Anda di halaman 1dari 5

Valuta Asing yang biasa disingkat Valas atau dalam Bahasa Inggris dikenal

sebagai forex (Foreign Exchange), yang berarti pertukaran uang dari nilai
mata uang yang berbeda. Valuta asing merupakan suatu mekanisme di
mana orang dapat mentransfer daya beli antarnegara, memperoleh atau
menyediakan kredit untuk transaksi perdagangan internasioanal, dan
meminimalkan kemungkinan resiko kerugian (exposure of risk) akibat
terjadinya fluktuasi kurs suatu mata uang. Forex exposure (FE) dapat diartikan
sebagai suatu risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan sebagai akibat perubahan atau fluktuasi
kurs valas. Suatu perusahaan yang melakukan transaksi internasional (ekspor dan impor) tentu
arus kas (cash flow) akan terpengaruh secara langsung oleh fluktuasi kurs valas.
Secara umum, pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap perusahaan dapat dibedakan atas tiga
macam, yaitu :

1. Transaction exposure,
Diartikan sebagai risiko pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap future cash transaction, sesuai
dengan karakter perdagangan internasional yang mengenal adanya delay waktu pembayaran.
Dengan adanya delay waktu pembayaran ini, misalnya 3 bulan, akan menimbulkan risk, karena
selama 3 bulan itu tentunya nilai tukar mata uang akan selalu berfluktuasi. Sehingga perusahaan
yang terlibat transaksi ini terekspos terhadap nilai valas di masa depan . Menurut Eitman,
beberapa aktivitas yang dapat mengakibatkan suatu transaction exposure diantaranya
adalah:

Membeli/menjual dalam kredit dengan harga dalam valas


Meminjam/ memberi pinjaman, dengan sistem pelunasan menggunakan valas
Masuk ke dalam kontrak forward valas
Memperoleh asset atau liabilities dalam valas

Seperti yang telah diungkapkan diatas, ketika perusahaan menghadapi transaction exposure,
maka perusahaan tersebut memiliki dua opsi yakni melakukan hedging atau tidak. Jika

perusahaan memilih untuk tidak melakukan hedging maka opsi yang dimilikinya untuk
meminimalisir risiko adalah:

Mentransfer risiko tersebut ke pihak lain. Misalnya, perusahaan Indonesia mengeakan


harga jual produk ekspornya ke AS dalam Rupia dan bukannya Dollar. Sehingga importer

AS yang terekspos terhadap pergerakan mata uang rupiah.


Meminta pelunasan cepat. Risiko valas dapat diminimalisir jika perusahaan meminta

pelunasan secepatnya. Sehingga bisa menggunakan nilai mata uang spot.


Melakukan netting. Biasanya hal ini dilakukan oleh perusahaan MNC yang punya banyak
cabang

dan

melakukan

banyak

transaksi

valas.

Yang

dilakukan

adalah

mengkonsolidasikan seluruh posisi mata uang asing dalam satu Negara dan dihitung netnya dari transaksi transaksi yang terjadi dengan pihak lain.
Dan jika perusahaan memilih untuk melakukan hedging, pada umumnya teknik teknik yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

Forward Hedge
Forward Hedge memungkinkan perusahaan untuk mematok nilai valas pada
masa depan yang sudah ditentukan sejak hari transaksi. Kontrak forward
biasanya dilakukan dengan bank sebagai counter party. Mialnya, sebuah
perusahaan AS mengekspor ke Eropa, dan akan menerima pembayaran sebesar
50.000 dalam 90hari ke depan. Spot rate saat ini adalah $1.3950/,
sementara 3-month forward rate adalah $1.3840/. Dengan melakukan
forward hedge, maka dalam 3bulan mendatang perusahaan akan menerima
50.000 dan menukarnya pada rate $1.3840/ dan menerima $62.900.
meskipun lebih kecil dari perkiraan $69.750 tanpa hedging namun dengan
melakukan forward hedge berarti mengeliminasi transaction exposure. Tanpa
melakukan hedging maka perusahaan akan terekspos oleh risiko pergerakan
nilai mata uang asing, bisa gain ataupun loss.
Keunggulan menggunakan forward yakni seandainya rate forward
m e m p r e d i k s i spot rate di masa depan dengan tepat, maka real cost of hedging adalah
nol. Kekurangan dari forward hedge antara lain adalah bisnis kecil kadang
tidak dapat mengaksesnya, karena bank terekspos risiko bahwa perusahaan
tidak memenuhi kontrak forward tersebut, Perusahaan yang credit worthiness-

nya kurang baik juga bisa ditolak oleh bank. Sehingga, salah satu opsi

lainnya yakni dengan melakukan futures hedge.


Future Hedge
merupakan suatu kesepakatan kontrak tertulis antara dua pihak (pembeli dan penjual)
untuk melakukan dan menerima penyerahan sejumlah aset/komoditi dalam jumlah, harga
dan batas waktu tertentu. Seluruh keuntungan atau kerugian pada kontrak futures
direalisasi dari hari ke hari karena prosedur penyelesaian harian. Lembaga kliring akan
bertindak selaku mitra transaksi atas semua kontrak yang diperdagangkan, dan

menentukan aturan marjin yang dibutuhkan.


