Anda di halaman 1dari 19

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Kesehatan Ibu dan Anak


Program Kesehatan Ibu dan Anak merupakan kegiatan yang terdiri dari,
pengumpulan, pengolahan, analisa dan interpretasi data serta penyebarluasan
informasi ke penyelenggara program dan pihak / instansi terkait untuk tindak
lanjut yang terdiri dari pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan
komplikasi, bayi, balita dan keluarga berencana (KB)6.
Salah satu tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah
meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan
anak. Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan
dan peka, terhadap berbagai masalah kesehatan, seperti: kejadian kesakitan
(morbiditas) dan gangguan gizi (malnutrisi), yang seringkali berakhir dengan
kecacatan (disability) atau kematian (mortalitas)7.

3.2. Indikator Cakupan Program KIA


Berikut ditampilkan indikator-indikator pada cakupan program KIA7.
Tabel 3.1. Indikator Pemantauan Keberhasilan Program KIA
NO.

Program KIA

Indikator Pemantauan

1.

Antenatal Care

K1, K4

2.

Pertolongan Persalinan

Pn

3.

Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

KF1, KF3

4.

Pelayanan Kesehatan Neonatus

KN1, KN3

5.

Deteksi Faktor Resiko dan Komplikasi oleh Masyarakat

4.

Pelayanan Komplikasi Kebidanan

- Pemeriksaan ANC
- Pemeriksaan
pada
Saat

Pelayanan

Kesehatan Ibu Nifas


7.

Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi

Pemeriksaan

Waktu

Kunjungan Neonatus
8.

Pelayanan Kesehatan Bayi

- Pemberian Imunisasi
Lengkap (Hb, Bcca)
- Pemberian Vitamin A
(4-11 Bulan)
- Asi Ekslusif

9.

Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Pemberian Vitamin A (15 tahun) 2x setahun

10.

Pelayanan KB Berkualitas

KB aktif

Sumber : Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota


Keterangan :
K1
: Cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal
K4

oleh tenaga kesehatan


: Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Pn
KF1
KF3
KN1

standar (paling sedikit 4 kali selama kehamilan)


: Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
: Kunjungan nifas 4 jam 3 hari setelah persalinan
: Kunjungan nifas dari hari ke 29 42 hari setelah persalinan
: Cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar setelah

KN3

4 48 jam pasca persalinan


: Cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar setelah
8 28 hari pasca persalinan

Rumus yang dipakai untuk perhitungan K1 adalah


Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Rumus yang dipakai untuk perhitungan K4 adalah
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal x 100
4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja

x 100

pada kurun waktu tertentu


Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi,
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus:
1,10 x angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk
Rumus yang dipakai untuk perhitungan Pn adalah
Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

x 100

Jumlah sasaran ibu bersalin di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun


Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan
rumus adalah
1,05 x angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk

Rumus yang dipakai untuk perhitungan KF3 adalah


Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas
sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu

x 100

Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun


Jumlah ibu nifas sama dengan jumlah ibu bersalin
Rumus yang dipakai untuk perhitungan KN1 adalah
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada
6-48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

x 100

Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah


perkiraan (angka proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu dengan menggunakan
rumus sebagai berikut
Jumlah sasaran bayi = crude birth rate x julah penduduk
Rumus yang dipakai untuk perhitungan KN3 adalah
Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan
kunjungan nenonatal sesuai standar di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu

x 100

Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Rumus yang dipakai untuk perhitungan deteksi factor resiko dan komplikasi oleh
masyarakat adalah
Jumlah ibu hamil yang beresiko yang ditemukan kader atau dukun
bayi atau masyarakat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu

x 100

20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1


tahun
Rumus yang dipakai untuk perhitungan cakupan penanganan komplikasi obstetric
(PK) adalah
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan
definitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

x 100

20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1


tahun
Rumus yang dipakai untuk perhitungan cakupan neonates dengan komplikasi
yang ditangani adalah

Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan


definitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

x 100

15% x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun


Rumus yang dipakai untuk perhitungan cakupan kunjungan bayi adalah
Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan
sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

x 100

Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun


Rumus yang dipakai untuk perhitungan cakupan pelayanan anak balita adalah
Jumlah anak balita yang memperoleh pelayanan sesuai standar di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

x 100

Jumlah seluruh anak balita di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun


Rumus yang dipakai untuk perhitungan cakupan pelayanan kesehatan anak balita
sakit yang dilayani dengan MTBS adalah
Jumlah anak balita sakit yang memperoleh pelayanan sesuai
tatalaksana MTBS di Puskesmas di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu

x 100

Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke Puskesmas di


suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Rumus yang dipakai untuk perhitungan cakupan peserta KB aktif adalah
Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu

x 100

Jumlah seluruh seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun


Tabel 3.2. Indikator dan Target KIA Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2010
2015
9

No. Indikator

Target
2010

1.

