PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia Pendidikan di Indonesia dewasa ini menghadapi era globalisasi alih teknologi dengan
pesatnya, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) mengalami perubahan
yang sangat berarti bahkan hampir disemua aspek. Dibandingkan dengan negara-negara lain,
dunia pendidikan di Indonesia masih ketinggalan dalam penggunaan ICT dalam pembelajaran,
hal itu disebabkan antara lain Indonesia masih kebingungan dalam memilih paradigma mana
yang pas dalam menyelesaikan masalah, program dulu baru anggarannya atau anggarannya dulu
baru programnya (Suparlan, Mei 2008).
Pembaharuan dalam bidang pendidikan memerlukan keberanian untuk mencari metode dan
membangun paradigma baru. Fenomena yang selalu terjadi dalam dunia pendidikan di era global
ialah selalu tertinggalnya perkembangan dunia pendidikan itu sendiri jika dibandingkan dengan
perkembangan teknologi, informasi, dan dunia bisnis yang menggiringnya (Prof. Suyanto, Ph.D).
Pendidikan di Indonesia sebelum krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian diikuti krisis multi
dimensi sistem dan proses pembelajaran tidak mendukung bagi tercapainya pendidikan yang
berkualitas, tidak mendukung akan dihasilkannya sumberdaya manusia yang dapat bersaing
dalam era globalisasi. Kurikulum padat materi, mengedepankan pendekatan kognitif, diberikan
dalam tradisi satu arah (one way direction-pasif).
Beberapa perubahan mulai diambil dengan menyadari beberapa kelemahan yang ada, antara
lain melakukan desentralisasi pendidikan dalam kerangka otonomi daerah yang dikuti
manajemen berbasis sekolah, mengikutsertakan peran Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan
dan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian dikembangkannya lebih
lanjut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Didalam kurikulum ini pembelajaran
menerapkan system PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan),
pembelajaran dua arah (two way teaching learning), pembelajaran diluar kelas (beyond the class
room), dan memanfaatkan teknologi multimedia atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
atau biasa disebut sebagai Information and Communication Tecnology (ICT).
Penggunaan ICT disekolah telah merubah kita dalam meningkatkan mutu pendidikan yang
tadinya lebih berpusat pada guru (teacher centered) menjadi student centered (berpusat pada
siswa) , tadinya pembelajaran umumnya menjemukan karena tidak partisipatif (tidak ada peran
2
siswa) dan sekarang lebih menyenangkan adanya partisipasi siswa, akses terhadap data dan
informasi dapat dilakukan secara on line, yang jelas ICT membuka era baru dunia pendidikan.
Namun tidak dapat dipungkiri bila keberadaan ICT dalam dunia
membawa beberapa kendala tersendiri dan memungkinkan menjadi hal-hal yang anti klimaks
dalam menentukan mutu pendidikan .
Tidak dapat disangkal bahwa terpaan teknologi berupa perangkat lunak (software) maupun
perangkat keras (hardware) sudah sekian menyatu dengan kehidupan manusia modern. Dalam
bidang pendidikan kehadiran media pembelajaran misalnya sudah dirasakan banyak membantu
tugas guru dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Dalam era teknologi dan informasi ini,
pemanfaatan kecanggihan teknologi untuk kepentingan pembelajaran sudah bukan merupakan hal
yang baru lagi. Salah satu media pembelajaran baru yang akhir-akhir ini semakin menggeserkan
peranan guru
Assited Intruction), dengan dasar orientasi aktifitas yang berbeda muncul pula CAL (Computer
Assited Learning), CBL (Computer Based Learning, CAPA (Computer Assisted Personalized
Assigment), dan ITS (Intelligent Tutorial System). Secara umum bahan belajar ini menjelaskan
tentang makna komputer sebagai salah satu media dalam pembelajaran dan penyusunan bahan
belajar berbasis komputer.
