Anda di halaman 1dari 10

4.

BAB IV

Hasil Analisis
Bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil analisis penelitian analisis statistik dan
ekonomi dari parameter yang terdapat pada hasil regresi model Vector Error Correction
Model (VECM). Terdapat beberapa pengujian sebelum menyatakan bahwa model VECM ini
dinyatakan tepat. Pengujian tersebut antara lain pengujian stasioneritas, pengujian
kointegrasi, pengujian penentuan lag optimal, pengujian kausalitas granger, pengujian
stabilitas, pengujian heterokedastisitas, dan pengujian autokorelasi.

4.1 Uji Stasioneritas

Pengujian akar unit Augmented Dickey-Fuller sebagai langkah dalam menentukan


ordering variables data time series yang stasioner. Tingkat stasioneritas data bisa diukur pada
tingkat level I (0) namun apabila tidak stasioner dapat dicari pada tingkat yang lebih tinggi
yaitu first difference I (1). Apabila penggunaan tingkat yang lebih tinggi ini digunakan harus
diliat mengenai validitas datanya. Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian unit root
dengan penggunaan uji Augmented Dickey Fuller. Berikut ini adalah hasil pengujian unit root
variabel KURS dan Variabel JII :

Tabel 4.1
Hasil Uji Stasioneritas Variabel KURS
Null Hypothesis: KURS has a unit root

Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)

Augmented Dickey-Fuller test statistic


Test critical values:
1% level
5% level
10% level

t-Statistic

Prob.*

-9.315683
-3.486064
-2.885863
-2.579818

0.0000

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Sumber : Hasil pengujian dengan Eviews 6

Uji Augmented Dickey-Fuller Test (ADF Test) hipotesis nolnya adalah data
mengandung unit root atau data tersebut tidak stasioner dengan kriteria jika nilai statistik t
pada tabel diatas lebih besar dari nilai kritikal maka hipotesis nol ditolak yang artinya data
telah stasioner. Berdasarkan tabel 4.1 diatas dan pada lampiran 2 menggunakan uji ADF
dapat disimpulkan bahwa variabel KURS telah stasioner pada tingkat level. Data dari
variabel tingkat pertumbuhan nilai tukar telah terjadi stasioneritas.

Tabel 4.2
Hasil Uji Stasioneritas Variabel JII
Null Hypothesis: JII has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)

Augmented Dickey-Fuller test statistic


Test critical values:
1% level
5% level
10% level

t-Statistic

Prob.*

-8.565364
-3.486064
-2.885863
-2.579818

0.0000

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Sumber : Hasil pengujian dengan Eviews 6

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dan pada lampiran 2 menggunakan uji ADF dapat
disimpulkan bahwa variabel JII telah stasioner pada tingkat level. Data dari variabel tingkat
pengembalian saham telah terjadi stasioneritas.

4.2 Penentuan Lag Optimal

Penentuan lag optimal ini ditentukan dengan membandingkan nilai dari Akaike
Information (AIC). Selain itu terdapat 4 jenis indikator criterion lag length lainnya seperti :
LR, FPE, SC (SIC) dan HQ (HQC). Model VAR yang paling baik adalah model yang
memiliki nilai AIC terkecil dan sebagai tambahan didukung juga dengan menggunakan
kriteria yang lainnya.

Lag
0
1
2
3

LR
NA
12.17731
*
6.912145
4.37674

Tabel 4.3
Hasil Penentuan Lag Optimal
FPE
AIC
SC
6.29E-06
-6.30042
-6.251320*

HQ
-6.280504

6.04e-06*
6.08E-06
6.27E-06

-6.281754*
-6.235026
-6.164961

-6.341499*
-6.334602
-6.304367

-6.1942
-6.089103
-5.960669

Sumber : Hasil pengujian Eviews 6

Panjang lag yang optimal untuk model VAR adalah lag ke-1. Berdasarkan tabel 4.3
lag ke-1 dipilih karena mempunyai kriteria nilai Akaike Information Criterion (AIC) yang
paling kecil diantara lag-lag yang lainnya dan kemudian didukung juga dengan nilai LR, FPE
dan HQ yang paling kecil pada lag tersebut. Hasil lengkap penentuan lag optimal terdapat di
lampiran 3.