Cakupan persalinan oleh nakes yang 88

2012

2015

92

95

berkompetensi
2.

Cakupan kunjungan ibu hamil K1

95

97

100

3.

Cakupan kunjungan ibu hamil K4

90

92

95

4.

Cakupan pelayanan ibu nifas KF1

84

88

90

5.

Cakupan pelayanan

ibu nifas KF3 / 84

88

90

Cakupan ibu hamil, bersalin dan nifas yang 59

67

80

70

80

88

90

88

90

lengkap
4.

dengan komplikasi ditangani PK


7.

Cakupan neonatal dengan komplikasi yang 60


ditangani

8.

Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN 86


lengkap)

9.

Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN 86


lengkap)

10.

Cakupan pelayanan kesehatan bayi

90

92

95

11.

Cakupan pelayanan kesehatan anak balita

78

82

90

12.

Persentase Cakupan penjaringan siswa SD

100

100

100

13.

% PUS yang menjadi peserta KB Aktif

66

68

70

14.

Cakupan DDTK bayi

90

92

95

15.

Cakupan DDTK Anak Balita

78

82

90

16.

Cakupan ASI Ekslusif

80

100

Sumber: DKK Kota Padang 2011

Setiap cakupan program tersebut merupakan rincian Pelayanan Kesehatan


Dasar (PKD), yang diharapkan bisa tercapai pada kurun waktu 2010-2015,
10

dimana menjadi target khusus pelayanan di tingkat puskesmas, sebagai Unit


Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada setiap Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota7.
Dalam era millenium saat ini, program unggulan Millenium Development
Goals (MDGs) menjadi tema pokok pembangunan nasional. Khususnya dalam
bidang kesehatan, program MDGs, mempunyai sasaran tertentu, yang bertujuan
untuk mempercepat laju pertumbuhan dan pencapaian pembangunan derajat
kesehatan masyarakat7.
Sasaran umum yang terjabarkan dalam program MDGs, meliputi delapan
tujuan, yaitu7:
1. Memberantas kelaparan dan kemiskinan yang ekstrim
2. Memperoleh pendidikan dasar
3. Mempromosikan persamaan gender dan pemberdayaan perempuan
4. Mengurangi jumlah kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan maternal (kesehatan ibu)
4. Memerangi infeksi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya
7. Menjamin kelangsungan lingkungan hidup
8. Mengembangkan kerjasama global untuk pembangunan
Kemudian

delapan

sasaran

umum

itu,

dikembangkan

melalui

program Ditjen Bina Kesmas, Kementrian Kesehatan RI, dengan lima tambahan
sasaran utama MDGs, yakni7 :
1. Meningkatkaan cakupan antenatal
2. Meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih
3. Meningkatkan cakupan neonatal
4. Meningkatkan prevalensi kurang gizi pada balita
5. Meningkatkan tingkat kunjungan penduduk miskin ke puskesmas.

3.3. PemeriksaanAnte Natal Care (ANC)


3.3.1. PengertianAnte Natal Care (ANC)
11

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk


mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008)9.
Menurut Prawiroharjo (2005), pemeriksaan kehamilan merupakan
pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post
partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental9.
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC),
petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan
intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2005)9.
Menurut Henderson (2006), kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah
kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji
kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi
dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan9.

3.3.2. Tujuan Antenatal Care (ANC)


3.3.2.1. Tujuan Umum9, 10, 11
Tujuan umum dari antenatal care adalah sebagai berikut.
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial
ibu dan bayi.

