Anda di halaman 1dari 5

Prosiding SNYuBe 2013

DETEKSI NARKOTIKA JENIS CANNABINOL DAN MORFIN


DARI SAMPEL URINE PENGGUNA NARKOTIKA
1*

Muhammad Taufik , Basuki Wirjosentono , Zulni Erma


1

Mahasiswa S3 Kimia Universitas Sumatera Utara


Dosen FMIPA Kimia Universitas Sumatera Utara
3
Kasubbid Narkoba Laboratorium Forensik Polri Cabang Medan
*Email : Taufiqssi@yahoo.com
2

Abstrak

Telah dilakukan deteksi pemeriksaan Narkotika jenis Cannabinol dan Morfin


terhadap Pengguna Narkoba mengunakan sampel urine. Urine merupakan
senyawa hasil metabolit yang dihasilkan oleh manusia yang mengandung
protein tempat terikatnya zat zat asing didalam tubuh manusia. Dengan
bertambahnya waktu, perkembangan kejahatan narkotika semakin meningkat
dan harus diselaraskan dengan perkembangan metode pemeriksaan secara
ilmiah yang cepat dan akurat sehingga perlu mengembangkan metode
metode sederhana yang baru dalam menghasilkan model pemeriksaan
narkotika yang akurat. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Preparasi
urine dilakukan secara simultan menggunakan pelarut 2-propanol : Kloroform
(1 : 1). Cannabinol dideteksi dengan menggunakan reagens Fast Blue Test
Salt B menghasilkan endapan ungu, Morfine dideteksi menggunakan Marquist
Test yang juga menghasilkan endapan ungu. Hasil uji pendahuluan ini
dikonfirmasi dengan instrument Gas Chromatography Spektroskopy Massa
(GCMS). Hasil pemeriksaan identik dengan sampel Cannabinol didalam
Ganja dan Standard Morfin.
Kata Kunci : Deteksi, Narkotika, Cannabinol, Morfin, GCMS.

Pendahuluan
Deteksi dari senyawaan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif (Narkoba)
menggunakan sampel hasil metabolit sekunder manusia (urine, darah, rambut, dan
kuku) memiliki peranan yang sangat penting dalam bidang toksikologi forensik
terutama dalam hal memberikan informasi riwayat penyalahgunakan narkotika.
Obat-obatan tersebut dapat terdeteksi beberapa jam setelah konsumsi terakhir [1].
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif
berbahaya lainnya, yaitu bahan atau zat yang jika dimasukkan dalam tubuh
manusia, baik secara diminum, dihirup maupun disuntikkan dapat mengubah
pikiran, perasaan dan juga perilaku seseorang dan lebih jauh lagi narkoba akan
dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis. Penyalahgunaan Narkotika
merupakan salah satu masalah pemerintah yang perlu mendapatkan perhatian
serius dari semua pihak. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatkan kasus
narkotika yang dilaporkan oleh berbagai media. Dalam hal pemeriksaan jenis
narkotika ini maka perlu dicari metode metode yang cukup teruji yang dapat
menganalisa Narkotika tersebut dengan hasil yang optimal [2]. Pada penelitian ini
narkoba yang akan dianalisis adalah dari jenis sintetik (morfin) dan bahan alam
(ganja). Morfin merupakan alkaloida yang terdapat dalam opium/candu yang berasal
dari tanaman papaver somniferum L. Bila digunakan dapat menimbulkan
226