Penggunaan charta di dalam proses pembejaran sudah tidak jamannya lagi, Karena
beberapa kelemahan dalam penggunaan charta sudah jelas, terutama pada mata pelajaran IPA di
SMP ada beberapa materi pelajaran yang tidak memungkinkan dilaksanakan di laboratorium
3
karena beberapa alasan, misalnya karena keterbatasan alat dan bahan atau memang materi itu
tidak bisa dilaksanakan dengan penyampaian kinerja ilmiah. Biasanya apa yang dilakukan guru
dalam menyampaikan materi tersebut tidak ada jalan lain adalah mengunakan media pembantu
berupa charta/model. Dengan kehadiran teknologi komputer dewasa ini guru dapat
mengembangkan imajinasinya dalam membuat bahan ajar berbantuan komputer (multimedia)
menggantikan media charta misalnya dalam membantu siswa dalam menyampaikan
pembelajarannya, disamping itu kehadiran teknologi ini memungkinkan
berkreasi dalam mendalami suatu materi bahan ajar dan tidak menjemukan karena multimedia
sudah merupakan barang yang tidak asing lagi bagi siswa.
B. Perumusan Masalah
Apakah pembelajaran menggunakan bahan ajar multimedia dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa umumnya , khususnya meningkatkan pendalaman
materi/pemahaman konsep Sstem dalam Kehidupan Manusia.
2. Untuk mengetahui dan menanggulangi kendala seorang guru dalam mengatasi proses
pembelajaran siswa untuk memahami suatu materi pelajaran.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk guru diharapkan metode ini sebagai metode alternatif pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi komputer sehingga dapat digunakan sebagai model variasi
dalam menyampaiakan materi pelajaran.
2. Untuk siswa, pembelajaran menggunakan bahan ajar multimedia ini diharapkan dapat
meningkatkan motivasi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
3. Untuk Sekolah, dengan hadirnya bahan ajar berbantuan komputer ini (multimedia)
diharapkan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah,
umumnya dunia pendidikan.
menjangkau ujung dunia manapun. Masih banyak lagi manfaat yang bisa kita ambil
dari pengunaan ICT dalam proses pembelajaran di sekolah.
2. Stategi Pembelajaran
Gaya pembelajaran merujuk kepada ciri istimewa kepunyaan seseorang siswa untuk
memperlihatkan, interaksi, dan memberikan umpan balik dalam suasana pembelajaran atau
pada proses belajar mengajar (Keefe, 1979). Seseorang pelajar mulai sejak kecil gaya
belajarnya sudah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sosial-ekonomi dan budaya keluarga,
emosi, dan alam disekitarnya. Atas perbedaan-perbedaan tersebut, maka gaya pembelajaran
seorang siswa mungkin berbeda dari gaya pembelajaran siswa lain. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa terdapat siswa yang lebih cenderung kepada pembelajaran melalui
penglihatan dan pendengaran, terdapat pula juga siswa lebih leluasa dengan pembelajaran
melalui bahan manipulatif atau reflektif, ada juga siswa yang suka belajar dalam suasana
kelompok dan ada pula siswa yang lebih enak dilaksanakan dengan secara perorangan atau
sendirian (Felder, 1996).
Walaupun seorang siswa dikatakan bertanggungjawab terhadap pembelajarannya
sendiri, tetapi guru memegang peranan yang sangat penting sebagai motivator dan pemudah
cara melalui berbagai strategi pengajaran yang digunakan. Hasil yang didapat berbagai gaya
pembelajaran seorang siswa dan beberapa strategi pengajaran yang diberikan guru kadangkadang tidak sinkron/yang diharapkan siswa sehingga menyebabkan seorang siswa menjadi
bosan dan tidak memperhatikan dalam proses pengajaran dan menyebabkab prestasi yang
diharapkan tidak dapat tercapai. Sebaliknya, guru yang berhadapan dengan siswa yang tidak
berminat dalam pembelajaran menyebabkan seorang guru akan kehilangan langkah dalam
menyampaikan materi pelajaran. Untuk mengatasi
mengenal dengan pasti dan memahami gaya pembelajaran siswar supaya strategi pengajaran
yang sesuai dapat digunakan dan memenuhi kehendak siswa dalam proses pembelajaran.
3. Penggunaan Multimedia dalam Proses Pembelajaran
Hampir tidak ada pendapat yang menyatakan ICT berdampak negatif dalam proses
pembelajaran, ICT telah membuka era baru bagi proses belajar mengajar yang melibatkan
guru dan siswa, bukan hanya saja ICT bermanfaat langsung bagi peningkatan mutu siswa itu
sendiri tetapi manajemen pendidikan, biaya pendidikan, sumber pendidikan semuanya
berubah karena penggunaan dan keberadaan ICT.