Money Market Hedge
Hedging di pasar uang yakni aktivitas lindung nilai untuk utang maupun piutang di masa depan, dengan
cara mengambil posisi di pasar uang. Misalnya, jika sebuah perusahaan punya piutang sebesar $100.000
maka terekspos risiko jika nantinya Dollar melemah terhadap Rupiah. Untuk mengeliminasi risiko
tersebut maka perusahaan bisa mengambil pinjaman dalam Dollar, menukarnya ke Rupiah kemudian
berinvestasi pada pasar uang selanjutnya hasil pembayaran piutang tersebut akan digunakan untuk

melunasi pinjaman.
Currency Option Hedge
Yakni dengan menggunakan hak beli atau hak jual sejumlah mata uang asing pada tingkat
harga tertentu. Hedging option memungkinkan perusahaan untuk melindungi risiko
pergerakan mata uang asing yang tidak diharapkan, juga memungkinkan perusahaan
untuk menangguk untung.

2. Economic/operating exposure,
Yaitu sejauh mana fluktuasi nilai tukar akan mempengaruhi present value arus kas perusahaan di
masa depan, baik MNC maupun perusahaan domestik yang berhadapan langsung dengan
perdagangan internasional. Pada intinya economic exposure ini terfokus kearah ekonomi atau
profit perusahaan. Arus kas yang tidak memerlukan konversi mata uang tidak mencerminkan
economic exposure, namun arus kas ini juga dapat dipengaruhi secara signifikan oleh pergerakan
nilai tukar. Bukan hanya MNC, perusahaan-perusahaan domestik murni bisa saja dipengaruhi
oleh economic exposure jika ada persaingan dengan perusahaan asing yang bermain di pasar
lokal. Perusahaan multinasional cenderung jauh lebih merasakan dampak dari fluktuasi nilai
tukar. Dampaknya bervariasi di seluruh perusahaan multinasional sesuai dengan karakteristik
operasional dan net currency masing-masing. Secara umum, perusahaan yang memiliki biaya

asing lebih besar dari pendapatannya, akan menjadi unfavorable akibat dipengaruhi oleh mata
uang asing yang lebih kuat. Contohnya, Pada awal tahun 2009 perusahaan memperkirakan akan
mendapat kan profit sebesar $25.000 dengan patokan kurs yang berlaku US$ 1 = Rp 10.000.
Pada akhir tahun 2009 perusahaan berhasil mencapai profit sesuai target yaitu $25.000, namun
kurs yang berlaku saat itu menjadi US$ 1 = Rp 9.000. Jadi terlihat ada penurunan profit setelah
profit tersebut dikonversi ke mata uang rupiah akibat dari perubahan nilai tukar, dalam kasus ini
US dollar melemah terhadap rupiah.
Untuk mengatasinya, perusahaan perlu melakukan berbagai penyesuian (menambah/mengurangi)
terhadap hal-hal berikut :

Jumlah penjualan diluar negeri


Tingkat ketergantungan pada supplier asing
Fasilitas produksi diluar negeri
Jumlah utang dalam mata uang asing

Keputusan untuk menambah ataupun mengurangi keempat hal tersebut tergantung dari
pergerakan nilai tukar, apakah menguat atau melemah.
3. Translation/accounting exposure.
Yaitu sejauh mana fluktuasi nilai tukar akan mempengaruhi perhitungan laporan keuangan
perusahaan. Jadi pada intinya translation exposure ini tidak berpengaruh secara langsung kepada
arus kas perusahaan, tetapi lebih kearah baik atau buruknya laporan kinerja perusahaan pada
suatu periode tertentu.
Secara umum, translation exposure memiliki pengaruh kepada perusahaan karena :

Beberapa anak perusahaan MNC mungkin ingin mengirimkan penghasilan mereka

kepada induk perusahaan.


Nilai tukar yang berlaku saat ini dapat digunakan untuk meramalkan arus kas yang

diharapkan dapat direalisasikan dari pengiriman uang di masa depan


Consolidated earnings biasanya digunakan oleh banyak investor untuk menilai
perusahaanmultinasional.

Besarnya translation exposure yang dihadapi oleh MNC tergantung pada :

1. Proporsi usaha yang dilakukan oleh anak perusahaan yang berada diluar negeri
2. Lokasi anak perusahaan asing
3. Metode pencatatan akuntansi yang digunakan perusahaan.
Contoh translation exposure :
Setahun yang lalu perusahaan membeli mesin seharga $150.000 dengan kurs $1 = Rp10.000.
Pada tahun ini nilai tukar tetap seperti satu tahun kemarin, yaitu $ 1 = Rp 10.000. Lalu setahun
kemudian US dollar melemah terhadap rupiah, sehingga nilai tukar berubah menjadi $1 =
Rp9.000. Dengan berubahnya nilai tukar ini dan diasumsikan tidak ada faktor inflasi, maka nilai
mesin pada laporan keuangan perusahaan juga berubah menjadi lebih murah. Jadi besarnya asset
perusahaan itu naik turun, tergantung dari nilai tukar yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai