Anda di halaman 1dari 18

UJI ANTI MIKROBA SUNLIGHT TERHADAP BAKTERI

Staphylococcus aureus
LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
MIKROBIOLOGI
yang dibina oleh: Drs. H. M. Noviar Darkuni , M.Kes
Oleh :
kelompok 1
Offering : B
Aqidatul Izza

130341614789

Devy Widyatama Putri

130341603395

Firdausi Nuzuliya

130341614785

Leny Masitoh

130341614806

Retza Firmanda

130341603388

Wiwit rahayu

130341603362

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI

Maret 2014
I.

TOPIK

II.

: UJI ANTIMIKROBA

HARI DAN TANGGAL : SELASA, 25 FEBRUARI 2014

III.

TUJUAN :
1. Mengukur zona hambat pertumbuhan atau lingkaran kematian bakteri
2. Mempelajari penerapan metode cakram kertas saring (paper disk )
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi bahan antiseptik terhadap kematian
bakteri
4. Mengetahui pengaruh lama penyimpanan bakteri terhadap kematian
bakteri

IV.

DASAR TEORI :
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau

menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa


antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya
atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan
berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer
dan sebagainya (Lutfi 2004).
Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas
beberapa kelompok sebagai berikut diantaranya merusak dinding sel, mengganggu
permeabiitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas
enzim, menghambat sintesa asam nukleat. Aktivitas antimikroba yang dapat diamati
secara langsung adalah perkembangbiakannya. Oleh karena itu antimikroba dibagi
menjadi dua macam yaitu antibiotic dan disinfektan. Antibiotik adalah senyawa yang
dihasilkan oleh microorganisme tertentu yang mempunyai kemapuan menghambat
pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuh bakteri walaupun dalam konsentrasi
yang rendah. Antibiotik digunakan untuk menghentikan aktivitas mikroba pada
jaringan tubuh makhluk hidup sedangkan desinfektan bekerja dalam menghambat
atau menghentikan pertumbuhan mikroba pada benda tak hidup, seperti meja, alat
gelas, dan lain sebagainya. Pembagian kedua kelompok antimikroba tersebut tidak

hanya didasarkan pada aplikasi penerapannya melainkan juga terhadap konsentrasi


mikroba yang digunakan (Soekardjo 1995).
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis
yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh
mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang
beragam. Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat
pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat
pada permukaan tubuh luar mahluk hidup. Secara umum, antiseptik berbeda dengan
obat-obatan maupun disinfektan. Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat
menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja,
lantai dan pisau bedah sedangkan antiseptik digunakan untuk menekan pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Zat antiseptik yang umum
digunakan diantaranya adalah iodium, hidrogen peroksida dan asam borak. Kekuatan
masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda.
Ada yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi, ada pula yang bereaksi
dengan cepat ketika membunuh mikroorganisme dan sebaliknya. Sebagai contoh
merkuri klorida, zat antiseptik yang sangat kuat, akan tetapi dapat menyebabkan
iritasi bila digunakan pada bagian tubuh atau jaringan lembut. Perak nitrat memiliki
kekuatan membunuh yang lebih rendah, tetapi aman digunakan pada jaringan yang
lembut, seperti mata atau tenggorokan. Iodium dapat memusnahkan mikroorganisme
dalam waktu kurang dari 30 detik. Antiseptik lain bekerja lebih lambat, tetapi
memiliki efek yang cukup lama. Kekuatan suatu zat antiseptik biasanya dinyatakan
sebagai perbandingan antara kekuatan zat antiseptik tertentu terhadap kekuatan
antiseptik dari fenol (pada kondisi dan mikroorganisme yang sama), atau yang lebih
dikenal sebagai koefisien fenol (coefficient of phenol). Fenol sendiri, pertama kali
digunakan sebagai zat antiseptik oleh Joseph Lister pada proses pembedahan
(Dwidjoseputro, 1994).
Keefektifan penghambatan merupakan salah satu kriteria pemilihan suatu
senyawa

antimikroba

untuk diaplikasikan

sebagai

bahan pengawet bahan

pangan. Semakin kuat penghambatannya semakin efektif digunakan. Kerusakan yag

ditimbulkan komponen antimikroba dapat bersifat mikrosidal (kerusakan tetap) atau


