Anda di halaman 1dari 2

CERITA RAKAYAT KBAUPATEN NGADA, FLORES, NTT

INE WIO
Pada zaman dahulu di kampung Watumanu, hidup seorang nenek yang bernama Ine Wio.
Dia hidup sendirian dan dia juga tergolong orang yang miskin. Hidupnya hanya bergantung pada
hasil kebunnya. Ine Wio sangat rajin,walaupun sudah tua tapi terus bekerja. Pada pagi hari Ine
Wio berangkat ke kebun. Tiba-tiba di tengah jalan,dia teringat kalau ada sesuatu yang lupa, yaitu
tempat sirih pinang dengan pisau. Akhirnya Ine Wio kembali ke kampung, untuk mengambil
barang yang dilupanya dan kembali lagi ke kebun. Tetapi sesampainya di tengah jalan di tempat
yang sama, dia mengingat kalau ada sesuatu yang lupa lagi, yaitu anak ayam. Dia tidak pernah
merasa lelah. Ine Wio pun segera kembali ke kampung untuk mengambil anak ayam dan
kembali lagi ke kebun. Di kebunnya ada sebuah pondok yaitu tempat untuk beristirahat dan
menyimpan hasil panen.
Sesampainya di kebun, Ine Wio meletakkan barangnya di dalam pondok dan anak
ayamnya diikat di tiang para-para di bawah tanah. Sesudah itu Ine Wio mulai bekerja. Dia
sangat rajin. Panas terik tidak dia hiraukan. Ketika hari semakin panas dia kembali ke pondok.
Hari itu juga dia tidak mempunyai makanan. Sebagai makan siang, kebetulan didalam pondok
hanya ada jagung tua dan kastela. Dia menggoreng jagung sebagai makan siangnya. Sesudah
makan, dia pergi bekerja lagi. Kebunnya lumayan besar,semuanya ada enam petak.
Hari sudah mulai sore, Ine wio istirahat bekerja dan bergegas untuk kembali ke kampung. Hari
itu Ine Wio dapat membersihkan kebunnya sebanyak empat petak. Sesampainya di tengah jalan
pada tempat yang sama seperti paginya dia berangkat, Ine wio mengingat kalau anak ayamnya
lupa di pondok dan dia pun kembali ke kebun.
Setibanya di kebun, Ine Wio membuka pintu dan masuk ke dalam. Namun, ketika Ine
Wio sedang membuka tali ayam, tiba-tiba masuk seekor babi hutan yang sangat besar. Ine Wio
sangat takut dan cepat-cepat nai ke atas para-para. Anak ayamnya di makan habis oleh babi
hutan. Tak lama kemudian muncul babi hutan yang kecil dan yang besar dalam jumlah yang
banyak. Ine Wio semakin takut dan dia pun mencari akal, agar babi hutan tersebut dapat keluar
dari dalam pondok. Langkah awalnya dia membuang semua jagung yang ada di atas para-para
dan semuanya di makan habis oleh babi hutan. Yang tersisa di atas para-para hanya kastela dan

Ine Wio pun membuang semua kastela itu dan semuanya pun di makan habis oleh babi
hutan. Ine Wio semakin takut dan dia hanya berpasrah Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tiba-tiba
saja semua babi hutan tersebut menggoyang tiang para-para, karena terus digoyang,akhirnya
para-para rubuh bersamaan dengan Ine Wio. Dengan cepatnya babi hutan menyerbu dan
mencabit-cabit tubuh Ine Wio. Yang tersisa hanyalah rambut putih, gelang dan tulang-tulang.
Sudah tiga hari orang-orang di kampung tidak pernah melihat Ine Wio. Kebetulan ada seorang
bapak yang kebunnya berdekatan dengan Ine Wio. Hari itu dia berangkat ke kebun, ketika lewat
di kebunnya Ine Wio, dia melihat pintu pondok terbuka dan dia pun memanggil Ine Wio, tetapi
tidak ada yang menjawab. Tiba-tiba saja dia melihat babi hutan lari keluar dari dalam pondok.
Bapak tua itu bergegas masuk ke pondok. Dia sangat terkejut karna tidak menemukan Ine Wio di
dalamnya, tetapi yang dilihatnya hanya rambut putih, gelang dan tulang-tulang berantakan di
tanah. Dia akhirnya mengumpulkan semuanya itu untuk di bawa pulang ke kampung dan dia
menceritakan semua yang dilihatnya kepada orang-orang di kampung Watumanu. Keesokan
harinya mereka bersama-sama menguburkan semua yang tersisa dari Ine Wio di suatu tempat
yang diberi nama RATE. Sejak itu warga masyarakat Watumanu dendam atau benci terhadap
babi hutan. Sehingga sampai sekarang dikampung Watumanu pada setiap bulan agustus selalu
mengadakan acara berburu babi hutan.

Anda mungkin juga menyukai