6
Pendapat para ahli psikologi kognitif, seseorang siswa akan ingat 10% dari apa yang
dia baca, 20% dari pada apa yang didengar, 30% apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat
dan didengar, 70% apa yang ia suarakan sendiri dan 90% apa yang ia lakukan sendiri (Rief,
1993).
Multimedia merupakan satu gabungan teks, grafik, audio, video, dan animasi. Dengan
gabungan elemen-elemen ini dalam suatu pengajaran yang dikemas dalam bahan ajar
interaktif berbantuan komputer ini (multimedia) , seorang guru boleh mewujudkan satu
suasana pembelajaran yang penuh dengan persembahan audio visual yang dapat menarik
minat pelajar serta memberikan rangsangan kepada siswa dalam memahami materi pelajaran
juga dapat memenuhi kebutuhan berbagai gaya pembelajaran yang dibutuhkan siswa.
Multimedia interaktif juga dapat memberikan pembelajaran kooperatif dan interaktif
sesama pelajar (seorang siswa lebih suka belajar dari teman sebayanya). Dengan kehadiran
multimedia ini seorang siswa berpeluang membentuk kumpulan kecil dan berdiskusi untuk
memahami suatu masalah/topik, menyelesaiakan masalah dan membuat keputusan dan
meghasilkan proyek multimedia bersama yang nantinya sepenuhnya akan digunakan dalam
proses pembelajaran tersebut, Menurut konstruktivisme, siswa adalah bertanggungjawab atas
pembelajarannya sendiri. Pelajar membina pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman yang
diperoleh dari alam sekitarnya (Scott, 1987).
Beberapa masalah akan muncul sebagai akibat dari diterapkannya teknologi ini dalam
latar pendidikan.
1.
Kaum obyektivis menilai desain multimedia sebagai sesuau yang sangat riil yang
dapat membantu pendidikan siswa menuju kepada tujuan yang diharapkan (Jonassen,
1991). Materi yang berwujud pengetahuan atau ketrampilan yang hendak dicapai oleh
siswa harus dirancang secara jadi oleh pengembang instruksional dan dikemas dalam
tenologi multimedia ini.
Kaum konstruktivis berpendapat sebaliknya, bahwa pengetahuan hendaknya dibentuk
oleh siswa sendiri berdasarkan penafsirannya terhadap pengalaman dan gejala hidup
yang dialami (Merril, 1991). Berdasarkan pandangan ini maka pelajar bersifat aktif,
kolaboratif dan terkondisi dalam konteks dunia yang riil.
2. Berhubungan dengan lingkungan pelajar.
7
istilah AMBAK (Apa Manfaatnya BAgiKu ?).Dengan rumusan dengan jelas siswa
tahu kemana arah saat menggunakan media tersebut.
3. Berikan Appersepsi yang Kontekstual
dePorter dkk dalam buku Quantum Teaching memfungsikan apersepsi untuk
membawa dunia mereka kedunia kita. Yaitu mengaitkan apa yang telah diketahui
atau dialami pengguna dengan apa yang akan dipelajari dalam multimedia
pembelajaran. Kontekstualitas dalam apersepsi menjadi penting, karena kita mencoba
menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan dalam media, melalui hal-hal yang
dianggap paling akrab dengan pengguna. Dengan menyatukan kedua dunia ini, maka
pengguna merasa diajak berkomunikasi dengan media kita.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran akan menarik dan dapat diterima siswa apabila pembelajaran itu
disampaikan sesuai dengan kehendak dan kemauan siswa, manakala siswa sudah tidak
tertarik dengan gaya pembelaaran oleh seorang guru maka pembelajaran mustahil akan
berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Gaya pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa pada umumnya diberikan seorang
guru tanpa mempertimbangkan kondisi dan perhatian siswa saat menerima pembelajaran,
tetapi hanya berpedoman pada materi yang akan disampaikan saja.
Sementara pada mata pelajaran IPA tidak semua materi bisa disampaikan melalui
pratikum/kinerja ilmiah, hal itu disebabkan mungkin karena tidak tersedianya laboratorium
yang dengan peralatan yang lengkap atau memang topik/materi menghendaki demikian.