mikrostatik (kerusakan sementara yang dapat kembali). Suatu komponen akan
bersifat mikrosidal atau mikrostatik tergantung pada konsentrasi dan kultur yang
digunakan (Agus, 2012).
Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa penyusun
dinding sel, (2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan
kehilangan komponen penyusun sel, (3) menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi atau
kerusakan fungsi material genetic (Agus, 2012).
1. Menggangu pembentukan dinding sel
Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen lipofilat yang
terdapat pada dinding atau membran sel sehingga menyebabkan perubahan komposisi
penyusun dinding sel. Terjadinya akumulasi senyawa antimikroba dipengaruhi oleh
bentuk tak terdisosiasi. Pada konsentrasi rendah molekul-molekul phenol yang
terdapat pada minyakthyme kebanyakan berbentuk tak terdisosiasi, lebih hidrofobik,
dapat mengikat daerah hidrofobik membran protein, dan dapat melarut baik pada fase
lipid dari membran bakteri (Agus, 2012).
2. Bereaksi dengan membran sel
Komponen bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi integritas
membran sitoplasma, yang dapat mengakibatkan kebocoran materi intraseluler,
seperti senyawa phenol dapat mengakibatkan lisis sel dan meyebabkan deaturasi
protein, menghambat pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat, dan
menghambat ikatan ATP-ase pada membran sel (Agus, 2012).
3. Menginaktivasi enzim
Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja enzim akan terganggu
dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba, sehingga mengakibatkan
enzim akan memerlukan energi dalam jumlah besar untuk mempertahankan
kelangsungan aktivitasnya. Akibatknya energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
menjadi berkurang sehingga aktivitas mikroba menjadi terhambat atau jika kondisi ini
berlangsung lama akan mengakibatkan pertumbuhan mikroba terhenti (inaktif) (Agus,

2012). Efek senyawa antimikroba dapat menghambat kerja enzim jika mempunyai
spesifitas yang sama antara ikatan komplek yang menyusun struktur enzim dengan
komponen senyawa antimikroba.pada konsentrasi 0,005 M alisin (senyawa aktif dari
bawang putih) dapat menghambat metabolisme enzim sulfhidril. Minyak oleoresin
yang dihasilkan dari kayu manis, cengkeh, thyme, dan oregano dapat menghambat
produksi ethanol, proses respirasi sel, dan sporulasi khamir dan kapang (Agus, 2012).
4. Menginaktivasi fungsi material genetik
Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat (RNA dan DNA),
menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik yang selanjutnya akan
menginaktivasi atau merusak materi genetik sehingga terganggunya proses
pembelahan sel untuk pembiakan (Agus, 2012).
Sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode
untuk menetukan tingkat kerendahan bakteri terhadap zat anti bakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktifitas anti bakteri. Metode uji sensifitas
bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam
yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada kosentrasi yang rendah. Uji
sentsitiifitas bakteri merupakan satuan metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat anti bakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki
aktivitas anti bakteri (Hastowo, 1992).
Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukan sensitifitas
bakteri terhadap zat anti bakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter
zona tambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Hastowo,
1992).Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas factor-faktor biotik dan
faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas mahluk -mahluk hidup,
sedangkan faktor-faktor alam (fisika) dan faktor-faktor kimia (Dwidjoseputro,
2005).Yang digolangkan sebagai faktor-faktor alam ialah temperatur,keabsahan, nilai
osmotik dari medium, radiasi oleh sinar biasa dan radiasi oleh sinar-sinar yang lain,
serta pengahancuran secara mekanik (Dwidjoseputro, 2005).Pada umumnya metode
yang digunakan dalam uji sensivitivitas bakteri adalah metode difusi agar yaitu

dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhanmikroorganisme oleh ekstrak yang


diketahui dari daerah disekitar kertas cakram(paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh
mikroorganisme. Zona hambta pertumbuhan inilah yang menunjukan sensivitas
bakteri terhadap bahan antibaktri (Dwidjoseputro, 2005).Berdasarkan daya kerjanya,
senyawa antibakteri dibagi menjadi dua sifat, yaitu :
A. Zat yang hanya bersifat menghambat pertumbuhan bakteri dengan tidak
Membunuhnya.
B.

Zat yang dapat membunuh bakteri (Bacteriosidal) (Dwidjoseputro,2005).


