Anda di halaman 1dari 4

AgroinovasI

Ayam KUB

KUB adalah nama sementara sebelum pelepasan galur, diberikan pada ayam
kampung hasil seleksi. Kriteria seleksi pada ayam ini adalah penghilangan sifat
mengeram yang sekaligus meningkatkan produksi telur. Ayam KUB merupakan
singkatan dari kepanjangan Ayam Kampung Ungggulan Balai Penelitian Ternak.
Ayam kampung sendiri merupakan salah satu rumpun ayam lokal di Indonesia,
yang tidak khas alias beragam dalam warna bulu, bentuk jengger, ukuran tubuh dan
kapasitas produksinya. Ayam kampung dahulu dan sebagian sekarang hidupnya
di perkampungan dipelihara oleh saudara-saudara kita yang tinggal di pedesaan.
Mereka dipelihara secara tradisional diumbar di halaman rumah, lahan-lahan
pertanian, perkebunan, dan kolam. Pengandangan sangat terbatas berupa kandangkandang bambu untuk menampung mereka pada waktu malam hari. Sebagian lagi
mereka berteduh di kolong rumah atau kandang sapi atau domba, bahkan di atasatas pohon. Dengan kondisi seperti di atas, ayam kampung dimanfaatkan sebagai
sumber pangan daging dan telur rumah tangga.
Pada tahun 80an 90an, permintaan masyarakat akan telur ayam kampung
meningkat, sampai dalam sepuluh tahun terakhir ini ayam kampung semakin
mendapat tempat di masyarakat yang semakin baik, permintaan akan daging ayam
kampung terus meningkat, sehingga para peternak di pedesaan, yang tadinya
hanya memelihara ayam secara diumbar alakadarnya, sedikit demi sedikit mereka
berusaha memeliharanya secara semi intensif dan/atau intensif penuh.
Harga satuan kilogram maupun ekoran ayam kampung berumur antara 3
6 bulan jauh lebih tinggi dibandingkan harga ayam potong ras yang selama ini
tetuanya atau kakeknya diimpor dari luar negeri. Waktu hari raya Idul Adha 1432
H kemarin harga per kilo hidup ayam kampung mencapai Rp. 28.000 di Ciamis dan
Parung Kuda Sukabumi, sementara harga per kilo hidup ayam pedaging ras impor
hanya mencapai Rp. 13.200 di Pondok Rumput Kota Bogor. Permintaan daging
ayam kampung semakin meningkat di kalangan masyarakat ekonomi menengah ke
atas. Rasa khas dan rasa aman akan residu antibiotika daging ayam kampung inilah
rupanya yang dicari para konsumen.
Perolehan ayam kampung yang sementara ini sebagian besar dari hasil
tangkapan ayam-ayam umbaran dan sebagian kecil dari hasil pemeliharaan intensif.
Pemeliharaan ayam kampung secara intensif berkembang terus di masyarakat
karena permintaan semakin meningkat dalam enam tahun terakhir.
Sejarah Ayam Kub
Pada tahun 1998 tim peneliti Balai Penelitian Ternak telah melakukan seleksi
ayam kampung yang diperoleh dari Kecamatan Cigudeg dan kecamatan Ciawi di
Kabupaten Bogor, dari Kecamatan Cugenang di Kabupaten Cianjur, dari Kecamatan
Jatiwangi di Kabupaten Majalengka, dan dari kota Depok. Seleksi pada mulanya
dilakukan untuk menghilangkan sifat mengeram, namun kemudian dilanjutkan
dengan melakukan seleksi dengan kriteria produksi telur tertinggi pada enam
bulan pertama masa bertelur. Intensitas seleksi sebesar 50% berarti sebanyak 50%
dari populasi induk ayam yang berproduksi telur tertinggi dipilih untuk dijadikan
Badan Litbang Pertanian