Apabila kondisi sudah demikian salah satu alternatif seorang guru menyampaikan materi
pelajarannya dengan bantuan media charta sebagai alat bantu, karena charta adalah media
yang paling murah , mudah didapat dan dibuat. Namun media charta ini kurang mendapat
perhatian dan simpati bila dipergunakan untuk media bagi seorang guru menjelaskan suatu
topik, membosankan dan monoton.
Berdasarkan permasalahan di lapangan yang demikian dan kajian teori diatas, untuk
menciptakan gaya pembelajaran yang menarik dan mendapat perhatian dari siswa dapat
dikemukakan pola pembelajaran dengan bantuan komputer yaitu multimedia sebagai
pengganti media charta pada topik/materi pelajaran non-eksperimen pada mata pelajaran IPA
di sekolah.
10
belajar mengajar terjadi, dan siapa yang belajar dan siapa yang mengajar (who is learning and
who is teaching).
C. Hipotesis Tindakan
Berdasar kerangka berfikir diatas
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Setting dan Subyek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 1 Rembang dengan sasaran
adalah siswa kelas VIII A Tahun pelajaran 2007/2008 dengan jumlah siswa 40 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester ganjil
berlangsung saat menggunakan alat bantu multimedia. Alat ukur ini digunakan untuk
mengetahui motivasi siswa dan meningkatkan dalam mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan alat bantu multimedia.
D. Analisa Data
Teknik analisa data yang peneliti gunakan adalah menggunakan analisis deskripsi
komparatif (Analisis Kuantitatif) yaitu dengan cara membandingkan hasil tes pada saat
kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus II.
Data kualitatif yang diperoleh dari non tes menggunakan analisis deskripsi kualitatif
berdasarkan hasil observasi refleksi tiap siklus. Data ini diperoleh dari sumber data berupa
catatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran berlangsung yang meliputi : minat siswa,
keaktifan siswa, kekompakan kelompok, ketertarikan media yang digunakan dan ketercapaian
tujuan
pembelajaran berikutnya.
E. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian ini adalah adalah : (1) Adanya
peningkatan nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh pada aspek pemahaman konsep
mata pelajaran IPA, yaitu sekurang-kurang sama dengan nilai KKM yang telah ditentukan
6,50. (2) Adanya peningkatan motivasi belajar siswa melalui peran aktif siswa dalam
pembelajaran melalui media yang digunakan.
F. Prosedur Penelitian.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan dua (2) siklus (Kemmis
dan Mc. Taggart, 1997). Sebelum memulai dengan siklus pertama diawali dengan (a) refleksi
awal untuk melakukan penyidikan dalam upaya menetapkan topik area (thematic concern)
yang akan diteliti, kemudian dilanjutkan dengan (b) perencanaan secara keseluruhan, (c)
implementasi tindakan dan observasi dan (d) refleksi). Memasuki siklus berikutnya dimulai
dengan (a) tahap perencanaan lanjut sebagai revisi atas perencanaan yang disusun
sebelumnya dengan memanfaatkan hasil refleksi, (b) pelaksanaan dan observasi lanjut, dan
(c) refleksi lanjut.
Jika dibuatkan diagramnya, Tahapan PTK adalah sebagai berikut.
12
Refleksi
Rencana
Observasi
Tindakan
Rencana
Yang
direvisi
Refleksi
Observasi
Tindakan
Tahapan PTK
Secara lebih rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas dijabarkan sebagai berikut :
1. Refleksi Awal, menentukan topik tindakan yang yaitu menentukan alat/media bantu
yang menarik pada proses pembelajaran untuk memotivasi belajar siswa, hal ini
didasarkan dari hasil refleksi pembelajaran sebelumnya (perlakuan pembelajaran
sebelumnya).
2.
Siklus I
a.
Perencanaan (planning)
1)
2)
3)
Menentukan/membuat
multimedia.
4)
5)
kegiatan
pembelajaran
sesuai
skenario
yang
sudah
direncanakan yang tertuang pada RPP dan LKS siswa. Kemudian pada tahap
selanjutnya pada saat
mengoptimalkan
media
multimedia
yang
digunakan
dan
dengan
(internet).