Kebanyakan

penyusuhan

atau

antibiotik
fungsi

yang

efektif

komponen-komponen

kerjanya

menggangu

makromolekul

sel.

sintesis,
Seperti

penghambtan pembentukan dinding sel oleh pelimiskin, penghambatan sintesis


protein oleh kloramfenikol (Irianto, 2006).Antibakteri yang efektif bagi banyak
spesies, baik kokus, basil maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas.
Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut
antibiotik yang spketrumnya sempit. Penisilis hanya efektif untuk memberantas
terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai spektrum yang
sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu oleh karena
tetrasiklin dikatakan

mempunyai spektrum luas (Dwidjoseputro, 2005).Pada

umumnya bakteri yang muda itu kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada
bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lamanya berada dibawah pengaruh
desinfektan, merupakan factor-faktor yang masuk pertimbangan pula. Kenaikan
temperatur menambah daya desinfektan, selanjutnya medium dapat juga menawar
daya desinfektan susu, plasma darah, dan zat-zat lain yang serupa protein sering
melindungi bakteri terhadap pengaruh desinfektan tertentu (Dwidjoseputro,
2005).Diantara banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas antibiotik in vitro, hal-hal
tersebut dibawah ini perlu diperhatikan, karena sangat mempengaruhi hasil-hasil
pengujian :
a.
b.
c.
d.
e.

Ph lingkungan
Komponen-komponen medium
Stabilitas obat
Takaran inakalum
Lamanya inkubasi

f.

Aktifitas metabolisme mikroorganisme (Irianto, 2006).

Anti bakteri sunlight


Nama Produk: Sunlight Anti Bacteria Bottle 800ml
Sunlight Anti Bakteri Baru yang diformulasikan dengan ekstrak jeruk
nipis asli dan antibakteria agent membersihkan lemak pada peralatan makan
dan masak anda, sekaligus menghilangkan bakteri dan mencegah perumbuhan
jutaan bakteri pada spons anda hingga 100 kali lebih efektif daripada sabun
pencuci piring biasa. Juga cocok untuk membersihkan buah dan sayur. Bahan
aktif : Natrium Alkil Benzena Sulfonat 12%, Natrium Lauril Eter Sulfat 5%,
pine oil 25% Cocoamido Propil Betain 0.75%, Natrium Salisilat
0.5%.Kemkes RI PKD 20301700387 (Jawetz,1995)
Bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk
bulat berdiameter 0,7-1,2 m, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak
teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan
tidak bergerak (Gambar 2.1). Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 c,
tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 c). Koloni
pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk
bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik
menghasilkan S.aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis
yang berperan dalam virulensi bakteri (Jawetz et al., 1995 ; Novick et al.,
2000).

Bentuk mikroskopis S.aureus (Wikipedia,2006)


S. Aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis,
membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol (Warsa, 1994).Infeksi oleh
S. Aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah.
Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. Aureus adalah bisul, jerawat,
impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia,
mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan
endokarditis. S. Aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial,
keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et al., 1994; Warsa, 1994).
V.

ALAT DAN BAHAN


ALAT

:
BAHAN

Cawan petri

- Bakteri S. aureus

gelas ukur

- sunlight

beaker glass

- aquades

pipet tetes

- paper disk

mikropippet

spidol

lampu spiritus

cotton but


VI.

penggaris

CARA KERJA
1. Pembuatan atau pengenceran antiseptik dengan berbagai variasi konsentrasi
2.
Membuat perhitungan berapa sunlight yang akan
ditambahkan untuk mendapatkan konsentrasi yang
diinginkan ( perhitungan ada di bawah)

Mengambil
2 mL
sunlight
dengan
makropipet
Memasukk
an 2 mL
sunlight ke
cawan

Mengambil
4 mL
sunlight
dengan
makropipet
Memasukk
an 4 mL
sunlight ke
cawan

Mengambil
6 mL
sunlight
dengan
makropipet
Memasuk
kan 6 mL
sunlight
ke cawan

Mengambil
8 mL
sunlight
dengan
makropipet
Memasuk
kan 8 mL
sunlight ke
cawan

Mengukur
8 mL
aquades
dengan
gelas ukur
Melarutka
n 8 mL
aquades
dengan 2
mL
sunlight

Mengukur
6 mL
aquades
dengan
gelas ukur
Melarutka
n 6 mL
aquades
dengan 4
mL
sunlight

Mengukur
4 mL
aquades
dengan
gelas ukur
Melarutk
an 4 mL
aquades
dengan 6
mL
sunlight

Mengukur
2 mL
aquades
dengan
gelas ukur
Melarutk
an 2 mL
aquades
dengan 8
mL
sunlight