12

3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama


hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Menurut Depkes RI (2004) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk
menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas
dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.9
Menurut Muchtar (2005) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah
menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam
kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.9
3.3.2.2. Tujuan Khusus9
1. Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita sedini
mungkin.
2. Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak.
3. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga
berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
Menurut Wiknjosastro (2005) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah
menyiapkan wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan
ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan
mereka pada post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.9

13

3.3.3. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan


Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu
dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut :
sampai dengan kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan,
dan kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan
trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan
(Saifuddin, 2005).9, 10, 11

3.3.4. Standar Pelayanan Antenatal


Unsur penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
bayi adalah memberikan pelayanan dan pemeliharaan kesehatan sewaktu hamil
secara memadai dan sesuai standar pelayanan kebidanan.Pelayanan antenatal
sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan),
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (Depkes RI, 2009)9.
Secara operasionalnya Depkes RI (2009) menentukan pelayanan antenatal
dengan standar pelayanan, antara lain10:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
7. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Test laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus

14

10. Temu

wicara

(konseling),

termasuk

perencanaan

persalinan

dan

pencegahan komplikasi serta KB pasca persalinan.


Menurut Sulistyawati (2009), standar pelayanan antenatal dikenal dengan
standar 7T, antara lain10:
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi TT lengkap
5. Pemberian tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis
satu tablet setiap harinya
6. Lakukan tes penyakit menular seksual (PMS)
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

3.3.5. Pelayanan Antenatal di Puskesmas


3.3.5.1. Konsep Pemeriksaan Antenatal
Menurut Depkes RI (2004), puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
kesehatan

kabupaten/kota

yang

bertanggungjawab

menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas mempunyai tujuan


mendukung

tercapainya

tujuan

pembangunan

kesehatan

nasional

yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemapuan hidup sehat bagi setiap orang9.
Pemeriksaan antenatal di tingkat puskesmas dilakukan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal dimulai dengan urutan sebagai berikut9, 10 :
1. Anamnese, meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan
sebelumnya dan kehamilan sekarang.
2. Pemeriksaan umum, meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan
kebidanan.
3. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa.
15

4. Pemberian obat-obatan, imunisasi tetanus toxoid (TT) dan tablet besi (Fe)
5. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olahraga, pekerjaan dan perilaku seharihari, perawatan payudara dan ASI, pentingnya pemeriksaan kehamilan oleh
tenaga kesehatan terlatih (Depkes RI, 2004).
Menurut Manuaba (1998), pemeriksaan antenatal dilakukan sesuai standar
dimulai dengan urutan berikut10:
1.

Anamnesa, meliputi identitas, keluhan kehamilan, fisiologis dan patologis.

2.

Pemeriksaan umum, meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan khusus


kebidanan.

3.

Pemeriksaan psikologis

4.

Pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi.

5.

Diagnosa kehamilan, meliputi kehamilan normal dan kehamilan dengan


risiko.

6.

Penatalaksanaan lebih lanjut, meliputi pemberian obat-obatan dan imunisasi


TT.

7.

Memberikan penyuluhan tentang gizi dan pentingnya pemeriksaan kehamilan


serta menjadwalkan pemeriksaan ulang.
Menurut Pinem (2009), alur pelayanan antenatal adalah sebagai berikut10:

1.

Anamnesis, meliputi identitas ibu, usia kehamilan, riwayat kehamilan dan


persalinan serta status kesehatan.

2.

Pemeriksaan fisik, meliputi mengukur tinggi badan dan berat badan,


mengukur vital sign dan pemeriksaan kehamilan.

3.

Penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil, gizi, perawatan payudara,


senam hamil dan perlunya pemeriksaan kehamilan.

4.

Kunjungan ulang, pada dasarnya sama dengan kunjungan pertama dan


memberi konseling sesuai dengan usia kehamilan dan keperluan ibu.
16

3.3.5.2. Kunjungan Ibu Hamil


Menurut Depkes RI (2005), kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar
yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke
fasilitas

pelayanan

kesehatan

atau

sebaliknya

petugas

kesehatan

yang

mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil


dilakukan secara berkala yang dibagi dalam beberapa tahap, seperti9, 10, 11:
1.

Kunjungan baru ibu hamil (K1)


Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan pada trimester I, di
mana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.

2.

Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)


Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
keempat, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pada
trimester III, di mana usia kehamilan > 24 minggu.
Selanjutnya menurut Depkes RI (2009), kunjungan antenatal sebaiknya

dilakukan paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak
sebagai berikut11:
1.