Prosiding SNYuBe 2013

ketergantungan fisik, psikis dan toleransi sehingga penggunaan dalam pengobatan


sangat dibatasi dan merupakan pilihan obat terakhir. Morfin berupa serbuk berwarna
putih, digunakan dalam pengobatan untuk menghilangkan rasa nyeri yang amat
sangat pada penderita kanker, operasi dan sebagainya, pemberian morfin kepada
pasien sudah dalam bentuk sustained release tablet. Cannabinoid (yang terkandung
dalam tanaman ganja) berperan dalam neuroproteksi lewat satu atau lebih prosesproses diatas terutama pada kondisi parah, neurodegenerasi, luka trauma dan
iskemia [3,4,5,6]. Cannabinoid juga bisa menjadi terapi efektif untuk memperlambat
atau bahkan menghentikan proses-proses neurodegenerasi pada proses kognitif
seperti pada penyakit Alzheimer, gangguan kemampuan motorik seperti Parkinson,
penyakit Huntington, ALS (Amyotropic Lateral Sclerosis) dan Multiple Sclerosis
(MS).
Beberapa lembaga resmi dari pemerintah yang diberikan kewenangan dalam
pemeriksaan narkotika ini adalah Badam Pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM),
Puslabfor Bareskrim Polri, dan Badan Narkotika Nasional (BNN) masih memiliki
keterbatasan dalam pemilihan metode yang sesuai terutama dalam pemeriksaan
sampel dari hasil metabolit dengan waktu yang cepat dan akurat [7,8]
Narkotika dalam senyawa metabolit akan terdeteksi dalam urine setelah 24 jam
setelah pemakaian oleh Pemakai, darah selama 3 x 24 jam setelah pemakaian, dan
rambut setelah 4 x 24 jam setelah pemakaian. Secara umum metode yang
dikembangkan untuk Deteksi narkotika adalah metode pendahuluan menggunakan
reagens tertentu kemudian dilanjutkan dengan metode kromatografi dengan
menggunakan GCMS dan LCMS dan juga dapat menggunakan Radioimmunoassay
(RIA) test [9].
Aplikasi dari GCMS merupakan titik balik dalam mendeteksi obat dalam obat dalam
hasil metabolit manusia. Jurado (2000) telah melaporkan tentang deteksi dari morfin
dan cocain dari urine dan rambut menggunakan GCMS dengan batas deteksi
sampai 10 pg/mg dan sejak saat itu jumlah penelitian terbaru dan senyawa
senyawa yang baru pula banyak diteliti dengan akurasi dan sensitifitas yang tinggi.
Deteksi meliputi preparasi, analisis, dan identifikasi dari senyawa narkotika sintetis
(morfin) dan narkotika alami (ganja) perlu dioptimasi. Instrument GCMS digunakan
untuk analisa senyawaan narkotika dan akan dipilih metode yang mudah dan akurat
sehingga akan menghasilkan nilai kepercayaan yang tinggi sehingga penelitian ini
perlu untuk dilaksanakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempreparasi dan mendeteksi senyawaan narkotika
jenis morfin dan ganja dari sampel urine dan untuk mengaplikasikan instrument
GCMS dalam pemeriksaan sampel urine dengan nilai akurasi yang tinggi.
Metodologi Penelitian
Tempat dan waktu Penelitian. Sampel urine diambil dan dikumpulkan dari Pasien
dengan ketergantungan Narkoba jenis Ganja dan Morfin Panti Rehabilitasi Al-Kamal
Sibolangit Centre. Sampel diuji di Laboratorium Biokimia STIKes RS Haji Medan
dan identifikasi dilanjutkan di Laboratorium Forensik Cabang Medan. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Juni s.d. Nopember 2013.

227

Prosiding SNYuBe 2013

Bahan dan alat


Bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bahan kimia dengan derajat kemurnian pro analisis. Sementara untuk keperluan
kromatografi digunakan bahan kimia berderajat kromatografi, antara lain 2
Propoanol, Kloroform, metanol.
Alat. Alat-alat yang digunakan meliputi alat-alat gelas yang biasa digunakan untuk
untuk keperluan untuk preparasi, Ultrasonic bath, Instrumentasi GCMS.
Prosedur Penelitian
Pengumpulan Sampel. Sampel urine pengguna narkotika diambil sebanyak 50 ml,
dimasukkan ke dalam wadah kaca dengan tutup baik, kemudian disimpan dalam
termos es (temperatur 150C).
Preparasi Sampel
a.
Sampel urine diekstraksi dengan pelarut 2 propanol dan kloroform 1:1 .
b.
Disonifikasi selama 2 jam, kemudian disentrifugasi selama 10 menit.
c.
Fase pelarut dibagian bawah dipindahkan ke dalam cawan penguap
kemudian dibiarkan selama 60 menit sampai pelarut menguap dan
dibilas dengan methanol untuk dianalisa.
d.
Sampel diuji Pendahuluan.
e.
Analisis dilanjutkan dengan Instrument GCMS 5890 Agilent.
f.
Uji Pendahuluan dan Lanjutan dilakukan terhadap sampel Urine
pengguna dan pembanding (bukan pengguna).
Uji Pendahuluan. Rambut hasil preparasi diuji pendahuluan untuk mendeteksi ada
atau tidaknya morfin ataupun ganja dalam rambut. Uji pendahuluan ini
menggunakan Marquist Test dan Fast blue test Salt B.
Analisa GCMS
a. Digunakan Gas kromatografi (GC) Agilent digabung dengan
Spektroskopi Massa (MS) model 5890.
b. Kolom yang digunakan adalah HP 5 MS dengan 0,25 mm ID dan 0,25 l
ketebalan film.
c. Gas pembawa Helium dengan laju konstan 1,5 ml/menit.
d. Model splitles dengan waktu 60 detik.
e. Temperatur injector = 2500C dan temperature interface 265 0C.
f. Temperatur oven 1500C selama 2 menit dan meningkat menjadi 280 0C
dengan laju (rate) 100C/menit .
Hasil dan Pembahasan
Penelitian merupakan penelitian pendahuluan dalam rangka deteksi Morfin dan
cannabinol secara cepat dan akurat. Metode sederhana sangat perlu untuk
dikembangkan sehingga akan menyederhanakan proses penyidikan yang lebih
mudah. Sampel urine diambil dan dikumpulkan dari pengguna morfin dan ganja.
Preparasi dilakukan secara simultan dengan menggunakan pelarut 2 propanol
dan kloroform dengan perbandingan 1 : 1. Pelarut ini dipilih berdasarkan data
optimal dari observasi yang telah dilakukan dengan mempergunakan berbagai
pelarut yang sesuai.
228