Merendam
kertas
saring
kedalam
larutan
sunlight
20%
selama 10
Hasil
menit

Merendam
kertas
saring
kedalam
larutan
sunlight
40%
selama
Hasil 10
menit

Merendam
kertas
saring
kedalam
larutan
sunlight
60%
selama 10
Hasil
menit

Merendam
kertas
saring
kedalam
larutan
sunlight
80%
selama 10
Hasil
menit

Merenda
m kertas
saring
kedalam
larutan
sunlight
100%
selama
Hasil
10 menit

Mengambil
10 mL
sunlight
dengan
makropipet
Memasukk
an 10 mL
sunlight ke
cawan

PERHITUNGAN UNTUK MEMPEROLEH KONSENTRASI SUNLIGHT YANG


DIINGINKAN
1. Larutan sunlight 20%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 100 = 10 . 20
V1
= 200/100
V1
= 2 mL
Jadi kita perlu mengambil 2 mL sunlight dan menambahkannya dengan
aquades sampai volume larutan 10 mL
2. Larutan sunlight 40%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 100 = 10 . 40
V1
= 400/100
V1
= 4 mL
Jadi kita perlu mengambil 4 mL sunlight dan menambahkannya dengan
aquades sampai volume larutan 10 mL
3. Larutan sunlight 60%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 100 = 10 . 60
V1
= 600/100
V1
= 6 mL
Jadi kita perlu mengambil 6 mL sunlight dan menambahkannya dengan
aquades sampai volume larutan 10 mL
4. Larutan sunlight 80%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 100 = 10 . 80
V1
= 800/100
V1
= 8 mL
Jadi kita perlu mengambil 8 mL sunlight dan menambahkannya dengan
aquades sampai volume larutan 10 mL
INOKULASI BAKTERI
Membawa rendaman kertas saring dalam larutan
sunlight ke LAF
Membawa 3 medium lempeng yang sudah disiapkan
asisten dosen ke LAF
Membagi 2 medium lempeng menjadi 2 bagian
dengan spidol dibagian luar dan memberi label
konsentrasi

Memfiksasi medium lempeng dengan


melewatkannya di atas api bunsen
Mengambil bakteri S Aureus di tabung reaksi dengan
cotton bud steril dan segera menutup lagi tabung
reaksi
Mengoleskan cottonbud berbakteri secara rata pada
medium lempeng
Mengambil kertas saring yang sudah 10 menit
direndam dan menaruhnya di masing-masing tempat
di medium sesuai dengan label konsentrasi
memfiksasi lagi medium lempeng
memasukkannya ke dalam inkubator
Hasil
PENGAMATAN PERTUMBUHAN BAKTERI DAN DAYA HAMBAT SUNLIGHT
Mengamati pertumbuhan bakteri ssetiap 1x24 jam,
2x24 jam, dan 3x24 jam
Mengukur diameter lingkaran bening yang terbentuk
disekitar kertas saring yang direndam dengan
sunlight menggunakan mistar
Mencatat hasil pengamatan

VII.

Hasil
DATA PENGAMATAN

KONSENTRASI
20 %
40 %
60 %

1 X 24 JAM
2,2 cm
3,2 cm
3 cm

DIAMETER
2 X 2 JAM
2,3 cm
4 cm
3,8 cm

3 X 24 JAM
2,1 cm
4,1 cm
2,8 cm

80 %
100 %
VIII.

3,3 cm
3,9 cm

4 cm
4,3 cm

3,5 cm
4,3 cm

ANALISIS DATA
Pada percobaan uji antiseptik terhadap bakteri ,kami melakukan
pengukuran diameter lingkaran kematian bakteri. Pengukuran dilakukan
sebanyak 3 kali dengan jangka waktu, 1 X 24 jam, 2 X 24 jam, dan 3 X 24
jam setelah inokulasi bakteri