Minimal 1 kali pada trimester pertama (K1), usia kehamilan 1 sampai 12


minggu.

2.

Minimal 1 kali pada trimester kedua, usia kehamilan 13 sampai 24 minggu.

3.

Minimal 2 kali pada trimester ketiga, usia kehamilan > 24 minggu.


Menurut Manuaba (1998), jadwal pemeriksaan antenatal adalah sebagai

berikut10:
1.

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.

2.

Pemeriksaan ulang:
a.

Setiap bulan sampai umur kehamilan 4 sampai 7 bulan,

b.

Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan,

c.

Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan.


17

3.

Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu.

3.3.5.3. Pelaksana Pelayanan Antenatal


Pelaksana antenatal adalah dokter, bidan (bidan di puskesmas, bidan di
desa dan bidan praktek swasta), pembantu bidan dan perawat yang sudah dilatih
dalam pemeriksaan kehamilan.Pelayanan antenatal di desa dapat dilakukan di
polindes, posyandu atau kunjungan rumah (Depkes RI, 2005)9, 10.

3.3.5.4. Cakupan Pelayanan Antenatal


Menurut Depkes RI (2009), cakupan pelayanan antenatal adalah
persentase ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan oleh tenaga kesehatan di
suatu wilayah kerja. Cakupan pelayanan antenatal (K1) adalah cakupan ibu hamil
yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Indikator akses ini digunakan untuk
mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat.Angka cakupan K1 dapat diperoleh dari jumlah K1
dalam 1 tahun dibagi jumlah ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun kali
100%9.
Dalam pengelolaan program KIA disepakati bahwa cakupan ibu hamil
adalah cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat.Cakupan K4 adalah cakupan
ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar
paling

sedikit

kali

selama

kehamilan.Indikator

ini

dipakai

untuk

menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah.Angka cakupan


K4 diperoleh dari jumlah K4 dalam 1 tahun dibagi jumlah sasaran ibu hamil di
suatu wilayah dalam 1 tahun kali 100 % (Depkes RI, 2009).Menurut Depkes RI
(2005) Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di
suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
cepat dan tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan pelayanan KIA masih
rendah9, 11.

18

3.3.6. Kebijakan
Menurut Saifuddin,dkk (2002), kebijakan pelayanan antenatal terdiri atas
2, yaitu9:
3.3.6.1. Kebijakan Program
1.

Menyediakan sarana pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar


pelayanan kebidanan.

2.

Setiap ibu hamil dibuatkan kartu ibu atau buku KIA untuk mencatat hasil
pemeriksaan kehamilan.

3.

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama


kehamilan.
a. Satu kali kunjungan pada triwulan pertama
b. Satu kali pada triwulan kedua
c. Dua kali pada triwulan ketiga

3.3.6.2. Kebijakan Teknis


Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi
setiap saat, itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama
kehamilannya.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponenkomponen sebagai berikut:
1.

Mengupayakan kehamilan yang sehat.

2.

Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta


rujukan bila diperlukan.

3.

Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

4.

Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika


terjadi komplikasi (Saifuddin,dkk, 2002).

19

3.3.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Melakukan Antenal


Care (ANC)11
a.

Pengalaman
Pengalaman

seseorang

dalam

keberhasilan

atau

ketidakberhasilan

mengobati sendiri terhadap penyakit yang dideritanya juga akan berpengaruh


terhadap tingkat kepatuhan mereka terhadap nasehat tenaga kesehatan. Seseorang
yang merasa selalu berhasil mengobati penyakit yang dideritanya tanpa bantuan
orang lain, akan cenderung tidak patuh atau taat terhadap tenaga kesehatan,
karena ia merasa tidak butuh bantuan atau nasehat orang lain. Sementara yang
sering gagal dalam mengobati diri sendiri akan cenderung lebih patuh terhadap
saran dari tenaga kesehatan termasuk melakukan kunjungan Antenatal Care
(ANC).
b.

Lingkungan (teman atau keluarga)


lingkungan dimana seseorang tinggal juga memiliki pengaruh terhadap

kepatuhan seseorang terhadap saran atau nasehat orang lain. Lingkungan yang
dimaksud adalah lingkungan pergaulan / teman, dan lingkungan keluarga maupun
masyarakat. Orang yang tinggal dalam lingkungan yang menjunjung tinggi aspek
kesehatan akan cenderung patuh terhadap saran-saran untuk menuju hidup sehat.
Sebaliknya mereka yang tinggal di lingkungan dengan pola hidup kumuh/jorok,
akan cenderung tidak patuh terhadap saran / nasehat orang lain atau tenaga
kesehatan untuk lebih memperhatikan masalah kesehatan.
c.