4.3 Uji Kausalitas Granger

Uji kausalitas granger diketahui bahwa yang memiliki hubungan kausalitas adalah
yang memiliki nilai probabilitas yang lebih kecil daripada nilai alpha 0.05 sehingga nanti Ho

akan ditolak yang berarti suatu variabel akan mempengaruhi variabel lain. Berikut ini adalah
hasil pengujian kausalitas granger :

Tabel 4.4
Hasil Pengujian Kausalitas Granger
Null Hypotesis
Obs F-Statistic
JII does not Granger Cause KURS
4.09487
119
KURS does not Granger Cause JII
1.53379

Prob
0.0453
0.2180

Sumber : Hasil pengujian Eviews 6

Hasil pengujian kausalitas granger pada tabel 4.3 dan selengkapnya pada lampiran 4
menunjukkan bahwa hipotesis nol variabel JII memiliki kausalitas variabel KURS ditolak
karena probabilitas sebesar 0.0453 kurang dari alpha 0.05, artinya bahwa variabel tingkat
pengembalian saham (JII) mempengaruhi variabel tingkat pertumbuhan nilai tukar (KURS).
Variabel tingkat pertumbuhan nilai tukar (KURS) secara statistik tidak signifikan
mempengaruhi variabel tingkat pengembalian saham (JII) karena probabilita sebesar 0.2180
yang lebih besar dari alpha 0.05 maka hipotesis nol diterima.

Berdasarkan tabel 4.3 disimpulkan bahwa terjadi kausalitas searah (unidirectional


causality) antara variabel tingkat pengembalian saham dan variabel tingkat pertumbuhan nilai
tukar yaitu hanya tingkat pengembalian saham yang secara statistik mempengaruhi tingkat
pertumbuhan nilai tukar.

4.4 Uji Kointegrasi

Tes kointegrasi terhadap variabel penelitian ini menggunakan Johansen Cointegration


Test untuk mengetahui cointegration rank. Jika terdapat kointegrasi pada model maka metode

VECM yang dipilih, jika tidak terdapat kointegrasi pada model maka metode VAR yang
dipilih.

Tabel 4.5
Hasil Uji Kointegrasi Johansen
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized
No. of CE(s)

Eigenvalue

Trace
Statistic

0.05
Critical Value

Prob.**

None *
At most 1 *

0.308168
0.228732

74.11949
30.64684

15.49471
3.841466

0.0000
0.0000

Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level


* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)
Hypothesized
No. of CE(s)

Eigenvalue

Max-Eigen
Statistic

0.05
Critical Value

Prob.**

None *
At most 1 *

0.308168
0.228732

43.47265
30.64684

14.26460
3.841466

0.0000
0.0000

Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level


* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Hasil uji kointegrasi terlihat dari trace test dan max-eigen test, kemudian kedua nilai
tersebut dibandingkan dengan critical value sebesar 5 persen dan apabila nilai trace dan maxeigen value lebih besar daripada critical value maka terdapat kointegrasi pada tingkat
keyakinan 95 persen. Pada tabel diatas dapat diinterpretasikan adanya kointegrasi pada
tingkat kepercayaan 95 persen. Dengan adanya kointegrasi pada uji johansen memperlihatkan
indikasi awal hubungan jangka panjang antar variabel sehingga variabel ini membentuk suatu
hubungan yang linier.

4.5 Hasil Estimasi VECM

Setelah dilakukan uji stasioneritas, kointegrasi, penentuan lag optimum dan uji
kausalitas granger maka estimasi VECM dilakukan. Berikut ini adalah hasil estimasi dari
model VECM :

Tabel 4.6
Hasil Estimasi Model VECM Jangka Pendek
Error
Correction:
CointEq1

D(KURS(-1))

D(JII(-1))

R-squared
F-statistic

D(KURS)

D(JII)
1.028341**
-0.711671***
*
-0.10549
-0.22191
[-6.74621]
[ 4.63414]
-0.132425
-3.41E-01*
-0.09716
-0.20439
[-1.36291]
[-1.66836]
-0.16354*** -0.32553***
-0.04128
-0.08682
[-3.96216]
[-3.74931]
-6.72E-05
-0.000239
-0.00335
-0.00704
[-0.02010]
[-0.03397]
0.451689
0.300786
31.30376
16.34674

Catatan : *** signifikan pada tingkat kepercayaan 99% (=1%),


** signifikan pada tingkat kepercayaan 95% (=5%), *
signifikan pada tingkat kepercayaan 90% (=10%)
Sumber : Hasil pengujian dengan Eviews 6