Prosiding SNYuBe 2013

Hasil Uji Pendahuluan menunjukkan bahwa diperolehnya endapan ungu baik


menggunakan Reagens marquist test maupun Fast blue test salt B. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel positif mengandung cannabinol dan morfin.
Pengujian dilanjutkan dengan Instrument GCMS. Hal ini dimaksudkan untuk
mempelajari secara kualitatif sampel urine yang telah dipreparasi benar
mengandung narkotika jenis cannabinoid dan morfin. Hasil yang diperoleh sebagai
berikut :
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan menggunakan GCMS
No
1

2
3

Sampel
Urine

Standard
Morfin
Standard
Cannabinol

Senyawa
Morphine

RT
19,275

Qual
95

Cannabinol

22,128

95

Morphine

19,270

99

Cannabinol

22,127

99

MS (m/z)
287, 285, 268, 215,
162, 115, 59, 42
310, 296, 295, 281,
265, 238, 195, 119,
91
285, 268, 215, 162,
115, 59, 42
310, 295, 281, 265,
238, 195, 119, 91

Kromatogram GC dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Kromatogram GC cannabinol dan morfin pada sampel urine

Sonication diperlukan untuk menghasilkan kualitas > 95%. Hal ini dapat dilihat pada
Kromatogram GC dan dipertegaskan oleh spectrum MS, dimana pada sampel urine
diperoleh RT 19,275 untuk Morfin, qual 96% dengan spektrum MS pada (m / z):
287, 285, 268, 215, 162, 115, 59, 42. Cannabinol pada urine yang diperoleh pada
RT 22,128, qual 96% dengan spectrum MS (m / z): 310, 296, 295, 281, 265, 238,
195, 119, 91. Hasil ini mirip dengan spectrum cannabinol dan morfin standar.
Sampel standar diperoleh qual = 99% (Gambar 1 dan 2)

229

Prosiding SNYuBe 2013

Gambar 2. Kromatogram GC cannabinol dan morfin pada sampel standard

Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cannabinol dan morfin dapat dideteksi
melalui preparasi secara simultan menggunakan pelarut 2-propanol dan kloroform
1:1. Metode dengan cara sederhana ini dapat dilakukan dalam pemeriksaan
narkotika dari sampel urine secara efektif dan mudah.
Referensi
[1] Abdi, dkk., 2004, Detection of Morphine in Opioid Abusers Hair by GC/MS, DARU
Journal, Volume 12 No. 2 Hal. 71 75.
[2] Baumgartner, A, dkk. , 1979, Radioimmunoassay of Hair for Determining Opiate Abuse
Histories, The Journal of Nuclear Medicine, Hal. 748 752.
[3] BVDA. 2004. Preparation Of Suspect Material. diunduh dari website http://www.
bvda.com/EN/prdctinf/pf_en_np.html.
[4] Darmansjah dan Metta. 2007. dikutip dari Sulistia Gan Gunawan. 2009. Farmakologi
dan Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
[5] DanceSafe. 2011. Marquist Reagent. diunduh dari website http://en.wikipedia.
org/wiki/Marquis_reagent.
[6] DepKes. 2001. dikutip dari Purba dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Masalah Psikososial dan gangguan Jiwa Edisi Kedua. USU Press. Medan
[7] EcstasyData. 2011. Test Types. diunduh dari website http://www.ecstasydata.org/
about_data_test_types.php.
[8] Fowlis, Ian A.,1998. Gas Chromatography Analytical Chemistry by Open Learning. John
Wiley & Sons Ltd: Chichester.
[9] Hegstd, S, dkk., 2008, Drug Screening of Hair br Liquid Chromatography-Tandem Mass
Spectrometry, Journal of Analytical Toxicology, Vol. 32 Hal. 364 372.

230

Anda mungkin juga menyukai