Edisi 16-22 Mei 2012 No.3457 Tahun XLII

10 AgroinovasI
induk pada generasi berikutnya. Saat ini sudah tersedia ayam KUB generasi ke-6.
Pelaksanaan seleksi dilakukan hanya pada ayam betina, yang diamati produksi
telur secara individu. Ayam-ayam betina tersebut dikandangkan dalam kandang
batere dikawinkan secara inseminasi buatan oleh pejantan saudara seangkatannya.
Kinerja Ayam Kub
Produksi telur ayam kampung non seleksi yang hanya mencapai rata-rata 29%
ternyata dengan system seleksi seperti diuraikan di atas dapat ditingkatkan menjadi
rata-rata 50% pada generasi ke 6 dengan sifat mengeram yang menurun menjadi 10%
telah menjadikan komoditas ayam lebih menguntungkan secara ekonomis. Puncak
produksi telur mencapai 84% pada umur ayam 31 minggu. Bobot telur pertama
bertelur yang 30 g/butir akan bertambah terus sampai 36 gr/butir pada akhir bulan
kedua berproduksi, sudah siap untuk dibuahi dan ditetaskan.
Bobot hidup yang 29 g/ekor pada saat doc mencapai 200 g/ekor pada umur 4
minggu dan 600 g/ekor pada umur 10 minggu. Konsumsi kumulatif ransum dua
minggu pertama mencapai 120 g/ekor dan meningkat sampai dengan 350 pada umur
4 minggu dan 1600 g/ekor sampai dengan umur 10 minggu. Efisiensi penggunaan
ransum (FCR) 2 minggu pertama mencapai 2,5, pada umur 4 minggu mencapai
2,55 dan sampai dengan umur 10 minggu mencapai 2,85 kg/kg penambahan bobot
hidup. Sampai dengan umur 18 minggu ayam KUB betina akan mengkonsumsi 4,7
kg/ekor dengan FCR 4,39. Konsumsi harian di atas umur 18 minggu berkisar antara
56-64 gr/ekor untuk yang betina, dan 70-80 gr/ekor untuk yang jantan.
Dengan kondisi perkembangan permintaan pasar seperti dikemukakan di
atas, ayam KUB dapat dijadikan sebagai induk-induk penghasil telur-telur tetas
untuk menghasilkan DOC ayam kampung pedaging. Namun, pertumbuhan
ayam KUB tidak sebesar pertumbuhan ayam kampung rata-rata, oleh karena itu
dapat dimanfaatkan sebagai induk-induk yang dapat disilangkan ayam pejantan
unggul lokal lainnya, yang mempunyai sifat pertumbuhan yang lebih cepat. Hasil
persilangan ini dijadikan sebagai ayam niaga (final stock) pedaging lokal yang
pertumbuhannya relatif lebih cepat.
Bobot induk ayam KUB mencapai kisaran 1200 1400 gram/ekor pada umur
pertama bertelur yaitu 160-180 hari atau 5,5 6 bulan. Ayam jago dewasa mempunyai
bobot berkisar antara 1300 2000 gram/ekor.
Warna bulu ayam betina dewasa didominasi warna hitam polos (50%), namun
warna lain seperti coklat polos, kuning campur warna hitam, warna lurik putih
hitam masih diturunkan dalam setiap generasi. Untuk warna bulu ini memang
tidak dilakukan seleksi, karena merupakan ciri khas dari ayam kampung pada
umumnya. Sementara itu warna bulu ayam jago didominasi dengan warna merah
hitam dengan jengger sebagian berbentuk kipas, dan sebagian berbentuk bunga
mawar maupun bentuk kacang.
Daya tunas (fertilitas) mencapai tingkat 80 90% dengan perkawinan alam
dan daya tetas mencapai 72%. Hal ini berarti bahwa ayam KUB masih mempunyai
daya tetas sama seperti ayam kampung nenek moyangnya. Seleksi terhadap sifat
mengeram dan produksi telur sampai generasi ke enam ini tidak mempengaruhi
tingkat fertilitas.
Edisi 16-22 Mei 2012 No.3457 Tahun XLII

Badan Litbang Pertanian

AgroinovasI

11

Hasil uji coba multilokasi, ayam KUB menunjukkan kinerja yang sama bahkan
lebih baik dari kinerja yang dilaporkan di Balai Penelitian Ternak. Uji coba pernah
dilakukan di Jakarta Timur di salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dan di Jatiwangi, Kabupaten Majalengka di salah
satu UPT Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. Sementara itu hasil uji coba di
beberapa peternak swasta di Jawa Barat (Keppraks di Sukabumi, Barokah di Ciamis,
Dedy), menunjukkan suatu variasi kinerja yang cukup besar. Hal ini menunjukkan
bahwa ayam KUB, seperti halnya ayam-ayam unggul hasil seleksi yang lain, sangat
responsif pada kualitas pemeliharaan.
Sesuai dengan perkembangan, pasar daging ayam kampung menempati
permintaan lebih tinggi ketimbang produk telur. Oleh karena itu, permintaan
akan anak-anak ayam umur satu hari (DOC = day old chick) sebagai bibit untuk
dibesarkan menjadi ayam potong, semakin meningkat. Pembesaran ayam KUB
pada umumnya dilakukan sampai dengan umur 10 12 minggu dengan capaian
bobot potong 0,8 1,0 kg/ekor.
Penyebaran Ayam KUB
Promosi ayam KUB telah dilaksanakan sejak tahun 2005, melalui program
diseminasi hasil penelitian Balai Penelitian Ternak, yang dioperasionalkan
melalui berbagai brosur, leaflet dan ajang pameran pertanian di berbagai tempat.
Sejak tahun 2006 penyebaran ayam KUB kemudian dimulai dengan memberikan
pelayanan penjualan DOC kepada para pemohon dari berbagai kelompok tani dan
perorangan. Kerjasama dengan para kelompok ternak pembibit ayam lokalpun
secara paralel dilakukan dari tahun ke tahun sebagai kegiatan rutin diseminasi
hasil-hasil penelitian.
Pada tahun 2011, ayam KUB telah dilisensikan non ekslusif ke PT AKI (Ayam
Kampung Indonesia), sebuah perusahaan perbanyakan bibit ayam lokal yang cukup
besar. PT AKI kemudian mengembangkannya menjadi produk-produk parent stock
ayam kampung petelur unggul, final stock pedaging dan petelur.
Penyediaan Ayam KUB
Populasi ayam KUB di Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor setiap tahun tidak
lebih dari 300 ekor induk dan 150 ekor jago. Perkawinan dilakukan dengan inseminasi
buatan yang dilakukan setiap hari Senin dan Kamis dalam setiap minggu.
Telur-telur fertile diinkubasi dan ditetaskan di komplek laboratorium ayam di
Balai Penelitian Ternak. DOC yang menetas, kemudian ditampung dalam kandangkandang kawat koloni menunggu pembeli yang sudah terdaftar antri mengambil
anak-anak ayam mereka. Penyediaan bibit ayam KUB dengan jumlah yang relatif
banyak dilakukan oleh PT AKI. Nama komersial ayam KUB di PT AKI adalah AKI-1
untuk parent stock, TK-1 untuk final stock petelur dan DK-1 untuk final stock
pedaging.
Prof. Dr. Sofjan Iskandar,
Balai Penelitian Ternak

Badan Litbang Pertanian

Edisi 16-22 Mei 2012 No.3457 Tahun XLII

12

AgroinovasI

Gambar Ayam KUB


Sumber: Sie Informasi Balitnak (2012)

Edisi 16-22 Mei 2012 No.3457 Tahun XLII

Badan Litbang Pertanian

Anda mungkin juga menyukai