S.aureus pada media lempeng yang sudah

terdapat paper disk didalamnya. Pada pengukuran waktu 1 x 24 jam setelah


inokulasi, diperoleh hasil diameter lingkaran kematian bakteri pada
konsentrasi 20 % sepanjang 2,2 cm , pada konsentrasi 40 % sepanjang 3,2 ,
pada konsentrasi 60 % sepanjang 3 cm, pada konsentrasi 80 % sepanjang 3,3
cm, dan pada konsentrasi 100 % sepanjang 3,9 cm.
Pada pengukuran waktu 2 X 24 jam setelah inokulasi, diperoleh hasil
bahwa diameter lingkaran kematian bakteri pada konsentrasi 20 % sepanjang
2,3 cm , pada konsentrasi 40 % sepanjang 4 cm , pada konsentrasi 60 %
sepanjang 3,8 cm, pada konsentrasi 80 % sepanjang 4 cm, dan pada
konsentrasi 100 % sepanjang 4,3 cm.
Pada pengukuran hari terakhir yaitu waktu 3 X 24 jam setelah
inokulasi, diperoleh hasil diameter lingkaran kematian bakteri

pada

konsentrasi 20 % sepanjang 2,1 cm , pada konsentrasi 40 % sepanjang 4,1


cm , pada konsentrasi 60 % sepanjang 23,8 cm, pada konsentrasi 80 %
sepanjang 3,5 cm, dan pada konsentrasi 100 % sepanjang 4,3 cm.
Pada hari pertama dan kedua, dapat diketahui bahwa diameter
lingkaran kematian bakteri bertambah panjang . Hasil yang sama juga terjadi
pada berbagai variasi konsetrasi antiseptik (dari konsentrasi rendah 20 %
hingga konsentrasi tinggi 100 %) yang menunjukkan diameter lingkaran
kematian bakteri

juga bertambah panjang seiring dengan bertambahnya

konsentrasi antiseptik, kecuali pada konsentrasi 60 %, diameternya lebih


pendek dari diameter 40 %. Namun pada hari ketiga pada konsentrasi 20 %,

60 %, dan 80 %

menunjukkan penurunan diameter lingkaran kematian

bakteri.
Berdasarkan data yang diperoleh, hasil identifikasi sementara yaitu
panjang diameter kematian bakteri

dipengaruhi oleh lama penyimpanan

(waktu) dan konsentrasi antiseptik yang digunakan ( sunlight ). Semakin


tinngi konsentasi dan semakin lama waktunya, maka diameter kematian
bakteri atau zona hambat pertumbuhan bakteri semakin panjang. Jika terjadi
ketidaksesuaian data, dimungkinkan adanya beberapa faktor yang secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi ketidaksesuaian tersebut.
IX.

PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini, metode yang kami gunakan adalah metode
Paperdisk atau cakram kertas. Metode cakram kertas merupakan metode yang
biasa digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba suatu antiseptik terhadap
mikroorganisme patogen penyebab penyakit (Tortora, 2002).
Metode ini lebih dikenal dengan metode Kirby-Bauer

(Sherman,

2001). Kepekaan mikroorganisme patogen terhadap antibiotik terlihat dari


ukuran zona bening yang terbentuk (Sherman, 2001).Dalam uji ini, bakteri
yang digunakan adalah Staphylococcus aureus dan bahan anti mikroba yang
digunakan adalah sabun cuci piring Sunlight . Salah satu kandungan yang
terdapat pada Sunlight adalah Pine Oil 2,5% sebagai bahan anti bakteri.
Bahan anti mikroba ini dapat merusak dinding sel bakteri S. Aureus sehingga
bakteri yang telah diinokulasi dalam medium lempeng yang telah terdapat
paperdisk didalamnya memiliki zona bening. Daerah bening ini merupakan
lingkaran kematian atau zona hambat pertumbuhan bakteri oleh antiseptik
tersebut. Berbagai konsentrasi Sunlight yang digunakan dan waktu
penyimpanan ( inkubasi) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
aktivitas pertumbuhan zona hambat bakteri tersebut. Semakin tinggi
konsentrasi antiseptik ( Sunlight ) yang digunakan dan semakin lama waktu
penyimpanan, semakin lebar pula diameter zona hambat atau lingkaran

kematian bakteri tersebut. Hal ini disebabkan semakin tingginya kandungan


bahan kimia yang digunakan meyebabkan resistensi bakteri terhadap
antiseptik tersebut rendah. Ketidakmampuan bakteri untuk bertahan dari
bahan kimia tersebut dapat merusak dinding sel dan menghambat
pertumbuhannya, bahkan menyebabkan kematian pada bakteri.
Pada pengujian daya antibakteri menggunakan metode paper disk
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah mudah dilakukan,
tidak

memerlukan

peralatan

khusus

dan relatif

murah.