Tabel diatas menunjukkan bahwa dalam jangka pendek tingkat pengembalian nilai
tukar hanya dipengaruhi secara negatif oleh tingkat pengembalian saham. Sedangkan untuk
variabel tingkat pengembalian saham dipengaruhi secara negatif oleh tingkat pengembalian
saham itu sendiri dan tingkat pertumbuhan nilai tukar. Hal yang terpenting dari persamaan
jangka pendek ini adalah nilai dari error correction (ECT) yang bernilai positif dan signifikan
yang berarti model empiris ini memiliki spesifikasi yang valid sehingga hasil VECM dapat

digunakan untuk melihat pengaruh di jangka panjangnya. Untuk itu, hasil estimasi model
VAR relatif dapat dipercaya. Sehingga didapatkan model jangka pendek untuk pertumbuhan
nilai tukar seperti berikut:

dkurs=0.711671199777 ECT 0.163540239622 djiit 1

(Eq 4.0)

Interpretasi pada model jangka pendek diatas adalah apabila ada perubahan sebesar 1
persen pada pengembalian saham (JII) maka akan menyebabkan penurunan peretumbuhan
nilai tukar (KURS) sebesar 0.1635 persen. Untuk VECM yang bernilai -0.711
mengindikasikan sebesar 71 persen mampu mengoreksi deviasi keseimbangan jangka
panjang setelah lag pertama atau model ini mampu mengoreksi ketidaksesuaian jangka
pendek terhadap jangka panjang sebesar 71 persen selama satu bulan. Nilai error correction
yang negatif memperlihatkan adanya koreksi dari pergerakan suatu variabel menuju
keseimbangan jangka panjangnya sehingga koefisiennya bernilai negatif dan nilai koefisien
tersebut harus mendekati nol sehingga penyesuaian menuju keseimbangan jangka panjangnya
semakin cepat. Sedangkan model jangka pendek untuk pengembalian saham adalah sebagai
berikut :

djii=1.02834072361 ECT 0.340988653966 dkurs t10.325530467706 djii t 1 (Eq 4.0)

Interpretasi pada model jangka pendek diatas adalah apabila ada perubahan sebesar 1
persen pada pengembalian saham (JII) maka akan menyebabkan penurunan pengembalian
saham sebesar 0.325 persen. Adapun variabel pertumbuhan nilai tukar bernilai -0.340988

yang berarti apabila ada perubahan sebesar 1 persen pada pertumbuhan nilai tukar (KURS)
sebulan yang lalu maka akan mengurangi pengembalian saham (JII) bulan ini sebesar 0.341
persen. Untuk VECM yang bernilai positif 1.028 mengindikasikan sebesar 102 persen
mampu mengoreksi deviasi keseimbangan jangka panjang setelah lag pertama atau model ini
mampu mengoreksi ketidaksesuaian jangka pendek terhadap jangka panjang sebesar 102
persen selama satu bulan.

Model jangka panjang ini dilihat dari hasil pengujian kointegrasi dan ditemukan
adanya kesimbangan jangka panjang. Berikut ini adalah hasil estimasi model kointegrasi :

Tabel 4.7
Hasil Estimasi Model VECM Jangka Panjang
Cointegrating
Eq:
KURS(-1)
JII(-1)

CointEq1
1
-0.126494
-0.07895
[-1.60217]
-0.003629

Berdasarkan tabel 4.7 diatas variabel JII menjadi variabel bebas dan KURS menjadi
variabel terikat karena berdasarkan uji kausalitas granger terjadi hubungan searah dari
pengembalian saham (JII) terhadap pertumbuhan nilai tukar (KURS). Hasil estimasi diatas
jika dipindahkan ke persamaan akan menjadi seperti berikut :

kurs=0.003690.126494 jii t 1 (Eq 4.0)

Secara spesifik persamaan diatas menggambarkan pengaruh perubahan variabel


pengembalian saham terhadap pertumbuhan nilai tukar Indonesia. Koefisien variabel JII
bernilai -0.126 yang artinya kenaikan pertumbuhan 1 persen pada pengembalian saham
Jakarta Islamic Index maka akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan nilai tukar rupiah
terhadap dollar sebesar 0.127 persen.

Anda mungkin juga menyukai