14
dipergunakan untuk menentukan langkah siklus berikutnya. Pada akhir sklus diadakan
tes tertulis untuk mengukur aspek pemahaman konsep materi yang telah diberikan.
15
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan pada siklus II adalah merupakan hasil refleksi tindakan
pada siklus I , dilaksanakan selama 4 jam pelajaran dengan 2 kali tatap muka, masingmasing setiap tatap muka selama 2 jam pelajaran selama 80 menit, dengan materi
yang disampaikan adalah Sistem Pernapasan
pembelajaran berlangsung.. Pada akhir siklus diadakan tes tertulis untuk mengukur
aspek pemahaman konsep materi yang telah diberikan dan diberikan tugas tambahan
mengenai materi sebelumnya dengan cara memaanfaatkan media internet (penugasan
pembelajaran berbasis internet).
D. Pembahasan Tiap Siklus
1. Nilai Tes (Analisis Kuantitatif)
Pada pembelajaran selanjutnya kegiatan pembelajaran non-eksperimen pada materi
Sistem dalam Kehidupan Manusia dengan perlakuan alat Bantu charta/torso pada sebelum
perlakuan penelitian, media multimedia pada siklus I, dan multimedia interaktif pada siklus
II, hasil tes pemahaman konsep dapat dilihat pada tabel berikut :
16
Frekuensi
Prosentase
45 49
50 54
55 59
60 - 64
65 69
70 74
75 79
1
7
6
15
5
4
2
2.5 %
17.5 %
15 %
37.5 %
12.5 %
10 %
5%
Frekuensi
Prosentase
50 54
55 59
60 - 64
65 69
70 74
75 79
80 84
4
1
9
6
13
2
3
10 %
2.5 %
22.5 %
15 %
32.5 %
5%
7.5 %
85 89
5%
Berdasarkan tabel diatas siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 26
siswa yaitu 65 %, sedangkan sebanyak 14 siswa ( 35 %) mendapat nilai dibawah
kkM. Dengan demikian secara klasikal pembelajaran aspek pemahaman konsep pada
siklus I belum tuntas, walaupun sudah ada peningkatan sebesar 37.5 % dari
sebelumnya.
Tabel 3. Hasil tes Pemahaman Konsep Siklus II
17
Interval
Frekuensi
Prosentase
55 59
60 64
65 - 69
70 74
75 79
80 84
85 89
1
7
5
16
6
2
2
2.5 %
17.5 %
12.5 %
40 %
15 %
5%
5%
90 94
2.5 %
Pada akhir perlakuan siklus II sebanyak 32 siswa yaitu sebesar 80 % sudah mencapai
nilai pemahaman konsep sama atau diatas KKM yang telah ditentukan (KKM = 65).
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan pembelajaran di akhir siklus II sudah
mengalami peningkatan yang berarti bila dibandingkan perlakuan pembelajaran
sebelumnya.
2. Analisis Kualitatif (non-tes)
Hasil catatan lembar observasi yang telah dilakukan pada saat siswa melakukan
kegiatan pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Sebelum siklus
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan media torso (model rangka
manusia) dan charta siswa kurang begitu antusias (memperhatikan).
2) Pertanyaan yang diajukan siswa masing kurang, hal itu dikarenakan siswa masih
berpusat pada guru.
3) Diskusi kelompok (kerjasama antar siswa) belum terlihat, LKS masih dikerjakan
secara individu.
4) Penggunaan media kurang menarik siswa (bersifat monoton)
5) Metode yang diterapkan guru belum sesusi dengan keinginan siswa
6) Tujuan pembelajaran belum tercapai.
b. Siklus I
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan multimedia satu arah , siswa mulai
ada perhatiaan dalam proses pembelajarannya
18
2) Pertanyaan yang diajukan siswa frekuensinya sudah mulai meningkat, begitu juga
siswa sudah mulai menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
3) Diskusi kelompok (kerjasama antar siswa) sudah mulai terlihat , ada beberapa
siswa yang menjawab LKS masih mencontek teman sesama anggotanya.
4) Penggunaan media menarik siswa, walaupun masih sederhana.
5) Metode yang diterapkan guru, siswa sudah bisa menyesuaikan.