Sedangkan

kelemahannyaa dalah ukuran zona bening yang terbentuk tergantung oleh


kondisi inkubasi,inokulum, dan preinkubasi serta ketebalan medium
(Jawetzet , 2005). Selain itu, metode cakram kertas ini tidak dapat
diaplikasikan pada mikroorganisme yang pertumbuhannya lambat dan
mikroorganisme yang bersifat anaerob obligat. Berbagai kelemahan metode
paper disk diatas dan

ketidaktelitian praktikan dalam membaca skala

pengukuran diameter lingkaran kematian atau zona hambat bakteri


menyebabkan adanya ketidaksesuaian data pada praktikum ini.
Berdasarkan hasil analisis yang telah kami lakukan, pertambahan
panjang diameter kematian bakteri dipengaruhi oleh konsentrasi bahan anti
bakteri (sunlight) yang mengandung pine oil dan lama penyimpanan yang
menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri.

X.

KESIMPULAN
1. Konsentrasi bahan antibakteri dan lama inkubasi (penyimpanan)
mempengaruhi zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus.
2. Semakin tinggi konsentrasi dan semakin lama waktu penyimpanan,
diameter lingkaran kematian bakteri Staphylococcus aureus semakin
panjang

3. Diameter lingkaran kematian bakteri Staphylococcus aureus paling


panjang diperoleh pada konsentrasi 100 %
4. Kematian bakteri disebabkan oleh pine oil yang terkandung dalam
sunlight yang dapat merusak dinding selnya

DAFTAR RUJUKAN
Adelberg. 2001. Mikrobiologi Kedokteran Buku ke 1. Terjemahan dari Medical
Microbiology, Twenty Second Ed, oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
Aguskrisno, 2012. Pengaruh Senyawa Antimikroba Bagi Pertumbuhan Mikroba
Dalam

Makanan

(Online),

(http://aguskrisno.wordpress.com/2012/01/09/

pengaruh-senyawa-anti-mikroba-bagi pertumbu han-mikroba-dalam-makanan/, di


akses tanggal 2 Maret 2014 pukul 16.35).
Ajizah. A, Thihana dan Mirhanuddin (2007) Potensi Ekstrak Kayu Ulin
(Eusideroxylon zwageri T et B) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus Secara In Vitro. BIOSCIENTIAE. Volume 4, Nomor 1,
Januari 2007.
Anonimus. 2008. Cantik dengan Sabun Mandi. http://www.infosehat.com/inside
level2.asp?artid=723&secid&intid= 5. Tanggal akses 2 Maret 2014
Campbell, N. A., J. B, Reece dan L.A, Mitchell. Biologi. Edisi kelima, Jilid I.
Terjemahan dari Biology, Oleh Rahayu Lestari, dkk. Erlangga, Jakarta
Dharmawan I.W.E., K. Retno dan S.P. Made. 2009. Isolasi Streptomyces Spp. Pada
Kawasan Hutan Provinsi Bali Serta Uji Daya Hambatnya Terhadap Lima Strain
Diarrheagenic Escherichia Coli.
Jurnal Biologi XIII (1) : 1 6 Jawetz, E. L. dan E. A.
Dwidjoseputro, D.2005.dasar dasar mikrobiologi. Jakarta:Djambatan
Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan L.N.
Ornston. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 (Alih bahasa :Nugroho
& R.F.Maulany). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal.
211,213,215.
Ornston. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 (Alih bahasa :
Nugroho & R.F.Maulany). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal.
211,213,215.
Pelczar, M. J. dan E. C. S. Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta
Rahayu, I. D. 2007. 4 (1). Sensitifitas Staphylococcus aureus Sebagai Bakteri Patogen
Penyebab Masisitis Terhadap Antiseptika Pencelup Puting Sapi Perah. Jurnal
Protein, 4(1) : 31-36.
Rahardjo, R. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi, Ed. 2. Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya. Jakarta
Ryan, K.J., J.J. Champoux, S. Falkow, J.J. Plonde, W.L. Drew, F.C. Neidhardt,
and C.G. Roy. 1994. Medical Microbiology An Introduction to Infectious

Diseases. 3rd ed. Connecticut: Appleton&Lange. p.254.


Warsa, U.C. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.
Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara. hal. 103-110.
Zuhud, E. A. M., W. P. Rahayu, C.H. Wijaya dan P. P. Sari. 2001. Aktivitas
Antimikroba Ekstrak Kedawung (Parkia roxburghii G. Don) Terhadap Bakteri
Patogen. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol XII No.1 : Jakarta

LAMPIRAN
GAMBAR HARI KE 1

GAMBAR HARI KE 3

Anda mungkin juga menyukai