Adanya efek samping obat


Walaupun bukan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi, seseorang

yang pernah mengalami efek samping obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan,
terutama

hingga

mengganggu

aktifitas

kesehariannya,

akan

memiliki

kecenderungan tidak begitu patuh lagi terhadap saran tenaga kesehatan, untuk
menggunakan obat yang sama. Sebaliknya, yang belum pernah mengalami efek
samping yang cukup merugikan terhadap obat yang diberikan oleh tenaga
kesehatan, akan memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap saran tenaga kesehatan.
d.

Tingkat ekonomi

20

Meskipun faktor ekonomi bukan penentu utama ketidakpatuhan seseorang,


terhadap saran tenaga kesehatan, namun kemampuan seseorang untuk membeli
obat dari kantong sendiri sedikit banyak mempengaruhi kepatuhan seseorang
terhadap tenaga kesehatan.
Biaya pembelian obat yang dirasa terlalu mahal untuk kemampuan
ekonominya, cenderung tidak dibeli meskipun itu disarankan oleh tenaga
kesehatan.Walaupun obat yang gratis tidak terlalu disukai karena dirasa kurang
khasiatnya.
e.

Interaksi dengan tenaga kesehatan


Hubungan yang telah lama dilakukan antara seseorang sebagai pasien,

bidan atau dokter sebagai tenaga kesehatan, akan memiliki pengaruh terhadap
tingkat kepatuhan yang diberikan kepada tenaga kesehatan. Pasien yang telah
mengenal dengan baik tenaga kesehatan tempat berobat, maka ia akan cenderung
lebih patuh daripada terhadap mereka yang belum begitu kenal.
Begitu pula penanganan oleh tenaga kesehatan terhadap pasiennya. Tenaga
kesehatan yang ramah, sopan, bijaksana, dan suka membesarkan hati pasien akan
cenderung dipatuhi saran-sarannya daripada yang suka menakuti pasien, kurang
ramah dan sebagainya.
f.

Tingkat pengetahuan tentang kesehatan


Pandangan seseorang tentang kesehatan secara umum baik menyangkut

pentingnya memelihara kesehatan tubuh, pemahaman terhadap makna dan


manfaat kesehatan bagi kehidupan secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan seseorang terhadap saran atau nasehat
dari tenaga kesehatan. Orang yang memiliki persepsi negatif tentang kesehatan
memiliki kecenderungan tingkat kepatuhannya rendah. Sebaliknya orang yang
memiliki persepsi yang positif terhadap kesehatan akan cenderung lebih patuh
terhadap apa yang disarankan oleh tenaga kesehatan, termasuk kepatuhan
kunjungan ketempat pelayanan kesehatan untuk Antenatal Care (ANC).
3.3.8. Dampak Ketidakpatuhan Melakukan Antenatal Care (ANC)

21

Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat
dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling
percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa,
mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Sehingga bila ANC tidak
dilakukan sebagaimana mestinya maka akan mengakibatkan dampak11 :
a. Ibu hamil akan kurang mendapat informasi tentang cara perawatan yang
benar.
b. Tidak terdeteksinya tanda bahaya kehamilan secara dini
c. Tidak terdeteksinya anemia kehamilan yang dapat menyebabkan
perdarahan saat persalinan
d. Tidak terdeteksinya tanda penyakit persalinan sejak awal seperti kelainan
bentuk panggul atau kelainan pada tulang belakang atau kehamilan ganda
e. Tidak terdeteksinya penyakit penyerta dan komplikasi selama kehamilan
seperti pre eklampsia, penyakit kronis seperti penyakit jantung, paru dan
penyakit karena genetik seperti diabetes, hipertensi, atau cacat kongenital.
Sehingga bila tidak ditangani atau bila tidak dilakukan screening
sejakawal akan mengakibatkan komplikasi pada saat hamil atau pada saat
yang akan mengarah kepada kematian baik ibu maupun janin

22

23

Anda mungkin juga menyukai