coli
Bahaya
Pekerja
Peralatan titrasi
Larutan Penitran
Larutan Titran
Iritasi saluran
pernafasan, kulit
dan mata
Penilaian
risiko
P
Tingkat
risiko
(P x S)
Tumpahan atau
percikan saat
proses titrasi
Penyebab
Pengendalian
6(M)
Iritasi saluran
pernafasan atas
Terjadi
inhalasi saat
proses
persiapan
sterilisasi
8(M)
Proses sterilisasi
Pekerja
Autoclave
Meledak
Tekanan dan
suhu autoclave
yang tinggi
5(M)
9
penitran
Medical check-up
Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
Pelatihan
Pekerjaan dilakukan
di lemari asam
Safety sign terkait
bahaya
Medical check-up
Pemasangan
exhaust fan
APD(Respirator)
Pelatihan
Safety sign terkait
bahaya
Pemantauan Suhu
dan tekanan
autoclave
Pemantauan volume
Pekerjaan
1
Rincian pekerjaan
2
Bahaya
Luka bakar
ringan
Aliran pendek
listrik
43. Analis
a
Plankt
on
Gangguan
Penglihatan
Penyebab
5
Tersentuh
bagian dalam
atau luar
autoclave
Kabel
terkelupas
Penilaian
risiko
P
Tingkat
risiko
(P x S)
Pengendalian
3(L)
Tergores atau
kejatuhan
pecahan kaca
preparat
Nyala lampu
dari mikroskop
yang terang
2(L)
4(L)
5(M)
9
air pemanas pada
level normal
APD
Pelatihan
Safety sign
terkait bahaya
Kejelasan instruksi
kerja
APD
Pelatihan
Safety sign
terkait bahaya
Pengecekan berkala
APD
Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Hati hati dalam
bakerja
APD
Pelatihan
Kejelasan Intruksi
kerja
Safety sign terkait
Pekerjaan
Rincian pekerjaan
Keterangan:
Bahaya
= Rendah
M (Moderate) = Sedang
H (High)
= Tinggi
E (Extreme)
= Sangat Tinggi
Penyebab
5
Penilaian
risiko
P
Tingkat
risiko
(P x S)
Pengendalian
9
bahaya
Medical check-up
APD
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Bedasarkan
hasil
identifikasi
bahaya,
penilaian
risiko
dan
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis sampaikan, maka penulis
dapat menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Budayakan cara kerja yang aman dalam setiap aktivitas pekerjaan.
2. Perlu dibuat Job Safety Analysis (JSA) di PT. Envilab Indonesia
untuk semua jenis aktivitas pekerjaan.
3. Perlu adanya tindak lanjut dari penerapan Job Safety Analysis (JSA),
sebagai metode analisa yang efektif untuk mengetahui dan
mengendalikan sumber-sumber bahaya dari tiap aktifitas pekerjaan.
4. Perlu adanya sosialisasi Job Safety Analysis (JSA) kepada setiap
karyawan yang terlibat.
DAFTAR PUSTAKA
3M Microbiology. 2003. Petrifilm E.coli/Coliform Count Plate . St. Paul, MN 551441000 USA
Fauzan, Dzulfiqar Aziz. 2011. PENERAPAN RISK MANAGEMENT DENGAN
METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN
KECELAKAAN KERJA DI AREA COAL CRUSHING PLANT(CCP) PT.
MARUNDA GRAHA MINERAL LAUNG TUHUP SITE KALIMANTAN
TENGAH. Laporan Khusus. Surakarta.
Ferdiansyah, Farhan. 2011. IDENTIFIKASI BAHAYA KESELAMATAN KERJA DAN
UPAYA PENGENDALIAN YANG DILAKUKAN DENGAN METODE JOB
SAFETY ANALYSIS (JSA) PADA GEDUNG DEPARTEMEN PRODUCTION
LOGISTIC (PLG) PT. X. Laporan Magang. Jakarta.
Imamkhasani, Soemanto. 1998. LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN Vol. I.
Puslitbang Kimia Terapan LIPI. Jakarta.
Imamkhasani, Soemanto. 1999. LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN Vol. II.
Puslitbang Kimia Terapan LIPI. Jakarta.
Imamkhasani, Soemanto. 2001. LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN Vol. III.
Puslitbang Kimia Terapan LIPI. Jakarta.
Imamkhasani, Soemanto. 2003. LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN Vol. IV.
Puslitbang Kimia Terapan LIPI. Jakarta.
Rijanto, B.Boedi. 2010. PEDOMAN PRAKTIS KESELAMATAN, KESEHATAN
KERJA DAN LINGKUNGAN(K3L). Mitra Wacana Media. Jakarta.
SNI
06-3963. 1995, Cara Uji Pengujian Jenis dan Jumlah Plankton, Jakarta.
SNI 06-6964.7, 2003, Cara Uji Nitrat dengan Reduksi Cadmium secara
Spektrofotometri, Jakarta.
SNI 06-6989.6, 2009, Cara Uji Tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA-nyala), Jakarta.
SNI 06-6989.10, 2004, Cara Uji Minyak dan Lemak (O&G) secara Gravimetri,
Jakarta.
SNI 06-6989.21-2004, Cara Uji Kadar Fenol secara Spektrofotometri, Jakarta.
SNI 06-6989.27, 2005, Cara Uji Padatan Terlaruti Total (TDS) secara Gravimetri,
Jakarta.
SNI 06-6989.73, 2009, Cara Uji Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen
Demand, COD) dengan Refluks tertutup secara Titirimetri, Jakarta.
SNI 19-7119.1, 2005, Cara Uji Kadar Ammonia (NH3) dengan metode Indofenol
menggunakan Spektrofotometer, Jakarta.
SNI 19-7117.5, 2005, Cara Uji Kadar Oksida Nitrogen (NOx) dengan metode Phenol
Disulphonic Acid menggunakan Spektrofotometer, Jakarta.