6) Tujuan pembelajaran sudah mulai ada peningkatan.
c. Siklus II
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif , siswa mulai
antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Pertanyaan yang diajukan siswa frekuensinya sudah mulai meningkat, begitu juga
siswa sudah mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.
3) Diskusi kelompok
kerjasama antara siswa satu dengan siswa lain dalam satu kelompok.
4) Siswa merasa senang dalam mengikuti pelajaran
5) Penggunaan multimedia interaktif menjadi daya tarik siswa tersendiri, hal itu
terlihat ada beberapa siswa yang berkeinginan mengcopy CD multimedia
interaktif.
6) Metode yang diterapkan guru, siswa sudah bisa menyesuaikan.
7) Tujuan pembelajaran sudah tercapai sesuai dengan perencanaan
E. Pembahasan dan Hasil Penelitian
Secara keseluruhan hasil nilai tiap siklus dapat dirangkum pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Hasil nilai tes tiap siklus
Nilai
Pada
Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Nilai
Nilai
Nilai
Terendah
45
50
55
Tertinggi
75
85
90
rata-rata
59.5
66.4
69.8
Hasil tes pemahaman konsep pada awal perlakuan nilai rata-rata yang didapat 59,5
dengan nilai tertinggi 75, nilai terendah 45 dengan ketuntasan 27,5 % (mencapai nilai lebih
dari atau sama dengan 65), dan yang belum tuntas sebesar 72.5 % sehingga secara klasikal
19
belum memenuhi ketuntasan yang telah ditetapkan. Pada siklus I diperoleh nilai terendah 50,
nilai tertingi 85 dengan rata-rata kelas 66.4, ketuntasan 62.5 % dan yang tidak tuntas 33.6 %,
walaupun pada siklus I belum memenuhi ketuntasan klasikal yang telah ditentukan akan
tetapi sudah ada kenaikan perolehan nilai, hal ini pemahaman konsep siswa terhadap materi
pelajaran mengalami peningkatan. Pada akhir siklus II diperoleh nilai terendah 55, nilai
tertinggi 90 dengan nilai rata-rata kelas 69.8, ketuntasan klasikal 80 % (32 anak) dan yang
belum tuntas 20 % (8 anak). .Secara klasikal perolehan nilai pada pemahaman konsep sudah
mencapai kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan bantuan media multimedia dapat dipergunakan untuk meningkatkan pemahaman
konsep siswa (Analisis Kuantitatif). Hasil analisis kualitatif yang didapat dari hasil lembar
observasi (penilaian non-tes) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan multimedia
dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian Penelitian
Tindakan Kelas yang dilaksanakan sudah bisa meningkatkan aspek pemahaman
konsep
materi pelajaran sesuai dengan yang diharapkan dan dapat memotivasi belajar siswa sehingga
prestasi siswa dapat meningkat.
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dan pembahasan dalam penelitian ini
dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran menggunakan multimedia pada kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan
aspek pemahaman konsep siswa khususnya mata pelajaran IPA pada materi Sistem dalam
Kehidupan Manusia.
2. Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif dapat memotivasi proses pembelajaran
sehingga siswa lebih dapat berkonsentrasi dan perhatian dalam mengikuti pelajaran,
karena penggunaan media yang menarik.
B. Saran
1. Diharapkan hadirnya teknologi komputer di dunia pendidikan dapat membuka wawasan
baru bagi guru untuk
20
Pembelajaran,
BIODATA PENULIS
Edy Sri Irianto, S.Pd. lahir di Jepara, 13 Pebruari 1964. Menyelesaikan Pendidikan
DIII Jurusan Teknik Bangunan FPTK-IKIP Semarang (Sekarang UNNES) 1987, mengambil S1
Jurusan Pendidikan Biologi di IKIP PGRI Tuban lulus tahun 2002.
Tahun 1988-1989 pernah menjadi guru tidak tetap di SMP Mataram Semarang, tahun
1989 2006 menjadi PNS di SMP Negeri 4 Rembang. Kemudian tahun 2007 sampai sekarang
aktif mengajar di SMP Negeri 1 Rembang. Mulai tahun 2000 menjadi sekretaris MGMP IPA
SMP Kabupaten Rembang sampai sekarang, Juara I Lomba PTK jenjang SMP FIG Kabupaten
Rembang Tahun 2008.
22